BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT tidak membiarkan seseorang untuk tidak tidur dan akan. hilang di waktu tidurnya ( As-Aya rawi, 2001 ).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

PEMBIASAAN POLA MAKAN BALITA DI LINGKUNGAN KELUARGA SEJAHTERA 1 DESA CIBODAS BUNGURSARI PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. obesitas yang meningkat terus-menerus. Obesitas ini menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun

POLA KONSUMSI PANGAN PENDERITA JANTUNG KORONER RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM KABANJAHE TAHUN 2007 SKRIPSI OLEH

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, dan memberi

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dijelaskan dan diuraikan tentang latar belakang,

BALITA PADA RUMAHTANGGA MISKIN DI KABUPATEN PRIORITAS KERAWANAN PANGAN DI INDONESIA LEBIH RENTAN MENGALAMI GANGGUAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN. orangtua sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut pada anak apabila

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

ISSN Vol 2, Oktober 2012

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. dampak terhadap terjadinya gangguan gizi antara lain anemia, pertambahan

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah mengumpulkan. dan menganalisis data indikator MDG s kesehatan dan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Terjadi

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat menyerang berbagai organ

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Nutrisi yang cukup sangat penting pada usia dini untuk memastikan

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia atau lebih dari 100 juta jiwa mengalami beraneka masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan. serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003:11).

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB 1 : PENDAHULUAN. keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

dasar yang paling penting dalam prinsip manajemen mutu (Hidayat dkk, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sehingga berkontribusi besar pada mortalitas Balita (WHO, 2013).

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

ANALISIS KARAKTERISTIK USIA LANJUT BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI DI POSYANDU LANSIA DUSUN WONOGIRI JATIREJO LENDAH KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam. peningkatan gizi remaja. Obesitas merupakan salah satu masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang unik dan mempunyai suatu kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya, salah satunya adalah tidur. Tidur adalah salah satu kenikmatan dan rahmat yang besar nilainya dari sekian banyak kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada manusia. Meskipun manusia memaksa melakukan pekerjaan yang berat dan melelahkan, tetapi Allah SWT tidak membiarkan seseorang untuk tidak tidur dan akan memberikan istirahat dengan cara mengantuk dan kemudian akan tertidur. Tidur memutuskan manusia dari hubungan kegiatan berfikir dan kegiatan jasmani. Hilangnya kesadaran di waktu tidur merupakan suatu kenikmatan, sebab ketika sebelum tidur ada yang terasa sakit, maka rasa sakit itu bisa hilang di waktu tidurnya ( As-Aya rawi, 2001 ). Pada anak, tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar untuk pertumbuhan yang optimal. Pola tidur pada anak dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya ada kelelahan, stress, proses tidur, waktu, kualitas tidur, tidur rutin, obat dan gaya hidup. Pola tidur yang tepat, sama pentingnya dengan nutrisi yang baik dan latihan yang adekuat. Seseorang memerlukan 1

2 jumlah tidur dan istirahat yang berbeda. Tidak tepatnya jumlah tidur seseorang maka kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, serta beraktivitas pada kegiatan sehari-hari akan menurun. Mencapai kualitas tidur yang baik merupakan penting untuk kesehatan, sama halnya dengan sembuh dari penyakit. Agar tubuh kita tetap sehat dan bugar sepanjang hari maka salah satu caranya adalah dengan menjaga kualitas pola tidur. Seringkali seseorang merasa lemah dan lesu karena mereka terlalu berlebihan dalam menggunakan energi di aktivitas sehari-harinya, untuk itu tidur dan istirahat dapat memulihkan kembali energi yang hilang. Ketika seseorang kurang istirahat, mereka akan mudah marah, tertekan, dan lelah serta mereka susah untuk mengendalikan emosi (Kozier, 2004). Pola tidur pada anak usia prasekolah bukan hanya sekedar durasi lamanya mereka tidur, akan tetapi juga dipengaruhi oleh keseimbangan asupan nutrisi dan status gizi yang diperoleh si anak tersebut. Diharapkan anak usia prasekolah mendapatkan asupan nutrisi dan status gizinya baik supaya pertumbuhan dan perkembangan anak serta pola tidurnya juga bisa baik. Asupan nutrisi sangat menentukan status gizi seorang anak. Dengan kata lain asupan nutrisi yang baik akan memberikan dampak pada status gizi anak juga menjadi baik. Dalam hal konsumsi pangan, pada anak usia prasekolah masih merupakan golongan konsumen pasif, yaitu belum dapat mengambil dan memilih makanan sendiri sesuai dengan kebutuhannya sehingga pada usia ini anak sangat rentan terhadap berbagai masalah kesehatan apabila

3 kondisinya kurang gizi (Santoso, 2004). Di samping kurang gizi, ditemukan juga masalah kesehatan pada anak yang disebabkan gizi lebih yang dapat menyebabkan kegemukan dan anak berisiko menderita penyakit degeneratif seperti penyakit hipertensi, penyakit jantung dan lain sebagainya (Santoso, 2004). Anak seringkali mengalami gangguan pada tidurnya. Di Indonesia, menurut penelitian yang dilakukan oleh Zahara (2013), tingkat prevalensi gangguan tidur pada anak berkisar antara 25% sampai 40% dan itu merupakan angka yang cukup rawan untuk masalah gangguan tidur pada anak. Tingkat prevalensi gangguan tidur pada anak usia di bawah tiga tahun sebesar 44,2%. Penelitian lain oleh Kiing J (2003) menyebutkan bahwa 30% dari anak-anak di bawah empat tahun mengalami gangguan tidur yang berupa sering terbangun pada malam hari. Keberhasilan upaya mempersiapkan anak yang berkualitas pada masa ini akan menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) di masa depan. Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas SDM adalah melalui peningkatan status gizi. Menurut Berg (1986) seperti yang dikutip oleh Gunanti (2006), anak dengan status gizi yang baik merupakan perwujudan dari terpenuhinya konsumsi pangan sesuai dengan kebutuhan sepanjang masa pertumbuhan dan perkembangannya. Agar terpenuhi kebutuhan gizi anak, maka anak harus mengonsumsi makanan dalam jumlah yang memadai dan juga mutu gizi yang baik.

4 Berdasarkan laporan UNICEF tahun 2006, jumlah anak balita yang menderita gizi buruk di Indonesia sebesar 2,3 juta jiwa dan jika dibandingkan dengan data tahun 2004/2005 yang berjumlah 1,8 juta jiwa maka dalam hal ini penderita gizi buruk naik sekitar 500.000 jiwa (Kertawacana, 2006). Pada data yang didapatkan dari bagian administrasi di TK Dharma Bakti IV Ngebel, terdapat 88 orang anak di antaranya ada 31 anak yang mengalami masalah pada status gizi nya. Dari 31 anak yang mengalami masalah status gizi tersebut, 18 anak diantaranya mengalami masalah status gizi gemuk dan 13 anak mengalami masalah status gizi kurus. Kaitannya dengan pola tidur, dalam hal ini peneliti ingin mengetahui perbedaan pola tidur pada anak usia prasekolah dengan status gizi yang berbeda. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lumeng et al tahun 2007 bahwa seseorang yang tidurnya kurang sesuai kebutuhan misalnya biasanya tidur 8 jam sudah cukup tetapi karena sering begadang jadi 5-6 jam maka akan cenderung meningkatkan nafsu makan yang berlebihan seperti ngemil, sehingga berat badannya menjadi naik. Oleh karena itu, peneliti ingin membuktikan apakah pola tidur pada anak usia prasekolah berbeda atau sama antara status gizi normal, kurus, dan gemuk.

5 B. Rumusan Masalah Perumusan masalah yang tetapkan dalam penelitian ini adalah : Apakah ada perbedaan pola tidur pada anak dengan status gizi normal, kurus, dan gemuk di TK Dharma Bakti IV Ngebel, Tamantirto, Kasihan, Bantul? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pola tidur pada anak dengan status gizi normal, kurus, dan gemuk. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pola tidur pada anak dengan status gizi normal. b. Untuk mengetahui pola tidur pada anak dengan status gizi kurus. c. Untuk mengetahui pola tidur pada anak dengan status gizi gemuk. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktik. 1. Manfaat secara teoritis Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan tentang pola tidur pada anak dengan status gizi yang

6 berbeda-beda sehingga dapat dijadikan landasan bagi penelitian sejenis dan intervensi tentang status gizi dan pola tidur. 2. Manfaat secara praktik a. Bagi Guru di TK Diharapkan penelitian ini bisa bermanfaat bagi Guru di TK tentang pola tidur yang normal pada anak dengan status gizi yang berbeda-beda. b. Bagi Orang tua Diharapkan penelitian ini bisa bermanfaat bagi orang tua dalam hal pengetahuan tentang pola tidur dan status gizi pada anak sehingga orang tua dapat menjaga pola tidur yang baik pada anak. c. Bagi Peneliti Diharapkan penelitian ini bisa juga dijadikan sebagai referensi untuk penelitian sejenisnya. E. Penelitian Terkait 1. Penelitian yang dilakukan oleh Arjunam dan Kaarthini (2011) yang berjudul pengaruh pola tidur terhadap tinggi badan anak umur 15-18 tahun di SMA Raksana, Medan tahun 2011 menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola tidur terhadap tinggi badan anak yang berumur 15 hingga 18 tahun di SMA Raksana, Medan. Data mengenai pola tidur dan tinggi badan

7 dikalangan pelajar-pelajar di SMA Rakasana tahun dikumpulkan melalui kuesioner yang berupa wawancara. Kemudian data diolah untuk melihat pengaruh pola tidur terhadap tinggi badan mereka. Hasilnya jumlah total pelajar-pelajar yang mengambil bagian dalam penelitian ini adalah 106 orang. Selama periode tahun 2011, didapati 71,1% anak yang berperawakan tinggi, 57,5% mempunyai tidur yang cukup dan 14,2% kurang tidur. Maka, didapati kebanyakan anak-anak yang berperawakan tinggi mempunyai tidur yang cukup. Selain itu, didapati dari anak-anak yang berperawakan tinggi, 45.3% puas tidur dan anak-anak berperawakan pendek, 15.1%. Kesimpulannya adalah bahwa pola tidur yang teratur dan sehat adalah penting dan salah satu faktor supaya anak-anak memiliki tinggi badan yang ideal. Didapati pola tidur mempengaruhi tinggi badan anak di SMA Raksana, Medan tahun 2011. Kebanyakan pelajar-pelajar yang berperawakan tinggi memiliki pola tidur yang sehat. Perbedaan atau persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang yaitu pada judul yang diteliti dan sampel yang digunakan. Pada penelitian sebelumnya menggunakan tinggi badan terhadap pola tidur anak usia 15-18 tahun sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan berat badan terhadap pola tidur anak usia prasekolah. Metode yang digunakan berbeda, pada penelitian sebelumnya menggunakan metode deskriptif sedangkan metode pada

8 penelitian sekarang menggunakan metode korelasional (hubungan/asosiasi) dengan pendekatan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Bobi C. Sibarani (2014) yang berjudul gambaran pola tidur anak yang dirawat inap di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan menggunakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan pola tidur anak yang dirawat inap di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan. Sampel yang diteliti sebanyak 50 orang dengan metode pengumpulan data yaitu Purposive Sampling dengan kriteria penelitian. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April sampai Mei 2014 menggunakan kuesioner data demografi dan kuesioner pola tidur. Hasil penelitian didapatkan bahwa 58,0% responden memiliki pola tidur buruk, 38,0% dengan pola tidur cukup dan 4,0% dengan pola tidur baik dimana 84.0% anak mengalami masalah waktu tidur, 64.0% mengalami masalah tidur siang, 78,0% anak terbangun dimalam hari dan 46.0% anak mengalami masalah ketidakteraturan dan durasi tidur. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pola tidur anak yang dirawat di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan adalah buruk. Saran untuk pelayanan kesehatan supaya memperhatikan kebutuhan tidur anak yang dirawat inap sehingga pola tidur anak dapat meningkat.

9 Perbedaan atau persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang yaitu pada judul yang diteliti. Pada penelitian sebelumnya ingin mengetahui gambaran pola tidur anak yang dirawat di Rumah Sakit sedangkan pada penelitian sekarang mengetahui pola tidur anak dengan berat badan normal, kurus dan gemuk. Metode yang digunakan berbeda, pada penelitian sebelumnya menggunakan metode deskriptif sedangkan metode pada penelitian sekarang menggunakan metode korelasional (hubungan/asosiasi) dengan pendekatan penelitian yang digunakan adalah cross sectional.