TANGGUNGJAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PUTRA UTAMA MOTOR SUKOHARJO

dokumen-dokumen yang mirip
Skripsi TANGGUNGJAWAB HUKUM PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL BEKAS

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. terkumpulnya uang yang cukup untuk membeli barang tersebut secara tunai.

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN MEMAKAI AKTA DI BAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)

BAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek

SKRIPSI KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

SKRIPSI PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR ( STUDI KASUS DI DEALER ASLI MOTOR KLATEN )

PROSES PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN BAGI ANAK YANG TERLAMBAT MENDAFTARKAN KELAHIRANNYA DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat kita lihat dalam praktek sehari-hari, banyaknya peminat dari

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pembiayaan (finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengusaha untuk mengembangkan usahanya. kedua belah pihak, yakni pembeli dan penjual.

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

GADAI DAN HAK KEBENDAAN TINJAUAN YURIDIS GADAI SEBAGAI HAK KEBENDAAN UNTUK JAMINAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

PERJANJIAN SEWA BELI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN (Studi Komparatif Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor di Beberapa Perusahaan Finance Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa memiliki mobil sebagai barang milik pribadi. Rental mobil (persewaan mobil) yang dapat membantu seseorang yang tidak

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN BESARNYA SUKU BUNGA PINJAMAN DALAM SENGKETA HUTANG PIUTANG (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

SKRIPSI PELAKSANAAN JUAL BELI DAN STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH APARTEMEN DI SOLO PARAGON

BAB I PENDAHULUAN. berproduksi. Tapi dalam kenyataannya daya beli masyarakat belum bisa sesuai

BAB I PENDAHULUAN. penyimpanan dan peminjaman dana kepada anggota koperasi dengan tujuan

TANGGUNG JAWAB HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA BELI ARMADA TAKSI (Studi pada Koperasi Sopir Transportasi (Kosti) Solo)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KONTRAK SEWA BELI

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

ASPEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) PERSERO

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan keberadaan lembaga-lembaga pembiayaan. Sejalan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian bentuk

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016 Website :

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik dalam ranah kebendaan, kebudayaan, ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang sama menuntut kewajiban ditunaikan. Hubungan hak dan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS HUKUM

A. Latar Belakang Masalah

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PROSES JUAL BELI PERUMAHAN SECARA KREDIT

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA

ASPEK HUKUM JAMINAN DALAM PERJANJIAN PEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR DI PT. ASLI MOTOR DELANGGU KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

AKIBAT HUKUM TERHADAP PEMBELI YANG MELAKUKAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017. TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DALAM PERJANJIAN SEWA-BELI KENDARAAN BERMOTOR 1 Oleh : Febrian Valentino Musak 2

BAB II TINJAUAN TERHADAP PERJANJIAN SEWA BELI. belum diatur dalam Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran

BAB I PENDAHULUAN. adalah Perjanjian Sewa Beli. Perjanjian ini timbul dalam praktek karena adanya

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara seperti meminjam dari berbagai sumber dana yang ada. sehingga dapat mengakibatkan pemborosan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dengan banyaknya industri rokok tersebut, membuat para produsen

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Desa. maupun Kota baik sebagai rumah tangga maupun sebagai pengusaha,

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan setiap kelahiran anak yang dilakukan oleh pemerintah berasas non

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

ASPEK HUKUM SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR Oleh : Firman Floranta Adonara S.H.,M.H.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

2 tersebut dapat dipakai dalam jangka waktu tertentu yang telah ditentukan atau dapat dimiliki oleh pembeli. Pengelolah pusat perbelanjaan menawarkan

PELAKSANAAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) KC SOLO KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. rupiah terhadap Dollar US hingga mencapai lebih dari Rp ,- (posisi

BAB I PENDAHULUAN. adanya modal dalam mengembangkan unit usaha yang sedang dijalankan,

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. memberi dampak terhadap perdagangan otomotif, dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pikir dan pengetahuannya, manusia dapat memenuhi segala kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan. Bank sebagai lembaga keuangan ternyata tidak cukup mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 tentang perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh instansi-instansi yang menurut Undang-Undang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GANTI RUGI. (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.522/Pdt.G/2013/PN.Dps )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

PELAKSANAAN PERJANJIAN FIDUSIA PADA FIF ASTRA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

Transkripsi:

TANGGUNGJAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PUTRA UTAMA MOTOR SUKOHARJO SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Tugas dan Syarat Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam Program Studi Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh : AGUSTINA MAHARDIKA EKA C 100060034 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I TANGGUNGJAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PUTRA UTAMA MOTOR SUKOHARJO A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa lepas dari dunia perdagangan, dalam dunia perdagangan kita mengenal berbagai macam perjanjian. Salah satu perjanjian itu adalah perjanjian kredit. Perjanjian kredit ini dapat terjadi apabila ada pembeli yang ingin membeli suatu barang namun uangnya tidak cukup untuk membayar keseluruhan harga barang yang ingin dibelinya tersebut atau membayar secara kontan, akan tetapi di sisi lain penjual juga mengharap barang yang dijualnya laku dan penjual juga dapat menyerahkan barang yang diinginkan pembeli, dengan mewajibkan kepada pembeli untuk tetap membayar sisa harga barang tersebut dengan cara mengangsur. Menyoroti jual beli angsuran atau kredit, pranata ini merupakan jawaban bagi calon pembeli yang tidak cukup dananya pada saat mereka membutuhkan sesuatu barang. Melalui pranata ini barang yang dibutuhkan dan hak milik atas barang tersebut dapat diperoleh sekaligus oleh konsumen, tanpa harus membayar harganya sekaligus. Pada saat pembayaran pertama, terjadi dua peristiwa secara bersama, secara de facto barang beralih dan secara de jure hak kepemilikan juga beralih. 1

2 Bahkan perjanjian kredit tersebut dapat dikatakan tumbuh dan berkembang subur di Indonesia. Namun, pertumbuhan tersebut tidaklah disertai dengan perkembangan perangkat peraturan secara memadai. Di Indonesia perjanjian kredit ini belum diatur dalam suatu undang undang tersendiri, sehingga dalam praktek sering timbul masalah-masalah yang berkaitan dengan lembaga kredit tersebut. Karena tidak di atur dalam perundang-undangan, baik Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maupun Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) keduanya didasarkan pada praktek sehari-hari dan putusan pengadilan (Jurisprudensi). 1 Sistem yang dipergunakan oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau Burgerlijk Wetboek yang selanjutnya disebut BW adalah sistem terbuka, artinya diakui adanya asas kebebasan berkontrak, seperti tercantum dalam Pasal 1338 BW. Berdasarkan asas tersebut, para pihak dapat mengadakan persetujuan- persetujuan yang sama sekali tidak diatur dalam BW ataupun KUHD. Namun ketentuan-ketentuan umum BW Bk.III titel 1 s/d IV tetap berlaku, misalnya mengenai sahnya suatu perjanjian Pasal 1320 dan Pasal 1338 yang berhubungan dengan BW Bk.III yaitu sistem terbuka atau asas kebebasan berkontrak. 2 Dimana dalam pasal 1338 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. 3 1 J. Satrio, Hukum Perjanjian. Bandung : Alumni. 1992 2 Sri Gambir Melati, Beli Sewa sebagai Perjanjian Tak Bernama Pandangan Masyarakat Dan Sikap Mahkamah Agung. Bandung : Alumni. 1999. Hal 3 3 Subekti, Hukum Perjanjian. Jakarta : PT Intermasa. 1992, Hal 37

3 Dalam standard form contract pembeli disodori perjanjian dengan syarat-syarat yang ditetapkan sendiri oleh penjual, sedangkan pembeli hanya dapat mengajukan perubahan pada hal-hal tertentu, umpamanya tentang harga, tempat penyerahan barang dan cara pembayaranya, dimana hal ini pun bila dimungkinkan oleh penjual. Mengenai perjanjian kredit tersebut dapat kita jumpai pada dunia perdagangan sepeda motor. Di dalam perdagangan sepeda motor, peristiwa kredit sering terjadi. Hal ini disebabkan karena harga sepeda motor yang relative mahal. Dalam hal ini sebagai jaminan bahwa pembeli tetap akan melunasi sisanya secara mengangsur, maka bukti kepemilikan sepeda motor (BPKB) belum diserahkan kepada pembeli. Selama harga belum dilunasi, maka pembeli tidak berhak memindahkan kepemilikan sepeda motor itu kepada pihak lain. Pembeli berhak untuk memindahkan kepemilikan sepeda motor setelah harga sepeda motor lunas dan BPKB telah diserahkan kepada pembeli. Dalam kredit sepeda motor, sisa harga sepeda motor yang belum dibayar dapat dikenakan bunga tertentu, sesuai dengan suku bunga yang telah ditentukan oleh pihak penjual, atas persetujuan pihak pembeli. Dalam perjanjian kredit ini sering halnya salah satu pihak melakukan wanprestasi, yang secara umum artinya adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. 4 Dalam hal ini pembeli dapat melakukan wanprestasi berupa terlambat membayar, tidak 4 Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian. Bandung : Alumni. 1986, hal 60

4 membayar sama sekali, atau mengalihkan kepemilikan sepeda motor sebelum angsuran lunas, maka dapat dikenakkan sanksi sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian kredit. Semua yang telah disepakati antara penjual dan pembeli sepeda motor ini menjadi hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak dan bersifat mengikat. Dengan demikian apabila salah satu pihak lalai melaksanakan kewajibanya atau melakukan wanprestasi, maka pihak lain dapat menuntutnya di muka hakim, agar pihak yang wanprestasi bertanggunjawab memenuhi kewajiban atau prestasinya tersebut yang dapat disertai dengan tuntutan ganti rugi menurut hukum. Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong dan tertarik untuk mengangkat dan menjadikanya sebuah penulisan skripsi dengan judul TANGGUNGJAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PUTRA UTAMA MOTOR SUKOHARJO B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam suatu penelitian sangatlah penting karena rumusan masalah ini memberikan arahan yang penting dalam membahas masalah yang diteliti, sehingga penelitian dapat dilakukan secara sistematis dan terarah sesuai dengan sasaran yang ditentukan. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

5 1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit kendaraan bermotor di Putra Utama Motor Sukoharjo? 2. Bagaimana hak dan kewajiban yang timbul antara kreditur dan debitur dalam perjanjian kredit kendaraan bermotor di Putra Utama Motor Sukoharjo? 3. Bagaimana tanggungjawab hukum yang timbul antara kedua belah, pihak apabila salah satu tidak melakukan kewajiban sebagaimana yang diperjanjikan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan dimuka, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan perjanjian kredit kendaraan bermotor di Putra Utama Motor Sukoharjo. 2. Untuk mengetahui bagaimana hak dan kewajiban yang timbul antara kreditur dan debitur dalam perjanjian kredit kendaraan bermotor di Putra Utama Motor Sukoharjo. 3. Untuk mengetahui bagaimana tanggungjawab hukum yang timbul, antara kedua belah pihak apabila salah satu tidak melakukan kewajiban sebagaimana yang diperjanjikan.

6 D. Manfaat Penelitian Dari tujuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain : 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Bagi ilmu pengetahuan dengan adanya penulisan skripsi ini, maka penulis berharap penulisan ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan yang berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan hukum dan khususnya hukum yang mengatur mengenai perjanjian kredit jual beli. 2. Bagi Masyarakat Dari hasil skripsi ini, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukkan untuk menambah ilmu pengetahuan pembaca / masyarakat serta dapat membantu memecahkan masalah yang mungkin sedang dihadapi oleh pembaca terutama menyangkut penyelesaian perkara perdata, apabila terjadi wanprestasi dalam perjanjian kredit kendaraan bermotor. 3. Bagi Penulis Dengan ditulisnya skripsi ini, semoga dapat menambah ilmu pengetahuan dibidang hukum khususnya hukum perdata yang berlaku di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, yang menyangkut hukum perjanjian kredit jual-beli.

7 E. Metode Penelitian Untuk memperoleh data serta penjelasan mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan diperlukan suatu metode penelitian. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan metode penelitian yang benar akan didapat data yang benar serta memudahkan dalam melakukan penelitian terhadap suatu permasalahan. Untuk itu peneliti menggunakan metode guna memperoleh data dan mengolah data serta menganalisanya. Adapun mengenai metode penelitian yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut : 1. Metode Pendekatan Pendekatan penelitian adalah salah satu pola pemikiran secara ilmiah dalam suatu penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah metode pendekatan Normatif karena dalam penelitian ini yang dicari adalah aspek-aspek hukum dari tanggungjawab hukum perkara wanprestasi yang terjadi dalam perjanjian kredit kendaraan bermotor yang sesuai dengan pelaksanaan keilmuan dan aturan hukum yang berlaku sehingga dapat diketahui kedudukan hukum atau legalitas mengenai perjanjian kredit kendaraan bermotor yang berlaku di Putra Utama Motor Sukoharjo. Oleh karena itu, pengkajian yang dilakukan hanyalah terbatas pada peraturan mengenai apa yang tertera pada perjanjian tersebut.. 2. Jenis Penelitian Untuk memperoleh data yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif, karena yang akan

8 diteliti adalah penelitian yang secara menyeluruh dan sistematis mengenai tanggunjawab hukum dalam perjanjian kredit kendaraan bermotor. yakni suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang keadaan tanggungjawab hukumnya dalam perjanjian kredit kendaraan bermotor. 5 3. Sumber Data Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data sebagai berikut : a. Penelitian Kepustakaan Penelitian kepustakaan ini digunakan untuk mendapatkan data sekunder, untuk memperoleh dasar teori dalam memecahkan masalah yang timbul dengan bahan-bahan sebagai berikut : 1) Bahan Hukum Primer - KUH Perdata. - Surat Keputusan Menteri Perdagangan No. 34 / II / 80 Tentang Perijinan Kegiatan Usaha Sewa Beli, Jual Beli dengan Angsuran, dan Sewa. 2) Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang diperoleh dari data literature tentang perjanjian kredit dan tanggungjawab hukumnya, surat perjanjian kredit, dan faktur penjualan kendaraan bermotor yang ada kaitanya dengan masalah yang diteliti. Dengan sumber data-data di atas diharapkan dapat menunjang serta melengkapi 5 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press 1986, hal 12

9 data-data yang diperlukan oleh peneliti dalam menyusun skripsi ini. b. Penelitian Lapangan Penelitian lapangan ini dilakukan dengan cara mempelajari secara langsung data-data yang ada hubunganya dengan masalah yang akan diteliti. 1) Lokasi Penelitian Sesuai dengan judul yang peneliti ajukan, maka untuk memperoleh data yang berkaitan dengan skripsi ini peneliti mengambil lokasi penelitian di Putra Utama Motor Sukoharjo. 2) Subyek Penelitian Dalam penelitian ini yang dijadikan subyek penelitian adalah pimpinan atau staf yang bisa memberi penjelasan secara jelas mengenai perjanjian kredit kendaraan bermotor dan tiga orang pembeli kendaraan bermotor secara kredit di Putra Utama Motor Sukoharjo. 4. Metode Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang digunakan di atas, maka peneliti akan menggunakan data sebagai berikut : a. Study Kepustakaan Study kepustakaan yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara mencari, mempelajari, dan menghimpun kelima bahan yang disebutkan di atas serta buku- buku yang berhubungan dengan penelitian dalam

10 masalah tanggungjawab hukum dalam perjanjian kredit kendaraan bermotor. Data data tersebut kemudian diinventarisasi untuk dipelajari serta dikutip untuk membantu dalam menyusun skripsi ini. b. Study Lapangan Study lapangan yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diteliti guna mendapatkan data primer, yang dilakukan dengan cara : 1) Observasi Observasi yaitu metode pengumpulan data dengan pengecekan berkas-berkas perkara yang ada hubunganya dengan penulisan yang ada di Putra Utama Motor. 2) Wawancara Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan bertanya secara langsung kepada informan atau pihak yang berkopenten dalam suatu permasalahan. 6 Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan pemimpin Putra Utama Motor atau staf yang yang bisa memberi penjelasan tentang masalah yang diteliti dan tiga orang pembeli kendaraan mermotor secara kredit di Putra Utama Motor Sukoharjo. 3) Quota Sampling Quota Sampling yaitu proses penarikan sample untuk memperoleh suatu jumlah tertentu unsur-unsur yang diinginkan. Jadi criteria 6 Sugiarto, Tehnik Sampling, Jakarta : Gramedia Pustaka utama, 2001. Hal 17

11 pengambilan sample adalah hanya ditujukan kepada orang atau pihak yang dapat menjelaskan mengenai tanggungjawab hukum perjanjian kredit kendaraan bermotor. Dengan demikian peneliti lebih mudah dalam menganalisis data yang diperoleh dari pengambilan data tersebut. 5. Analisis Data Metode analisis data yang digunakan oleh peneliti yang sesuai dengan penelitian diskriptif adalah menggunakan metode pendekatan kualitatif yaitu analisis data yang mengungkapkan dan mengambil kebenaran yang diperoleh dari kepustakaan yang meliputi peraturan peraturan hukum dan literature yang ada hubunganya dengan tanggungjawab dalam perjanjian kredit kendaraan bermotor di Putra Utama Motor Sukoharjo dipadukan dengan pendapat responden di lapangan, dianalisis secara kualitatif dan dicari pemecahanya, disimpulkan kemudian digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada. F. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh isi dari penulisan skripsi ini dan memudahkan pembaca untuk mengetahui isi yang terkandung dalam skripsi ini, maka garis besar sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 4 (empat) bab, yaitu sebagai berikut :

12 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Metode Penelitian F. Sistematika Penulisan Skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kendaraan Bermotor B. Pengertian Perjanjian Kredit Kendaraan Bermotor C. Pihak Pihak Yang Terkait Dalam Perjanjian Kredit Kendaraan Bermotor. D. Perjanjian Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Kendaraan Bermotor. E. Hubungan antara Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Kendaraan Bermotor. F. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Kendaraan Bermotor. G. Tanggungjawab Hukum yang Timbul dalam Perjanjian Kredit Kendaraan Bermotor. H. Berakhirnya Perjanjian Kredit Kendaraan Bermotor BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian.

13 1. Proses pelaksanaan perjanjian kredit kendaraan bermotor di Putra utama Motor Sukoharjo. 2. Hak dan kewajiban yang timbul bagi kreditur dan debitur dengan adanya perjanjian kredit di Putra Utama Motor Sukoharjo. 3. Tanggungjawab hukum yang ada dalam perjanjian kredit kendaraan bermotor di Putra Utama Motor Sukoharjo. B. Pembahasan. 1. Proses pelaksanaan perjanjian kredit kendaraan bermotor di Putra utama Motor Sukoharjo. 2. Hak dan kewajiban yang timbul bagi kreditur dan debitur dengan adanya perjanjian kredit di Putra Utama Motor Sukoharjo. 3. Tanggungjawab hukum yang ada dalam perjanjian kredit kendaraan bermotor di Putra Utama Motor Sukoharjo. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran