A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktifitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi tanah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, pertumbuhan penduduk dari tahunketahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

PENDAHULUAN Latar Belakang

Budidaya ikan sistem karamba jaring apung di Waduk Kedungombo Kabupaten Boyolali. Sutini NIM K UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I PENDAHULUAN

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

BAB I PENDAHULUAN. alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

commit to user BAB I PENDAHULUAN

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa penduduk Indonesia dari

BAB I PENDAHULUAN. (1989), hingga tahun 2000 diperkirakan dari 24 juta Ha lahan hijau (pertanian,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai

B A B I PE N D A H U L U A N. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Pendahuluan ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan fakta

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

KAJIAN PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN DALAM RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA GORONTALO. Lydia Surijani Tatura Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

BAB I PENDAHULUAN. manusia jugalah yang melakukan kerusakan di muka bumi ini dengan berbagai

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. suatu keadaan ke keadaan lain dalam waktu yang berbeda. Suatu proses perubahan

2015 HUBUNGAN SIFAT LAHAN SAWAH DENGAN PRODUKTIVITAS PADI DI KAWASAN PESISIR KECAMATAN PASEKAN KABUPATEN INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikeruh adalah merupakan Daerah Aliran

Arah Masa Depan Kondisi Sumberdaya Pertanian Indonesia

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

III. KEADAAN UMUM LOKASI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia membutuhkan lahan untuk mengalokasi sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enok Yanti, 2013

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan

BAB I PENDAHULUAN. BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan pada ketinggiannya Kabupaten Indramayu

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

I. PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2009)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SAMBIREJO TIMUR KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aspek yang dikaji dalam kajian Geografi terdiri atas dua, yakni aspek fisik

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015

BIMBINGAN TEKNIS PENGUMPULAN DATA NERACA LAHAN BERBASIS PETA CITRA

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

BAB I PENGANTAR. masa yang akan datang. Selain sebagai sumber bahan pangan utama, sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. dalam beragam bentuk, maksud, dan tujuan. Mulai dari keluarga, komunitas,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi nasional tekanan terhadap sumber daya hutan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas

I. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan salah satu hak manusia yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAI{I]LUATI A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan setiap makhluk hidup khususnya manusia. Mulai dari sebagai sumber kehidupan manusia maupun sebagai tempat kelangsungan hidupnya. Hubungan manusia dengan lahan tidak dapat dipisahkan, seperti yang dikemukakan oleh Bintarto (1977:134) bahwa lahan dapat diartikan sebagai land senlemen yaitu suatu tempat atau daerah di mana penduduk berkumpul dan hidup bersama" di mana mereka dapat menggunakan lingkungan setempat untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan hidupnya. Suatu wilayah akan terus maju dan berkembang seiring dengan kemajuan zarnan, Hal ini tentunya akan mendorong penggunaan lahan baru unfuk memenuhi segala aktivitas manusia. Dalam mempertahankan kehidupannya manusia menggunakan lahan sebagai sumber daya alam dalam hal pertanian, pemukiman, peternakan, kehutanan, perindustrian, perdagangan dan sebagainya. Akan tetapi persoalan pemenuhan kebutuhan lahan sering kali menimbulkan intervensi terhadap penggunaan lahan. Interensi terhadap lahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan baik kebutuhan material maupun kebutuhan spiritual (Arsyad, 1989:207). Peningkatan penggunaan lahan baru akibat aktifitas penduduk akan mengisi ruang kosong dan menggeser kegiatan yang ada sehingga mengakibatkan perubahan penggunaan lahan. Pertumbuhan wilayah yang tidak dapat dihindarkan mengakibatkan meningkatnya pembangunan pemukiman penduduk pada lahan-lahan yang subur

(strategis), hal ini memiliki dampak baik yang bersifat positif maupun negatif. Dampak positif dapat kita lihat pada bertambahnya pembangunan jalan, meningkatnya jumlah angkutan umum, masuknya aliran listrik sampai serta berkembangnya pembangunan pada wilayah tersebut. Adapun dampak negatiftya berupa menyempitnya lahan subur (kawasan hutan, daerah pertanian, dan lainjain) yang berubah menjadi lahan perumahan, lahan jasa, lahan industri, sarana ibadah, sarana kesehatan dan sebagainya seperti lahan pekuburan, penurunan produksi padi, penurunan pendapatan petani sampai pada peralihan mata pencaharian seperti perdagangan, perindustrian bahkan jasa. (Kuswardoyo, 1994) dalam Togatorop, (2011:2). Manusia mengolah lahan untuk memperoleh hasil yang paling optimal dan lahan itu sendiri memerlukan penjagaan dan perawatan dari manusia agar kelestariannya tetap terjaga. Mahatma Gandhi mengatakan bahwa bumi menyediakan cukup untuk memenuhi setiap kebutuhan manusiq tetapi tidak keserakahan setiap orang. Pada masa perkembangaillya, pemerintahan-pemerintahan yang ada di dunia dengan negara baru umumnya sedikit sekali yang memberi perhatian lebih terhadap permasalahan-permasalatran pengawetan sumber-zumber alam dan penggunaannya secara terencana. Tingkat eksploitasi terhadap penggunaan lahan tanpa mengafur soal pengawetan, kemampuan lahan dan bentuk penggunaannya akan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Rusaknya lingkungan berdampak pada rusaknya keseimbangan ekologis yang akan berdampak pula pada kelangsungan hidup seluruh makhluk hidup di bumi. Penggunaan lahan yang berlebihan tanpa kontrol akan menimbulkan permasalahan baru. Tercatat, di Indonesia kerusakan hutan dan lahan yang terus

terjadi menyebabkan latran menjadi kritis. Dalam Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 52lKptsIV2001 tentang pedoman penyelenggaraan pengelolaan Daerah Aliran Sungai dijelaskan bahwa lahan kritis merupakan lahan yang telah mengalami kerusakan sehingga lahan tersebut tidak dapat berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukannya sebagai media produksi maupun sebagai media tata afu. Dari tahun 2006 sampai tahun 2010 jumlah luas lahan kritis di Indonesia mengalami peningkatan dafi 77.806.880,78 Ha pada tatrun 2006 dan tahun 2010 bertambah meqiadi 82.t76.443,64 Ha @irektorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutani Sosial, 201l). Jika hal ini terus dibiarkan akan memberikan dampak buruk bagi kehidupan manusia. Penggunaan lahan semata-mata adalah pengaruh, sikap, kebijaksanaan dan aktifitas manusia terhadap lingkungannya. Oleh karenany4 sikap dan kebijaksanaan masyarakat terhadap lahan akan menentukan langkahnya. Aceh Timur adalah salah satu wilayah kabupaten yang terdapat di Provinsi Aceh. Wilayah Kabupaten Aceh Timur dapat dikatakan cukup stategis karena berada pada jalur utama provinsi di wilayah pantai timur (Jalur Medan - Banda Aceh). Setidaknya ada 14 kecamatan yang terletak di jalur ini, sehingga secala posisi memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Luas wilayah Kabupaten Aceh Timur adalah 6.040,60 Km2 yang terdiri atas 24 kecamatan yang luas wilayahnya bervariasi. Jumlah kecamatan ini mengalami penambahan daxi sebelumnya 21 kecamatan pada data BPS tahun 2004, bertambah tiga kecamatan mer{adi 24kecamatan pada data BPS tahun 2014. Kecamatan Serbajadi merupakan kecamatan dengan wilayah terluas yaitu seluas 2.165,66 Km2 atau sekitar 35,85 persen dari total wilayah Kabupaten Aceh Timur @PS Aceh Timur, 2014).

Kondisi fisik Kabupaten Aceh Timur berupa daerah berbukit, dengan ketinggian wilayah yang cukup beragam berkisar antara 0 sampai dengan 2500 m dpl dan kemiringan antara 0 sampai dengan >40 persen. Aceh Timur memiliki karakteristik lahan yang sebahagian besar didominasi oleh hutan, selebihnya adalah kawasan perkebunan besar dan perkebunan rakyat, tegalan, ladang, sawah, bangunan/pekarangan, tambak, lahan tidak diusahakan dan lain-lain penggunaan. Kabupaten Aceh Timur merupakan kabupaten induk sebelum dilakukan pemekaran terhadap Kabupaten Aceh Tamiang dan Kota Langsa. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2007 pada tanggal 4 Januari 2007 tentang Pemindahan Ibu Kota Kabupaten Aceh Timur dari wilayah Kota Langsa ke wilayah Kecamatan Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur maka secara otomatis Kabupaten Aceh Timur harus memindahkan pusat pemerintahan dari Langsa ke ldi. Perubahan luas wilayah, yang diakibatkan oleh pemekaran sebanyak dua kali serta beralihnya lokasi pemerintahan menyebabkan Aceh Timur secara otomatis dan berkala harus segera memulihkan roda pemerintahan dan percepatan pembangunan. Proyek-proyek pembangunan mulai berjalan sebagaimana perencanaan. PenggUnaan lahan di Kabupaten Aceh Timur pun mengalami perubahan. Berdasarkan hasil dari penelitian pendahuluan yang dilakukan penulis dengan cara mengambil data-data yang diperlukan dari instansi terkait, terlihat perubahan yang jelas pada luas penggunaan lahan perkebunan. Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), berdasarkan data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Aceh Timur, luas perkebunan di wilayah Kabupaten Aceh Timur pada tahun 2014 adalah 192.337 Ha, dengan rincian 90.301 Ha merupakan wilayah perkebunan rakyat

yang dikuasai rumah tangga dan 102.036 Ha dikuasai oleh perusahaan perkebunan. Panambahan luas lahan perkebunan ini dapat dilihat dari perbandingan luas lahan perkebunan dalam data BPS tahun 2004 yaitu seluas 78.513 Ha dengan rincian 47.825 Ha lahan perkebunan besar dan 30.688 Ha lahan perkebunan rakyat. Hal ini juga terjadi pada bentuk penggunan lahan sawah, tegalan, bangunan/pekarangan, hutan, lahan sementara tidak digunakan, tambak dan lain-lain. Pada tahun 2004 luas bentuk lahan sawah di Kabupaten Aceh Timur adalah 35.887 Ha (BPS Kabupaten Aceh Timur,2004) sedangkan pada tahun 2012 saia luasnya menliadi 11.888 Ha (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian, 2014). Jika masyarakat terus meqiualnya kepada pemodal untuk dijadikan bangunan, terutama pertokoan maka bentuk penggunaan lahan sawah akan terus menyusut. Padahal, pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Kabupaten Aceh Timur. Secara perbandingan, produksi padi pada tahun 2014 mengalami penurunan produksi dibandingkan dengan tahun 2013 bahkan dengan produksi pada tahun 2004. Penurunan produksi lebih disebabkan karena adanya penurrnan luas tanam dan luas panen padi. Luas tanam 28.235 Ha dan luas panen 32.849 Ha pada tahun 2004 (BPS Aceh Timur, 2004) sedangkan pada tahun 2014 luas tanam 21.128 Ha dan luas panen 21.889 Ha (BPS Aceh Timur, 2014). Penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Timur mengalami perubahan baik dari lahan pertanian maupun lahan non pertanian. Pertumbuhan wilayah yang cepat, ditandai dengan makin tersebarnya pusat-pusat kegiatan sosial ekonomi. Secara fisik pertumbuhan wilayah ini terlihat dari perubahan bentuk penggguna lahan itu sendiri. Lahan hutan berkurang dan berubah menjadi lahan perkebunan, lahan pertanian

berubah menjadi lahan permukiman yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal penduduk, namun pada akhirnya diikuti pula dengan tumbuhnya kegiatan sosial-ekonomi serta perubahan-perubahan bentuk penggunaan lahan lainnya. Terdapat pula lahan pada hutan mangxove di Kabupaten Aceh Timur yang sudah tergolong sangat kritis, kritis dan yang tidak kritis. Hal ini menunjukkan adanya gejala perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan bentuk penggunaan lahan dalam jangka waktu sepuluh tahun, dari tahun 2004-2014 di Kabupaten Aceh Timur tentunya perlu menjadi perhatian semua pihak. Mengetahui penrbahan serta mengidentifikasi faltor penyebabnya merupakan hal yang penting untuk dievaluasi guna meqiaga keberlangsungan kondisi lahan untuk masa yang akan datang. Perubahan bentuk pengunaan lahan yang sangat perlu diperhatikan adalah peralihan bentuk penggunan lahan yang paling besar pengaruhnya terhadap kelestarian sumberdaya alam yaitu perubahan dari kawasan hutan ke penggunaan lainnyq seperti pertanian, perkebunan bahkan perumahan ataupun industri. Hal ini tentu berguna bagi pemerintahan Kabupaten Aceh Timur dalam rangka memenuhi amanat undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan undang-undang nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, perencanaan pembangunan daerah meliputi tahapan, tata cxa penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah terdiri atas Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Keda Pemerintah AJ(P).

pemerataan pembangunan tentunya sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun reilcana-rencana tersebut harus tetap memperhatikan kawasan hutan sebagai pelestarian sumberdaya air serta kekayaan vegetasi di dalamnya, memperhatikan kawasan pertanian pangan berkelanjutan sebagai sektor pendapatan masyarakat dan daerah sesuai dengan amanant Undangundang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan serta memperhatikan akpek pembangunan berkelanjutan yang terkandung dalam Tap MPR No. IV/Ir'IPR/I999 tentang GBHN, dan Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan Lingkungan Hidup dalam UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penelitian ini tentunya sangat dibutuhkan dalam perencanaan dan implementasinya untuk pembangunan di masa yang akan datang. B. Identilikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah (l) Bentuk penggunaan lahan kawasan hutan dan pertanian yang terus mengalami perubahan; 2) Perubahan penggunaan latran hutan berpengaruh terhadap kelestarian sumberdaya air. Apabila gejala ini tidak segera dikelola dengan bailq maka akibatnya dapat menyebabkan kelebihan air (banjir) pada saat musim hujan dan kekeringan pada saat musim kemarau; 3) Pengurangan jumlah luas tahan tanam yang mempengaruhi hasil produksi di sektor pertanian; 4) Penggunaan lahan yang tidak memperhatikan keawetan lahan dapat menimbulkan kurangnya daya guna lahan (rusak), sehingga mendorong masyarakat untuk terus membuka lahan baru yang dianggap lebih subur untuk memenuhi kebutuhannya;

5) Terdapat lahan pada hutan mangrove di Kabupaten Aceh Timur yang sudah tergolong sangat kritis, kritis dan yang tidak kritis. Hal ini menunjukkan adanya gejala perubahan yang terjadi dan akan terus terjadi jika tidak segera diketahui penyebab perubahannya. 6) Perubahan penggunaan lahan disebabkan oleh banyak faktor sehingga penting untuk diketahui guna menentukan kebijaksanaan dalam rangka menjaga keberlangsungan kondisi lahan untuk masa yang akan datang. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identiikasi masalah, maka dalam penelitian ini dibatasi masalahnya pada perubahan bentuk penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Timur tahun 20A4-2014 dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan bentuk penggunaannya. D. Perumusan Masalah Berdasarkan dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka sebagai rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagi berikut: 1. Bagaimana perubahan bentuk penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Timur tahun 2004-2014? 2. Apa sajakah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan bentuk penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Timur?

E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah: t. Untuk mengetahui dan mendapatkan deskripsi yang jelas tentang perkembangan perubahan bentuk penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Timur tahun 2004-2014. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya perubahan bentuk penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Timur tahun 2AA4-2014. F. 1. Manfaat Penelitian Bagi pemerintah dan masyarakat, diharapkan menjadi bahan informasi sebagai acuan dalam mengambil langkah kebijakan dalam pengelolaan sumber daya alam tanah dalam bentuk penggunaan lahan di Kabupaen Aoeh Timur. 2. Untuk Unimed, khususnya Jurusan Pendidikan Geografi, sebagai sumber bacaan untuk mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi dalam mempelajari ilmu-ilmu geografi serta sebagai sumbangan ilmu pengetahuan mengenai penggunaan lahan. Untuk peneliti, selain sebagai penambah ilmu pengetahuan juga sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Serta sebagai bentuk penerapan atas ilmu yang sudah didapat selama mengemban ilmu di Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Unimed. 4. Untuk peneliti lain, sebagai referensi dan informasi dalam melakukan penelitian-penelitian terkait lainnya.