BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I LATAR BELAKANG

REFERENSI SKRIPSI. Oleh : YUDHA PRAWIRA MANDALA WIJAYA No.BP

Hubungan Kebersihan Perorangan dan Kondisi Fisik Air dengan Kejadian Scabies di Desa Wombo Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

BAB 1 : PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Depkes, 2002).

dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit

I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia,

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dan berat dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya (Golant dikutip

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN prevalensi scabies di Indonesia sebesar 5,60-12,95 % dan scabies

Jl. Karimata No. 49 Telp. (0331) Fax Kotak Pos 104 Jember

BAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

HUBUNGAN PENGETAHUAN SANTRIWATI TENTANG PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI KAMAR PADAT DAN KAMAR TIDAK PADATDI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM PPMI ASSALAAM SURAKARTA

Hubungan Antara Personal Hygiene Kulit Dengan Angka Kejadian Scabies Pada Remaja Di Pondok Pesantren Al-Hidayah Ketegan Tanggulangin Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. dan diperkirakan lebih dari 300 juta orang setiap tahunnya terinfeksi dengan

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.6/ Mei 2017; ISSN X,

Universitas Lambung Mangkurat Abstrak

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, di antaranya adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air

BAB I PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisa

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Saat ini penduduk dunia yang tinggal di perkotaan bertambah banyak. Pada

Oleh : VIVI MAYA SARI No. BP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun 2013 terjadi kenaikan jumlah kasus terinfeksi kuman TB sebesar 0,6 % pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

Nanda Intan Windi Hapsari Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro Semarang, 2014 ABSTRAK

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Predileksi awal penyakit

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang. disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar sekitar 1,8-2,1 juta

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERILAKU PENCEGAHAN SKABIES DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SISWI KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 15 LAMONGAN

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR NGRUKEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

PENGARUH KEBIASAAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN SKABIES

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB 1 : PEMBAHASAN. penelitian ini menggunakan desain penelitian case control study sehingga kemungkinan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Trend kesehatan global dewasa ini tidak lagi berfokus pada upaya kuratif

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009). Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dicapai. Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan (DepKes RI, 2004). Penyakit Skabies saat ini oleh badan dunia dianggap sebagai pengganggu dan perusak kesehatan yang tidak dapat lagi dianggap hanya sekedar penyakitnya orang miskin karena penyakit ini telah merebak menjadi penyakit kosmopolit yang menyerang semua tingkat social (Harahap, 2000). Skabies merupakan penyakit endemis pada banyak masyarakat, penyakit ini dapat mengenai ras dan golongan diseluruh dunia. Penyakit ini banyak

dijumpai pada anak dan dewasa muda, tetapi dapat mengenai semua umur. Insidennya sama pada pria dan wanita (Moki, 2007). Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, dimana pelayanan kesehatan masyarakat belum memadai sehubungan dengan adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997. Permasalahan utama yang dihadapi masih didominasi oleh penyakit infeksi yang sebagian besarnya adalah penyakit menular yangberbasis lingkungan. Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi penyakit skabies dalam masyarakat diseluruh Indonesia pada tahun 1996 adalah 4,6 % - 12,95 % dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit (Moki, 2007). Proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) berupa kecerdasan (pengetahuan), persepsi, motivasi, minat dan emosi untuk memproses pengaruh dari luar. Faktor yang berasal dari luar (eksternal) meliputi objek, orang kelompok, dan hasil-hasil kebudayaaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya. Promosi kesehatan yang berisi nilai-nilai kesehatan yang berasal dari luar diri individu, cenderung dapat mempengaruhi kondisi internal dan eksternal individu atau masyarakat (Notoatmodjo, 2007). Tingkat pendidikan seseorang dapat meningkatkan pengetahuan itu termasuk pengetahuan tentang kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Menurut Akmal, dkk (2013) pada penelitian yang dilakukans ebagian besar santri yang menderita skabies adalah berjenis kelamin laki-laki. Insiden

skabies laki-laki lebih banyak dari perempuan (Andayani, 2005).Perempuan akan lebih kecil risiko terpapar penyakit skabies karena perempuan lebih cenderung merawat diri dan menjaga penampilan sedangkan laki-laki cenderung tidak memperhatikan penampilan diri dan akan berpengaruh terhadap perawatan kebersihan diri (Muin, 2009). Menurut Djuanda (2007), bahwa salah satu faktor kejadian skabies adalah personal hygiene. Penelitian Akmal, dkk (2013) dapat disimpulkan bahwa faktor personal hygiene yang berpengaruh pada para santri. Responden yang laki-laki akan lebih beresiko terserang skabies. Pemeliharaan dan perawatan diri yang bagus maka resiko terpaparnya skabies akan berkurang. Prevalensi skabies juga terkait erat dengan personal hygiene menururt penelitian Fanani dan Saidah (2014) hasil penelitian berdasarkan karakteristik personal hygiene didapatkan frekuensi paling banyak pada personal hygiene yang buruk dengan jumlah 29 responden (82,9%) dan yang baik untuk personal hygiene dengan jumlah 6 responden (17,1 %). Hal ini dibuktikan dari hasil kuisioner terdapat 35 remaja pondok yang mengalami skabies. Data WHO di beberapa negara berkembang prevalensinya dilaporkan berkisar antara 6-27% dari populasi umum dan insiden tertinggi terdapat pada anak usia sekolah dan remaja. Data Depkes RI prevalensi scabies di puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 2008 adalah 5,6% - 12,95%. Berdasarkan kelompok studi Dermatologi anak indonesia (KSDAI) tahun 2001 dari 9 rumah sakit di 7 kota besar di indonesia, jumlah penderita skabies

tertinggi didapatkan didaerah ibukota Jakarta sebanyak 335 kasus ditiga rumah sakit (Aisyah, 2005). Berdasarkan Supriyadi (2004), mengatakan masalah sanitasi lingkungan dan personal hygiene masih kurang memadai sehingga prevalensi penyakit kulit skabies masih tinggi (25%). Dari hasil penelitian didapatkan adanya perbedaan kondisi fisik air dan personal hygiene terhadap timbulnya penyakit skabies. Rohmawati (2010) di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta menunjukkan tingkat pengetahuan (74,74%), bergantian pakaian atau alat shalat (84,21%), bergantian handuk (82,11%), dan tidur berdesak-desakan (91,58%) dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta. Berdasarkan data dari Dinkes Kabupaten Banjarnegara untuk kejadian skabies di Banjarnegara pada tahun 2014 sebanyak 719 orang dari berbagai golongan usia. Prevalensi skabies yang terjadi di Puskesmas Banjarnegara pada tahun 2014 dari bulan Januari hingga bulan November 104 kasus. Laki laki berjumlah 59 dan perempuan berjumlah 45, anak-anak berjumlah 65 sedangkan dewasa 39. Berdasarkan metode wawancara yang dilakukan pada orang tua yang memiliki anak yang terkena skabies sebanyak 10 orang tua, terdapat 6 orang tua yang memiliki pengetahuan rendah. Hasil wawancara yang dilakukan mengenai personal hygiene rata-rata di dalam keluarga tersebut menggunakan handuk secara bergantian sehingga lebih rentan terkena penyakit skabies. Untuk keadaan lingkungan rumah bahwa kebanyakan keadaan rumah mereka saling berdekatan dengan rumah yang

lain dan terdapat genangan air karena disekitar rumah mereka dekat dengan sungai kecil. Mengenai sosial ekonomi rata rata kepala keluarga berpenghasilan <Rp. 1.500.000 sehingga pada keluarga tidak memiliki dana untuk dialokasikan sebagai dana kesehatan. Scabies ini tidak membahayakan manusia namun adanya rasa gatal pada malam hari ini merupakan gejala utama yang mengganggu aktivitas dan produktivitas. Penyakit skabies ini banyak berjangkit di: (1) lingkungan yang padat penduduknya, (2) lingkungan kumuh, (3) lingkungan dengan tingkat kebersihan kurang. Skabies cenderung tinggi pada anak- anak usia sekolah, remaja bahkan orang dewasa (Siregar, 2004). B. Rumusan Masalah Angka kejadian penyakit scabies meningkat dari tahun ketahun. Faktor terkait erat dengan kejadian skabies adalah perilaku hidup bersih dan sehat terutama kebersihan perorangan, dan sanitasi lingkungan yang menyebabkan angka kesakitan semakin bertambah. Maka rumusan masalah yang diangkat adalah bagaimana tingkat pengetahuan, personal hygiene, lingkungan dan sosial ekonomi orang tua di wilayah kerja Puskesmas Banjarnegara II terhadap kejadian skabies pada anak?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umun Menganalisis faktor - faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan orang tua, personal hygiene, sanitasi lingkungan dan sosial ekonomi terhadap kejadian penyakit skabies pada wilayah kerja puskesmas Banjarnegara II. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia orangtua, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan dan jumlah anak di wilayah kerja Puskesmas Banjarnegara II Tahun 2015. b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua, personal hygiene anak, sanitasi lingkungan, dan keadaan sosial ekonomi keluarga tentang penyakit skabies di wilayah kerja Puskesmas Banjarnegara II Tahun 2015. c. Untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh dengan kejadian skabies pada anak di wilayah kerja Puskesmas Banjarnegara II Tahun 2015. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta praktek dalam menerapkan ilmu kesehatan terutama dalam menganalisis hubungan antara pengetahuan orang tua tentang personal hygiene dan dalam mencegah penyakit skabies dengan perilaku pencegahan penyakit skabies pada anak di wilayah kerja puskesmas Banjarnegara II.

2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana informasi bagi orang tua dan para anak tentang pentingnya menjaga kebersihan diridan lingkungan sebagai upaya pencegahan penyakit skabies di wilayah kerja puskesmas Banjarnegara II. b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana informasi Puskesmas Banjarnegara II agar dilakukan upaya promotif, preventif dan rehabilitatif guna mencegah timbulnya penyakit skabies di wilayah kerja Puskesmas Banjarnegara II. c. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman bagi pihak-pihak yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut. 3. Manfaat bagi institusi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan atau masukan untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan pencegahan penyakit skabies pada anak di wilayah kerja puskesmas Banjarnegara II. 4. Manfaat bagi peneliti Penelitian ini sebagai sarana dalam mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama pendidikan dengan kenyataan yang ada di lapangan serta untuk menambah wawasan dalam pembuatan skripsi.

E. Penelitian Terkait 1. Penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Fanani dan Saidah (2014), Hubungan Antara Personal Hygiene Kulit Dengan Angka Kejadian Scabies Pada Remaja Di Pondok Pesantren Al-Hidayah Ketegan Tanggulangin Sidoarjo. Perbedaan penelitian yang akan di lakukan dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini meneliti bukan hanya personal hygine seseorang namun banyak faktor yang mempengaruhi kejadian skabies. Persamaan dari penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya adalah penelitian ini meneliti tentang personal hygine apakah berhubungan dengan kejadian skabies atau tidak. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Fanani dan Saidah (2014) adalah hasil uji statistik dengan menggunakan uji Sperman Rho Correlations untuk mengetahui apakah ada hubungan diantara dua variabel yaitu personal hyigiene dengan kejadian scabies didapatkan ρ 0,013, hal ini menunjukkan bahwa ρ <0,05 berarti H0 ditolak dan H diterima, yang berarti terdapat hubungan antara personal hygiene dengan kejadian scabies padaremaja di Pondok Pesantren Al-Hidayah Tanggulangin Sidoarjo. Hubungan diperkuat dengan hasil koefisien korelasi 0,417 dan memenuhi kriteria kuat. 2. Penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Afraniza, dkk (2011), Hubungan Antara Praktik Kebersihan

Pribadi Dan Angka Kejadian Skabies di Pesantren Kyai Gading Kabupaten Demak. Perbedaan penelitian yang akan di lakukan dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini di lakukan dilingkungan pesantren dan mengambil responden para santri yang ada di pesantren. Persamaan dari penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan desain Survei Analitik dengan rancangan Cross Sectional untuk mengetahui hubungan antara personal hygiene dengan angka kejadian scabies. Hasil penelitian yang dilakukan Afrianza, dkk (2011) adalah 49 santri (74,2%) memiliki praktik kebersihan diri yang buruk dan 17santri (25,8%) memiliki praktik kebersihan diri yang baik. Dari 66 santri ditemukan 30 santri (45,5%) yang menderita skabies. Menggunakan uji chi square didapatkan nilai-p = 0,000 Prevalence Ratio=10,1yang berarti bahwa santri yang praktik kebersihan dirinya buruk mempunyai risiko 10,1 kali untuk menderita scabies dibanding santri yang praktik kebersihan dirinya baik. 3. Penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Akmal, dkk (2013), Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum, Palarik Air Pacah, Kecamatan Koto Tangah Padang Tahun 2013. Perbedaan penelitian yang akan di lakukan dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini hanya meneliti tentang hubungan personal hygiene dengan kejadian skabies.

Persamaan dari penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya adalah penelitian ini menggunakan kuisioner sebagai alat ukur untuk variabel bebasnya. Hasil penelitian yang dilakukan Akmal, dkk (2013) berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian skabies. Didapatkan 34 orang dari 138 orang santri yang menjadi sampel mengalami skabies. Serta lebih dari setengah responden memiliki personal hygiene yang baik dan gambaran masing-masing personal hygiene santri baik.