Prosedur Pemberian Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Tahun 2017 Senin, 13 Pebruari 2017

dokumen-dokumen yang mirip
Prosedur Pemberian Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Tahun 2015 Senin, 17 Oktober 2016

Prosedur Pemberian Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Tahun 2014 Selasa, 03 Desember 2013

Web site SETNEG RI, Kamis, 26 Februari 2009

TATA CARA PENGUSULAN DAN PEMAKAIAN TANDA KEHORMATAN RI Kamis, 26 Februari 2009

Bintang Jasa. B. Dasar Hukum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3502);

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

2015, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1994 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Repu

PROSEDUR PEMBERIAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1994 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2003 TENTANG TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA DHARMA NUSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PP 25/1994, TANDA KEHORMATAN SATYALANCANA KARYA SATYA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG TANDA PENGHARGAAN DHARMA PERSANDIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 203 TAHUN 1961 TENTANG SATYALANCANA "SATYA DASAWARSA" BAGI PARA ANGGOTA-ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1958 TENTANG TANDA-TANDA PENGHARGAAN UNTUK ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG

2 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara R

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1958 TENTANG TANDA-TANDA PENGHARGAAN UNTUK ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 70 TAHUN 1958 (70/1958) Tanggal: 4 SEPTEMBER 1958 (JAKARTA)

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Le

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik I

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.699,2012

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG TANDA PENGHARGAAN DHARMA PERSANDIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 14 TAHUN 1994

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 03 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

KERANGKA ACUAN KERJA PENGANUGERAHAN TANDA JASA KEPADA PNS PROV. JAWA TENGAH DAN PNS KAB. /KOTA SE JAWA TENGAH TAHUN 2017

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 65 TAHUN 1958 (65/1958) Tanggal: 11 AGUSTUS 1958 (JAKARTA)

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG

2017, No Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3432); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PANDUAN DAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MEKANISME PENGUSULAN PEMBERIAN PENGHARGAAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat; MEMUTUSKAN :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS KEPALA DAERAH, WAKIL KEPALA DAERAH DAN KEPALA DESA

2 Serta Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KEPROTOKOLAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1990 TENTANG KETENTUAN KEPROTOKOLAN MENGENAI TATA TEMPAT, TATA UPACARA DAN TATA PENGHORMATAN

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN, DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL.

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN TENTANG GELAR, TANDA JASA, DAN TANDA KEHORMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2000 TENTANG WEWENANG PENGANGKATAN, PEMINDAHAN DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT dan BUPATI BANDUNG BARAT MEMUTUSKAN:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PP 24/2004, KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 34 TAHUN 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 01 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR : 7 TAHUN : 1993 SERI D.4

Arsip Nasional Republik Indonesia

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1959

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG. PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR SEKRETARIAT DAERAH

WALIKOTA PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA

Transkripsi:

Prosedur Pemberian Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Tahun 2017 Senin, 13 Pebruari 2017 Nomor : B-1796/Sesmilpres/GT.00.03/11/2016 Jakarta, 29 November 2016 Sifat : Biasa Lampiran : 1 (satu) lembar Hal : Prosedur Pemberian Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Yth. Para pejabat pada daftar terlampir Dasar:

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan; 4. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015 tentang Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian; 5. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2015 tentang Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan; 6. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2015 tentang Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman; 7. Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2015 tentang Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan; 8. Peraturan Menteri Sekretaris Negara RI Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Sekretaris Negara RI Nomor 3 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sekretariat Negara RI.

Sehubungan dengan dasar di atas, dengan hormat kami sampaikan hal-hal sebagai berikut. 1. Dalam rangka penganugerahan tanda jasa dan/atau tanda kehormatan pada peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 2017 dan penganugerahan gelar pada peringatan Hari Pahlawan tanggal 10 November 2017 yang akan datang atau hari-hari besar nasional/hari ulang tahun instansi yang bersangkutan, mohon kepada pimpinan lembaga negara/menteri/pejabat setingkat menteri/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian untuk mengusulkan para calon penerima gelar, tanda jasa, dan/atau tanda kehormatan, baik dari kalangan birokrat/pejabat maupun kalangan nonbirokrat (tokoh masyarakat, pengusaha, dll), yang dinilai telah berjasa luar biasa atau berjasa besar atau berjasa kepada negara dan bangsa, sebagai bahan masukan untuk dipertimbangkan oleh Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (Dewan GTK). 2. Persyaratan dan tata cara pengajuan usulan gelar, tanda jasa, dan/atau tanda kehormatan sesuai dengan Surat Sekretaris Militer selaku Sekretaris Dewan GTK Nomor B-86/Sesmil/03/2010 tanggal 3 Maret 2010 tentang Prosedur Pemberian GTK, dapat diunduh melalui situs web Kementerian Sekretariat Negara RI (http://www.setneg.go.id) 3. Tata Cara Pemberian Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan sesuai Pasal 58, Pasal 59, Pasal 60, dan Pasal 62 Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010, sebagai berikut. a. Pemberian Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

b. Pemberian Gelar diserahkan oleh Presiden kepada ahli waris pada acara peringatan hari pahlawan. Dalam hal ahli waris tidak ada, Gelar diserahkan oleh Presiden kepada pengusul. c. Pemberian Tanda Jasa dan/atau Tanda Kehormatan dapat dilakukan pada hari besar nasional atau pada hari ulang tahun masing-masing lembaga negara, kementerian, dan lembaga pemerintah nonkementerian. d. Pemberian Tanda Kehormatan berupa Bintang Republik Indonesia, Bintang Mahaputera, Bintang Jasa, Bintang Kemanusiaan, Bintang Penegak Demokrasi, dan Bintang Budaya Parama Dharma dilakukan pada peringatan hari-hari besar nasional. e. Pemberian Tanda Kehormatan selain sebagaimana tersebut pada butir d), dilakukan pada peringatan ulang tahun masing-masing lembaga negara, kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian dan provinsi/kabupaten/kota.

f. Pemberian Tanda Jasa dan/atau Tanda Kehormatan disematkan oleh Presiden dan/atau pejabat yang ditunjuk. g. Pemberian Tanda Jasa dan/atau Tanda Kehormatan dapat dilakukan secara anumerta. 4. Penyematan Tanda Jasa dan/atau Tanda Kehormatan kepada menteri dan kepala lembaga pemerintah nonkementerian yang dilaksanakan atas nama Presiden RI, sesuai butir 3. f. dan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015, Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2015 dan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2015, dan Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 adalah sebagai berikut. a. Untuk menteri, penyematan dilaksanakan oleh menteri koordinator yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya mengoordinasikan beberapa kementerian terkait. b. Untuk kepala lembaga pemerintah nonkementerian, penyematan dilaksanakan oleh menteri yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya mengoordinasikan beberapa lembaga pemerintah nonkementerian terkait. 5.

Untuk kelengkapan bahan sidang Dewan GTK diperlukan kelengkapan administrasi, diantaranya berkas usulan dilengkapi buku profil yang memuat riwayat hidup diri atau keterangan mengenai kesatuan/institusi pemerintah/organisasi, riwayat perjuangan, uraian jasa serta tugas negara yang dilakukan calon penerima Gelar, Tanda Jasa, dan/atau Tanda Kehormatan. Khusus bagi calon penerima yang berasal dari birokrat, selain persyaratan di atas, mohon dilampirkan juga Surat Keputusan Jabatan dan Pangkat terakhir, serta konversi NIP baru. 6. Tata cara pemakaian atribut tanda kehormatan sebagai berikut. a. Tanda Kehormatan bentuk asli (Bintang/Satyalancana besar) dipakai pada waktu menghadiri upacara kenegaraan dan peristiwa-peristiwa penting, sebagai berikut. 1) Hari Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus. 2) Hari TNI tanggal 5 Oktober.

3) Upacara-upacara lain menurut ketentuan Keprotokolan Negara/TNI/Polri. 4) Apel Kehormatan Renungan Suci (AKRS), dipakai pada Pakaian Seragam TNI/Polri Pakaian Dinas Upacara I (PDU-I) dan Pakaian Sipil Lengkap (PSL) warna gelap/pakaian Nasional. b. Tanda Kehormatan bentuk Miniatur (Bintang/Satyalancana kecil) sebagai pengganti Bintang asli/satyalancana asli yang semuanya berpita gantung dipasang berjajar/disusun satu deret, maksimal sepanjang 13 cm, Bintang/ Satyalancana miniatur dipakai pada waktu menghadiri upacara kenegaraan dan peristiwa penting yaitu upacara resmi dan acara kenegaraan pada malam hari, dipakai pada Pakaian Seragam TNI/Polri Pakaian Dinas Upacara II (PDU-II) dan Pakaian Sipil Lengkap (PSL) warna gelap/pakaian Nasional. c. Tanda Kehormatan Bentuk Pita Harian Tanda Kehormatan dalam bentuk pita harian hanya dipakai oleh prajurit pada upacara yang mengharuskan menggunakan Pakaian Dinas Upacara III (PDU-III), Pakaian Dinas Upacara IV (PDU-IV), dan Pakaian Dinas Harian (PDH). Bintang dan Satyalancana dalam bentuk pita harian ditempatkan pada dada kiri 1 cm di atas saku dan disusun berjajar dari kanan ke kiri dalam deretan sebagai berikut.

1) 15 Pita Harian atau kurang, penyusunan tiap-tiap deretan sebanyak 3 pita. Deretan teratas dapat kurang dari 3 pita tergantung dari jumlah pita yang dimiliki. 2) 16 Pita Harian atau lebih, penyusunan tiap-tiap deretan sebanyak 4 pita. Deretan teratas dapat kurang dari 4 pita tergantung jumlah pita yang dimiliki. 3) Deretan-deretan disusun dari bawah ke atas dengan jarak antara satu deretan dengan lainnya 1 mm. Untuk tercapainya ketepatan waktu dalam pemrosesan usulan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, maka diperlukan adanya ketentuan dalam pengusulan, sebagai berikut. 1. Surat usul ditandatangani oleh Pimpinan Lembaga Negara/Menteri/Pejabat setingkat Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Nonkementerian yang diajukan secara selektif dan setelah melalui pengkajian/penelitian Tim Penghargaan Instansi yang bersangkutan. Khusus usulan Tanda Jasa dan/atau Tanda Kehormatan yang penyematannya akan dilaksanakan oleh Presiden RI, dilampirkan klarifikasi dari Kepala Badan Intelijen Negara, Jaksa Agung RI, dan Kepala Kepolisian RI.

a. Pengusulan Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan untuk menteri diajukan oleh menteri koordinator yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya mengoordinasikan kementerian terkait. b. Pengusulan Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan untuk kepala lembaga pemerintah nonkementerian diajukan oleh menteri yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya mengoordinasikan lembaga pemerintah nonkementerian terkait. 2. Waktu pengusulan: a. Untuk penganugerahan Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia, Bintang Mahaputera, Bintang Jasa, Bintang Kemanusiaan, Bintang Penegak Demokrasi, dan Bintang Budaya Parama Dharma dalam rangka Hari Ulang Tahun ke- 72 Kemerdekaan Republik Indonesia, usulan sudah kami terima paling lambat tanggal 31 Mei 2017. b. Untuk penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional dalam rangka Hari Pahlawan, usulan sudah kami terima paling lambat awal bulan Agustus 2017. c. Untuk penganugerahan Tanda Jasa dan/atau Tanda Kehormatan lainnya dalam rangka hari-hari besar nasional lainnya

atau hari ulang tahun instansi, usulan sudah kami terima paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum diacarakan. d. Apabila usulan dimaksud belum kami terima sampai batas waktu yang telah ditentukan, akan diproses pada tahun berikutnya. 3. Khusus untuk usulan Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya, demi kelancaran penyelesaian piagam dan petikan,mohon diperhatikan hal-hal berikut. a. Format usulan dalam bentuk portrait, dengan pembagian kolom sebagai berikut.! No.Urut! Nama/NIP! Pangkat/Jabatan! Tanda Kehormatan yang Diusulkan! b. Usulan tanda kehormatan dikelompokkan berurutan berdasarkan Satyalancana Karya Satya yang tertinggi, yaitu 30 tahun, 20 tahun, dan 10 tahun.

c. Usulan disusun berurutan berdasarkan pangkat tertinggi. d. Penulisan gelar pendidikan menggunakan ejaan Bahasa Indonesia yang benar. 4. Untuk usulan Gelar, Tanda Jasa, dan/atau Tanda Kehormatan kepada calon penerima yang telah meninggal dunia, agar disertakan data ahli waris. Atas perhatian Bapak/Ibu, kami ucapkan terima kasih. Sekretaris Militer Presiden

selaku Sekretaris Dewan GTK, Sekretariat Negara Republik Indonesia

Marsda TNI Trisno Hendradi Tembusan: 1. Menteri Sekretaris Negara 2. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Dewan GTK File: Surat Edaran Prosedur Pemberian Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan 2017 [Download]