SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

dokumen-dokumen yang mirip
SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung.

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang

METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. *

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

BAB III METODE PENELITIAN

Keputusan Kepala Badpedal No. 47 Tahun 2001 Tentang : Pedoman Pengukuran Kondisi Terumbu Karang

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH

KONDISI TERUMBU KARANG HIDUP BERDASARKAN PERSEN TUTUPAN DI PULAU KARANG PROVINSI SUMATERA UTARA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

LAPORAN REEF CHECK DI PERAIRAN KRUENG RAYA DAN UJONG PANCU ACEH BESAR DI SUSUN OLEH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif dengan pengambilan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TEKNIK PENGUKURAN DAN ANALISIS KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

STUDI KEPADATAN DAN PENYEBARAN ECHINODERMATA DI SEKITAR RATAAN TERUMBU KARANG DI DESA WAEURA KECAMATAN WAPLAU KABUPATEN BURU

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggunaan sumberdaya alam. Salah satu sumberdaya alam yang tidak terlepas

PERSENTASE TUTUPAN DAN TIPE LIFE FORM TERUMBU KARANG DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas

KERUSAKAN TERUMBU KARANG KARIMUNJAWA AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI BATUBARA

JURNAL KELIMPAHAN DAN POLA PENYEBARAN BULU BABI (ECHINOIDEA) DI EKOSISTEM TERUMBU KARANG PANTAI PASIR PUTIH, SITUBONDO

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

MODUL TRANSPLANTASI KARANG SECARA SEDERHANA PELATIHAN EKOLOGI TERUMBU KARANG ( COREMAP FASE II KABUPATEN SELAYAR YAYASAN LANRA LINK MAKASSAR)

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE KERJA. A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan

JENIS SEDIMEN PERMUKAAN DI EKOSISTEM TERUMBU KARANG PULAU GILI LABAK KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS KESUKAAN HABITAT IKAN KARANG DI SEKITAR PULAU BATAM, KEPULAUAN RZAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di dalam wilayah Kabupaten Administratif

I. PENDAHULUAN. Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

Karakteristik Pulau Kecil: Studi Kasus Nusa Manu dan Nusa Leun untuk Pengembangan Ekowisata Bahari di Maluku Tengah

3. METODOLOGI. Koordinat stasiun penelitian.

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

3. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di habitat lamun Pulau Sapudi, Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANGAN BALAI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

Oleh : ASEP SOFIAN COG SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Geiar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3 BAHAN DAN METODE. KAWASAN TITIK STASIUN SPOT PENYELAMAN 1 Deudap * 2 Lamteng * 3 Lapeng 4 Leun Balee 1* PULAU ACEH

3. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

REHABILITASI TERUMBU KARANG TELUK AMBON SEBAGAI UPAYA UNTUK MEREDUKSI EMISI CARBON CO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Korelasi Tutupan Terumbu Karang dengan Kelimpahan Relatif Ikan Famili Chaetodontidae di Perairan Pantai Pasir Putih, Situbondo

Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

KESESUAIAN EKOWISATA SELAM DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

G.2.7. Wilayah Takad Saru. G.2.8. Wilayah Kotal. Fluktuasi anomali dan persentase karang di Takad Saru StatSoft-7 1,4 42,10 1,2 39,43 1,0 36,75 0,8

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki luas wilayah lebih dari 7,2 juta km 2 yang merupakan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONDISI TERUMBU KARANG DI PULAU MATAS TAMAN NASIONAL TELUK CENDERAWASIH

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di

I. PENDAHULUAN. terumbu karang untuk berkembangbiak dan hidup. Secara geografis terletak pada garis

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

memiliki karakteristik topografi yang berbeda. Penelitian ini dilakukan selama enam

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN pulau dengan luas laut sekitar 3,1 juta km 2. Wilayah pesisir dan. lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan

Kawasan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

By : ABSTRACT. Keyword : Coral Reef, Marine Ecotourism, Beralas Pasir Island

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

ISBN : 978-62-97522--5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof. H.J. Sohilait, MS Prof. Dr. Th. Pentury, M.Si Dr. J.A. Rupilu, SU Drs. A. Bandjar, M.Sc Dr.Ir. Robert Hutagalung, M.Si FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON, 1 i

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II 2 Juli 1 PEMETAAN TERUMBU KARANG (Coral reef) DENGAN MENGGUNAKAN GPS DI TAMAN LAUT PULAU POMBO MALUKU TENGAH Deli Wakano 1, Nur Alim Natsir 2 1 Fakultas MIPA Universitas Pattimura Ambon, Email:delly_wakano@yohoo.co.id, 2 Fakultas Tarbiyah Biologi IAIN Ambon, Email nuralimnatsir@yahoo.co.id. ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk memetakan terumbu karang di kawasan Taman Laut Pulau Pombo Maluku Tengah, yang dilakukan dengan menyelam dan menggunakan metode garis transek pada 1 % dari kawasan pantai terpilih yaitu kedalaman 3 m, 5 m dan 1 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terumbu karang yang terdapat di Taman Laut Pulau Pombo cukup beragam dan ditemukan 14 famili, 38 genera, dan 67 spesies pada kedalaman 3-1 m serta didominasi oleh terumbu karang non-acropora. Terumbu karang pada kedalaman 3 m bervariasi dengan indeks kesamaan komunitas 23-6%. Pada kedalaman meter ditemukan terumbu karang datar atau curam. Terumbu karang kategori baik terdapat di sebelah utara kedalaman 3 m terdiri atas 8 famili, genera dan 22 spesies. Kondisi sedang ditemukan di sebelah timur dan selatan kedalaman 5 m dengan jumlah 9 famili, 9 genera dan 19 spesies, sisanya termasuk kategori buruk. Kata kunci : Pemetaan, terumbu karang,gps, Taman Laut Pulau Pombo PENDAHULUAN Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem khas perairan tropis yang mempunyai sifat yang menonjol. Ditinjau dari kondisi biologisnya maka ekosistem terumbu karang merupakan habitat dari beranekaragam biota, karena terumbu karang merupakan tempat tinggal, bertelur, memijah, pembesaran dan mencari makan bagi berbagai jenis biota laut. Disamping merupakan sumber daya laut yang unik, terumbu karang juga memiliki keragaman dan nilai estetika yang tinggi pula. Tingginya keragaman jenis biota laut di ekosistem terumbu karang mengindikasikan bahwa ekosistem ini mampu memberikan daya dukung untuk kelangsungan hidup masyarakat daerah tersebut (Juwana., 1). Data BPS Propinsi Maluku (9) menunjukan bahwa 75 % masyarakat yang yang ada di Propinsi Maluku bermukim pada kawasan pesisir. Hal ini dikarenakan kawasan pesisir menyediakan ruang dengan aksesibilitas lebih tinggi bagi kegiatan perdagangan dan jasa. Selain itu, kawasan ini juga relatif mudah dan murah bagi kegiatan industri serta pembuangan PROSEDING Hal. 111

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II 2 Juli 1 limbah dibandingkan dengan ruang di daerah lahan yang lebih tinggi. Selain itu, kawasan pesisir merupakan kawasan yang memiliki keanekaragaman dan produktivitas hayati yang tinggi diantaranya adalah di Kawasan Taman Laut Pulau Pombo. Kawasan Taman Laut Pulau Pombo merupakan salah satu kawasan yang secara geografis terletak di antara Pulau Ambon dan Pulau Haruku dengan koordinat 128 22'9" BT dan 3 31'35" LS. Taman Laut ini memiliki lingkungan alam yang asri dan memiliki potensi laut yang sangat tinggi, sehingga masyarakat yang berada di sekitar wilayah tersebut mamanfaatkannya untuk mendapatkan ikan dan biota-biota laut lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya pemetaan terumbu karang (coral reef) dengan menggunakan GPS di Taman Laut Pulau Pombo Maluku Tengah, dengan tujuan untuk mengetahui potensi terumbu karang (Coral reef) di Taman Laut Pulau Pombo Maluku Tengah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pemerintah dalam upaya pengolaan lingkungan laut yang berkelanjutan. Disamping itu, sebagai bahan rekomendasi untuk menyusun langkah stategis Pemerintah Daerah (PEMDA) Maluku Tengah dalam upaya pengembangan Kawasan Taman Laut Pulau Pombo sebagai kawasan wisata bahari. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini di lakukan di kawasan Taman Laut Pulau Pombo ( Gambar 1 ). Gambar 1. Lokasi Penelitian PROSEDING Hal. 112

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II 2 Juli 1 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran gulung, peralatan scuba, alat tulis, camera under water, perahu bermotor minimal 4 PK, thermometer, refraktometer, peta perairan Maluku, GPS (Global Positioning System) dan seperangkat komputer dengan software Microsoft Office, Software program ArcGIS versi 8.3 dan program lifeform 5.1. Pelaksanaan penelitian ini di mulai pada bulan september 8 sampai bulan November 8 dengan menggunakan metode garis transek tegak lurus pantai 1 % dari kawasan terpilih berdasarkan hasil studi pendahuluan. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan yaitu : 1). Studi pendahuluan yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang terumbu karang (Coral reef). 2). Melakukan pemetaan terumbu karang (Coral reef) maka dilakukan dengan menggunakan garis transek tegak lurus pantai 1 % dari kawasan terpilih berdasarkan hasil studi pendahuluan. Pada tiap petak garis dilakukan penentuan posisi dengan GPS dan untuk pengamatan persentase komunitas karang hidup dan karang mati. Garis transek dimulai dari kedalaman dimana masih ditemukan terumbu karang (± 25 m) sampai di daerah pantai mengikuti pola kedalaman garis kontur. Umumnya dilakukan pada tiga kedalaman yaitu 3 m, 5 m dan 1 m. Panjang garis digunakan 1 m dengan ulangan sebanyak 3 kali yang penempatannya sejajar dengan garis pantai HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Terumbu Karang di Taman Laut Pulau Pombo Maluku Tengah Pengamatan terhadap kondisi terumbu karang di Taman Laut Pulau Pombo dilakukan melalui analisis komunitas terumbu karang untuk menentukan keragaman, tutupan dan kesamaan komunitas di tiap lokasi. Hasil analisis komunitas menunjukkan bahwa ada perbedaan antara komunitas karang yang ada di utara pada kedalaman 3 m, 5 m dan 1 m, begitupun dengan yang ada di timur, selatan dan di barat (Tabel 1 & 2). Berdasarkan pada penyusunan spesiesnya, maka indeks kesamaan komunitas di sebelah utara berkisar antara 26-55 %, penyusunan genaranya berkisar antara 57-84 % dan tutupan karangnya berkisar 44-45 % (Tabel 1). Untuk daerah timur dan selatan, indeks kesamaan komunitas antara kedalaman 3 m, 5 m dan 1 m pada tiga variabel hampir sama, yang berbeda adalah di daerah barat (Tabel 2). Hal ini terjadi karena pada daerah ini ekosistem terumbu karang sudah mengalami kerusakan. PROSEDING Hal. 113

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II 2 Juli 1 Tabel 1. Indeks kesamaan komunitas terumbu karang bedasarkan spesies, genera dan tutupan karang pada tiap lokasi No Lokasi Komunitas yang dibandingkan antar kedalaman (m) 1 Utara 2 Timur 3 Selata n 4 Barat Indeks kesamaan komunitas (%) berdasarkan Kekayaan spesies Kekayaan genera Tutupan terumbu karang 3-5 29 57 45 3-1 26 84 45 5-1 55 62 44 3-5 38 5 4 3-1 39 5 25 5-1 66 64 36 3-5 67 53 45 3-1 48 35 33 5-1 56 42 41 3-5 3-1 5-1 Tabel 2. Indeks kesamaan komunitas terumbu karang bedasarkan spesies, genera dan tutupan karang pada tiap kedalaman No Kedalaman (m) 1 3 2 5 3 1 Komunitas yang dibandingkan Indeks Kesamaan Komunitas (%) Kekayaan genera Kekayaan spesies Tutupan terumbu karang Utara - Timur 48 43 29 Utara - Selatan 47 51 38 Utara - Barat 23 32 1 Timur - Selatan 42 29 67 Timur - Barat 36 62 32 Selatan - Barat 6 44 41 Utara - Timur 33 21 34 Utara - Selatan 52 3 44 Utara - Barat Timur - Selatan 41 58 59 Timur - Barat Selatan - Barat Utara - Timur 28 52 28 Utara - Selatan 47 6 37 Utara - Barat Timur - Selatan 52 39 64 Timur - Barat Selatan - Barat PROSEDING Hal. 114

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II 2 Juli 1 Selain itu, dilihat dari masing-masing lokasi penelitian ternyata yang paling banyak spesies terumbu karang terdapat di sebelah selatan pada kedalaman 5 m, kemudian berturutturut diikuti oleh utara, timur dan barat (Gambar 2). Utara 3 25 1 22 8 8 12 19 11 5 Barat Timur 3 25 1 5 4 4 4 3 25 1 5 3 12 13 8 9 7 6 7 3 Selatan 3 25 1 5 6 12 9 9 21 26 8 13 22 Family Genera Jenis Family Spesies Gambar 2: Keragaman family, genera dan spesies pada masing-masing areal di Taman Laut Pulau Pombo. Ket : Angka di atas bar menunjukkan jumlah family, genera dan spesies Spesies karang yang mendominasi di suatu habitat tergantung pada kondisi lingkungan atau habitat tempat karang itu hidup (Birkeland, 1997). Pada suatu habitat, spesies karang yang hidup dapat didominasi oleh suatu spesies karang tertentu. Terumbu karang yang memiliki kategori tutupan baik apabila tutupan karang hidupnya berkisar antara 5-74,9 % (Mojetta,1995). Kategori ini terdapat di sebelah utara pada kedalaman 3 meter (Gambar 3). Walaupun, di sebelah utara persentase tutupan terumbu karangnya baik, namun jumlah spesiesnya sedikit bila dibandingkan dengan di selatan. Hal ini, disebabkan karena di sebelah selatan merupakan daerah yang banyak ditumbuhi terumbu karang yang berbentuk masif. PROSEDING Hal. 1

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II 2 Juli 1 Utara 1 8 73 6 4 23 18 Barat 1 Timur 8 1 6 8 4 6 7 4 24 34 18 Selatan 1 8 Kriteria 6 4 12 28 23 Buruk E Gambar 3 Kondisi penutupan terumbu karang di Taman Laut Pulau Pombo Ket : Angka di atas bar menunjukkan persentase tutupan terumbu karang Dari survey yang dilakukan ternyata pada kedalaman 5 dan 1 meter di sebelah utara banyak terdapat patahan-patahan karang sisa aktifitas masyarakat. Hal serupa juga terdapat di sebelah timur, selatan dan barat. Walaupun di sebelah timur dan selatan ditemukan tutupan terumbu karang dalam kondisi buruk, namun pada kedalaman 5 masih ditemukan terumbu karang dalam kategori sedang dengan kelimpahan individu cukup. Kondisi buruk pada kedalaman 3 meter disebabkan karena sering mengalami pasang surut hingga berjam-jam, sehingga mengakibatkan karang muncul di atas permukaan. Selanjutnya, dari penelitian yang dilakukan maka terumbu karang yang ditemukan pada setiap lokasi penelitian didominasi oleh terumbu karang yang berbentuk non-acropora (Gambar 4). Hal ini disebabkan karena terumbu karang Acropora relatif lebih rentan terhadap kerusakan dibandingkan dengan terumbu karang yang berbentuk non-acropora. PROSEDING Hal. 116

Persentase (%) Persentase (%) Persentase (%) Persentase (%) SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II 2 Juli 1 Utara Barat 1% 8% 6% 4% % % 3 m 5 m 1 m Timur 1% 8% 6% 4% % % 3 m 5 m 1 m Selatan 1% 8% 6% 4% % % 3 m 5 m 1 m Non - Acropora Acropora 1% 8% 6% 4% % % 3 m 5 m 1 m Gambar 4 Profil penyebaran terumbu karang Acropora non-acropora di Taman Laut Pulau Pombo KESIMPULAN Potensi Taman Laut Pulau Pombo yaitu pantainya unik, indah, dangkal dan keanekaragaman cukup tinggi Kondisi terumbu karang di Taman Laut Pulau Pombo yaitu baik, sedang dan buruk. Kondisi baik hanya ditemukan di sebelah utara pada kedalaman 3 m, kategori sedang ditemukan di sebelah timur dan selatan pada kedalaman 5 m. Dan sisanya termasuk kategori buruk PROSEDING Hal. 117

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II 2 Juli 1 DAFTAR PUSTAKA (1) Birkeland, C. 1997. Life and Death of Coral Reefs. Chapman dan Hall. International Thomson Publishing (2) Buku Rinci Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan Negara. 4. PEMDA, Maluku (3) Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Maluku. 8. Maluku dalkam Angka. Maluku (4) Juwana, S dan Romimuhtarto K. 1. Biologi Laut. Jakarta: Djambatan (5) Mojetta, A. 1995. The Barrier Reefs. A Guide to The World of Corals. A. A. Gaddis & Sons PROSEDING Hal. 118