BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa pada dasarnya tempat wanita adalah di dapur, yang berarti bahwa dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Puji Hastuti F

BAB I. Pendahuluan. rumah tangga seringkali dihadapkan pada kejenuhan. Bayangkan, dalam waktu 24

BAB 1 PENDAHULUAN. buku berjudul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Kartini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk didengar. Kesejajaran kedudukan antara wanita dengan pria sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia seringkali terjadi konflik yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih besar, sebab seiring dengan bertambahnya usia seseorang maka

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar waktunya. Walaupun berbeda, pekerjaan dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan. Salah satu ciri positif yang dimiliki demokrasi ekonomi yang

I. PENDAHULUAN. dalam keluarga dibanding pria. Wanita di mana-mana mencurahkan tenaganya

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup manusia, banyak jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. dimasuki oleh kaum wanita baik sebagai dokter, guru, pedagang, buruh, dan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini di karenakan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap kepala keluarga harus

BAB I PENDAHULUAN. dampak terjadinya krisis keuangan global tahun 1998 menyebabkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. zaman sekarang dapat melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh kaum pria.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pewarisan nilai-nilai sosial dari satu individu ke individu lain. Keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

BAB IV ANALISIS PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP ANAK PEREMPUAN YANG MELANJUTKAN PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Peran wanita di masa sekarang sudah tidak hanya mengerjakan urusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. maupun kinerja organisasi secara keseluruhan. Satu hal yang harus diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan perusahaan tersebut dalam mencapai tujuannya. Pencapaian tujuan

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak serta kewajibannya (Abdulsyani, 2007:92) lain, hal ini sangat mempengaruhi peranannya dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Penelitian ini akan dilakukan di UD Anugerah Sejati Embroidery

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perekonomian keluarga, mengisi waktu luang daripada menganggur,

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. peran wanita berbeda bagi setiap masyarakat (Hutajulu, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. Komersial) merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah karyawan yang relatif banyak dan memiliki karakteristik pola

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus

BAB II LANDASAN TEORI

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di negara maju, para entrepreneur telah memperkaya. pasar dengan produk-produk yang inovatif.

I. PENDAHULUAN. 1937, Murdok menemukan tiga Tipe keluarga yaitu; keluarga inti (Nurclear

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Sejak awal tahun 70-an, isu mengenai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kewirausahaan adalah kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah mengentaskan anak (the launching of a child) menuju kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB V PENUTUP. terjadi tiga macam kekerasan, meliputi kekerasan psikis, fisik, dan. penelantaran rumah tangga namun kekerasan psikis lebih dominan.

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian di lapangan, masih memiliki keinginan untuk membina rumah-tangga dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

Kewirausahaan (1) Erizal, S.Si,M.Kom PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dan keluarga interdependent satu sama lain sebagaimana keduanya. berkaitan dengan pemenuhan hidup seseorang. Melalui pekerjaan,

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda dari kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Yang berlandaskan

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan kehidupan manusia dalam rangka menuju hidup sejahtera.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi

PENDAHULUAN Latar Belakang

Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan bagi sumber daya wanita untuk berkarya. Khususnya di kota-kota besar dimana

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai yang cukup dominan dalam kultur berbagai bangsa menyatakan bahwa pada dasarnya tempat wanita adalah di dapur, yang berarti bahwa dalam masyarakat peran wanita yang utama adalah mengurus rumah tangga, bukan sebagai pencari nafkah, apalagi sebagai pencari nafkah utama, akan tetapi dewasa ini tampak adanya pergeseran nilai tentang peranan wanita. Banyak faktor yang turut berpengaruh dalam pergeseran nilai tersebut. Tiga hal yang nampaknya menonjol adalah gerakan emansipasi, pendidikan wanita yang semakin tinggi, dan berbagai pertimbangan ekonomi (Buchari, 2005). Pada masyarakat timbul gerakan emansipasi wanita yang intinya terlihat pada keinginan para wanita untuk diperlakukan sama dengan pria dalam semua segi kehidupan, termasuk kehidupan berkarya. Pada umumnya persaman hak itu kini dapat dikatakan telah diterima secara universal, sehingga bukan lagi hal yang aneh untuk melihat wanita meniti karier dalam aneka ragam bidang. Tidak semua wanita karir bekerja semata mata dikarenakan ingin diperlakukan sama dengan kaum pria, suatu hobi atau aplikasi diri saja, namun ada juga wanita yang bekerja dikarenakan adanya tekanan ekonomi. Hal ini disebabkan pemuasan kebutuhan keluarga tidak mungkin dilakukan dengan memuaskan apabila hanya mengandalkan dari satu sumber penghasilan saja, yaitu penghasilan suami. Biasanya timbul keinginan para ibu rumah tangga untuk turut bekerja agar

2 kebutuhan ekonomi keluarga mereka dapat terpenuhi. Dalam hal demikian seorang ibu rumah tangga mungkin saja terlibat dalam kegiatan percarian nafkah, tetapi yang memungkinkannya untuk tetap tinggal di rumah atau harus meninggalkan rumah karena menjadi karyawati di instansi atau perusahaan tertentu. Ada juga wanita yang bekerja menggantikan orang tuanya untuk memenuhi kehidupan keluarga dan membiayai sekolah adik-adiknya, dikarenakan orang tua yang tidak lagi sanggup bekerja. Semakin maju suatu negara sudah tentu semakin banyak orang yang terdidik dan banyak pula orang yang menganggur, dikarenakan tingkat persaingan dalam dunia kerja sangat tinggi, maka semakin dirasakan pentingnya dunia wirausaha. Pembangunan akan lebih berhasil bila ditunjang oleh wirausahawan yang dapat membuka lapangan kerja karena kemampuan pemerintah sangat terbatas. Saat ini wirausaha diibaratkan sudah menjadi dambaan pemerintah sebagai salah satu upaya memecahkan masalah ketidakseimbangan antara lapangan kerja yang tersedia dengan tenaga kerja yang diperlukan (Apontecorganisasi.www.com, 2008). Di mana dunia wirausaha merupakan dunia bisnis yang diciptakan oleh seorang yang memiliki kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses, dan wirausaha berperan dalam menciptakan kemakmuran, pemerataan kekayaan serta memberikan kesempatan kerja yang berfungsi sebagai mesin pertumbuhan perekonomian suatu negara (Suryana, 2006). Pemerintah tidak akan mampu menggarap semua aspek pembangunan serta menyediakan lapangan

3 pekerjaan untuk setiap masyarakat, maka dari itu banyak wanita yang membuat lapangan kerja mereka sendiri yaitu dengan berwirausaha. Dalam menjalankan sebuah usaha itu diperlukan seorang pemimpin yang berani mengambil sikap dan tindakan atau perilaku yang positif dalam menunjang jalannya perusahaan. Seperti yang diterangkan oleh Roger (dalam Miftahuddin, 2000) bahwa seorang wirausaha adalah seorang yang mengorganisir, memimpin dan bertanggung jawab atas suatu bisnis atau usaha. Jadi bagaimana sikap dan perilaku seorang wirausaha dalam menjalankan bisnisnya akan mempengaruhi usaha itu sendiri. Perilaku sendiri terbentuk dari tiga tingkatan kausalitas menurut Fishbein dan Ajzen (dalam Azwar, 2005) yaitu ; yang pertama adalah intensi sebagai determinan dari tingkah laku, bahwa individu akan berperilaku sesuai dengan isi dan kekuatan intensinya; kedua, intensi merupakan fungsi dari dua determinan utama yaitu sikap terhadap tingkah laku yang akan dilakukan, serta persepsi individu terhadap tekanan sosial yang akan timbul jika melakukan atau tidak melakukan perilaku termaksud atau subjective norms. Hal ini menunjukkan bahwa besar tidaknya intensi seseorang akan mempengaruhi perilaku atau tindakan yang akan diambil. Sesuai dengan penjelasan di atas bahwa pengertian intensi merupakan besarnya usaha atau niat seseorang dalam mewujudkan suatu perilaku yang didasari oleh keyakinan-keyakinan yang ada akan suatu perilaku. Maka dari itu dengan mengetahui seberapa besar tingkat intensi berwirausaha seseorang, kita dapat mengetahui gambaran perilaku apa yang akan muncul dan dapat mengetahui perilaku mana yang perlu ditingkatkan.

4 Wanita yang menjalankan bisnis lebih dikenal dengan istilah wanita wirausaha, atau wanita yang berwirausaha. Namun dalam menjalankan usahanya, seorang wanita masih banyak mengalami hambatan (Informasiwirausaha. www.com, 2007), diantaranya : Melihat dari segi kewanitaan, seorang ibu rumah tangga ada masa hamil dan menyusui, tentu akan mengganggu jalannya bisnis. Walaupun dapat digantikan oleh karyawan atau orang lain tetap saja memiliki keuntungan dan kerugiannya, karena jalannya perusahaan tidak akan persis sama bila dipimpin oleh pemilik sendiri. Menurut segi sosial budaya dan adat istiadat, wanita sebagai ibu rumah tangga bertanggung jawab penuh dalam urusan rumah tangga. Apabila anak atau suami sakit, ia harus memberikan perhatian penuh dan ini akan mengganggu aktifitas usahanya. Jalannya bisnis yang dilakukan oleh wanita tidak sebebas yang dilakukan laki-laki. Menurut kebiasaan dalam rumah tangga bahwa suamilah yang memberikan nafkah dan suami yang bekerja, dikarenakan tanggapan inilah terkadang mempersulit berkembangnya usaha menjadi usaha yang besar. Sifat pandai, cekatan, hemat, dalam mengatur rumah tangga akan berpengaruh terhadap keuangan rumah tangga. Terkadang sedikit sulit dalam mengatur/mengeluarkan uang dan harga dipasang lebih tinggi dari harga pasaran, karena hal ini sudah menjadi rahasia umum bahwa kaum wanita dalam berbelanja ia menginginkan/menawar harga serendah mungkin, tetapi apabila menjual ia menginginkan harga yang tinggi.

5 Dari segi emosional yang dimiliki wanita disamping menguntungkan juga dapat merugikan, misalnya dalam mengambil keputusan, karena ada faktor emosional, maka keputusan yang diambil terkadang kehilangan rasionalitasnya, seperti dalam menjalin hubungan dangan karyawan, ketika karyawan tersebut melakukan kesalahan tidak diberikan sangsi atas kesalahannya atau diberikan keringanan, karena dianggap dekat atau dengan kata lain terjadi bias dalam mengambil keputusan. Nitara (dalam Asnida, 2000) mengatakan bahwa di dalam kehidupan sehari-hari, wanita terlihat kurang yakin terhadap kemampuannya dan menunjukkan motif prestasi yang lebih rendah dibandingkan dengan motif berprestasi pria. Hal ini didukung oleh penelitian Baxter, dkk (dalam Rahayuningsih, 1995) menyatakan bahwa pria memiliki motif berprestasi yang lebih tinggi dari pada wanita. Dimana dalam berwirausaha motif yang sangat diperlukan adalah motif untuk berprestasi yang tinggi karena akan sangat mempengaruhi perkembangan usaha dan merupakan salah satu ciri yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha (Suryana, 2006) sehingga wirausaha wanita terlihat sering tertinggal dibandingkan wirausaha pria. Melihat beberapa kendala di atas perkawinan menjadi salah satu faktor yang juga perlu diperhatikan, karena masih banyak kaum wanita saat ini menganggap bahwa perkawinan dapat menghambat jalannya usaha yang mereka miliki. Seperti halnya seorang yang sudah mapan dan sukses dalam berkarir atau berwirausaha terkadang sulit untuk menikah dikarenakan anggapan bahwa dengan menikah mereka tidak leluasa berkarir dan terikat dengan tanggung jawab sebagai

6 ibu rumah tangga. Sebagai wanita yang masih berstatus gadis, bagi mereka perhatian, pikiran dan tenaga mereka masih dapat terfokus pada karir. Berbeda dengan wanita yang sudah menikah, mereka dituntut tanggung jawabnya di rumah sebagai istri dan ibu bagi anak-anak disamping tanggung jawab di dunia karir. Ketika wanita yang sudah menikah, mereka banyak mencurahkan perhatian dan tenaga di keluarga, maka pihak dunia karirnya akan menuntutnya. Demikian pula sebaliknya jika ia banyak perhatian di dunia karir atau usaha yang dimilikinya maka suami dan anak-anak akan menuntutnya pula. Hal-hal tersebut yang terkadang menghambat jalannya sebuah perusahaan yang dipimpin oleh seorang wanita yang sudah berkeluarga, sehingga perusahaan sulit untuk berkembang. Melihat dari segi peluang, wanita yang belum menikah memiliki peluang lebih besar untuk sukses dibandingkan ibu rumah tangga karena mereka belum memiliki tanggung jawab terhadap keluarga, di samping itu mereka juga masih memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk belajar. Namun bukanlah suatu hal yang patut dijadikan sebuah alasan untuk menarik langkah mundur tetapi bagaimana kita menyikapi permasalahan tersebut hingga menjadi sebuah motivator untuk belajar lebih baik karena masih banyak ibu-ibu rumah tangga yang sukses dalam menjalankan bisnisnya, mereka menyadari kebutuhan akan biaya untuk memenuhi kebutuhan anak semakin lama semakin besar maka semakin besar pula usaha yang dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa sebuah pernikahan bukanlah sebagai penghambat jalannya suatu bisnis melainkan sebagai penyemangat untuk terus membesarkan usaha demi mencapai kesejahteraan. Berbeda halnya di kelurahan Tegal Rejo kecamatan Medan Timur, sangat

7 disayangkan bagi kaum wanita yang masih berstatus gadis mereka seakan kurang mampu dalam menjalankan bisnisnya. Terlihat dari jenis usaha yang digeluti cenderung merupakan hasil dari melihat kesuksesan orang lain dan membangun usaha yang sejenis tanpa berusaha menciptakan sesuatu yang baru yang merupakan hasil kreatifitas sendiri. Contohnya pada suatu jalan di kelurahan tersebut yang kurang lebih berjarak 500 m, terdapat 20 usaha yang sejenis, dan dari hasil beberapa wawancara yang dilakukan pada wanita tersebut beberapa diantaranya mengatakan bahwa latar belakang mereka membuka usaha yang sama dikarenakan tidak mengetahui jenis usaha lain yang dapat dilakukan dan dapat menghasilkan keuntungan yang baik, sehingga mereka hanya bisa mencontoh dari usaha yang terlihat sukses dan banyak mendatangkan keuntungan. Di tambah lagi tidak ada pekerjaan lain sekaligus untuk mengisi waktu luang. Adapun mereka menginginkan usaha yang mereka jalankan mengalami peningkatan tapi karena kurangnya kesadaran untuk melakukan usaha lebih keras, sehingga mereka hanya bisa menerima keadaan dan sebagian menganggap mendapatkan keuntung untuk kebutuhan sehari-hari saja sudah cukup lumayan dan tidak mengharapkan banyak. Hal ini memberikan kesan bahwa mereka kurang mempunyai kepercayaan diri untuk tampil beda dengan orang lain, kurang memiliki daya kreatifitas dan ketelatenan dalam berwirausaha, serta tidak memiliki prospek ke depan di mana dalam hal ini merupakan faktor penting dalam berwirausaha (Suryana, 2006). Berbeda dengan wanita yang sudah berumah tangga, mereka cukup mampu bertahan dalam menjalankan bisnis. Dibuktikan dari usaha yang mereka jalankan dengan rata-rata lebih dari lima tahun dan sudah mulai mengalami peningkatan

8 yang berarti. Hal ini seakan bertolak belakang dimana seorang wanita yang belum menikah seharusnya lebih bisa menggunakan kesempatan untuk menjalankan usahanya. Apakah hal ini diakibatkan kurangnya pemahaman dalam menjalankan bisnis atau kurangnya intensi yang positif dalam menjalankan usahanya? Apakah ada perbedaan intesi meningkatkan wirausaha pada wanita yang belum menikah dengan wanita yang sudah menikah? Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti tertarik dan merasa perlu untuk mengadakan sebuah penelitian dengan judul : Perbedaan Intensi Meningkatkan Wirausaha Pada Wanita Yang Belum Menikah Dengan Wanita Yang Sudah Menikah Di Kelurahan Tegal Rejo Kecamatan Medan Perjuangan. B. Tujuan Penelitian Sebagaimana layaknya sebuah penelitian ilmiah harus memiliki tujuan tertentu, adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara jelas akan perbedaan intensi meningkatkan wirausaha pada wanita yang belum menikah dengan wanita yang sudah menikah. C. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi ilmu psikologi, khususnya psikologi Industri serta menambah wawasan teoritis yang ada sebagai bahan pertimbangan dan perbaikan penelitian

9 selanjutnya mengenai masalah intensi meningkatkan wirausaha pada wanita yang belum menikah dengan wanita yang sudah menikah. 2. Secara Praktis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat, terutama wanita yang bergerak dalam bidang wirausaha mengenai pentingnya intensi yang tinggi dalam membentuk perilaku seorang wirausaha. Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan masukan bagi mereka agar memahami dirinya sendiri sehingga mampu melakukan penyesuaian diri sebaik mungkin dalam menjalankan usaha. Bagi wanita wirausaha yang sudah menikah diharapkan dapat memberikan yang terbaik bagi keluarga dan perusahaan yang dijalani, serta dengan mengetahui kelebihan dan kelemahan masing-masing diharapkan lebih terdorong untuk melakukan perubahan dengan berusaha memperbaiki kelemahan tersebut, di antaranya meningkatkan dan memanfaatkan sumber daya manusianya dengan baik sehingga dalam menjalankan usaha lebih maksimal dan mendapatkan hasil yang baik.