BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang terkait dengan kemampuan kimia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran dengan memperkuat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

* Keperluan korespondensi, Hp

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kurikulum yang digunakan saat ini adalah kurikulum 2013 (penjelasan pada Lampiran 1), yang didalamnya

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 menghendaki pembelajaran yang diterapkan di sekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi semakin pesat dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran yang inovatif berbasis kontekstual banyak diperlukan dalam pengajaran kmia untuk menyelaraskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung untuk meningkatkan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak boleh ditinggalkan yaitu pengetahuan (cognitive, intelectual), keterampilan

BAB I PENDAHULUAN PES JLH LLS. Rata. Total Rata. % Nilai KIM. Kota Medan ,98 8,32 50,90 8,48

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ahmad Mulkani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari fenomena dan hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa,

Skripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

STRATEGI REACT DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan antara lain: (1) membangun kesadaran

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses menyiapkan siswa agar mampu beradaptasi dan berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar. Peran serta pendidikan mempunyai

I. PENDAHULUAN. Ilmu yang mempelajari alam semesta disebut Ilmu Pengetahuan Alam (natural

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Proses

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Implementasai kurikulum 2013 di Indonesia sangat diharapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center learning) menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unggul dalam persaingan global. Pendidikan adalah tugas negara yang paling

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nia Prihatiningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Akhmad Fauzi Program Studi S-2 Pendidikan Sains, PPs Universitas Negeri Surabaya Jl. Ketintang Surabaya (60231)

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMAN 1 SUNGAI AMBAWANG MELALUI PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas dan keberhasilan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas pendidikannya. Hal mendasar yang perlu

PEMBELAJARAN TEMATIK MENGGUNAKAN MEDIA TOYS AND TRICK

2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada era modern ini

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hambatan itu antara lain : inteligensi, perhatian, minat, bakat, kesehatan dan cacat badan, sedangkan hambatan dari luar siswa adalah lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial, maupun kedewasaan moral. Oleh karena itu, proses pendidikan bukan hanya mengembangkan intelektual saja, tetapi mencakup seluruh potensi yang dimiliki anak didik. Dengan demikian, hakikat pendidikan pada dasarnya adalah: interaksi manusia, pembinaan dan pengembangan potensi manusia, berlangsung sepanjang hayat, kesesuaian dengan kemampuan dan tingkat perkembangan siswa, keseimbangan antara kebebasan subjek didik dan kewibaan guru, dan peningkatan kualitas manusia (Suyanti, 2010). Dalam proses tersebut diperlukan seorang guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien (Rusman, 2014). Guru adalah salah satu kunci dalam berperan penting dalam pembentukan kualitas dan kuantitas pembelajaran yang dilaksanakannya. Guru membangun pembelajaran untuk mengembangkan kreativitas berpikir agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, mengontruksi pengetahuan baru dan meningkatkan penguasaan terhadap materi pembelajaran. Pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk sumber daya manusia berkualitas dapat dicapai apabila guru menerapkan strategi, pendekatan ataupun metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Namun, permasalahan hari ini adalah banyak guru yang tidak menerapkan model dan metode pembelajaran yang beragam, dan lebih fokus pada penyampaian pembelajaran secara teacher centered (berpusat pada guru). Sehingga membentuk

2 pembelajaran menjadi monoton dan membosankan bahkan sangat tidak sesuai dengan perkembangan tuntutan kurikulum yang diterapkan saat ini. Ilmu kimia adalah ilmu mengenai bahan kimia, bahan kimia bukan merupakan bahan abstrak yang mematikan dan perlu ditakuti. Ilmu pengetahuan yang terkait dengan kimia adalah ilmu yang mencakup aspek mengenai bahan bahan kimia yang mempelajari reaksi reaksi kimia (perubahan yang terjadi bila senyawa kimia berinteraksi membentuk senyawa baru yang berbeda (Brady,1999). Mata pelajaran kimia yang sarat dengan konsep, dari konsep yang sederhana sampai konsep yang lebih kompleks dan abstrak, sangatlah diperlukan pemahaman yang benar terhadap konsep dasar yang membangun konsep tersebut. Banyaknya konsep kimia yang bersifat abstrak yang diserap siswa dalam waktu relatif terbatas menjadikan mata pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran sulit bagi siswa (Addin, dkk., 2014). Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, dari siswa kelas XI MIA SMA Negeri 3 Medan yang berjumlah 13 kelas dengan masing-masing kelas ratarata berjumlah 40 siswa, keberhasilan proses pembelajaran kimia di kelas masih sangat jauh dari yang diharapkan, hanya sekitar 50 % dari jumlah siswa tiap kelas yang dapat menguasai pembelajaran kimia di kelas. Maka dari itu diperlukan sebuah inovasi pembelajaran kimia di kelas untuk meningkatkan hasil belajar di kelas dan aspek afektif lainnya. Dari pemaparan berbagai hal diatas, diperlukan satu langkah untuk menyelesaikan permasalahan terkait penyampaian tujuan pendidikan. Guru harus mampu melakukan tujuan dan pembelajaran sesuai dengan sinkronisasi dari kurikulum yang berlaku serta mengunakan strategi pembelajaran yang maksimal dan juga dikolaborasikan dengan metode maupun pendekatan pembelajaran yang cocok bagi pembelajaran tersebut. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kimia adalah strategi pembelajaran REACT. Strategi REACT terdiri dari lima komponen, yaitu Relating, Experiencing, Applying, Cooperating dan Transfering. Menurut Trianto (2011) strategi REACT merupakan salah satu strategi pembelajaran yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antar

3 pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Ismawati, dkk., (2013) memaparkan bahwa strategi REACT dilaksanakan dengan menghubungkan pembelajaran di kelas dengan situasi dunia nyata (relating), menekankan dalam bentuk pengalaman (experiencing) dan kerjasama siswa (cooperating), mempresentasikan pembelajaran dalam pemanfaatan (applying) serta memanfaatkan pengetahuan dalam situasi baru (transfering). Berdasarkan hasil penelitian dari Rizka, dkk., (2014) menunjukan bahwa penerapan strategi pembelajaran REACT mampu meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa dengan rata-rata nilai hasil belajar 80,84 dibandingkan pengajaran konvesional dengan rata-rata nilai hasil belajar 66,51. Penelitian lain dari Fauzi (2016) menunjukan bahwa bahwa penerapan strategi pembelajaran REACT pada materi larutan penyangga mampu meningkatkan hasil belajar siswa dengan rata-rata nilai 83,5 dan rata-rata nilai n-gain adalah 0,81 termasuk kategori tinggi. Hasil penelitan lain dari Ismawati, dkk., (2013), penerapan model pembelajaran inquiri berstrategi REACT pada materi asam dan basa dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukan dengan hasil rata-rata nilai afektif dalam kelas eksperimen sebesar 3,80 skala 4 dan termasuk kriteria sangat tinggi. Hasil penelitian lain dari Farid (2013) menunjukan bahwa penerapan strategi pembelajaran REACT pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan telah mencapai ketuntasan belajar sebesar 86,67% dibandingkan tanpa penerapan stretegi pembelajaran REACT yang hanya sebesar 62,07%. Sedangkan hasil validasi dalam penelitan Riyanto dan Muslim (2014) terhadap kualitas perangkat pembelajaran REACT mendapatkan nilai rata-rata 82,19 atau pada kriteria sangat baik. Aktivitas siswa yang diteliti pada penelitian yang sama juga mendapatkan nilai rata-rata 72,1 dengan kriteria penilaian aktivitas siswa baik. Untuk memaksimalkan proses pembelajaran, strategi pembelajaran REACT akan diterapkan dengan menggunakan metode eksperimen dan penyelesaian masalah. Metode eksperimen menurut Koray dan Koksal (2009) didasarkan pada partisipasi aktif siswa dalam proses pengumpulan data dan memberikan analisis dari fakta-fakta terhadap hasil yang diperoleh. Penggunaan metode eksperimen pada larutan penyangga cukup sesuai karena siswa dapat

4 melakukan eksperimen untuk mengenal larutan penyangga. Pengenalan larutan penyangga juga dapat dilakukan guru melalui metode penyelesaian masalah. Metode ini merupakan suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan dan memecahkan masalah berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat. Durotulaila (2014) mengungkapkan perbedaan dari kedua metode ini terletak pada proses siswa memperoleh konsep. Pada metode eksperimen, siswa telah mengetahui teori sebelum siswa melaksanakan kegiatan eksperimen, adapun kegiatan ini ditujukan untuk membuktikan teori yang ada, sedangkan pada metode penyelesaian masalah siswa belum mengetahui teori. Siswa membuat hipotesis dari permasalahan yang diberikan guru. Metode eksperimen dan penyelesaian masalah menekankan pada kegiatan eksplorasi dan penemuan sehingga kedua metode ini mengedepankan proses berpikir kritis yang dapat mendukung proses penerapan strategi pembelajaran REACT dalam penelitian nantinya. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Perbedaan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dengan Penerapan Strategi Pembelajaran REACT Menggunakan Metode Eksperimen dan Penyelesaian Masalah pada Materi Pokok Larutan Penyangga 1.2 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah penerapan strategi pembelajaran REACT untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa SMA terhadap materi pokok larutan penyangga. Cakupan penelitian ini adalah melihat efektifitas strategi pembelajaran REACT menggunakan metode eksperimen dan penyelesaian masalah dalam mengajarkan materi larutan penyangga, yang menekankan pada hasil belajar dan aktivitas siswa.

5 1.3 Batasan Masalah Melihat luasnya permasalahan yang dapat muncul dari penelitian ini, serta mengingat keterbatasan waktu dan sarana penunjang lainnya maka penelitian ini dibatasi pada : 1. Objek penelitian adalah siswa kelas XI peminatan bidang IPA semester genap SMA. 2. Strategi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran REACT menggunakan metode eksperimen untuk kelas eksperimen I dan strategi pembelajaran REACT menggunakan metode penyelesaian masalah untuk kelas eksperimen II. 3. Materi pokok Larutan Penyangga yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada sub materi konsep pengertian dan sifat larutan penyangga, komponen dan cara kerja larutan penyangga, dan perbedaan perhitungan ph larutan konjugasi asam basa lemah. 4. Aktivitas belajar siswa dalam penelitian ini adalah kegiatan siswa selama pembelajaran. 5. Hasil belajar kimia siswa dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. Ranah kognitif diukur berdasarkan taksonomi Bloom C 1 (hapalan), C 2 (pemahaman), C 3 (aplikasi), C 4 (analisis). Ranah psikomotorik dapat diukur dari kemampuan siswa dalam memilih dan menggunakan alat dan bahan dalam percobaan. Dan ranah afektif dalam penelitian ini dilihat dari kemampuan berpikir dan sikap kerjasama siswa dalam kelompok belajarnya. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan ruang lingkup yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang diteliti oleh peneliti adalah 1. Adakah perbedaan antara hasil belajar siswa dengan penerapan strategi pembelajaran REACT yang menggunakan metode eksperimen dengan yang menggunakan metode penyelesaian masalah pada materi pokok larutan penyangga?

6 2. Adakah perbedaan antara aktivitas belajar siswa dengan penerapan strategi pembelajaran REACT yang menggunakan metode eksperimen dengan yang menggunakan metode penyelesaian masalah pada materi pokok larutan penyangga? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dilakukan secara umum adalah peningkatan hasil belajar dan kerjasama siswa dan secara khusus adalah ; 1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa dengan penerapan strategi pembelajaran REACT yang menggunakan metode eksperimen dengan yang menggunakan metode penyelesaian masalah pada materi pokok larutan penyangga. 2. Untuk mengetahui perbedaan aktivitas belajar siswa dengan penerapan strategi pembelajaran REACT yang menggunakan metode eksperimen dengan yang menggunakan metode penyelesaian masalah pada materi pokok larutan penyangga. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini secara umum dijabarkan sebagai berikut : 1. Mendapatkan strategi pembelajaran efektif yang dapat meningkatkan penguasaan materi pelajaran dalam pengajaran kimia. 2. Metode pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan dalam penelitian ini akan dapat membangun pengetahuan dasar terhadap ilmuilmu dasar terkait konsep konsep ilmu pengetahuan dalam bidang kimia dalam rangka peningkatan prestasi belajar siswa. 3. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai strategi pembelajaran pada mata pelajaran kimia di lingkungan Sekolah Menengah Atas, terkhusus di SMA Negeri 3 Medan yang selanjutnya akan dikomunikasikan secara nasional sehingga dapat digunakan di berbagai SMA di Indonesia.

7 Pada penilitian ini juga memilki 2 (dua) manfaat besar, yaitu ; manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang sangat berharga pada perkembangan ilmu pendidikan, terutama pada penerapan strategi pembelajaran untuk meningkatkan hasil proses pembelajaran dan hasil belajar di kelas. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Membantu siswa berpikir kritis, rasional dan kreatif dalam mengerjakan soal-soal baik secara individual maupun kelompok. Memberikan peluang kepada siswa untuk lebih aktif mengembangkan potensi dirinya terutama dalam memberi pendapat pendapat yang konstruktif positif untuk memecahkan masalah dalam soal soal penerapan larutan penyangga. b. Manfaat Bagi Guru Meningkatkan kualitas guru dalam melaksanakan tugas mengajar terutama dalam mengajar kimia Memotivasi guru-guru yang lain untuk melakukan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan bagi siswa. c. Manfaat Bagi Sekolah Meningkatkan hasil belajar kimia SMA Negeri 3 Medan, sehingga mampu bersaing dengan sekolah sekolah yang lain. Penelitian ini bermanfaat bagi sekolah karena dapat memberi masukan atau sumbangan penelitian bagi peneliti lain yang melakukan penelitian pendidikan. d. Manfaat Bagi Peneliti Sebagai sarana belajar untuk menintegrasikan pengetahuan dan keterampilan dengan terjun langsung sehingga dapat melihat, merasakan, dan menghayati apakah praktik praktik pembelajaran yang dilakukan selama ini sudah efektif dan efisien.

8 1.7 Definisi Operasional 1. Strategi Pembelajaran REACT adalah salah satu strategi pembelajaran dengan menghubungkan pembelajaran di kelas dengan situasi dunia nyata (relating), menekankan dalam bentuk pengalaman (experiencing) dan kerjasama siswa (cooperating), mempresentasikan pembelajaran dalam pemanfaatan (applying) serta memanfaatkan pengetahuan dalam situasi baru (transfering) (Ismawati, 2013). 2. Metode Eksperimen menurut Koray dan Koksal (2009) adalah adalah metode pembelajaran yang didasarkan pada partisipasi aktif siswa dalam proses pengumpulan data dan memberikan analisis dari fakta-fakta terhadap hasil yang diperoleh. 3. Metode Penyelesaian Masalah adalah metode metode pembelajaran yang didasarkan pada suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan dan memecahkan masalah berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat (Durotulaila, 2014). 4. Hasil Belajar yang dimaksudkan disini adalah pencapaian prestasi belajar siswa dengan kriteria, atau nilai yang telah ditetapkan baik menggunakan penilaian acuan patokan maupun penilaian acuan norma (Supardi, 2013). 5. Aktivitas Belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa keterampilan terintegrasi (Riyanto dan Muslim, 2014). 6. Larutan Penyangga (buffer) adalah larutan yang dapat menyangga (mempertahankan) ph. Larutan buffer memiliki ph yang konstan, terhadap pengaruh pengenceran atau ditambah sedikit asam atau basa. Berdasarkan Silabus Mata Pelajaran Kimia Kurikulum 2013 materi larutan penyangga merupakan materi pokok kelas XI semester genap.