dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN INDIVIDUAL Haryani, S.Pd

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan. Setiap anak merupakan individu yang unik, dimana masing-masing dari. menceritakan hal tersebut dengan cara yang sama.

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap.

BAB III. Perbedaan individual

MODEL PELAKSANAAN REMEDIAL & PENGAYAAN

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diterapkannya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I HAKEKAT BIMBINGAN DI SD

STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

KEPALA SEKOLAH GURU WALI KELAS KONSELOR PARA SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kualitas pendidikan harus ditingkatkan. investasi besar untuk berjuang keluar dari krisis dan menghadapi dunia global

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia dalam. mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh dimensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Deteksi Potensi Kesulitan. Yusi Riksa Yustiana PPB FIP UPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial. Di dunia ini, tidak ada manusia

PANDUAN PELASANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan upaya cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan upaya ilmiah,

MEMBENTUK BUAH HATI MENJADI PRIBADI TANGGUH DAN PERCAYA DIRI

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi

Tes bagian yg integral dari pengukuran.pengukuran hanya bagian dari evaluasi

PEMBAHASAN. A. Pengertian Bimbingan dan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia sebagai individu dibekali akal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

RESUME MATA KULIAH DASAR-DASAR KEPENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pengetahuan. Ilmu pengetahuan tersebut di peroleh secara formal di jenjang tingkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengaruh Game Online Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Annisa Solihati

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ciri dan Watak Wirausaha

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53).

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir

BAB III BELAJAR TUNTAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

Resume Diagnosti kesulitan Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian belajar dalam kehidupan sehari-hari seringkali diartikan yang kurang

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mamang Tedi, 2013

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan...

STRATEGI PEMBELAJARAN ORANG DEWASA OLEH: TIM JURUSAN PLS

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa:

Pembelajaran Remedial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

1. PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah.

VARIASI INDIVIDU. Y. JOKO DWI N. S.Psi,M.Psi,Psi

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. kegiatan fisik maupun mental yang mengandung kecakapan hidup hasil interaksi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Prinsip dalam Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

Standar Kompetensi: Menerapkan prinsip-prinsip kerjasama dengan kolega dan pelanggan. Kompetensi Dasar: Memelihara standar penampilan pribadi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

Transkripsi:

PERTEMUAN III

Perbedaan Individu pada Peserta Didik Faktor-faktor yang mempengaruhi Perbedaan Individual Implikasi perbedaan individual dalam pendidikan terhadap Fungsi sekolah Program khusus untuk pengajaran individual Metode-metode individualisasi yang lain

Usia Kronologis Konstitusi Fisik Aspek Psikologis Kemampuan Mental Umum / Intelegensi Kemampuan Khusus / Bakat Kesiapan Belajar

Pada peserta didik, perbedaan individual dapat diamati gejala-gejalanya terutama pada : Usia Kronologis Usia Kronologis dipergunakan untuk menetapkan tingkat kematangan peserta didik menunjukkan kemungkinan untuk dapat dididik. Usia 3 tahun, bagaimanapun superiornya kondisi mental dan fisiknya tidak mungkin sanggup mengikuti kegiatan belajar untuk anak usia 16 tahun. Konstitusi Fisik Konstitusi fisik seperti kondisi panca indera, tinggi badan serta kondisi-kondisi anggota tubuh yang lain cukup berpengaruh terhadap jalannya proses pendidikan, apakah seorang peserta didik mampu menangkap pelajaran dengan baik atau tidak.

Aspek Psikologis Tingkat stabilitas emosi, watak / temperamen, motivasi, kreativitas, minat dan sikap akan mempengaruhi kesuksesan belajar. Kemampuan Mental Umum / Intelegensi Hasil tes IQ mempunyai pengaruh 20 % terhadap hasil belajar Misalnya anak Moron (IQ 50 70) hanya mampu untuk menyelesaikan SD saja. Siswa IQ 105 dapat menyelesaikan Sekolah Menengah (SMP/SMA) Siswa IQ 115 dapat berhasil di Perguruan Tinggi

Kemampuan Mental Umum / Intelegensi Kondisi fisik dan lingkungan yang menguntungkan : Siswa yang lambat tak cukup membantu studi akhir Siswa yang normal ada harapan sukses mata pelajaran tertentu Siswa yang superior minat / kesempatan sukses gemilang Kondisi fisik yang tidak menguntungkan, sikap situasi belajar menghalangi sukses orang yang lambat, normal maupun superior

Kemampuan Khusus / Bakat Bakat adalah sifat atau kualitas yang merupakan satu aspek dari keseluruhan kepribadian individu. Bakat seseorang dapat dilihat melalui tes bakat. Selama SD, siswa lebih diutamakan untuk menguasai alat-alat belajar. Baru pada tingkat sekolah menengahpertama, menengah atas dan perguruan tinggi, perlu disediakan kegiatan dan perlengkapat untuk mengembangkan bakat anak. Kesiapan Belajar Usia yang sama tidak identik dengan tingkat kesiapan belajar. ( Kesiapan belajar dipengaruhi oleh kematangan dan Latar belakang yang mendahului )

Keturunan Lingkungan Sosial Ekonomi Budaya Pola Asuh Orang Tua Urutan Lahir Perceraian Orang Tua Kognitif, afektif dan campuran Ability ( Kecakapan ) Aspek Kepribadian

Sosial Ekonomi Faktor ini meliputi tingkat pendidikan ortu, pekerjaan dan penghasilan ortu, fasilitas rumah, dsb Budaya yang termasuk di sini adalah peraturan, harapan, keyakinan dan nilai-nilai yang membimbing tingkah laku. Budaya meliputi gaya hidup keseluruhan. Pola Asuh Orang Tua White (1978) Praktek tertentu mendidik anak cenderung mempengaruhi perkembangan ketrampilan dan kecakapan kognitif anak.

Urutan Lahir Anak Sulung = pandai mengendalikan diri, orientasi rang dewasa, mudah menyesuaikan diri, cemas, takut gagal, cenderung berprestasi. Anak Tunggal = mementingkan diri sendiri, tidak pandai bergaul Anak Tengah = ekstrovert, kurang mempunyai dorongan berprestasi hal ini masih perlu pembuktian lebih lanjut. Perceraian Orang Tua Perceraian membawa perubahan-perubahan yang tidak menguntungkan bagi anak-anak.

Kecakapan bertindak cepat (singkat) dan tepat (hasil sesuai harapan) dan mudah tanpa mengalami hambatan. Klasifikasi siswa : Siswa yang cepat, tepat, penuh kemudahan Siswa yang cepat, tapi tidak tepat Siswa yang tidak cepat, tepat Siswa yang tidak cepat, tidak tepat dan menghalami

Penyesuaian diri individu terhadap lingkungan masing-masing unik Masing-masing memasarkan secara khas Perbedaan Individual. Faktor keturunan dan lingkungan saling berpengaruh, jalin menjalin dan sulit dipisahkan. Manusia dipengaruhi oleh lingkungan tetapi juga menciptakan dan membentuk lingkungan. Pengaruh dari lingkungan itu bergantung pada berapa lama hal itu berlangsung, apa yang terjadi sesudah itu dan apa maknanya bagi seseorang. Selain itu juga penting untuk memperhatikan masalah waktu berlangsungnya interaksi.

1. Dalton Laboratory Plan 2. Winnetka Plan 3. Metode Proyek 4. Activity Program 5. Pengelompokan menurut kemampuan

Dicetuskan oleh Helen Parkhust dan dilaksanakan mulai tahun 1920 pada tingkat sekolah menengah, dengan menekankan pada dasar-dasar kebebasan, interaksi kelompok, motivasi dengan pengertian sehingga memiliki inisiatif sendiri. Menurut Dalton Plan, sekolah ibarat rumah. Ruang kelas dirubah menjadi laboratorium di mana fungsi guru ialah memelihara suasana belajar. Guru memberikan nasihat terhadap kegiatan yang dilakukan anak, menjawab pertanyaan, memimpin diskusi dengan siswa untuk hal-hal yang diinginkan siswa. Tugas siswa disusun dalam bentuk kontrak untuk masa satu bulan penuh. Siswa bebas dalam menyelesaikan tugasnya itu menurut caranya sendiri dengan bantuan guru, memberikan bimbingan dan siswa membuat sendiri catatan kemajuan yang dicapainya sehari-hari. Siswa juga diberikan kesempatan untuk kegiatan kelompok dalam pelajaran-pelajaran lain

Pencetusnya adalah Carlton Washburne pada tahun 1919. Dasar filosofinya adalah siswa dibebaskan untuk mengikuti pelajaran yang telah dipilihnya sendiri dalam tiap-tiap mata pelajaran yang meliputi keseluruhan kurikulum yang ditempuhnya. Alasannya adalah untuk menemukan tingkatan belajar secara individual untuk tiap mata pelajaran dan pembentukan lebih lanjut atas dasar yang sudah ada. Washburne memulai dengan mengeja. Atas dasar tes pendahuluan yang diberikannya ia menemukan batas pelajaran yang belum diketahui anak. Selanjutnya siswa diberi tanggung jawab untuk menguasai nya sampai batas waktu tertentu. Demikian untuk pelajaran-pelajaran yang lain juga sama.

Sekelompok siswa yang bekerja sama dalam menyelesaikan suatu proyek, suasana belajar dapat diindividualisasikan untuk tiap anggota dalam batas-batas minat dan kesanggupannya. Saat ini sama dengan belajar dengan bekerja. Learning by doing. Sistem belajar siswa aktif, mulai dari perencanaan sampai penilaian hasil. Prinsipnya adalah bahwa anak dapat belajar lebih baik bila bersama-sama dengan peernya.

Metode lompatan Memperkaya kurikulum Remedial