II. TINJAUAN PUSTAKA. lain di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tentu tidak selamanya hubungan

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. lain di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tentu tidak selamanya hubungan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

AKIBAT HUKUM DARI PERJANJIAN BAKU (STANDART CONTRACT) BAGI PARA PIHAK PEMBUATNYA (Tinjauan Aspek Ketentuan Kebebasan Berkontrak) Oleh:

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN. Rosdalina Bukido 1. Abstrak

I. PENDAHULUAN Ayat (1) KUHPerdata, ketentuan ini berbunyi Semua persetujuan yang

ASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 918/MENKES/PER/X/1993 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI MENTERI KESEHATAN

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN TEORITIS. bantuan dari orang lain. Untuk itu diperlukan suatu perangkat hukum demi

Kontrak. Defenisi: 1313 KUHPerd suatu perbuatan yagn terjadi dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang lain atau lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

II. TINJAUAN PUSTAKA. yaitu Verbintenis untuk perikatan, dan Overeenkomst untuk perjanjian.

Common Law Contract Agreement Agree Pact Covenant Treaty. Civil Law (Indonesia) Kontrak Sewa Perjanjian Persetujuan Perikatan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era reformasi merupakan era perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 11

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. Kata perjanjian berasal dari terjemahan overeenkomst dan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. pegawai yang tidak dapat bekerja lagi, untuk membiayai penghidupan

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata adalah :

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

BAB II PENGERTIAN UMUM PERJANJIAN BAKU. A. Pengertian Perjanjian dan Syarat-Syarat Sah Suatu Perjanjian

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. terwujud dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini disebabkan adanya tujuan dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya suatu perjanjian berawal dari suatu perbedaan atau

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau

BAB II PROSEDUR PERALIHAN HAK GUNA USAHA MELALUI PERIKATAN JUAL BELI SEKALIGUS ALIH FUNGSI PENGGUNAAN TANAH

HUKUM DAN APOTEK. (Tinjauan Terhadap Tanggung Jawab Apotek dalam Penjualan Obat-Obatan Daftar G di Surakarta) ABSTRAKSI SKRIPSI.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tidak ada dirumuskan dalam undang-undang, tetapi dirumuskan sedemikian rupa

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

Tanggung Jawab Penjual/ Pelaku Usaha Dalam Transaksi Jual Beli Terhadap Kelebihan Pembayaran Menurut Peraturan Perundang Undangan Di Indonesia.

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. ketentuan Buku III Kitab Undang Undang Hukum Perdata, dengan menyatakan

LEMBAGA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu contract, dalam bahasa Belanda

KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) ( )

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB II TENTANG PERJANJIAN. A. Pengertian Perjanjian dan Asas-Asas Hukum Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUH PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

Suatu kesepakatan yang diperjanjikan (promissory agreement)

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM

BAB VI PERIKATAN (VERBINTENISSEN RECHT)

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU DI PT. TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pengertian perjanjian terdapat dalam Pasal 1313 KUHPerdata yaitu

BAB I PENDAHULUAN. manusia menjadi hal yang tidak terelakkan, terutama dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh manusia. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut di

Asas asas perjanjian

Hukum Kontrak Elektronik

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PengertianPerjanjian Kehidupan manusia yang tidak lepas dari hubungan kausal dangan manusia yang lain di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tentu tidak selamanya hubungan tersebut berjalan dengan baik disinilah pernan hukum yang mengatur dan disepakati sebagai tata norma dan tata kehidupan manusia memegang peranan untuk memberikan pemecahan yang diharapkan adil dan konsisten. Dalam mengadakan hubungan hukum tiap-tiap pihak mempunyai hak dan kewajiban secara timbal balik, dalam kehidupan modern ini para pihak mengaktualisasikan dalam bentuk perjanjian tertulis untuk mempertegas hak dan kewajiban masing-masing pihak juga untuk memudahkan pembuktian apabila kemudian hari ada pihak juga untuk memudahkan pembuktian apabila dikemudian hari ada pihak yang melakukan wanprestasi, mengenai perjanjian yaitu suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau di mana dua orang tersebut saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal,dari peristiwa ini timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dimanakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Perjanjian di atas dalam buku III KUHPdt, hukum perikatan yang sistematiknya terdiri atas bagian umum dan bagian khusus. Bagian umum memuat peraturanperaturan yang berlaku bagi perikatan umumnya, misalnya tentang bagaimana

8 lahir dan hapusnya perikatan, macam-macam perikatan dan dan sebagainya. Bagian khusus memuat perturan-peraturan mengenai perjanjian-perjanjian yang banyak dalam masyarakat dan yang sudah mempunyai nama-nama tertentu. Misalnya jual beli, sewa menyewa, perjanian perburuhan, pemberian dan sebagainya. Pasal 1313 KUHPdt menerangkan bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap suatu orang atau lebih lainnya. Menurut Rahmad Setiawan, definisi tersebut belum lengkap, karena menyebutkan perjanjian sepihak saja dan juga sangat luas karena dengan dipergunakannya perbuatan tersebut harus diartikan sebagai perbuatan hukum yaitu perbuatan yang bertujuan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum. Perbuatan harus diartikan sebagai perbuatan hukum yaitu perbuatan yang bertujuan menimbulkan akibat hukum. Menambah perkataan saling mengikatkan diri dalam Pasal 1313 KUHPerdata, sehingga perumusannya menurut beliau menjadi; perjanjian adalah suatu perbuatan hukum, di mana satu orang atau lebih saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. 3 Menurut Abdul kadir Muhammad yang merumuskan kembali perjanjian berkaitan dengan kelemahan definisi perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata sebagai berikut, bahwa yang disebut perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang 3 Rahmat Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung, 1987, hlm 49

9 atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan hukum harta kekayaan. 4 Menurut Subekti, suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. 5 Perjanjian memuat unsur: a. Adanya pihak-pihak Yaitu paling sedikit dua orang. Para pihak bertindak sebagai subjek perjanjian tersebut. Subjek ini bisa terdiri dari manusia atau badan hukum. Bila manusia maka orang tersebut harus sudah dewasa dan cakap untuk membuat hubungan hukum. b. Adanya persetujuan antara pihak-pihak Para pihak sebelum membuat perjanjian harus diberikan kebebasan untuk mengadakan tawar-menawar di antara keduanya. Konsensus ini harus tanpa paksaan, tipuan dan kelaliman c. Adanya tujuan yang dicapai Suatu perjanjian harus mempunyai beberapa tujuan tertentu yang ingin dicapai dan dengan perjanjian itu tujuan tersebut ingin dicapai baik dilakukan sendiri atau oleh pihak lain yang dalam hal ini mereka selalu subjek dalam perjanjian. dalam mencapai beberapa tujuan tertentu, para pihak yang terikat dengan adanya ketentuan bahwa tujuan tersebut tidak boleh bertentangan dengan undang-undang ketertiban umum dan kesusilaan 4 Abdul Kadir Muhammad, hukum Perikatan Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hlm 93 5 R. Subekti, Hukum Perjanjian, Bina cipta, Bandung, 1987, hlm. 17

10 d. Adanya prestasi yang harus dilaksanakan Para pihak dalam suatu perjanjian mempunyai hak dan kewajiban tertentu yang satu dengan yang lainnya saling berlawanan. Apabila pihak yang satu berkewajiban untuk memenuhi suatu prestasi maka bagi pihak lain hal tersebut adalah merupakan hak dan begitupun sebaliknya. e. Adanya bentuk tertentu Suatu perjanjian dapat dibuat secara lisan atau tertulis dan dibuat dalam suatu akta tersebut bisa secara otentik maupun underhands. Akta yang dibuat oleh para pihak di hadapan seorang pejabat umum yang diberi wewenang untuk itu. f. Adanya syarat tertentu Dalam suatu perjanjian tentang isinya harus ada syarat-syarat tertentu karena dalam suatu perjanjian menurut Pasal 1338 ayat (1) KUHPdt menentukan bahwa suatu perjanjian atau persetujuan yang sah adalah mengikat sebagai undang-undang bagi mereka yang mebuat dan agar suatu perjanjian bisa dikatakan sebagai suatu perjanjian yang sah adalah bilamana perjanjian tersebut telah memenuhi syarat tertentu 6 Apabila diperinci, maka perjanjian itu mengandung unsur-unsur: a. Adanya pihak-pihak paling sedikit dua orang; b. Adanya persetujuan antara pihak-pihak itu (konsensus); c. Adanya obyek yang berupa benda; d. Tujuan bersifat kebendaan (mengenai harta kekayaan); e. Adanya bentuk tertentu (lisan atau tulisan). 6 Abdulkadir Muhammad, Hukum perikatan, Citra Aditia Bhakti, Bandung, 1992, hlm. 54.

11 B. Asas-asasperjanjian a. Asas kebebasan berkontrak Asas ini sering disebut dengan sistem terbuka (open system) yang mengandung suatu asas kebebasan membuat perjanjian seperti yang disebutkan dalam Pasal 1338 KUHPdt bahwa setiap orang bebas mengadakan perjanjian apa saja walaupun belum atau tidak diatur dalam undang-undang. b. Asas pelengkap (optional law) Asas ini mengandung arti bahwa ketentuan undang-undang boleh tidak diikuti apabila pihak-pihak menghendaki dan membuat ketentuan-ketentuan sendiri yang menyipang dari ketentuan undang-undang jika dalam perjanjian yang mereka buat tidak ditentukan lain maka yang berelaku adalah ketentuan undang-undang. c. Asas konsensualitas Perjanjian itu terjadi sejak tercapai kata sepakat antara pihak-pihak mengenai pokok-pokok perjanjian, dengan kata lain perjanjian itu sudah mengikat dan mempunyai akibat hukum sejak terecapainya kata sepakat para pihak. d. Asas obligator Bahwa perjanjian yang dibuat pihak-pihak itu baru dalam taraf menimbulkan hak dan kewajiban saja, bahwa memindahkan hak milik. Hak milik baru beralih apabila dilakukan dengan perjanjian yang bersifat kebendaan (zakelijke overeenkomst), yaitu melalui penyerahan (lavering). e. Asas kepastian hukum Asas kpastian hukum disebut juga dengan asas pacta sunt servanda merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda

12 merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undangundang. Mereka tidak boleh elakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. Asas pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH perdata f. Asas Kekuatan mengikat Asas ini diartikan bahwa terikatnya para pihak pada perjanjian ini tidak semata-mata terbatas pada apa yang diperjanjikan, akan tetapi juga terdapat juga unsur lain sepanjang tidak bersebrangan dengan kebisaan, kepatutan serta moral. Asas mengikat ini sama dengan asas pacta sunt servanda yang memberikan kepastian hukum bagi para pihak yang mebuatnya, sehingga juga merupakan asa kepastian hukum. C. Jenis-jenisPerjanjian Menurut Abdulkadir Muhammad terdapat beberapa jenis perjanjian berdasarkan kriteria, yaitu : a. Perjanjian timbal balik dan sepihak Pembedaan jenis perjanjian ini berdasarkan kewajiban berprestasi perjanjian, timbal balik adalah perjanjian yang mewajibkan kedua belah pihak berprestasi secara timbal balik. Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang mewajibkan salah satu pihak berprestasi kepada pihak lain. b. Perjanjian bernama dan tidak bernama Perjanjian bernama adalah perjanjian yang sudah mempunyai nama sendiri sebagai perjanjian khususnya dan jumlahnya terbatas. Perjanjian tidak bernama

13 adalah perjanjian yang tidak mempunyai nama tertentu dan jumlahnya tidak terbatas. c. Perjanjian obligator dan kebendaan Perjanjian obligator adalah perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban. Perjanjian kebendaan adalah perjanjian untuk memindahkan hak milik dan jual beli. d. Perjanjian konsensual dan riil Perjanjian konsensual adalah perjanjian yang terjadi baru dalam tahap menimbulkan hak dan kewajiban saja bagi pihak-pihak. Tujuan perjanjian baru tercapai apabila ada tindakan realisasi hak da kewajiban tersebut. Perjanjian riil adalah perjanjian yang terjadinya itu sekaligus realisasi tujuan perjanjian, yaitu pemindahan hak, di dalam hukum adat, perjanjian riil justru yang lebih menonjol sesuai dengan sifat hukum adat bahwa setiap perjanjian yang objeknya benda tertentu, seketika terjadi persetujuan serentak ketika itu juga terjadi peralihan hak ini disebut kontan (tunai). 7 D. Syaratsahnyaperjanjian Pasal 1320 KUHPdt mengatur tentang yaitu: 1. Adanya kesepakatan para pihak; 2. Adanya kecakapan para pihak; 3. Adanya objek tertentu; 7 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti,2004), hlm. 227-228.

14 4. Adanya sebab yang halal Dua syarat yang pertama disebut dengan syarat subjektif, karena berkaitan dengan orang atau pihak yang membuat perjanjian sedangkan dua syarat yang terakhir disebut dengan syarat objektif karena nerhubungan dengan perjanjian itu sendiri atau merupakan objek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu. 8 Jika syarat subjektif tidak dipenuhi maka perjanjian dapat dibatalkan (vernietigbaar) tapi apabila syarat objektif tidak dipenuhi maka sebagai akibat hukumnya perjanjian batal demi hukum (nietig). Kesepakatan para pihak adalah persetujuan kehendak para pihak mengenai pokok perjanjian. Apa yang dikehendaki pihak yang satu merupakan kehendak bagi pihak yang lainya. Persetujuan kehendak sifatnya bebas, artinya tidak ada paksaan dan tekanan maupun ancaman dari pihak manapun. Jadi benar-benar atas kemauan sukarela para pihak. Syarat kecakapan dimaksudkan bahwa orang yang membuat perjanjian harus cakap menurut hukum. Seseorang dikatakan cakap melakukan perbuatan hukum bila sudah dewasa, menurut Pasal 330 KUHPdt seseorang dikatakan sudah dewasa bila telah mencapai usia 21 tahun atau belum mencapai usia 21 tahun tapi sudah menikah. Suatu hal atau objek tertentu adalah merupakan pokok perejanjian, prestasi yang harus dipenuhi. Kejelasan adanya objek perjanjian ini adalah untuk memungkinkan pelaksanaan hak dan kewajiban pihak-pihak. 8 R. Subyekti, Kumpulan karangantentanghukumperikatan, arbitrasedanperadilan, alumni, Bandung, 1992, hlm. 17.

15 Suatu sebab yang halal maksudnya adalah isi perjanjian itu sendiri. Isi perjanjian tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. 9 E. AkibatPerjanjian Menurut ketentuan Pasal 1338 KUHPdt perjanjian yang sudah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya dan tidak dapat ditarik atau dibatalkan secara sepihak tanpa persetujuan kedua belah pihak atau karena alasan yang cukup menurut undang-undang dan harus dilaksanakan dengan itikad baik. Pejanjian berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya artinya masing-masing pihak harus mennaati perjanjian seperti manaati undang-undang. Jika ada pihak yang melanggar perjanjian maka ia dianggap sama dengan melanggar undang-undang. Perjanjian itu adalah kesepakatan kedua pihak maka jika akan ditarik kembali atau dibatalkan harus disetujui oleh kedua belah pihak juga. Tetapi bila ada alasan yang cukup menrut undang-undang, perjanjian dapat dibatalkan secara sepihak, misalnya karena da pihak yang wanprestasi. Pihak yang dirugikan dapat menuntut pembatalan perjanjian melalui hakim (Pasal 1226 KUHPdt). Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik, yang dimaksud dengan itikad baik adalah ukuran objektif untuk menilai pelaksanaan perjanjian yaitu apakah pelaksanaan perjanjian mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan 10 9 Abdulkadir Muhammad, Hukum perikatan, Citra Aditia Bhakti, Bandung, 1992, hlm. 232. 10 Abdulkadir Muhammad, Ilmu Budaya Dasar, Fajar, Agung, Jakarta, 1987, hlm 233-235.

16 F. Kewajibandanhakparapihak Perjanjian adlah merupakan hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban antara kedua belah pihak. Hak adalah sesuatu yang harus diperoleh atau dimiliki sedangkan kewajiban adalah suatu hal yang harus dilakukan atau dilaksanakansesuai dengan ketentuan, dalam hukum perjanjian, hak dan kewajiaban penjual sebagai pihak yang berpiutang adalah wajib menyerahkan hak milik atsa barang yang menjadi objek perjanjian dan berhak menerima pembayaran sejumlah uang sebagai harga barang tersebut. kewajiban merupakan tugas yang dibebankan atas hukuman terhadap subjek hukum, dimana hak tersebut tidak boleh disalah gunakan. 11 J. Tanggung Jawab Menurut kamus hukum Bahasa Indonesia,tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu, kalau ada sesuatu hal boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya, jadi tanggung jawab mengandung arti bahwa orang harus menanggung untuk menjawab terhadap segala perbuatan dan kewajiban. Tanggung jawab adalah suatu akibat lebih lanjut dari suatu sikap tindak yang harus dilunasi oleh setiap pribadi yang telah bersikap tindak, dalam hal: 1. Orang tersebut memang sudah mampu untuk bersikap dan bertindak sendiri, 2. Orang tersebut memang harus dimintai tanggung jawab atas perbuatannya, dalam arti : a. Ia bukanlah orang yang belum dewasa, 11 Purbacaraka, Purnadi dan Soerjono. Soekanto. Renungan tentang filsafat Hukum. Rajawali. Jakarta,1982,hlm51

17 b. Ia bukanlah orang dewasa yang dibawah pengampuan (curatele), c. Ia bukan orang dewasa yang berada di bawah kekuasaan pihak lain. 12 Dari pengertian tanggung jawab di atas terdapat perbuatan lanjutan yang berbeda dengan perbuatan yang telah dilakukan sebelumnya. Perbuatan lanjutan tadi membawa akibat baru pula, akibat tersebut pada umumnya diwujudkan dalam bentuk ganti rugi material berupa: 1) Ganti rugi dalam bentuk uang, 2) Ganti kerugian dalam bentuk natura yang dilakukan atau pengembalian pada keadaan semula, 3) Pernyataan bahwa perbuatan yang dilakukan adalah bersifat melawan hukum, 4) Larangan untuk melakukan perbuatan, 5) Meniadakan sesuatu yang diadakan secara melawan hukum, 6) Pengumuman keputusan atau dari sesuatu yang telah diperbaiki. 13 Tanggung jawab merupakan perwujudan dari suatu prestasi, jika tanggung jawab ini tidak ada, kewajiban berprestasi tidak ada arti menurut hukum. Di dalam setiap perjanjian, kewajiban para pihak selalu disertai tanggung jawab menurut hukum. Inilah hakekat perjanjian yang diakui dan diberi akibat hukum dalam kehidupan masyarakat. 12 Purnadi Purbacaraka & Ridwan Halim, Filsafat Hukum dalam Tanya Jawab, (Jakarta: Rajawali, 1983),hlm. 24. 13 MoegniDjodjodirjo, PerbuatanMelawanHukum, (Jakarta: PradnyaParamita, 1982), hlm. 102

18 G. PengertianObat Obat menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. Obat asli Indonesia adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. H. Jenis-jenisusahaFarmasi usaha-usaha untuk keperluan rakyat akan perbekalan kesehatan di bidang farmasi adalah sebagai berikut 14 : 1) Usaha-usaha dalam bidang produksi Yang meliputi penggalian kekayaan alam, penanaman tumbuh-tumbuhan, pemeliharaan dan pengembangan binatang yang berguna untuk farmasi, pembuatan obat jadi, pembuatan alat-alat kesehatan termasuk untuk laboratorium dan alat-alat untuk pembuatan obat, dan lain-lain. 2) Usaha-usaha dalam bidang distribusi Yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta dalam penyaluran atau pendistribusian obat dengan menggunakan alat-alat distribusi antara lain : 14 Djumhana. Muhamad. Hukumekonomisosial Indonesia.Citra AdityaBakti. Bandung,1994, hlm 43

19 Apotek, rumah-rumah obat, toko-toko penyalur obat, detailer, pedagang eceran obat, serta promosi dan periklanan mengenai obat. 3) Usaha-usaha penyelidikan (penelitian) Oleh lembaga farmasi nasional, universitas-universitas, dan lain-lain. 4) Usaha-usaha pengawasan oleh pemerintah pusat maupun daerah dengan baik dalam konsumsi obat. 5) Membentuk dan menggunakan Dewan Farmasi. 6) Usaha-usaha lain misalnya peran serta masyarakat. I. PengertianPabrikFarmasidanPedagangBesarFarmasi Pedagang Besar Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1332/MENKES/Kep/X/2002 Bab 1 pasal 1 ayat (2) adalah Badan Hukum Perseroan terbatas atau Koperasi yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Peraturan ini mengatur pula tentang syarat-syarat untuk dapat menjadi Pedagang Besar Farmasi yaitu: a. Dilakukan oleh Badan hukum Berbentuk Perseroan Terbatas, Koperasi,perusahaan nasional maupun perusahaan patungan antaraperusahaan Penanaman Modal Asing yang telah memperoleh Izin Usaha Industri, Farmasi di indonesia dengan perusahaan nasional. b. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

20 c. Anggota direksi tidak pernah terlihat pelanggaran ketentuan perundangundangan di bidang farmasi Pedagang Besar Farmasi dan setiap cabangnya berkewajiban mengadakan, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi yang memenuhi pernyataan mutu yang telah di tentukan serta wajib pula melaksanakan pengadaan obat, bahan baku obat dan alat kesehatan dari sumber yang sah sesuai dengan ketentuan yang berlaku Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1332/MENKES/Kep/X/2002 mengatur pula mengenai tata cara penyaluran perbekalan informasi diatur dalam Pasal 14 ayat (1) dan (2). Ayat (1) menyatakan bahwa Pedagang Besar farmasi dilarang menjual perbekalan farmasi secara eceran, baik di tempat kerjanya atau di tempat lain, pada ayat (2) nya bahwa dilarang melayani resep dokter. Pasal 15 nya bahwa pengadaan, penyimpanan dan penyaluran narkotika dan psikotropika harus ada izin khusus dari Menteri Kesehatan. Pasal 16 menyatakan penyaluran obat keras (Obat-obat yang termasuk daftar G) hanya di laksanakan antara Pedagang Besar Farmasi sendiri, Apotek dan rumah sakit serta institusi yang diizinkan berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker penanggung jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau Asisten Apoteker penanggung jawab Besar Farmasi atau apoteker penanggug jawab unit yang diizinkan oleh Menteri. Pasal 17 ayat (2) Pelaksanaan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran perbekalan farmasi wajib dimasukkan dalam suatu pembukuan yang mencakup surat pesanan Faktur pengiriman dan penyerahan, kartu persediaan di gudang

21 serta di kantor Pedagang besar farmasi. Hal ini di maksudkan supaya bisa di pertanggung jawabkan bila dilakukan pemeriksaan oleh Direktur Jendral yang menetapkan pedoman teknis. Pabrik farmasi di sini adalah pabrik yang memproduksi obat untuk dijual kepada pedagang atu pedagang lain. Pedagang besar Farmasi adalah Badan Hukum yang memiliki izin untuk menyimpan obat untuk dijual dalam jumlah besar di suatu tempat tertentu sebagaimana tercantum dalam surat izin. Pedagang besar farmasi harus berstatus perusahaan nasional dan berbentuk nasional, berbentuk badan hukum perseroan terbatas (PT) J. KerangkaPikir PT. Enseval Megatrading Apotik Syarat dan Prosedur Hak dan kewajiban pihak-pihak Tanggung Jawab

22 Dalam proses penyaluran obat, pedagang besar farmasi membuat perjanjian dengan apotik. Perjanjian ini diwujudkan dalam bentuk suatu prosedur, perjanjian ini dibuat dengan kesepakatan antara dua belah pihak, setelah sepakat maka ditandatangani perjanjian penyaluran obat. Setelah perjanjian penyaluran obat sah dibuat, kedua belah pihak yaitu PT Enseval Megatrading dan apotik segera melaksanakan isi perjanjian yang merupakan pemenuhan kewajiban dari masing-masing pihak. Kewajiban pihak yang satu merupakan hak bagi pihak yang lainya. Bila masing-masing pihak menjalankan kewajibannya maka perjanjian berjalan dengan lancar. di dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama terkadang terjadi kendala dan masalah dalam pemenuhan hak dan kewajiban pihak-pihak seperti barang rusak ataupun keterlambatan pengiriman barang yang dilakukan distributor obat kepada apotik yang telah membeli barang baik itu secara tunai maupun secara kredit/angsuran