MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X MS 6 DI SMA NEGERI 2 BANJARMASIN MELALUI STRATEGI ARCS DALAM SETTING PENGAJARAN LANGSUNG Rena Mahardika Mar atus Sholihah, Muhammad Arifuddin Jamal, Abdul Salam Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM Banjarmasin renamahardika1@gmail.com Abstrak: Tidak tuntasnya pelaksanaan model pembelajaran di kelas X MS 6 SMAN 2 Banjarmasin menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) keterlaksanaan RPP, (2) aktivitas siswa, (3) hasil belajar kognitif siswa, dan (4) motivasi belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah model penelitian tindakan kelas Kurt Lewin, dimana setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah 32 siswa. Teknik pengumpulan data berupa tes hasil belajar, lembar pengamatan, angket, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan strategi ARCS dalam setting pengajaran langsung (1) keterlaksanaan RPP pada siklus I dan II berkategori sangat baik, (2) aktivitas siswa mengalami peningkatan pada setiap aspeknya dengan kategori baik, kecuali aspek menyampaikan pendapat dan mengajukan pertanyaan pada siklus I berkategori cukup baik, (3) ketuntasan hasil belajar siswa meningkat, secara berturut-turut persentase ketuntasan individual pada siklus I dan II sebesar 81,48% dan 92,59%, (4) motivasi belajar siswa pada aspek ARCS mengalami peningkatan berkategori baik. Diperoleh simpulan bahwa untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dapat dilakukan dengan salah satu caranya yaitu menampilkan video yang berbeda-beda untuk setiap pokok bahasan baru. Kata kunci: Motivasi, ARCS, pengajaran langsung PENDAHULUAN Pendidikan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pengalaman belajar yang berlangsung sepanjang hidup yang mempengaruhi individu. Pendidikan dapat berarti lembaga formal Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016 186
berupa sekolah, dimana segala upaya dilakukan oleh pihak sekolah agar peserta didik mempunyai kemampuan yang sempurna dan memiliki kesadaran penuh terhadap tugas-tugas dan hubungan sosial mereka (Maunah, 2009). Undang-Undang No.20 tahun 2013 tentang sistem pendidikan nasional menjelaskan bahwa, kompetensi (lulusan) merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, keterampilan, yang akan menjadi acuan pengembangan kurikulum dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Kosasih, 2015). Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan motivasi yang tinggi dari peserta didik agar dapat mengoptimalkan kegiatan belajar. Keinginan untuk mencapai hal tertentu berdasarkan pada motivasi tertentu. Sebagai motivator guru dituntut untuk dapat menciptakan suasana kelas yang dapat memotivasi siswa untuk melakukan kegiatan belajar (Rooijakkers, 2010). Hasil wawancara dengan Mariyuni Ulfah, S.Pd seorang guru mata pelajaran fisika di SMAN 2 Banjarmasin pada tanggal 21 dan 29 September 2015 dapat diketahui bahwa nilai ulangan harian siswa di kelas X MS 6 merupakan yang paling rendah dibandingkan kelas X lainnya. Hasil wawancara juga mengungkapkan bahwa siswa cenderung bosan saat guru menjelaskan di depan kelas. Siswa masih kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran, mereka cenderung malas untuk memperhatikan penjelasan guru, bahkan setelah 40 menit proses pembelajaran berlangsung banyak siswa yang main hp, mengobrol, mendengarkan musik dan berdampak pada keributan di kelas. Padahal jadwal jam pelajaran fisika dimulai pada pagi hari pukul 07.30 WITA. Hal ini menyebabkan mereka tidak memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru sehingga hasil ulangan mereka rendah. Terbukti dari nilai Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016 187
ulangan harian yang diberikan guru dari 32 orang siswa di kelas, hanya 4 orang siswa atau sebesar 12,5% yang memperoleh nilai diatas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) fisika yang ditetapkan sekolah nilainya sebesar 67. Pembelajaran juga cenderung berpusat pada guru. Hasil angket motivasi model ARCS yang dibagikan ke 32 siswa di kelas X-MS 6 pada tanggal 20 oktober 2015, diperoleh rerata skor pada aspek attention sebesar 2,85 berkategori cukup baik, relevance sebesar 3,02 berkategori cukup baik, confidence sebesar 2,87 berkategori cukup baik, dan satisfaction sebesar 3,05 berkategori cukup baik. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa menjadi lebih baik, diperlukan upaya yang dapat membuat pelajaran fisika menjadi lebih menarik melalui model pengajaran langsung. Hasil observasi mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran guru sering kali langsung mendemonstrasikan pengetahuan, tanpa mempersiapkan siswa terlebih dahulu. Selain itu, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah murni dan sering memberikan tugas tanpa mengecek pemahaman siswa dan tidak memberikan umpan balik. Hal ini menunjukkan bahwa guru sering melewati fase 4 dalam tahapan pengajaran langsung. Ceramah murni sering kali membuat siswa bosan. Maka dalam pelaksanaannya perlu dikombinasikan dengan berbagai macam metode, untuk mempertahankan perhatian siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung (Roestiyah, 2001). Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah diperlukan suatu cara untuk mempertahankan perhatian siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam pembelajaran fisika akan lebih baik jika siswa dapat belajar dalam keadaan yang menyenangkan. Penggunaan strategi ARCS dalam setting pengajaran langsung selama proses pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016 188
dan hasil belajar siswa. ARCS merupakan singkatan dari Attention (perhatian), Relevance (Relenvansi), Confidence (percaya diri), dan Satisfaction (kepuasan). Proses belajar-mengajar menjadi tidak terlalu kaku dan monoton. Strategi ini akan meningkatkan motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi belajar siswa, akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Jika siswa tertarik terhadap pembelajaran fisika, maka siswa akan memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru. Sehingga mereka dapat memahami suatu materi dan dapat menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru dengan baik. Semakin tinggi motivasi siswa, maka akan semakin tinggi pula prestasi belajar siswa. Model pengajaran langsung dapat digunakan dengan menggunakan kombinasi metode demonstrasi dan tanya jawab, serta menggunakan media. Sehingga pembelajaran tidak membosankan. B.F Skinner (Rosdiani, 2012) mengemukakan teori belajar Operant Conditioning tentang memperkuat respon siswa, dimana siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Ini berarti tingkah laku manusia dapat dibentuk melalui pemberian penghargaan atas usaha yang mereka lakukan. Respon siswa dapat diperkuat melalui fase 4 dalam model pengajaran langsung yaitu mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. Pada fase ini guru mengajukan pertanyaan dan siswa memberikan jawaban yang mereka yakini benar. Setiap kali terjadi perubahan tingkah laku sebagai efek pemberian stimulus, maka siswa dapat diberikan penghargaan, sehingga siswa akan termotivasi untuk memberikan respon-respon berikutnya. Teori ini didukung oleh hasil penelitian Wayan Setaya pada siswa kelas XII program keahlian akutansi SMK PGRI 1 Singaraja, yang berkesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran langsung Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016 189
berbantuan pemodelan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa, serta tanggapan siswa positif. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti berkeyakinan bahwa semakin tinggi motivasi siswa, maka akan semakin tinggi pula prestasi belajar siswa. Oleh sebab itu peneliti tertarik melakukan penelitian tindakan kelas dengan mengangkat judul Meningkatkan Motivasi Belajar Fisika Siswa Kelas X MS 6 di SMA Negeri 2 Banjarmasin Melalui Strategi ARCS dalam Setting Pengajaran Langsung. Berdasarkan latar belakang di atas diperoleh rumusan masalah secara umum, yaitu Bagaimanakah cara meningkatkan motivasi belajar fisika siswa kelas X MS 6 di SMA Negeri 2 Banjarmasin melalui strategi ARCS dalam setting pengajaran langsung? METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas berbasis kelas (classroom action research) pada siswa kelas X MS 6 SMA Negeri 2 Banjarmasin melalui strategi ARCS dalam setting pengajaran langsung dalam upaya meningkatkan motivasi siswa. Adapun alur penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alur penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin. Subjek penelitian adalah 32 siswa kelas X MS 6 di SMA Negeri 2 Banjarmasin dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 14 orang dan siswa perempuan sebanyak 18 orang yang umurnya rata-rata berada dalam kisaran 15-16 tahun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016 190
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: (1) Observasi dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan RPP melalui strategi ARCS dalam setting pengajaran langsung dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. (2) Tes digunakan untuk mengetahui peningkatan ketuntasan hasil belajar secara keseluruhan. Tes dilakukan pada setiap akhir pertemuan siklus I dan siklus II. (3) Angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui motivasi belajar siswa setelah diterapkannya strategi ARCS dalam setting pengajaran langsung. (4) Dokumentasi yang diambil dalam penelitian ini adalah foto saat proses pembelajaran berlangsung. Perangkat dan instrumen yang digunakan dalam penelitan ini terdiri atas rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), hand out, lembar kerja siswa (LKS), tes hasil belajar (THB), lembar observasi, dan lembar angket motivasi siswa. Indikator keberhasilan penelitian adalah motivasi siswa mengalami peningkatan dan berkategori baik, keterlaksanaan RPP minimal terlaksana dengan baik, hasil belajar siswa memenuhi ketuntasan secara klasikal, dan aktivitas siswa berkategori baik. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil observasi keterlaksanaan RPP model pengajaran langsung pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel berikut ini. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016 191
Tabel 1. Keterlaksanaan RPP siklus I Pendahuluan Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata-Rata Kategori Fase 1 3,75 3,67 3,71 Sangat Kegiatan Inti Fase 2 3,59 3,79 3,69 Sangat 3 3,67 3,83 3,75 Sangat 4 3,40 3,90 3,65 Sangat 5 3,50 3,50 3,50 Sangat Penutup 3,75 3,50 3,62 Sangat Reliabilitas 99,06% Tabel 2. Keterlaksanaan RPP siklus Pendahuluan Rata-Rata Kategori Fase 1 3,93 Sangat Kegiatan Inti Fase 2 4 Sangat 3 4 Sangat 4 4 Sangat 5 3,5 Sangat Penutup 3,63 Sangat Reliabilitas 99,15% Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa seluruh aspek tahapan pembelajaran terlaksana dengan sangat baik. Hal ini disebabkan peneliti sudah memperoleh skor keterlaksanaan lebih besar dari 3,20. Reliabilitas keterlaksanaan RPP pada siklus 1 yaitu sebesar 99,06 %. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa secara umum keterlaksanaan RPP dapat dikatakan sangat baik. Jadi Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016 192
keterlaksanan RPP pada siklus I sudah mencapai indikator keberhasilan dimana keterlaksanaan RPP minimal harus berkategori baik. Hasil observasi keterlaksanaan RPP model pengajaran langsung pada siklus II dapat dilihat dalam tabel 2, menunjukkan bahwa pada semua tahap pembelajaran berkategori sangat baik. Instrumen keterlaksanaan RPP bersifat reliabel dengan tingkat reliabilitas yaitu 99,15%. Dari tabel tersebut terlihat bahwa keterlaksanaan RPP pada siklus II dapat disimpulkan seluruh aspek terlaksana dengan baik dan meningkat jika dibandingkan pada siklus I. Adapun penilaian motivasi belajar siswa pada siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut: Tabel 3. Motivasi belajar fisika siswa siklus I No. Aspek Rerata Kategori 1 Attention 3,55 2 Relevance 3,77 3 Confidence 3,6 4 Satisfaction 3,63 Tabel 4. Motivasi belajar fisika siswa siklus II No. Aspek Rerata Kategori 1 Attention 4,13 2 Relevance 4,18 3 Confidence 4,05 4 Satisfaction 4,46 Motivasi belajar fisika siswa kelas X MS 6 seluruh aspek motivasi sudah berkategori baik. Hal ini dikarenakan seluruh aspek motivasi berada dalam rentang 3,50 sampai 4,49. Siklus II mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I. Terutama pada aspek Attention rerata skor mengalami peningkatan menjadi 4,13. Jadi, dapat Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016 193
disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan dan telah mencapai indikator keberhasilan. Pada akhir siklus, guru memberikan soal THB siswa untuk mengukur sejauh mana hasil belajar siswa terhadap materi yang diajarkan, yaitu sebagai berikut. Tabel 5. Tes Hasil Belajar Siswa No. Uraian Siklus I Siklus II 1 2 3 4 Nilai rata-rata tes Jumlah siswa yang tuntas belajar Jumlah siswa seluruhnya Persentase yang tuntas 73,4 22 27 81,48% 80,0 25 27 92,59% No. 1 Tabel di atas menunjukkan bahwa persentase siswa yang tuntas meningkat menjadi 92,59% dibandingkan siklus I. Pada siklus II, hanya terdapat 2 orang siswa yang belum mencaai nilai KKM. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 6. Hasil pengamatan aktivitas siswa siklus I Aktivitas Siswa Mendengarkan/memperhatika n penjelasan guru Rata- Rata Kategori Rata- Rata Kategori 2,51 3,11 2 Mengerjakan LKS Sangat 3,00 3,52 3 Menyampaikan pendapat 2,38 Cukup 3,13 4 Mengajukan pertanyaan 1,91 Cukup 2,56 Menjawab LKS dan Sangat 5 menyelesaikannya dengan benar 2,91 3,37 Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016 194
Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I menunjukkan bahwa aktivitas siswa yang berkategori cukup (berada dalam rentang 1,6 < X 2,4) adalah menyampaikan pendapat dan mengajukan pertanyaan. Sedangkan aktivitas lainnya sudah berkategori baik. Hal ini terjadi karena siswa kurang diberi kesempatan untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat. Pada siklus I pertemuan 1 dan 2 siswa hanya diberi kesempatan bertanya setelah guru selesai memberikan penjelasan materi dan contoh soal. Jadi siklus 1 belum mencapai indikator keberhasilan dimana aktivitas siswa minimal harus berkategori baik. Pada siklus II aspek menyampaikan pendapat dan mengajukan pertanyaan meningkat, dengan rata-rata skor secara berurutan yaitu sebesar 3,13 dan 2,56 berkategori baik. Jadi dapat diketahui bahwa siklus II telah mencapai indikator keberhasilan. KESIMPULAN Berdasarkan temuan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi ARCS dalam setting pengajaran langsung di kelas X MS 6 SMA Negeri 2 Banjarmasin dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Andi, D. 2012. Penerapan Model Quantum Teaching untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Bati-Bati pada Pokok Bahasan Fluida Statis. Skripsi Sarjana. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Tidak dipublikasikan. Annisah, M. 2010. Pembelajaran Fisika SMP/MTs Pokok Bahasan Usaha dan Energi Melalui Model Pengajaran Langsung dengan Menggunakan Integrasi Strategi Belajar PQ4R dan Strategi Motivasi ARCS. Skripsi Sarjana. Universitas Borneo Tarakan, Kalimantan Timur. Tidak dipublikasikan. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016 195
Arikunto, S., Suhardjono., Supardi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Arikunto, S. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Danim, S. 2014. Motivasi, Kepemimpinan, dan Efektivitas Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta. Daryanto. 2007. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Egan, K. 2009. Pengajaran yang Imajinatif. Jakarta: Indeks. Hadi & Agus. 2015. Penelitian Tindakan Kelas. Sidoarjo: Nizami Learning Center. Hudhori, M. 2013. Pengaruh Penggunaan Model ARCS Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Konsep Dinamika Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar (Penelitian Quasi Eksperimen di SMAN 86 Jakarta. Skripsi Sarjana. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Tidak dipublikasikan. Ibrahim, dkk. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Surabaya: Unesa University Press. Imas & Berlin. 2014. Teknik dan Cara Mudah Membuat Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kata Pena. Jensen, E. 2010. Guru Super dan Super Teaching. Jakarta: Indeks. Joko, S. 2004. Sumber Belajar Anak Cerdas. Jakarta: Grasindo. Kardi, S. 2003. Strategi Motivasi Model ARCS. Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. Tidak Dipublikasikan. Kosasih. 2015. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016 196
Marno & Idris. 2014. Strategi, Metode, dan Teknik Mengajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Marzano, R. 2013. Seni dan Ilmu Pengajaran. Jakarta: Indeks. Maunah, B. 2009. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : Teras. Megawangi, dkk. 2010. Pendidikan yang Patut dan Menyenangkan. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation. Meggit, C. 2013. Memahami Perkembangan Anak. Jakarta: Indeks Norhasanah. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 SMAN 12 Banjarmasin Melalui Penerapan Model Pengajaran Langsung pada Pokok Bahasan Gerak Melingkar. Skripsi Sarjana. Universitas Lambung Mangkurat, Kalimantan Selatan. Tidak dipublikasikan. Nur, M. 2008. Model Pengajaran Langsung. Surabaya: PSMS. Ostroff, W. 2013. Memahami Cara Anak-Anak Belajar. Jakarta: Indeks. Poulsen, dkk. 2008. ARCS Model of Motivational Design. http://torrreytrusth.com/images/ith_trust.pdf. Diakses, 12 Oktober 2015. Ratumanan dan Laurens. 2003. Evaluasi Hasil Belajar yang Relevan demgam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya: Unesa University Press. Reid, G. 2009. Memotivasi Siswa di Kelas: Gagasan dan Strategi. Jakarta: Indeks. Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016 197
Rooijakkers, Ad. 2010. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Grasindo. Rosdiani, D. 2012. Model Pembelajaran Langsung dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta. Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press. Setaya, W. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Langsung Berbantuan Pemodelan untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Renang. Program Pascasarjana. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. Tidak dipublikasikan. Sudjana, N. 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suhadi. 2008. Angket Model ARCS untuk Mengukur Motivasi Belajar dan Minat Belajar Siswa. https://suhadinet.files.wordpress.com/2008/06/angketmodel-arcs-untuk-mengukur-motivasi-belajar-danminat-belajar-siswa1.pdf. Diakses, 12 Oktober 2015. Sujanto, B. 2009. Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah: Model Pengelolaan Sekolah di Era Otonomi Daerah. Jakarta: Sagung Seto. Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat. Suprijono, A. 2013. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Widoyoko. 2012. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016 198
Yuliati, L. 2008. Model-Model Pembelajaran Fisika Teori dan Praktek. Malang: Universitas Negeri Malang. Zainuddin. 2013. Strategi Belajar Mengajar Fisika. FKIP UNLAM, Banjarmasin. Tidak Dipublikasikan. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016 199