EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH ORGANIK KOTA ECO-BRIQUETTE FROM COMPOSITE HIGH DENSITY

dokumen-dokumen yang mirip
EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH-DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH ORGANIK KOTA

EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH KEBUN ECO-BRIQUETTE FROM COMPOSITE HIGH DENSITY

Ratna Srisatya Anggraini ( )

EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT BONGGOL JAGUNG, LUMPUR IPAL PT. SIER, DAN SAMPAH PLASTIK LDPE

EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT BONGGOL JAGUNG, LUMPUR IPAL PT. SIER, DAN SAMPAH PLASTIK LDPE ECO-BRIQUETTE FROM COMPOSITE OF CORNCOB, SLUDGE

Yenni Ruslinda, Fitratul Husna, Arum Nabila

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK CAMPURAN DAN LIGNOSELULOSA

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non Karbonisasi

ECO-BRIQUETTE DARI KOMPOSIT BONGGOL PISANG, LUMPUR IPAL PT.SIER DAN PLASTIK JENIS LDPE

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

OP-013 PEMANFAATAN SAMPAH PLASTIK DAN ABU DASAR BATUBARA (BOTTOM ASH) MENJADI BRIKET USE OF PLASTIC WASTE AND BOTTOM ASH BE BRIQUET

Dylla Chandra Wilasita Ragil Purwaningsih

Berapa Total Produksi Sampah di ITS..??

ANALISA NILAI KALOR BRIKET DARI CAMPURAN AMPAS TEBU DAN BIJI BUAH KEPUH

KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku

ECO-BRIQUETTE DARI KOMPOSIT BONGGOL PISANG, LUMPUR IPAL PT.SIER DAN PLASTIK JENIS LDPE

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung

Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non- Karbonisasi

Konsumsi BB yang meningkat. Biobriket. Pencarian BB alternatif. Yang ramah lingkungan. Jumlahnya Banyak

(Maryati Doloksaribu)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH CANGKANG KAKAO. The Making of Biobriquette from Cocoa Shell Waste ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Deskripsi METODE PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADAT BERBASIS ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

KUALITAS BRIKET ARANG DARI KOMBINASI KAYU BAKAU

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA

Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014 Hal :

LAPORAN PENELITIAN BRIKET ARANG KULIT KACANG TANAH DENGAN PROSES KARBONISASI. Oleh : REZY PUTRI RAGILIA ( )

Pemanfaatan Kulit Buah Kakao Menjadi Briket Arang Menggunakan Kanji Sebagai Perekat

DATA PENGAMATAN HASIL PENELITIAN

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA DAN SABUT KELAPA

JURNAL TEKNIK POMITS 1

Pembuatan Briket Hasil Pemanfaatan Eceng Gondok dan Sampah Plastik HDPE Sebagai Energi Alternatif

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN JERAMI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI BAHAN PEREKAT TERHADAP LAJU PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA DAN SABUT KELAPA

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK

RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG PADA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG BIJI BUAH KARET

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH FLY ASH PABRIK GULA DENGAN PEREKAT LUMPUR LAPINDO

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

Pembuatan Biobriket dari Tempurung Kemiri sebagai Bahan Bakar Alternatif

METODOLOGI PENELITIAN

Studi Kualitas Briket dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Perekat Limbah Nasi

ANALISIS PEGARUH KOMPOSISI TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET BIOBATUBARA CAMPURAN AMPAS TEBU DAN OLI BEKAS

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA KUALITAS BRIKET ARANG KULIT DURIAN DENGAN CAMPURAN KULIT PISANG PADA BERBAGAI KOMPOSISI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

PENERAPAN IPTEKS PEMANFAATAN BRIKET SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGGAANTI MINYAK TANAH. Oleh: Muhammad Kadri dan Rugaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Briket dari Char Hasil Pirolisa Tempurung Kelapa (Coconut Shells)

BRIKET ARANG DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU MERANTI DAN ARANG KAYU GALAM

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Peningkatan Mutu Briket dari Sampah Organik dengan Penambahan Minyak Jelantah dan Plastik High Density Polyethylene (HDPE)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENELITIAN BERBAGAI JENIS KAYU LIMBAH PENGOLAHAN UNTUK PEMILIHAN BAHAN BAKU BRIKET ARANG

PENINGKATAN KUALITAS BIOBRIKET KULIT DURIAN DARI SEGI CAMPURAN BIOMASSA, BENTUK FISIK, KUAT TEKAN DAN LAMA PENYALAAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI CAMPURAN BATANG POHON JAGUNG DAN PEREKAT TETES TEBU DALAM PEMBUATAN BRIKET SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai densitas pada briket arang Ampas Tebu. Nilai Densitas Pada Masing-masing Variasi Tekanan Pembriketan

PENGARUH JUMLAH BAHAN PEREKAT TERHADAP KUALITAS BRIKET BIOARANG DARI TONGKOL JAGUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Randemen Arang Tempurung Kelapa

ANALISIS KUALITAS BRIKET ARANG DARI CAMPURAN KAYU AKASIA DAUN LEBAR

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industri kecil menengah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Einstein 4 (1) (2016): Jurnal Einstein. Available online

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KOMPOSISI DAN UKURAN BAHAN

STUDI MUTU BRIKET ARANG DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH BIOMASSA

KELAYAKAN LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA SEBAGAI BRIKET BLOTONG BERPORI UNTUK BAHAN BAKAR ALTERNATIF. Rekyan Sesutyo Ediy **) dan Sri Widyastuti *)

EFEK PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP SIFAT MEKANIK BRIKET DARI TEMPURUNG KELAPA

PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA, AMPAS TEBU DAN JERAMI

RANCANG BANGUN MESIN PENYULING MINYAK ATSIRI DENGAN SISTEM UAP BERTINGKAT DIKENDALIKAN DENGAN MIKROKONTROLLER DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PRODUK

III. METODOLOGI PENELITIAN

The effect of starch adhesive variation to the calory value of corncob briquettes

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

PENENTUAN KADAR AIR HILANG DAN VOLATILE MATTER PADA BIO-BRIKET DARI CAMPURAN ARANG SEKAM PADI DAN BATOK KELAPA

TINJAUAN PUSTAKA. Suprihatin (1999) dan Nisandi (2007) dalam Juhansa (2010), menyatakan

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia.

Pembuatan Briket Batubara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang.

LAMPIRAN I DATA ANALISIS. Tabel 7. Data Hasil Cangkang Biji Karet Setelah Dikarbonisasi

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI CAMPURAN ENCENG GONDOK DAN TEMPURUNG KELAPA DENGAN PEREKAT TETES TEBU

PENGARUH PERBANDINGAN MASSA ECENG GONDOK DAN TEMPURUNG KELAPA SERTA KADAR PEREKAT TAPIOKA TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

ANALISA PROKSIMAT TERHADAP PEMANFAATAN LIMBAH KULIT DURIAN DAN KULIT PISANG SEBAGAI BRIKET BIOARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH ORGANIK KOTA ECO-BRIQUETTE FROM COMPOSITE HIGH DENSITY POLYETHYLENE PLASTIC WASTE AND MUNICIPAL SOLID WASTE CARBON Deqi Rizkivia Radita Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Email : d_key@enviro.its.ac.id ABSTRAK Sampah organik kota dan sampah plastik HDPE yang jumlahnya berlimpah dapat digunakan sebagai bahan baku eko-briket sebagai bahan bakar alternatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan eko-briket dari komposit sampah plastik HDPE dan arang sampah organik kota yang mempunyai kualitas terbaik. Dalam penelitian ini dilakukan pengarangan sampah organik kota untuk menaikkan nilai kalornya. Perbandingan komposisi antara sampah plastik HDPE dan arang sampah organik kota yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5:95, 10:90, dan 20:80. Ekobriket terbaik yaitu eko-briket dengan komposisi sampah plastik sebanyak 20% menggunakan perekat kanji. Eko-briket tersebut menghasilkan nilai kalor sebesar 9300,79 kal/gr yang telah memenuhi standar bio-batubara berdasarkan Permen ESDM No 047 Tahun 2006. Kata kunci : arang sampah organik kota, eko-briket, karbonisasi, sampah plastik HDPE ABSTRACT The high generation of municipal organic solid waste and high density polyethylene (HDPE) plastic waste are potential to be used as eco-briquette raw materials. Objectives of this research was to determine eco-briquette with the 1

best quality. Carbonization of organic municipal solid waste was meant to increase the calorific value of eco-briquette. Ratios of HDPE plastic waste and municipal organic solid waste carbon which were tested in this research were 5:95, 10:90, and 20:80. The best eco-briquette product was that of with 20% HDPE plastic waste with cassava starch. The heat value was 9300,79 cal/gram, which met the bio-coal standards according to the Minister of Energy and Mineral Resources Decree No 047/2006. Key words : municipal organic solid waste carbon, eco-briquette, carbonization, HDPE plastic waste PENDAHULUAN Pertumbuhan konsumsi energi menyebabkan semakin menipisnya ketersediaan energi terutama yang berasal dari bahan bakar fosil. Oleh karena itu dibutuhkan suatu bahan bakar alternatif sebagai bahan bakar pengganti bahan bakar fosil. Bahan bakar alternatif tersebut harus mudah didapat, karakteristiknya tidak jauh berbeda dengan bahan bakar fosil, harganya terjangkau, serta ramah terhadap lingkungan. Sampah telah menjadi bagian dari keseharian manusia. Semakin tingginya produksi sampah kota yang dihasilkan dan semakin terbatasnya lahan untuk pembuangan sampah menjadikan sampah kota sebagai permasalahan yang banyak dihadapi di berbagai kota besar. Data menunjukkan sebanyak 70-80% dari sampah kota tersebut merupakan bahan organik yang memiliki nilai kalor cukup tinggi. Apriati (2008) telah melakukan penelitian untuk memanfaatkan sampah organik kota sebagai bahan bakar alternatif yaitu dengan memanfaatkan sampah organik kota menjadi briket. Dari penelitian tersebut diperoleh nilai kalor yang dihasilkan briket sampah organik sebesar 3981,44 kal/gr. Nilai tersebut masih di bawah standar bio-batubara berdasarkan Permen ESDM no 047 Tahun 2006 yaitu sebesar 4400 kal/gr. Dari sekian banyak sampah kota yang dihasilkan, sampah plastik mempunyai sumbangan sebesar 2% dari keseluruhan sampah kota (Himawanto, 2005). Plastik yang digunakan sebagai pengemas merupakan jenis plastik yang banyak terdapat dalam sampah plastik karena pemakaiannnya yang singkat. High density polyethylene (HDPE) merupakan jenis plastik yang 2

paling banyak digunakan sebagai pengemas. Penelitian yang dilakukan oleh Prasetiyo (2008) menggunakan bahan baku berupa sampah plastik HDPE sebagai campuran eco-briquette lignoselulosa. Nilai kalor yang dihasilkan sebesar 8427,27 kal/gr dan telah memenuhi standar nilai kalor biobatubara. Dari permasalah yang terdapat di atas maka dapat dibuat suatu bahan bakar alternatif yang berasal dari sampah organik kota yang telah dikarbonisasi untuk menaikkan nilai kalornya. Selain itu, ditambahkan bahan campuran untuk menaikkan nilai kalor berupa sampah plastik HDPE. Bahan bakar alternatif tersebut berupa eko-briket dari komposit sampah plastik HDPE dan arang sampah organik kota yang dapat digunakan sebagai pengganti minyak tanah dan kayu bakar. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk menentukan komposisi sampah plastik HDPE dan arang sampah organik kota agar dihasilkan eko-briket yang memiliki kualitas baik, nilai kalor tinggi, ekonomis, dan ramah lingkungan. Selain itu perlu dilakukan penelitian tentang jenis perekat yang sesuai untuk eko-briket tersebut sehingga dihasilkan eko-briket dengan daya rekat yang baik. METODOLOGI Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian adalah sampah plastik HDPE dan arang sampah organik kota. Sampah plastik HDPE dibersihkan terlebih dahulu lalu dipotong kecil-kecil untuk mempermudah pencampuran dengan bahan perekat. Sampah organik kota yang digunakan merupakan sampah pasar, antara lain terdiri dari sisa sayur-sayuran, buah-buahan, tempurung kelapa, daun, bonggol jagung, dan sampah organik lainnya selain sampah makanan. Untuk mempercepat proses pengarangan, sampah dicacah menggunakan pisau, gunting, atau mesin pencacah sampai ukurannya menjadi lebih kecil. Selain itu, sampah juga harus dijemur untuk menguapkan kandungan air berlebih. Sampah organik kota lalu dimasukkan dalam wadah tertutup dan dipanaskan sampai sampah tersebut berubah menjadi arang. Agar bentuk dan ukuran arang seragam, dilakukan penumbukan dan pengayakan arang menggunakan ayakan 40 mesh. Karakteristik bahan baku dapat dilihat pada Tabel 1. 3

Digunakan perekat berupa kanji dan molase. Perekat kanji berasal dari tepung kanji yang ada di pasaran. Untuk memperoleh komposisi air dan tepung kanji yang sesuai dilakukan dengan trial and error. Dihasilkan komposisi tepung kanji dan air dengan perbandingan 1:15. Dilarutkan 40 gr tepung kanji dengan 600 ml air. Diaduk sampai homogen dan dipanaskan sampai mengental. Perekat molase berasal dari limbah pabrik gula. Setelah dilakukan trial and error didapatkan komposisi berat bahan baku briket dan bahan perekat sebesar 2:3. Maka digunakan bahan perekat sebanyak 67,5 gr dalam masing-masing produk eko-briket. Karakteristik bahan perekat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Bahan Baku dan Bahan Perekat Jenis Bahan Baku Nilai Kalor (kal/gr) Titik Nyala ( o C) Kadar Air (%) Kadar Volatile Solid (%) Kadar Fixed Carbon (%) Kadar Abu (%) Arang Sampah Organik 7452,24 75 4,91 82,37 1,00 11,72 Plastik HDPE 11089,87* 150 0,44 98,10 0,72 0,74 Perekat Kanji - - 93,77 0,002 6,12 0,11 Perekat Molase - - 24,07 5,68 62,83 7,88 Sumber : * Sorum, Gronli, Hustad, 2001 Dalam penelitian ini akan digunakan dua variasi penelitian atau variabel, yaitu komposisi sampah plastik (SP) dan arang sampah organik kota (SO). Keseluruhan jenis produk eko-briket yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis Produk Briket Jenis Sampah Metode Pembuatan Briket Jenis Perekat Komposisi SP : SO 5 : 95 10 : 90 20 : 80 4

Lem kanji SP5Kk SP10Kk SP20Kk Sampah Organik Kota Karbonisasi (k) (A) (C) (E) (SO) (K) Molase SP5Km SP10Km SP20Km (m) (B) (D) (F) Bahan baku dan bahan perekat yang telah tercampur rata lalu dimasukkan ke dalam cetakan briket dan dimampatkan menggunakan alat pencetak briket secara manual. Setelah briket dikeluarkan dari cetakan, briket dijemur dibawah sinar matahari untuk mengurangi kandungan air yang terdapat pada briket. Eko-briket yang menggunakan perekat kanji rentan ditumbuhi oleh jamur karena kandungan bahan organik yang terdapat pada perekat kanji. Jamur tumbuh pada eko-briket yang menggunakan perekat kanji apabila eko-briket disimpan selama + 1-2 minggu. Agar briket tidak mudah busuk karena pengaruh fermentasi maka perlu ditambahkan bahan kimia NaOH dalam perekat kanji (Duljapar dalam Anggrainy, 2005). HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air Analisis kadar air digunakan untuk mengetahui kandungan air yang terdapat dalam produk eko-briket. Analisis ini dilakukan dengan memanaskan sampel eko-briket dalam oven bersuhu 105 o C. Air akan menguap pada suhu 100 o C, sehingga diperkirakan pada suhu 105 o C air yang terkandung dalam eko-briket akan teruapkan seluruhnya. Hasil analisis kadar air eko-briket dari komposit sampah plastik HDPE dan arang sampah organik kota dapat dilihat pada Gambar 1. 5

100.00 90.00 80.00 70.00 Kadar Air 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 Kk SP5Kk SP10Kk SP20Kk Km SP5Km SP10Km SP20Km Arang Plastik HDPE Perekat Kanji Perekat Molase Gambar 1. Grafik Kadar Air Eko-briket dan Bahan Baku Kadar air rata-rata eko-briket komposit sampah plastik HDPE dan arang sampah organik kota adalah 8%. Kadar air terendah yaitu produk eko-briket SP20Kk dengan kadar air sebesar 3,73%. Dan kadar air tertinggi yaitu produk eko-briket SP5Km dengan kadar air sebesar 11,70%. Dari rata-rata kadar air produk eko-briket tersebut sudah memenuhi standar kualitas biobriket berdasarkan PERMEN ESDM no 47 Tahun 2006, yaitu maksimal kadar air sebesar 15%. Kadar air tertinggi produk eko-briket juga sudah memenuhi standar kualitas tersebut. Semakin banyak campuran plastik dalam produk eko-briket maka nilai kadar air semakin menurun. Hal ini disebabkan kadar air plastik HDPE lebih rendah dibandingkan dengan kadar air arang sampah organik kota. Kadar air perekat kanji lebih tinggi dari kadar air perekat molase, tetapi kadar air dalam produk kanji lebih mudah menguap pada saat pengeringan produk eko-briket dengan penjemuran daripada kadar air pada perekat molase. Kadar Volatile Solid Analisis volatile solid dilakukan untuk mengetahui bagian yang hilang menjadi gas atau uap pada saat proses pembakaran dengan suhu sebesar 550 o C. Hasil analisis volatile solid eko-briket dari komposit sampah plastik HDPE dan arang sampah organik kota dapat dilihat pada Gambar 2. 6

120.00 Kadar Volatile Solid 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00 Kk SP5Kk SP10Kk SP20Kk Km SP5Km SP10Km SP20Km Arang Plastik HDPE Perekat Kanji Perekat Molase Gambar 2. Grafik Kadar Volatile Solid Eko-briket dan Bahan Baku Kadar volatile solid rata-rata eko-briket komposit sampah plastik HDPE dan arang sampah organik kota adalah 81,85 %. Kadar volatile solid terendah yaitu produk eko-briket SP5Km dengan kadar volatile solid sebesar 78,18 %. Dan kadar volatile solid tertinggi yaitu produk eko-briket SP20Kk dengan kadar volatile solid sebesar 85,98 %. Semakin banyak campuran plastik HDPE pada eko-briket maka semakin tinggi kadar volatile solid eko-briket. Hal tersebut disebabkan kadar volatile solid plastik HDPE yang lebih besar dari kadar volatile solid arang. Kadar volatile solid eko-briket yang menggunakan bahan perekat kanji lebih tinggi dari kadar volatile solid eko-briket yang menggunakan perekat molase. Hal tersebut disebabkan eko-briket yang menggunakan perekat kanji lebih kering dan lebih banyak mengandung bahan organik sehingga lebih banyak bagian yang dengan mudah menjadi gas atau uap pada saat proses pembakaran. Kadar Fixed Carbon Analisis kadar fixed carbon dilakukan untuk mengetahui bagian yang hilang saat proses pembakaran setelah semua kadar volatile solid hilang pada suhu 750 o C. Karena tidak ada metode khusus yang menentukan suhu untuk analisis fixed carbon maka dengan hipotesis bahwa pada temperatur 550 o C selama 1 jam semua zat volatile telah hilang teruapkan dan pada suhu 750 o C telah teruapkan semua. Hasil analisis kadar fixed carbon eko-briket dari komposit sampah plastik HDPE dan arang sampah organik kota dapat dilihat pada Gambar 3. 7

70.00 Kadar Fixed Carbon 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 Kk SP5Kk SP10Kk SP20Kk Km SP5Km SP10Km SP20Km Arang Plastik HDPE Perekat Kanji Perekat Molase Gambar 3. Grafik Kadar Fixed Carbon Eko-briket dan Bahan Baku Dari Gambar 3 tidak menunjukkan trend antara komposisi bahan dan jenis perekat dengan kadar fixed carbon. Hal tersebut dikarenakan suhu furnace yang digunakan untuk analisis volatile solid dan fixed carbon terlalu tinggi. Kandungan fixed carbon bahan telah terbakar bersama dengan volatile solid pada analisis volatile solid dengan suhu furnace 550 o C selama 1 jam. Sehingga pada saat dilakukan pembakaran dengan suhu furnace 750 o C selama 1 jam yang terbakar adalah fixed solid yang merupakan bagian dari abu. Kadar Abu Analisis kadar abu dilakukan untuk mengetahui jumlah bagian yang tidak terbakar setelah terjadinya pembakaran sempurna. Kadar abu yang tinggi dapat mempersulit proses operasi dan pemeliharaan alat pembakaran. Hasil analisis kadar abu eko-briket dari komposit sampah plastik HDPE dan arang sampah organik kota dapat dilihat pada Gambar 4. 14.00 12.00 10.00 Kadar Abu 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 Kk SP5Kk SP10Kk SP20Kk Km SP5Km SP10Km SP20Km Arang Plastik HDPE Perekat Kanji Perekat Molase 8

Gambar 4. Grafik Kadar Abu Eko-briket dan Bahan Baku Kadar abu rata-rata eko-briket komposit sampah plastik HDPE dan arang sampah organik kota adalah 9,24 %. Kadar abu terendah yaitu produk eko-briket SP20Km dengan kadar abu sebesar 8,08 %. Dan kadar abu tertinggi yaitu produk eko-briket SP10Kk dengan kadar abu sebesar 10,43 %. Dari rata-rata kadar abu produk eko-briket tersebut sudah memenuhi standar kualitas biobriket berdasarkan PERMEN ESDM no 47 Tahun 2006, yaitu maksimal kadar abu sebesar 10 %. Semakin banyak campuran plastik dalam produk eko-briket maka kadar abu eko-briket akan semakin rendah. Hal tersebut dipengaruhi oleh kadar abu bahan baku eko-briket. Kadar abu arang sampah organik lebih tinggi dari kadar abu plastik HDPE maka eko-briket dengan komposisi arang sampah organik lebih banyak memiliki kadar abu yang lebih tinggi. Nilai Kalor Analisis nilai kalor dilakukan untuk mengetahui nilai kalor yang terkandung dalam setiap produk eko-briket. Nilai kalor adalah nilai yang menyatakan jumlah panas yang terkandung dalam bahan bakar. Nilai kalor tersebut merupakan kualitas utama untuk suatu bahan bakar. Pengukuran nilai kalor dilakukan menggunakan Bomb Calorimeter. Hasil analisis nilai kalor eko-briket dari komposit sampah plastik HDPE dan arang sampah organik kota dapat dilihat pada Gambar 5. 12000 10000 Nilai Kalor 8000 6000 4000 2000 0 Kk SP5Kk SP10Kk SP20Kk Km SP5Km SP10Km SP20Km Arang Plastik HDPE Gambar 5. Grafik Nilai Kalor Eko-briket dan Bahan Baku Nilai kalor rata-rata eko-briket komposit sampah plastik HDPE dan arang sampah organik kota adalah 6753,81 kal/gr. Nilai kalor terendah yaitu produk eko-briket SP5Km dengan nilai kalor 9

sebesar 5219,41 kal/gr. Dan nilai kalor tertinggi yaitu produk eko-briket SP20Kk dengan nilai kalor sebesar 9300,79 kal/gr. Dari rata-rata nilai kalor produk eko-briket tersebut sudah memenuhi standar kualitas biobriket berdasarkan PERMEN ESDM no 47 Tahun 2006, yaitu minimal nilai kalor sebesar 4400 kal/gr. Nilai kalor terendah produk eko-briket juga sudah memenuhi standar kualitas tersebut. Nilai kalor produk briket lebih rendah dari nilai kalor bahan baku. Hal tersebut disebabkan karena penambahan perekat pada produk eko-briket. Dengan adanya penambahan perekat maka terdapat penambahan kandungan kadar air dalam produk eko-briket yang menyebabkan nilai kalor produk eko-briket menurun. Titik Nyala Analisis titik nyala dilakukan untuk mengetahui temperatur terendah dimana uap bahan bakar mulai mengeluarkan nyala atau mulai terbakar. Pengujian nilai titik nyala dilakukan menggunakan thermocouple. Hasil analisis titik nyala eko-briket dari komposit sampah plastik dan arang sampah organik kota dapat dilihat pada Gambar 6. Titik Nyala 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Kk SP5Kk SP10Kk SP20Kk Km SP5Km SP10Km SP20Km Arang Plastik HDPE Gambar 6. Grafik Titik Nyala Eko-briket dan Bahan Baku Titik nyala rata-rata eko-briket komposit sampah plastik HDPE dan arang sampah organik kota adalah 148 o C. Titik nyala terendah yaitu produk eko-briket SP10Kk dengan titik nyala sebesar 120 o C. Dan titik nyala tertinggi yaitu produk eko-briket SP20Km dengan titik nyala sebesar 178 10

o C. Nilai titik nyala eko-briket yang tinggi membuat eko-briket sulit untuk dinyalakan. Oleh karena itu, untuk menyalakan eko-briket dibutuhan penyulut berupa minyak tanah atau spiritus. Kuat Tekan Analisis kuat tekan dilakukan untuk mengetahui kekuatan eko-briket dalam menahan beban. Beban tersebut dinyatakan dalam tekanan tertentu. Nilai kuat tekan perlu diketahui karena berkaitan dengan cara pengangkutan dan penyimpanan eko-briket. Produk eko-briket dengan nilai kuat tekan yang rendah rentan mengalami retak atau pecah selama pengangkutan dan penyimpanan. Pembacaan skala beban pada alat Unconfined Compression Test Machine dalam analisis kuat tekan produk eko-briket menunjukkan nilai yang terus naik meskipun sudah mencapai batas kemampuan maksimum alat memberikan beban. Hal tersebut mengakibatkan nilai kuat tekan produk eko-briket tidak dapat diketahui secara pasti. Dimensi produk eko-briket yang tidak memenuhi standar analisis kuat tekan menjadi penyebab nilai kuat tekan tidak dapat diketahui secara pasti. Seharusnya untuk analisis kuat tekan, tinggi sampel harus dua kali dari besar diameter. Sedangkan tinggi produk ekobriket yang diuji sama dengan besar diameter yaitu 5 cm. Hasil analisis kuat tekan eko-briket dari komposit sampah plastik HDPE dan arang sampah organik kota dapat dilihat pada Gambar 7. Kuat Tekan 1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 Kk SP5Kk SP10Kk SP20Kk Km SP5Km SP10Km SP20Km Gambar 7. Grafik Kuat Tekan Eko-briket Nilai kuat tekan rata-rata eko-briket komposit sampah plastik HDPE dan arang sampah organik kota adalah 1,11 Kg/cm 2. Nilai kuat tekan terendah yaitu produk eko-briket SP5Kk dengan nilai kuat tekan sebesar 0,661 Kg/cm 2. Dan nilai kuat tekan tertinggi yaitu produk eko-briket 11

SP10Km dengan nilai kuat tekan sebesar 1,529 Kg/cm 2. Dari rata-rata nilai kuat tekan produk ekobriket tersebut tidak memenuhi standar kualitas biobriket berdasarkan PERMEN ESDM no 47 Tahun 2006, yaitu minimal nilai kuat tekan sebesar 65 Kg/cm 2. Karena nilai kuat tekan produk ekobriket jauh dibawah standar yang ditetapkan maka produk eko-briket tidak dapat dikatakan sebagai briket tetapi hanya merupakan komposit sampah plastik HDPE dan arang sampah organik kota. Untuk menaikkan nilai kuat tekan produk eko-briket dapat dilakukan dengan mengganti jenis bahan perekat dengan bahan perekat yang lebih kuat daya rekatnya. Nilai kuat tekan yang rendah juga disebabkan oleh proses pencetakan eko-briket yang menggunakan cara manual sehingga tekanan yang diberikan kecil dan partikel eko-briket kurang rapat. Maka dapat dilakukan pencetakan eko-briket secara mekanik sehingga tekanan yang diberikan besar, partikel eko-briket menjadi lebih rapat dan nilai kuat tekan menjadi semakin tinggi. Analisis Biaya Analisis biaya dilakukan untuk mengetahui biaya yang harus dikeluarkan dalam pembuatan produk eko-briket atau harga produk eko-briket. Biaya pembuatan produk eko-briket atau harga produk eko-briket dihitung dari harga bahan baku yang digunakan dan biaya jasa dari proses pembuatan eko-briket. Harga bahan baku yang digunakan meliputi harga plastik HDPE, harga perekat kanji, harga perekat molase, dan harga air untuk melarutkan perekat kanji. Sedangkan biaya jasa dihitung dari asumsi biaya pembuatan arang sampah organik kota dan biaya pencetakan ekobriket. Biaya pembuatan arang sampah organik kota meliputi biaya pencacahan sampah, biaya pengarangan sampah, biaya penumbukan arang, dan biaya pengayakan arang. semakin besar nilai kalor produk eko-briket maka harga produk eko-briket semakin murah. Harga eko-briket per Kkal yang terendah adalah produk eko-briket dengan nilai kalor tertinggi yaitu SP20Kk dengan harga eko-briket per Kkal sebesar Rp 0,52/Kkal. Hasil analisis biaya eko-briket dari komposit sampah plastik HDPE dan arang sampah organik kota dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Analisis Harga Eko-briket 12

Jenis Ekobriket Nilai Kalor (kal/gr) Harga 1 Briket (Rp) Harga Eko-briket per Kg (Rp) Harga Eko-briket per Kkal (Rp) SP5Kk 7055,63 224,10 4980 0,71 SP10Kk 7501,76 222,53 4945 0,66 SP20Kk 9300,79 219,38 4875 0,52 SP5Km 5219,41 250,43 5565 1,07 SP10Km 5189,09 248,85 5530 1,07 SP20Km 6256,16 245,70 5460 0,87 Pemilihan Eko-Briket Terbaik Dari semua uji mutu yang dilakukan pada produk eko-briket dapat dilakukan pemilihan produk eko-briket terbaik dengan menggunakan hasil dari uji mutu eko-briket. Hasil uji mutu menyatakan kualitas dari produk eko-briket. Pemilihan eko-briket terbaik dilakukan dengan membandingkan semua hasil uji mutu dan diambil dua produk eko-briket dengan mutu terbaik. Uji mutu tersebut terdiri dari nilai kalor, titik nyala, kuat tekan, kadar air, kadar volatile solid, kadar fixed carbon, kadar abu, dan harga eko-briket per Kkal. Dari data tersebut ditentukan eko-briket terbaik adalah produk eko-briket SP20Kk dan SP10Kk. Kedua produk eko-briket tersebut memiliki kualitas yang lebih baik dari produk eko-briket lainnya. Antara lain memiliki nilai kalor tertinggi, kadar air yang rendah, kadar volatile solid yang tinggi, dan harga produk eko-briket per Kkal nya rendah Perbandingan Eko-Briket dengan Produk Lain Setelah dilakukan pemilihan produk eko-briket terbaik selanjutnya dilakukan perbandingan kedua produk eko-briket terbaik tersebut dengan produk briket atau bahan bakar lain. Perbandingan tersebut dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan produk eko-briket dari komposit 13

sampah plastik HDPE dan arang sampah organik kota dengan produk briket atau bahan bakar lain. Hasil perbandingan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4.16. Perbandingan Eko-briket dengan Produk Lain Jenis Briket Nilai Kalor (kal/gr) Kadar Air (%) Kadar Abu (%) Biaya per Kkal (Rp) SP10Kk 7501,76 4,82 10,43 0,66 SP20Kk 9300,79 3,73 9,10 0,52 HDPE40T60M40* 8427,27 2,91 6,39 1,02 Briket Sampah Organik ** 3981,44 7,02 5,53 2,51 Minyak Tanah Subsidi ** 9000 - - 0,28 Minyak Tanah Non Subsidi** 9000 - - 0,7 Batubara **** 6900 4,00 10,00 0,72 Sumber : * Prasetiyo (2008) ** Anonim (2009) **** Harahap (2009) KESIMPULAN Eko-briket dengan komposisi sampah plastik sebanyak 20% dengan perekat kanji mempunyai nilai kalor tertinggi sebesar 9300,79 kal/gr yang telah memenuhi standar bio-batubara berdasarkan Permen ESDM No 047 Tahun 2006. Eko-briket tersebut juga merupakan eko-briket dengan kualitas terbaik karena mempunyai kadar air terendah sebesar 3,73% dan harga yang paling murah yaitu Rp 0,52 per Kkal. DAFTAR PUSTAKA 14

Anonim. 2009. Penyaluran Minyak Tanah Subsidi di Makassar Dikurangi. <URL:http://www.antara-sulawesiselatan.com/beranda/1-latest-news/3349-penyaluranminyak-tanah-subsidi-di-makassar-dikurangi.html> Anggrainy, A. D. 2005. Tugas Akhir : Briket Sampah sebagai Alternatif Sumber Energi Kalor dan Listrik dengan Metoda Refuse Derifed Fuel (RDF). Surabaya : Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS. Apriati, A. 2008. Tugas Akhir : Pemanfaatan Sampah Organik sebagai Briket. Surabaya : Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS. Harahap, M. S. 2009. Pelatihan Furnace Batubara. Gresik : PT. Petrokimia Gresik. Himawanto, D. A. 2005. Pengaruh Temperatur Karbonasi terhadap Karakteristik Pembakaran Briket Sampah Kota. Media Mesin, Vol. 6, No. 2 : 84-91. Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral nomor 047 tahun 2006. Pedoman Pembuatan dan Pemanfaatan Briket Batubara dan Bahan Bakar Padat Berbasis Batubara. Prasetiyo, D. D. 2008. Tugas Akhir : Eco-briquette dari Komposit Sampah Plastik High Density Polyethylene dan Sampah Lignoselulosa. Surabaya : Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS. Sorum, L., Gronli M. G., Hustad J. E. 2001. Pyrolisis Characteristics and Kinetics of Municipal Solid Waste. Fuel, 80 (2009) : 1217-1227. 15