MENILAI KINERJA TATA KELOLA TI DI DOMAIN DELIVERY DAN MENGGUNAKAN COBIT IRAWAN WINGDES

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENGUKURAN TATA KELOLA TEKNOLOGI DAN SISTEM INFORMASI DENGAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.0 STUDI KASUS PT. SEMESTA TEKNOLOGI PRATAMA

ANALISIS TINGKAT KEMATANGAN (MATURITY LEVEL) TEKNOLOGI INFORMASI PADA PUSTAKA MENGGUNAKAN COBIT 4.1

RAHMADINI DARWAS. Program Magister Sistem Informasi Akuntansi Jakarta 2010, Universitas Gunadarma Abstrak

PENGGUNAAN FRAMEWORK COBIT UNTUK MENILAI TATA KELOLA TI DI DINAS PPKAD PROV.KEP.BANGKA BELITUNG Wishnu Aribowo 1), Lili Indah 2)

Jurnal Sistem Informasi Dan Bisnis Cerdas (SIBC) Vol. 10, No. 2. Agustus 2017

STUDI PENERAPAN IT GOVERNANCE UNTUK MENUNJANG IMPLEMENTASI APLIKASI PENJUALAN DI PT MDP SALES

PENILAIAN KESELARASAN ANTARA TUJUAN BISNIS DAN TEKNOLOGI INFORMASI DI PT SARANA LUAS MAJU KIMIA

TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA DOMAIN PO (PLAN AND ORGANIZE) MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.1 (STUDI KASUS DI RENTAL MOBIL PT.

ANALISIS TINGKAT KEMATANGAN SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN DI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VIII Control Objective for Information and related Technology (COBIT)

AUDIT MANAJEMEN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN COBIT 4.1 PADA SISTEM TRANSAKSI KEUANGAN

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A )

PENILAIAN SISTEM INFORMASI AKADEMIK MENGGUNAKAN MODEL COBIT 4.1

Taryana Suryana. M.Kom

Bab II Tinjauan Pustaka

ANALISIS PENGUKURAN KUALITAS PELAYANAN SISTEM INFORMASI PERBANKAN DENGAN MENGGUNAKAN COBIT 5

ANALISIS TATA KELOLA TI PADA INNOVATION CENTER (IC) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MENGGUNAKAN MODEL 6 MATURITY ATTRIBUTE

ANALISIS TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA BAGIAN LOGISTIK PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS: UKSW SALATIGA)

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

Dosen : Lily Wulandari

ANALISIS PENGELOLAAN TATA KELOLA TI UNTUK MANAGE SERVICE DESK DAN INCIDENT (DS8) COBIT 4.1 PADA PT NASMOCO MAJAPAHIT SEMARANG

COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Pengawasan dan Evaluasi Tata Kelola Teknologi Informasi PT. Angkasa Pura I Semarang dengan Framework COBIT 4.1 ABSTRAK

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan

1. Pendahuluan 2. Kajian Pustaka

EVALUASI PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI SUMATERA SELATAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN FRAMEWORK COBIT VERSI 5.

BAB 3 1. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Mengenal COBIT: Framework untuk Tata Kelola TI

BEST PRACTICES ITG di Perusahaan. Titien S. Sukamto

1. Pendahuluan Teknologi Informasi saat ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dan terintegrasi dengan tujuan bisnis organisasi. Bagaimana teknologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

COBIT dalam Kaitannya dengan Trust Framework

PENGUKURAN KINERJA TEKNOLOGI INFORMASI PADA SISTEM INFORMASI AKADEMIK JURUSAN DI UNIVERSITAS GUNADARMA DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT 4.

TINGKAT KEMATANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS XYZ DOMAIN MONITOR AND EVALUATE (ME) FRAMEWORK COBIT 4.0

BAB 2 LANDASAN TEORI. komponen. Melalui pendekatan prosedur, sistem dapat didefinisikan sebagai

BAB V HASIL RANCANGAN MODEL

Framework Penyusunan Tata Kelola TI

AUDIT SISTEM INFORMASI GRUP ASESMEN EKONOMI DAN KEUANGAN BANK INDONESIA WILAYAH IV DITINJAU DARI IT GOAL 7 MENGGUNAKAN STANDAR COBIT 4.

LAMPIRAN I. Kuisioner I : Management Awareness

Analisa Nilai Maturitas Dan Tata Kelola Teknologi Informasi Menggunakan Model COBIT Versi 4.1 (Studi Kasus BOB PT.Bumi Siak Pusako- Pertamina Hulu)

PENILAIAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA APLIKASI CSBO DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.0

REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE

AUDIT SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN MENGGUNAKAN DOMAIN ACQUIRE AND IMPLEMENT BERBASIS COBIT 4.1 PADA PERPUSTAKAAN DI PERGURUAN TINGGI SWASTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Andreniko 1a. Gunadarma. Abstrak. Kata Kunci: COBIT, Evaluasi Tatakelola Teknologi Informasi, Plan and Organise, Maturity Level

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini operasional bisnis dijalankan dengan. dukungan teknologi informasi. Dengan semakin berkembangnya teknologi

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI

ANALISIS TINGKAT KEMATANGAN TATAKELOLA TI BERBASIS DELIVERY AND SUPPORT DI PERGURUAN TINGGI

Mengevaluasi Tingkat Kematangan Domain Delivery Support (DS11) Perpustakaan Menggunakan Kerangka COBIT 4.1

EVALUASI PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN LALU LINTAS PENERBANGAN DENGAN MENGGUNAKAN COBIT FRAMEWORK

Pengukuran Tingkat Kematangan Teknologi Informasi Menggunakan Cobit 4.1 Pada Universitas Jenderal Achmad Yani

BAB II LANDASAN TEORI. audit keamanan informasi. Framework yang digunakan pada penelitian ini yaitu

PENERAPAN FRAMEWORK COBIT UNTUK IDENTIFIKASI TINGKAT KEMATANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI: STUDI KASUS DI FASILKOM UNWIDHA

AUDIT SISTEM INFORMASI PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.1 ABSTRAK

Tingkat Kematangan Teknologi Informasi Menggunakan Framework COBIT pada Layanan Teknologi Informasi (Studi Kasus : STIE MDP)

1 BAB I PENDAHULUAN. penting bagi hampir semua organisasi perusahaan karena dipercaya dapat

PENGUKURAN MANAJEMEN SUMBER DAYA TI DENGAN MENGGUNAKAN METODE COBIT PADA PT.PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perguruan Tinggi (PT) merupakan institusi yang memberikan pelayanan

Tata Kelola Evaluasi Sistem Informasi Berdasarkan Control Objective For Information And Related Technology (COBIT) Domain Deliver And Support (DS)

AUDIT SISTEM INFORMASI PENGAWASAN DAN PEMANTAUAN PERMINTAAN LAYANAN DAN INSIDEN MENGGUNAKAN COBIT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rekomendasi audit pengembangan teknologi informasi. 4.1 Evaluasi Hasil Pengujian & Laporan Audit

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT

BAB II LANDASAN TEORI

Bab IV Rekomendasi IT Governance

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI. yang akan penulis evaluasi antara lain : cadang pada PT. Mercindo Autorama

Manajemen Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Madura Telp

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

EVALUASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPEGAWAIAN (SIMPEG) MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.1 (Studi Kasus : Kementerian Agama Kantor Kota Pekanbaru)

BAB II LANDASAN TEORI

LAMPIRAN A Kuesioner I : Management Awareness

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PENGELOLAAN SERVICE DESK DAN INSIDEN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (DS8) UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO BERDASARKAN FRAMEWORK COBIT 4.

Bab IV Usulan Model Pengelolaan Teknologi Informasi PT. Surveyor Indonesia

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam proses penelitian ini ditujukan untuk menilai posisi perusahaan saat ini dan

AUDIT SISTEM INFORMASI MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.1 PADA WEBSITE UNIVERSITAS PERADABAN

Audit dan Analisis Sistem Informasi Bagian Produksi Perusahaan Manufaktur Menggunakan Framework COBIT 4.1

PENGUKURAN TINGKAT KEMATANGAN SIPMB MENGGUNAKAN MATURITY MODEL PROSES MENGELOLA DATA (DS11)

BAB II LANDASAN TEORI

EVALUASI KEAMANAN DATA PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT XYZ MELALUI AUDIT TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI BERDASARKAN KERANGKA KERJA COBIT 4.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Pendahuluan 2. Kajian Pustaka

BAB II LANDASAN TEORI

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

PEMBUATAN MODEL TATA KELOLA IT UNTUK PROSES AKADEMIK MENGGUNAKAN COBIT 4.1 (STUDI KASUS : UNIVERSITAS XYZ)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aktivitas penunjang yang cukup penting pada PT sebagai

TATA KELOLA TI. Oleh: Tantri Hidayati S, S.Kom., M.Kom

PENERAPAN COBIT FRAMEWORK UNTUK MENILAI PENGELOLAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN TINGKAT KEPUASAN PELAYANAN (STUDI KASUS PADA KLINIK XYZ YOGYAKARTA)

BAB II LANDASAN TEORI

Purwanto. Program Studi : Magister Ilmu Komputer (MKOM) Program Pascasarjana Universitas Budi Luhur. ABSTRACT

PENGUKURAN TINGKAT KEMATANGAN PADA PENDUKUNG JARINGAN SITU DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.1

Transkripsi:

136 JURNAL SISFOTENIKA Vol. 3 No. 2 MENILAI KINERJA TATA KELOLA TI DI DOMAIN DELIVERY DAN SUPPORT MENGGUNAKAN COBIT IRAWAN WINGDES Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Pontianak Jln. Merdeka No. 372 Pontianak, Kalimantan Barat Email: john_sorgo@yahoo.com Abstrak: Menilai Kinerja Tata Kelola TI di Domain Delivery dan Support pada K dengan Menggunakan Cobit. Penilaian kinerja pada tata kelola TI menjadi salah satu faktor penting dalam kesuksesan menyelenggarakan TI di Pada perusahaan UKM lokal seperti MK yang telah beroperasi lebih dari 20 tahun, kinerja TI dinilai berdasarkan kerangka kerja cobit dengan pembatasan hanya di domain delivery dan support. Riset dilakukan dengan eksploratif yang diikuti dengan deskriptif. Hasil riset eksploratif menunjukkan bahwa untuk industri yang sama, maturity level masih berada pada tingkat yang rendah. Untuk MK sendiri, hasil menunjukkan maturity level yang cukup sesuai dengan target pemilik. Namun, terdapat perbedaan persepsi antara pemilik bisnis dan pengguna TI. Kata Kunci: Maturity level, Cobit, IT Governance 1. PENDAHULUAN Penilaian kinerja TI untuk organisasi merupakan sesuatu yang penting dilakukan untuk organisasi. Biaya untuk mendapatkan dan menginstalasi sebuah proyek TI termasuk tinggi. Kembalian secara murni keuangan juga tidak dapat dihitung dengan pasti. Karena itu tata kelola TI perlu diukur dan diamati dengan seksama, supaya pengeluaran untuk TI yang tinggi dijamin dengan tata kelola yang baik pula. Penelitian ini mengambil tempat di Pontianak, dengan objek penelitian sebuah perusahaan yang telah didirikan 20 tahun lalu dan beroperasi hanya di Pontianak. Perusahaan ini merupakan salah satu contoh perusahaan dagang yang merupakan mayoritas perusahaan dagang yang ada di Pontianak. Perusahaan ini sudah mulai dipimpin manajemen generasi kedua, dimana generasi kedua ini adalah anak dari pendiri perusahaan atau generasi pertama. Penerapan TI di perusahaan ini dilakukan karena adanya kebutuhan untuk memudahkan transaksi sehari-hari, pengawasan, dan integritas data hasil transaksi sehari-hari yang merupakan informasi yang berharga bagi pemilik atau manajemen Perusahaan ini bergerak di bidang retail(dalam bentuk toko) dan distribusi(dalam bentuk grosir) di Pontianak. Untuk alasan kerahasiaan. Untuk selanjutnya perusahaan ini perusahaan retail yang telah berdiri sejak 23 tahun lalu. Lokasi awal di tengah pasar tradisional dan terminal transportasi yang masih berdiri sampai sekarang yang merupakan cabang utama dari perusahaan ini. Cabang kedua berdiri setelah kurang lebih 10 tahun cabang pertama berdiri. Cabang kedua juga berlokasi di dekat pasar tradisional dan sampai saat ini masih tetap beroperasi. Cabang ketiga dimulai 5 tahun lalu yang merupakan cabang khusus untuk distribusi kembali ke daerah selain pontianak. Daerah distribusi utamanya adalah Ketapang, Sintang, Putussibau, dan beberapa daerah kecil seperti Ngabang, Tayan, dan daerah sekitarnya. Cabang ketiga tidak merupakan cabang yang terbuka untuk umum atau retail, melainkan hanyalah kantor dengan fungsi tambahan yaitu gudang. 136

Menilai Kinerja Tata Kelola TI Management 137 Fokus dari penelitian ini adalah menilai kinerja tata kelola TI dengan menggunakan COBIT. Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan kinerja layanan TI perusahaan jika dilihat dari maturity level COBIT. Penelitian ini juga untuk mengeksplorasi penggunaan TI di perusahaan-perusahaan sejenis untuk mendapatkan data standar industry. Domain yang diteliti dibatasi hanya pada domain delivery dan support. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. IT Governance IT Governance merupakan satu kesatuan dengan kesuksesan yang didapatkan dari enterprise governance melalui peningkatan dalam efektivitas dan efisiensi dalam proses perusahaan yang berhubungan. IT Governance menyediakan struktur yang menghubungkan proses TI, sumber daya TI dan informasi bagi strategi dan tujuan Lebih jauh lagi IT Governance menggabungkan best practice dari perencanaan dan pengorganisasian TI, pembangunan dan pengimplemantasian, delivery dan support, serta memantau kinerja TI untuk memastikan kalau informasi perusahaan dan teknologi yang berhubungan mendukung tujuan bisnis 2.2. COBIT COBIT (Control Objectives For Information And Related Technology) adalah kerangka IT Governance yang ditujukan kepada manajemen, staf pelayanan TI, control departement, fungsi audit dan lebih penting lagi bagi pemilik proses bisnis (business untuk memastikan confidenciality, integrity dan availability data serta informasi sensitif dan kritikal. COBIT di rancang terdiri dari 34 high level control objectives yang menggambarkan proses TI yang terdiri dari 4 domain yaitu: Plan and Organise, Acquire and Implement, Deliver and Support dan Monitor and Evaluate. Kerangka kerja COBIT terdiri dari 34 proses TI yang terbagi ke dalam 4 domain pengelolaan (ITGI,2005), yaitu: Plan and organise, Acquire and Implement, Deliver and Support, Monitor and Evaluate. 2.3. Model Maturity COBIT mempunyai model kematangan untuk mengontrol proses-proses TI dengan menggunakan metode penilaian/ scoring sehingga organisasi dapat menilai prosesproses TI yang dimilikinya (skala 0 sampai 5). Maturity Models yang ada pada COBIT dapat dilihat pada tabel berikut ini (ITGI,2005 : hal20) : 0 Existent Tidak ada sama sekali proses yang dapat dikenali. Perusahaan bahkan tidak mengetahui ada isu tentang TI yang perlu ditanggapi. 1 Initial Sudah ada bukti bahwa perusahaan telah menyadari ada isu yang perlu ditanggapi. Namun tidak ada prosedur standar, hanya pendekatan yang dilakukan secara reaktif yang diaplikasikan untuk kasus per kasus. Pendekatan keseluruhan untuk manajemen TI masih tidak terorganisasi dengan baik. 2 Repeatable Proses telah dikembangkan sampai tahap dimana sudah ada prosedur yang diikuti oleh orang-orang yang mempunyai tugas yang sama. Tidak ada pelatihan formal atau komunikasi akan prosedur standar, tanggung jawab masih tergantung kepada individual. Masih terutama mengandalkan pengetahuan individual dan kesalahan biasanya terjadi. 3 Defined Prosedur telah distandarisasi dan didokumentasi, serta telah dikomunikasikan melalui pelatihan. Namun, masih tergantung kepada individu untuk mengikuti proses yang ada, dan biasanya kesalahan tidak terdeteksi. Prosedurnya sendiri tidak terlalu canggih tetapi merupakan formalisasi dari praktek yang sudah ada sebelumnya. 4 Managed Sudah memungkinkan untuk mengawasi dan mengukur kesesuaian dengan prosedur untuk proses yang tidak berjalan efektif. Proses berada dalam perkembangan yang terus menerus dan memberikan praktek yang baik.

138 JURNAL SISFOTENIKA Vol. 3 No. 2 Otomasi dan tool masih digunakan secara tersebar dan terbatas. 5 Optimised Proses telah disempurnakan sampai tahap best practive, berdasarkan hasil dari perkembangan yang terus meneur dan memodel maturity dengan perusahaan lain. TI digunakan secara terintegrasi untuk mengotomatisasi alur pekerjaan, memberikan tool untuk memperbaiki kualitas dan efektifitas, menjadikan perusahaan sangat cepat beradaptasi. Tabel 1. Generic Maturity Models Sumber: ITGI th 2005 Dengan adanya maturity level model, maka organisasi dapat mengetahui posisi kematangannya saat ini, dan secara terus menerus serta berkesinambungan harus berusaha untuk meningkatkan levelnya sampai tingkat tertinggi agar aspek governance terhadap teknologi informasi dapat berjalan secara efektif. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan hasil yang disampaikan dalam bentuk deskripsi, baik itu kualitatif maupun kuantitatif. Selain itu, Penelitian ini juga bersifat eksploratif, dengan tujuan untuk mendapatkan data industri tata kelola TI untuk perusahaan sejenis. 3.2. Rancangan penelitian Penelitian dilakukan melakukan wawancara terlebih dahulu dengan pemilik usaha dan pengguna sistem. Adapun anggota yang diwawancarai: a. Pemilik dari MK b. Karyawan kantor pusat c. Karyawan kantor cabang Setelah diwawancarai, penulis menyusun angket dengan standar pertanyaan dari COBIT dan angket tersebut disebarkan kembali ke pemilik usaha dan pengguna sistem yang sebelumnya diwawancarai. Bila digambarkan dalam gambar, proses penelitian dapat dilihat dalam bagan berikut ini: Wawancara awal dan observasi perusahaan sejenis Pengumpulan data dengan angket Pengolahan Data Analisa Data Menggunakan maturity level Kesimpulan dan saran Gambar 1. Langkah-langkah Penelitian a. Wawancara Pada tahap ini, peneliti melakukan wawancara awal dengan pemilik perusahaan dan karyawan yang berkaitan dengan penggunaan TI di Hasil wawancara ini akan menjadi pertimbangan domain apa yang akan digunakan dengan metode cobit. Selain itu, wawancara ini juga untuk mengetahui tingkat standar maturity level yang ditentukan oleh pemilik perusahaan selaku inisiator dalam pengadaan TI di b. Pengumpulan data dengan angket Pada tahap ini, setelah dilakukan wawancara awal, angket disusun dengan 138

Menilai Kinerja Tata Kelola TI Management 139 menggunakan standar cobit. Angket kemudian disebarkan diiringi dengan wawancara dan observasi langsung untuk menjamin bahwa yang mengisi angket mengerti isi angket. c. Pengolahan data Pada tahap ini, data hasil angket diolah dengan menggunakan bantuan software Excel. d. Analisa data menggunakan maturity level Setelah diproses di Excel, hasil pengolahan data dianalisa dengan mengikuti maturity level sesuai standar cobit. e. Kesimpulan dan saran Pada tahap ini, hasil analisa dan pengolahan data sebelumnya dirangkum dalam kesimpulan dan saran. 3.3. Metode Sampling Sampling dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Melalui teknik ini, pemilihan sampel dilakukan berdasarkan tujuan dari penelitian dan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang digunakan adalah antara lain: a. Pihak yang dapat menilai TI dari perusahaan adalah pemilik perusahaan selaku inisiator proyek TI. b. Pihak yang berinteraksi secara langsung dengan TI adalah pengawas / supervisor operasional sehari-hari yang setiap hari menggunakan laporan TI di c. Terakhir, pihak yang menggunakan TI secara langsung dan mengolah data ataupun menginput langsung adalah karyawan admin. 3.4. Instrumen penelitian 1. Observasi langsung Alat penelitian yang digunakan salah satunya adalah dengan melakukan observasi langsung, baik itu di perusahaan yang diteliti maupun perusahaan terkait yang mempunyai kesamaan dengan perusahaan yang diteliti. Observasi yang dilakukan di perusahaan lain dilakukan untuk mendapatkan gambaran standar industri TI yang ada. 2. Wawancara Wawancara dilakukan dengan tatap muka langsung antara peneliti dengan pihak yang diteliti. 3. Kuesioner atau Angket Angket disusun dan dikelompokkan berdasarkan proses sesuai standar cobit. Pertanyaan bersifat tertutup dengan menggunakan skala Guttman dimana dalam kuesioner disediakan 2 (dua) pilihan jawaban Y (Ya) dan T (Tidak). 3.5. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer dan sekunder. Data primer didapatkan dengan beberapa cara: 1. Observasi langsung Peneliti melakukan observasi atau pengamatan secara langsung proses penggunaan TI di peusahaan, baik itu di kantor pusat, maupun kantor cabang. Observasi dilakukan selama periode waktu tertentu. Selama observasi di perusahaan yang diteliti dilakukan, peneliti juga melakukan observasi di berbagai perusahaan lokal yang mirip atau sejenis untuk mendapatkan gambaran standar industri yang ada. 2. Wawancara Peneliti melakukan wawancara dan tanya jawab langsung dengan pemilik perusahaan dan karyawan maupun supervisor yang menggunakan TI di 3. Survei Survei dilakukan dengan menggunakan kuesioner atau angket yang dibagikan kepada responden yang dipilih menjadi sampel penelitian. Sedangkan data sekunder didapatkan dengan beberapa cara: 1. Studi dokumentasi Data perusahaan terutama didapatkan dengan menggunakan studi dokumentasi untuk dokumen perusahaan yang ada, meliputi struktur organisasi, surat ijin usaha, dan lain-lain.

140 JURNAL SISFOTENIKA Vol. 3 No. 2 2. Internet Akses internet digunakan untuk mencari data-data pendukung dari jurnal-jurnal ilmiah yang diterbitkan di internet. 3. Penelitian sebelumnya Penelitian tentang cobit yang sebelumnya dilakukan di perusahaan lain menjadi acuan dalam melakukan penelitian. 3.6. Teknik Pengolahan Data Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik sebagai berikut: 1. Secara kuantitatif, data diolah untuk mendapatkan tingkat maturity. 2. Pengolahan data tingkat maturity dilakukan di setiap proses untuk setiap responden secara individual. 3. Tingkat maturity secara keseluruhan dilakukan dengan menghitung ratarata. 4. Hasil disajikan dalam bentuk grafik. 5. Perhitungan menggunakan bantuan software Microsoft Excel. 3.7. Teknik Analisis Beberapa langkah yang digunakan untuk menganalisis pada penelitian ini: 1. Analisis menggunakan metode cobit berfokus pada mengukur maturity. 2. Tingkat maturity tata kelola TI perusahaan saat ini diperoleh dengan hasil olahan angket yang disebarkan sebelumnya. 3. Tingkat kematangan perusahaan dibandingkan dengan standar industri melalui hasil observasi yang dilakukan sebelumnya oleh peneliti. 4. Tingkat kematangan juga dibandingkan dengan standar dari pemilik perusahaan selaku pihak yang mengadakan TI di 5. Perbedaan maturity level saat ini dengan standar yang ditetapkan dan standar industri merupakan indikator untuk memperbaiki tata kelola TI di perusahaan di masa depan. 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Hasil wawancara perusahaan dan observasi perusahaan sejenis Hasil observasi menunjukkan penggunaan TI perusahaan sejenis untuk memproses transaksi hanya mencapai 20%, dimana usaha-usaha sejenis masih menggunakan kertas dan ingatan secara manual. Hanya ada beberapa saja perusahaan yang cukup besar yang menggunakan TI dalam operasi sehari-hari. Jika disesuaikan dengan standar dari cobit, maka tingkat maturity untuk industri ini hanyalah pada tingkat 1. Tingkat maturity 1 atau initial/adhoc dapat diterjemahkan menjadi: perusahaan sudah mengenali akan adanya isu TI yang perlu diperhatikan. Namun, belum ada proses yang standar, karena itu pendekatan dilakukan secara kasus per kasus. Pendekatan secara keseluruhan oleh pihak manajemen masih tidak terorganisir. Setelah wawancara dengan pemilik perusahaan yang diteliti, peneliti menyimpulkan bahwa pemilik perusahaan mempunyai standar untuk tingkat maturity tata kelola TI sebesar 3. 4.2. Hasil kuesioner Berdasarkan kuesioner, keseluruhan domain DS pada MK mendapatkan nilai 2,39 berikut ini dilampirkan hasil rangkuman dari setiap butir pertanyaan di domain DS: DS 1 Pendefinisian dan Pengelolaan Tingkat Layanan 2,15 DS 3 Mengatur Kinerja dan Kapasitas 1,86 DS 4 Menjamin Pelayanan yang Berkesinambungan 2,46 DS 5 Menjamin Keamanan Sistem 2,33 DS 6 Mengindentifikasi dan Mengalokasi Biaya DS 7 Memberikan Pelatihan dan Training ke User DS 8 Mengelola Meja Layanan Dan Insiden 2,78 2,68 1,68 DS 9 Mengatur Konfigurasi 1,99 140

Menilai Kinerja Tata Kelola TI Management 141 DS 10 Memanage Permasalahan 1,82 DS 11 Manajemen Data 2,7 DS 12 Mengatur Lingkungan Fisik 3,17 DS 13 Memanage Operasi 3,01 Rata-rata Maturity level Delivery and Support 2,39 Sumber: data olahan Tabel 2. Rangkuman hasil kuesioner tingkat maturity domain DS Perusahaan mempunyai kinerja terbaik pada domain DS12 dan DS13, yaitu mengatur lingkungan fisik dan memanage operasi. Sementara itu, kinerja terburuk didapatkan pada DS8, DS10, DS3, DS9. yaitu mengelola meja layanan dan insiden, memanage permasalahan, mengatur kinerja dan kapasitas, dan mengatur konfigurasi. Pada mengelola meja layanan, domain ini terutama membahas tentang respons yang cepat dan efektif terhadap pertanyaan pengguna TI memerlukan sebuah meja layanan dan proses manajemen insiden yang didesain dengan baik dan dieksekusi dengan baik.proses ini termasuk menyiapkan sebuah fungsi meja layanan dengan registrasi, pemrosesan insiden, analisis tren dan penyebab, beserta solusinya. Pada memanage permasalahan, domain ini terutama membahas tentang manajemen masalah yang efektif memerlukan identifikasi dan klasifikasi dari masalah, analisis akar permasalahan dan solusi dari masalah tersebut. Manajemen masalah mencatat dan menilai ulang identifikasi dan rekomendasi untuk perkembangan, perawatan dari catatan masalah dan penilaian ulang akan status dari perbaikan yang dilakukan. Sebuah manajemen masalah yang efektif memperbaiki tingkat layanan, mengurangi biaya, dan meningkatkan kenyamanan serta kepuasan konsumen. Sedangkan pada mengatur kinerja dan kapasitas, domain ini membahas kebutuhan untuk mengatur kinerja dan kapasitas dari sumberdaya TI memerlukan sebuah proses yang rutin mengukur kinerja dan kapasitas dari sumber daya TI. Proses tersebut meliputi perkiraan kebutuhan masa depan berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, penyimpanan dan kebutuhan cadangan. Proses ini memberikan kepastian bahwa informasi yang diperlukan untuk mendukung kebutuhan bisnis selalu ada. Pada mengatur konfigurasi, domain ini terutama membahas tentang memastikan integritas konfigurasi hardware dan software memerlukan pengumpulan dan pemeliharaan repository yang akurat dan lengkap. Proses tersebut meliputi pengumpulan informasi konfigurasi awal, menetapkan aturan dasar, verifikasi dan audit informasi konfigurasi, dan memperbaharui konfigurasi repositori apabila diperlukan. Manajemen konfigurasi yang efektif memfasilitasi ketersediaan sistem yang lebih baik, meminimalisir masalah produksi dan menyelesaikan Sumber: masalah data olahan lebih cepat. Di keempat topik ini, perusahaan berada pada posisi yang paling rendah tingkat maturity levelnya. Selain itu, pada penelitian ini, terdapat beberapa perbedaan persepsi antara pemilik dan pengguna TI di perusahaan, beberapa sub domain yang terdapat perbedaan itu adalah DS1, DS5, DS10, DS12, DS13. yaitu pada, pendefinisian dan pengelolaan tingkat layanan, menjamin keamanan sistem, memanage permasalahan, mengatur lingkungan fisik, dan memanage operasi. Rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

142 JURNAL SISFOTENIKA Vol. 3 No. 2 DS1 DS3 DS4 DS5 DS6 DS7 DS8 DS9 DS10 DS11 DS12 DS13 Pemilik 2,76 1,56 1,85 1,68 2,53 2,63 1,34 1,98 1,98 1,43 2,33 1,68 Manajer 1 2,4 1,85 2,95 2,16 2,81 2,66 1,45 1,81 2,61 2,08 3,3 3,42 Manajer 2 2,25 2,03 2,78 2,47 2,78 2,64 1,85 1,86 2,77 1,87 3,31 3,27 Manajer 3 2,55 2,33 3,03 2,39 2,86 2,86 1,78 1,92 2,79 1,92 3,34 3,16 Pengguna 1 1,81 1,46 2,17 2,53 2,82 2,64 1,82 1,84 2,95 1,87 3,39 3,14 Pengguna 2 1,73 1,74 2,17 2,69 2,92 2,73 1,81 2,24 2,79 1,72 3,25 3,14 Pengguna 3 1,54 2,08 2,26 2,37 2,76 2,58 1,74 2,26 3 1,87 3,26 3,27 Rata-rata 2,15 1,86 2,46 2,33 2,78 2,68 1,68 1,99 2,7 1,82 3,17 3,01 Tabel 3. Perbedaan tiap sub domain dari DS tiap responden Pada sub domain pendefinisian dan pengelolaan tingkat layanan, Pemilik mempunyai tingkat maturity paling tinggi, kemudian tingkat maturity paling rendah didapatkan pada pengguna 3 diikuti dengan pengguna 2 dan pengguna 1. masing-masing untuk nilai maturitynya adalah 1,536, 1,729, dan 1,814. selisih dengan maturity level yang sudah ditentukan cukup jauh, yaitu 1,464, 1,271, dan 1,186. Hasil Maturity ini menunjukkan bahwa pemilik mempunyai harapan tinggi tetapi bertolak belakang dengan pengguna pengguna merasa tingkat layanan yang diberikan ke konsumen masih belum terdefinisi dan dikelola dengan jelas. Pada sub domain menjamin keamanan sistem, maturity terendah didapatkan pada hasil kuesioner pemilik, yaitu 1,68 dengan selisih 1,32 dengan tingkat maturity yang diharapkan. Sementara hasil lainnya menunjukkan rata-rata berada di maturity level 2. Terdapat perbedaan maturity level pada responden dapat dikarenakan pemilik mempunyai harapan yang tinggi akan keamanan dan melihat bahwa TI yang diterapkan masih belum memasukkan unsur keamanan sebagai sesuatu yang penting. Sementara dari pengguna TI sendiri, persepsi akan keamanan sistem sudah dianggap mencapai maturity level 2 yang artinya sudah ada prosedur standar hanya kurang pelatihan dan komunikasi saja. Pada sub domain memanage permasalahan, pemilik masih mempunyai persepsi terendah dimana maturity level untuk pemilik adalah 1,977. sementara dari pengguna TI yaitu manajer dan pengguna biasa menunjukkan maturity level yang sudah mencapai 3. dari sini dapat dilihat bahwa pemilik masih mempunyai persepsi bahwa tidak ada pelatihan formal untuk menangani masalah masih merupakan kekurangan, sedangkan pengguna sendiri sudah merasa bahwa penanganan masalah di perusahaan sudah cukup baik dan ada prosedurnya. Pada sub domain mengatur lingkungan fisik, pemilik masih merupakan pihak yang mempunyai persepsi akan maturity paling rendah di sub domain ini. Maturity level pada pemilik hanya mencapai 2,326 dan mempunyai selisih 0,674 dengan maturity level yang ditetapkan. Berbeda dengan hasil yang didapatkan pada manajer dan pengguna, rata-rata setuju bahwa perusahaan sudah mempunyai prosedur standar dan pelatihan yang cukup untuk mengatur lingkungan fisik. Integritas data dapat dipertahankan dan keamanan terjaga. Pada sub domain memanage operasi, pemilik masih tetap mempunyai maturity level terendah, yaitu 1,68 dengan selisih 1,32 dari maturity level yang ditetapkan. Sementara pengguna dan manajer telah sepakat bahwa perusahaan telah mencapai maturity level yang ditetapkan yaitu level 3. 5. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini, ada beberapa kesimpulan yang didapatkan: 142

Menilai Kinerja Tata Kelola TI Management 143 1. Secara keseluruhan, maturity level pada domain DS mempunyai maturity level sebesar 2,39. Selisih 0,61 dari maturity level yang ditetapkan. 2. Perusahaan berada pada maturity level terendah pada DS 8 yaitu pada mengelola meja layanan dan insiden dengan nilai maturity sebesar 1,68 3. Perusahaan juga mendapatkan nilai rendah pada DS11, DS3 dan DS9 dengan masing masing maturity bernilai 1,82, 1,86, 1,99. Dengan kata lain, perusahaan mempunyai kelemahan di bidang manajemen data, mengatur kinerja dan kapasitas, serta mengatur konfigurasi. 4. Perusahaan berada pada maturity level tertinggi pada DS12, DS13 dan DS6 dengan masing-masing nilai maturity sebesar 3,17, 3,01 dan 2,78. dengan kata lain, perusahaan mempunyai kekuatan di bidang mengatur lingkungan fisik, memanage operasi, serta mengidentifikasi dan mengalokasi biaya. 5. Dari hasil observasi perusahaan sejenis, maturity level industri hanya pada tingkat 0 sampai dengan 1. dengan kata lain, perusahaan-perusahaan lain sejenis pada umumnya belum mempunyai prosedur standar dan belum menyadari ada isu yang perlu ditanggapi di TI. 6. Terdapat perbedaan persepsi maturity pada pemilik perusahaan dan pengguna TI yaitu pada DS1, DS5, DS10, DS12, DS13. 7. Pada DS1 pemilik mempunyai nilai maturity tertinggi dibanding responden lain. Pemilik merasa bahwa pendefinisian dan pengelolaan tingkat layanan sudah cukup jelas dan terstandarisasi dengan pelatihan sementara ada pengguna yang masih belum jelas. 8. Pada DS5 (menjamin keamanan sistem), DS10 (memanage permasalahan), DS12 (mengatur lingkungan fisik), DS13 (memanage operasi), pemilik mempunyai nilai maturity terendah dibanding responden lain. DAFTAR RUJUKAN Dirk Basten, Dominik Joosten, Werner Mellis, Managers' Perceptions of Information System Project Success Computer Information System, 2011. Evi Maria, Charitas Fibriani, Lina Sinatria. The Measurement of Information Technology Performance in Indonesian Higher Education Institutions in The Context Of Achieving Institution Business Goals Using Cobit Framework Version 4.1 Commerce, 2012. Audit Model Development of Academinc Information System: Case Study on Academic Information System of Satya Wacana Journal Of Arts, Science & Commerce, 2011 Assesing The Level of Information Technology (IT) Processes Performance and Capability Maturity in The Philippine Food, Beverage, and Tobacco (FBT) Industry Using The Cobit Framework and Management Sciences Journal, 2010. IBM IT Governance Approach: Business Performance through IT Execution Support Organization. 2008 COBIT 4.0 COBIT CONTROL PRACTICES ITGI. 2007 IT GOVERNANCE ACCORDING TO COBIT: How does the IT performance within one of the largest investment banks in the world compare to COBIT Sweden XR-EE-ICS 2007:14. Balanced Scorecard Salemba Press. 2011.