BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran pernafasan obstruktif intermitten, reversible dimana

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

Studi Perilaku Kontrol Asma pada Pasien yang tidak teratur di Rumah Sakit Persahabatan

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2020

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

ABSTRAK PENILAIAN TINGKAT TERKONTROLNYA ASMA BERDASARKAN METODE ASTHMA CONTROL TEST TM PADA PENDERITA ASMA

HUBUNGAN ANTARA KONTROL ASMA dengan KUALITAS HIDUP ANGGOTA KLUB ASMA di BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik di negara berkembang maupun di negara maju. Penyakit asma termasuk lima

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani (yang berarti terengah-engah) dan pertama kali

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

PENJELASAN PENELITIAN UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global

Tingkat Kontrol Asma Mempengaruhi Kualitas Hidup Anggota Klub Asma di Balai Kesehatan Paru

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada paru-paru terhadap partikel asing maupun gas (GOLD, 2013).

BAB III METODA PENELITIAN. korelasional karena peneliti mencoba menggambarkan dan. indepeden dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa perawat merupakan back bone untuk mencapai targettarget

BAB. I PENDAHULUAN UKDW. Global Initiative for Asthma (GINA) memperkirakan bahwa hampir 300

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG PENCEGAHAN ASMA DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. maju maupun di negara-negara sedang berkembang. berbagai sel imun terutama sel mast, eosinofil, limposit T, makrofag, neutrofil

BAB I PENDAHULUAN. bronkus. 3 Global Initiative for Asthma (GINA) membagi asma menjadi asma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. resolusi World Health Assembly (WHA) ke-58 tahun 2005 di. Universal Health Coverage (UHC) bagi seluruh penduduk, maka

DI RT 06 RW 02 DESA KUDU KELURAHAN BAKI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BALAKANG. sedang berkembang. Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu,

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kisaran usia 5-14 tahun (Gerald dkk, 2004). Prevalens asma di Indonesia belum

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Chan, sekitar 1 miliar orang di dunia menderita hipertensi, dan angka kematian

2006 Global Initiative for Asthma (GINA) tuntunan baru dalam penatalaksanaan asma yaitu kontrol asma

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, pertumbuhan pasar, strategi pesaing dan faktor-faktor lain yang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

PENGARUH YOGA TERHADAP KONTROL ASMA

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).

Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Asma dengan Tingkat Kontrol Asma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi menyempit karena meningkatnya prevalensi di negara-negara berpendapatan

Dr. Masrul Basyar Sp.P (K)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN GANGGUAN PERNAFASAN : ASMA BRONKIAL DI BANGSAL CEMPAKA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Noor Khalilati 1. Key Words: Using Inhalers Correctly, Asthma Attack Frequency

BAB 1 PENDAHULUAN. bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

HUBUNGAN WAKTU PELAYANAN REKAM MEDIS DI TPPRJ DENGAN KEPUASAN PASIEN POLIKLINIK BEDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB 1 : PENDAHULUAN. penderita mengalami komplikasi pada organ vital seperti jantung, otak, maupun ginjal.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi adalah Healthcare-associated Infection (HAIs). HAIs

BAB I PENDAHULUAN. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Rancangan Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif

BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai dengan pembatasan aliran udara yang irreversibel (Celli & Macnee,

Lampiran 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau COPD (Chronic

DI SOGATEN RT 3 RW 15 PAJANG LAWEYAN DI WILAYAH PUSKESMAS PAJANG SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

Oleh : Rahayu Setyowati

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma (Medlinux, (2008).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma adalah penyakit saluran pernafasan obstruktif intermitten, reversible dimana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimulus tertentu. Manifestasi asma berupa penyempitan jalan nafas yang mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi (Smelzer, 2001). Global Initiative for Asthma (2010) menyatakan bahwa asma merupakan masalah kesehatan global. Penduduk dari segala macam usia dapat terkena penyakit saluran pernafasan ini. Ketika tidak terkontrol, akan menyebabkan keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari dan terkadang fatal akibatnya. Asma merupakan beban berat tidak hanya pada masalah pembiayaan tetapi juga dapat menyebabkan kehilangan produktivitas dan menurunnya partisipasi dalam kehidupan keluarga. Apabila tidak dicegah dan ditangani dengan baik, akan terjadi peningkatan prevalensi di masa mendatang serta akan mengganggu proses tumbuh kembang anak dan kualitas hidup pasien. Menurut Beasley (2004) sekitar 300 juta orang saat ini menderita asma. Departemen kesehatan menyatakan bahwa asma termasuk dalam 10 besar penyebab kematian dan kesakitan di rumah sakit. Asma tidak terkontrol pada dewasa menempati urutan teratas pada penelitian Rahayu (2012) yaitu sebesar 52% kemudian diikuti oleh pasien usia lanjut yakni sebesar 21%, dan pasien usia remaja sebesar 2%. Asma 1

2 terkontrol juga paling banyak dimiliki oleh pasien dewasa yakni sebesar 17%, kemudian remaja sebesar 7%, dan usia lanjut 1%. Berdasarkan hasil penelitian Sullivan et al., (2011) didapatkan bahwa sebanyak 2.003 dari 47.033 dewasa menderita asma di Amerika Serikat. Orang dewasa dengan asma menghabiskan lebih dari 1,4 hari waktunya untuk istirahat dan mengalami keterbatasan aktivitas atau tidak dapat bekerja, mengerjakan pekerjaan rumah, ataupun pergi ke sekolah. Kontribusi terbesar penggunaan layanan kesehatan pada dewasa adalah penggunaan obat, diikuti oleh hospitalisasi dan pelayanan kesehatan di rumah. Asma adalah penyakit jangka panjang yang tidak bisa disembuhkan. Adapun tujuan terapi asma adalah mengontrol penyakit (National Heart Lung and Blood Institute, 2011), mencapai dan mempertahankan kontrol gejala (Global Initiative for Asthma, 2010). Mengontrol asma dapat meningkatkan kualitas hidup. Semakin buruk kontrol asma semakin sering kunjungan ke rumah sakit, gawat darurat, rawat inap, dan penurunan kualitas hidup (Vollmer et al., 1999). Berdasarkan hasil penelitian Rhee et al., (2011) didapatkan bahwa remaja dengan kontrol asma yang tidak akurat ternyata mempunyai angka hospitalisasi, kunjungan ke unit gawat darurat, dan absen dari sekolah yang cukup tinggi. Pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan oleh pasien asma pada remaja antara lain sekitar 10% pasien dirawat di rumah sakit karena kekambuhan asma, 14% mengunjungi unit gawat darurat sekurang-kurangya satu kali, 22% pasien mendatangi spesialis asma, 32% berkunjung penyedia pelayanan kesehatan untuk mengatasi asma yang memburuk, 45% menjadwalkan kunjungan ke penyedia pelayanan kesehatan untuk mengecek asma

3 secara rutin, 33% mengunjungi klinik sekolah, lebih dari 25% remaja tidak masuk sekolah akibat asma. Hal ini membuktikan bahwa kontrol asma sangat penting untuk dilakukan bagi setiap penderita asma baik anak, remaja maupun dewasa Kontrol asma bergantung pada dua hal penting yaitu mendapatkan pelayanan medis dan mempunyai keterampilan manajemen asma yang baik (Asthma Lung Association, 2011). Kunci penting dalam manajemen diri sendiri pada asma adalah pengetahuan tentang asma (Carson et al., 1991). Pasien dari segala usia dengan pengetahuan tentang asma yang lebih memiliki manajemen asma yang lebih tepat dibandingkan mereka dengan pengetahuan tentang asma yang kurang (Abdulwadud et al., 2001). Memiliki pengetahuan yang tepat adalah langkah pertama menuju manajemen penyakit yang lebih baik (Mo-Kyung et al., 2004). Pada studi pendahuluan yang dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta peneliti mendapatkan fenomena kunjungan berulang pada pasien. Satu pasien asma dewasa saja bisa mencapai dua hingga tiga kali kunjungan dalam satu bulan. Hal ini menunjukkan bahwa kontrol asma pasien memang masih rendah. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kontrol asma adalah pengetahuan tentang penyakit asma. Berdasar fenomena dan teori tersebut diatas peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan pengetahuan tentang asma terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan.

4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah Bagaimana hubungan pengetahuan tentang asma terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang asma terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengetahuan tentang asma pada pasien asma di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. b. Mengetahui pemanfaatan pelayanan kesehatan pada pasien asma di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Institusi pendidikan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber data untuk penelitian selanjutnya.

5 2. Perawat Diharapkan dapat memberikan informasi kepada perawat mengenai hubungan pengetahuan tentang asma terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan sehingga dapat membantu dalam penatalaksanaan pengelolaan asma di rumah sakit. 3. Institusi Rumah Sakit Diharapkan dapat memberikan informasi dan digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya pada pasien asma. 4. Pasien Diharapkan setelah mengetahui tingkat pengetahuan tentang asma pada diri sendiri, pasien akan terus meningkatkan dan mepertahankan pengetahuan asma yang dimiliki untuk mencapai manajemen asma yang lebih baik. E. Keaslian Penelitian Penelitian dengan judul hubungan pengetahuan tentang asma terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan belum pernah diteliti sebelumnya akan tetapi terdapat beberapa penelitian serupa yaitu: 1. Ediworo (2009). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Umum Asma dengan Tingkat Kontrol Asma Pasien di Poliklinik Asma Rumah Sakit Persahabatan Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi tingkat kontrol asma tidak terkontrol pada pasien asma di Poliklinik Asma Rumah Sakit Persahabatan Jakarta. Alat ukur yang digunakan adalah Asthma Control Test. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang (cross

6 sectional). Hasil dari penelitian ini adalah prevalensi asma tidak terkontrol pada pasien asma di Poliklinik Asma Rumah Sakit Persahabatan yang diukur dengan Asthma Control Test adalah sebesar 75,7%. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan umum asma dengan tingkat kontrol asma (p > 0,05) pasien Poliklinik Asma Rumah Sakit Persahabatan. Perbedaan penelitian Ediworo (2009) dengan penelitian ini adalah pada variabel penelitian. Variabel terikat pada penelitian Ediworo (2009) adalah tingkat kontrol asma, sedangkan pada penelitian ini adalah pemanfaatan pelayanan kesehatan. Persamaan penelitian Ediworo (2009) dengan penelitian ini adalah desain penelitian yang digunakan yakni menggunakan desain cross sectional dan penggunaan alat ukur Asthma Genereal Knowledge Questionnaire (AGKQ). 2. Rhee (2011). Adolescents Perception of Asthma Symptomps and Health Care Utilization. Metode penelitian yang digunakan adalah studi eksplorasi dengan rancangan cross-sectional. Adapun subyek pada penelitian ini adalah remaja berusia antara 13-20 tahun yang terdaftar jika mereka memiliki gejala yang konsisten dengan asma persisten sebagaimana ditentukan oleh EPR3 atau melaporkan penggunaan obat pencegahan asma. Sampel penelitian berjumlah 126 orang yang diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasar Asthma Control Questionnaire yaitu inaccurate symptom perception (IG) sebanyak 39 orang, well-controlled accurate symptom perception (WCA) sebanyak 78 orang, dan poorly controlled accurate symptom perception (PCA) sebanyak 9 orang.

7 Ketiga kelompok ini dibandingkan dengan melihat bagaimana pemanfaatan pelayanan kesehatan, kunjungan gawat darurat, hospitalisasi, dan absen dari sekolah maupun kerja selama 3 bulan terakhir. Alat ukur yang digunakan adalah Asthma Control Questionnaire untuk mengukur persepsi kontrol asma. Sedangkan alat ukur untuk pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan menggunakan kuisioner yang didalam nya berisi informasi mengenai penggunaan pelayanan kesehatan dan absensi dari sekolah. Hasil dari penelitian ini adalah pada kelompok remaja inaccurate symptom perception (IG) lebih sering mempunyai riwayat hospitalisasi, kunjungan ke gawat darurat, dan absen dari sekolah dibandingkan dengan kelompok remaja well-controlled accurate symptom perception (WCA). Adapun pemanfaatan pelayanan kesehatan yang digunakan pasien antara lain sekitar 10% pasien dirawat di rumah sakit karena kekambuhan asma, 14% mengunjungi unit gawat darurat sekurang-kurangya satu kali, 22% pasien mendatangi spesialis asma, 32% berkunjung ke primary care provider (PCP) untuk mengatasi asma yang memburuk, 45% menjadwalkan kunjungan PCP untuk mengecek pasien asma secara rutin, 33% mengunjungi klinik sekolah, lebih dari 25% remaja tidak masuk sekolah akibat asma. Perbedaan dengan penelitian kali ini variabel bebas yang digunakan pengetahuan tentang asma, sedangkan pada penelitian Rhee (2011) adalah akurasi persepsi gejala asma. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama

8 menggunakan rancangan cross-sectional dan variabel terikat adalah pemanfaatan pelayanan kesehatan. 3. Katerine (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Asma dengan Tingkat Kontrol Asma. Tujuan penelitian mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang asma dengan tingkat kontrol asma. Alat ukur yang digunakan Asthma Control Test (ACT) dan Asthma General Knowledge Questionnaire (AGKQ). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan metode cross-sectional. Penentuan sampel menggunakan metode consecutive sampling. Adapun jumlah subyek penelitian sebanyak 65 orang. Hasil penelitan menunjukkan 19 orang memiliki asma tidak terkontrol memiliki pengetahuan tentang asma yang rendah, 1 orang dengan asma terkontrol sebagian dengan tingkat pengetahuan yang rendah, dan 1 orang pasien asma terkontrol total memiliki pengetahuan tentang asma yang rendah. Pasien yang memiliki pengetahuan rendah sebanyak 21 orang dan yang memiliki pengetahuan tentang asma tinggi sebanyak 44 orang. Analisis mennggunakan uji Chi-square, didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan tentang asma dengan tingkat kontrol asma dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05). Persamaan dengan penelitian ini adalah penggunaan alat ukur Asthma General Knowledge Questionnaire (AGKQ), desain penelitian menggunakan cross-sectional dan variabel bebas yang digunakan yakni pengetahuan mengenai asma. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel terikat yang digunakan

9 dalam adalah tingkat kontrol asma, sedangkan pada penelitian kali ini variabel terikat yang digunakan adalah pemanfaatan pelayanan kesehatan. 4. Wolagole (2012). Gambaran Pengetahuan dan Sikap dalam Mengontrol Kekambuhan Asma pada Pasien Asma Bronkial Rawat Jalan di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Adapun tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran pengetahuan dan sikap dalam mengontrol kekambuhan asma dan gambaran asma terkontrol dan tidak terkontrol pada pasien asma bronkial rawat jalan di RSP dr. Ario Wirawan Salatiga. Variabel bebas yang digunakan yaitu pengetahuan dan sikap. Variabel terikat yang digunakan yaitu mengontrol kekambuhan asma. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti. Kuesioner pengetahuan berisi 10 pertanyaan mengenai pengetahuan asma dengan alternatif jawaban disediakan oleh peneliti. Kuesioner sikap mengontrol kekambuhan asma berisi 10 pernyataan dengan alternatif jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Kuesioner mengontrol kekambuhan asma berisi 10 pertanyaan dengan alternatif jawaban ya dan tidak. Jumlah sampel penelitian sebanyak 75 pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tentang asma dengan kategori pengetahuan baik sebanyak 60%, sedang 28%, dan kurang 12%. Sikap dalam mengontrol kekambuhan asma positif sebanyak 61,3% dan negatif 38,7%. Responden yang memiliki asma terkontrol sebanyak 65,3% dan asma tidak terkontrol 34,7%.

10 Persamaan dengan penelitian kali ini yakni variabel bebas yang digunakan yaitu pengetahuan tentang asma. Perbedaan dengan penelitian kali ini adalah jenis penelitian yang digunakan deskriptif sedangkan pada penelitian kali ini jenis penelitian yang digunakan adalah analitik korelatif.