BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah kesehatan utama masyarakat di dunia dan. penyebab kematian nomor dua di Amerika Serikat.

BAB I PENDAHULUAN. keganasan yang berasal dari sel epitel yang melapisi daerah nasofaring (bagian. atas tenggorok di belakang hidung) (KPKN, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. napas bagian bawah (tumor primer) atau dapat berupa penyebaran tumor dari

BAB 1 PENDAHULUAN. lapisan, yaitu pleura viseral dan pleura parietal. Kedua lapisan ini dipisahkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita

Kata kunci: kanker kolorektal, jenis kelamin, usia, lokasi kanker kolorektal, gejala klinis, tipe histopatologi, RSUP Sanglah.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dari rata-rata nasional (1,4%), yaitu pada urutan tertinggi ke-6 dari 33 provinsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bakteri, tetapi juga dapat disebabkan oleh kebiasaan atau pola hidup tidak sehat.

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker pembunuh perempuan nomor satu. maka pengobatan yang diberikan adalah kemoterapi (Baradero,2007).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan sehingga mampu meningkatkan rata-rata usia harapan hidup.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kanker kolorektal merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia insiden karsinoma tiroid mengalami peningkatan setiap tahun (Sudoyo,

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 2012, berdasarkan data GLOBOCAN, International

BAB I PENDAHULUAN. kematiannya. Karsinoma kolorektal merupakan penyebab kematian nomor 4 dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar susu, jaringan lemak, maupun pada jaringan ikat payudara. Kanker

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemukan didunia. Tumor ini sangat prevalen didaerah tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari (Navaneethan et al., 2011). Secara global, terdapat 1,7 miliar kasus diare

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang

ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Di Indonesia, diantara berbagai jenis kanker, karsinoma paru

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization penyebab kebutaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. paling banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2012). seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi Globocan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum. merupakan penyakit yang mengerikan.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kanker kolorektal merupakan salah satu penyebab utama

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada

BAB I PENDAHULUAN. jutaan wanita di seluruh dunia terkena kanker payudara tiap tahunnya. Walaupun

BAB I PENDAHULUAN. Hemoptisis atau batuk darah merupakan masalah kesehatan yang berpotensi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak pula pada peningkatan angka kematian dan kecacatan. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

DEPT PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI FKUI- RS PERSAHABATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam mempertahankan hidup. Hati termasuk organ intestinal terbesar

BAB 1 PENDAHULUAN. mengobati kondisi dan penyakit terkait dengan proses menua (Setiati dkk, 2009).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dari saluran pencernaan yang berfungsi menyerap sari makanan untuk

BAB I PENDAHULUAN. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014). Pneumonia pada geriatri sulit terdiagnosis karena sering. pneumonia bakterial yang didapat dari masyarakat (PDPI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai bulan sesudah diagnosis (Kurnianda, 2009). kasus baru LMA di seluruh dunia (SEER, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

MODUL PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI BATUK DARAH. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal karena kanker paru. Pada tahun 2008, tercatat sebanyak 1,38 juta kematian akibat kanker paru atau 18,2% dari total kematian akibat kanker. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa kanker paru merupakan penyebab terbanyak kematian akibat kanker pada tahun 2012, yaitu sebanyak 1,59 juta kematian (Ridge, et al., 2013; Walser, et al., 2008; WHO, 2015). Kanker paru merupakan penyebab utama kematian karena keganasan pada laki-laki dan penyebab kedua pada perempuan. Menurut WHO, insiden kanker paru pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Data Center for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2007 menunjukkan bahwa di Amerika tercatat 109.643 laki-laki dan 93.839 perempuan menderita kanker paru (Haryati, dkk., 2013; Horeweg, et al., 2013). Data tahunan Jemal dkk menunjukkan bahwa kanker paru mempunyai prognosis yang buruk dibandingkan dengan kanker jenis lain karena rendahnya angka ketahanan hidup (Syahruddin, dkk., 2010). Angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien kanker paru di Amerika Serikat mecapai 15%, Eropa 10%, dan di negara berkembang hanya 8,9%. Kemajuan dalam penatalaksanaan kanker paru tidak meningkatkan angka ketahanan hidup pasien secara signifikan karena mayoritas pasien telah mengalami metastasis jauh saat didiagnosis (Horeweg, et al., 2013; Supartono dan Suryanto, 2012). 1 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Kanker paru masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia disebabkan angka merokok yang masih tinggi pada masyarakat (PDPI, 2011). Merokok merupakan penyebab utama kanker paru karena di dalam rokok terkandung zat-zat karsinogen yang dapat memicu kanker paru (Haryati, dkk., 2013). Laporan Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2013 menunjukkan bahwa perilaku merokok penduduk usia 15 tahun ke atas cenderung meningkat dari 34,2% pada tahun 2007 menjadi 36,3% pada tahun 2013 (Balitbangkes, 2013). Hasil penelitian di laboratorium Patologi Anatomi RSUP Persahabatan menunjukkan bahwa lebih dari 50% dari semua jenis kanker yang didiagnosis adalah kanker paru. Hasil penelitian berbasis rumah sakit dari 100 Rumah Sakit di Jakarta menunjukkan bahwa kanker paru merupakan kasus terbanyak pada lakilaki dan nomor 4 terbanyak pada perempuan tetapi merupakan penyebab kematian utama pada laki-laki dan perempuan (Kemenkes RI, 2015). Efusi pleura merupakan penyulit tersering dalam penatalaksanaan kanker paru. Efusi pleura pada kanker paru dapat terjadi karena peningkatan permiabilitas kapiler akibat proses inflamasi yang disebabkan infiltrasi sel-sel kanker ke pleura viseral dan atau parietal. Efusi pleura juga dapat disebabkan oleh invasi langsung tumor yang berdekatan dengan pleura dan obstruksi saluran limfa (Syahruddin, dkk., 2009; Supartono dan Suryanto, 2012). Efusi pleura dapat menjadi penyulit dalam penatalaksanaan kanker paru karena cenderung masif. Data divisi onkologi toraks, Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-RS Persahabatan menunjukkan bahwa efusi pleura masif menjadi penyulit terbesar dalam penatalaksanaan kanker paru, yaitu 40% dikuti dengan sindrom vena kava superior 31% dan batuk darah masif 10% (Syahruddin, 2010). 2 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Efusi pleura ditempatkan dalam sistem TNM untuk kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) versi 7 sebagai metastasis sehingga kanker paru dengan efusi pleura termasuk kategori stage IV (Syahruddin, dkk., 2010). Keberadaan efusi pleura sama dengan keberadaan nodul metastasis paru kontralateral yaitu M1a. Hal ini menunjukkan bahwa efusi pleura menjadi salah satu faktor prognosis untuk kanker paru karena semakin tinggi stage penyakit akan semakin pendek masa tahan hidup penderita (Syahruddin, 2010). Efusi pleura mempengaruhi ketahanan hidup dan prognosis penderita kanker paru (Supartono dan Suryanto, 2012). Angka tengah ketahanan hidup pasien efusi pada keganasan setelah didiagnosis hanya 4-9 bulan (Görgün, et al., 2013). Penelitian yang dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang selama tahun 2009-2010 menunjukkan perbedaan ketahanan hidup 1 tahun antara pasien kanker paru tanpa efusi pleura dengan pasien kanker paru yang disertai efusi pleura. Pasien kanker paru tanpa efusi pleura memiliki angka 1 tahun ketahanan hidup yang lebih tinggi dibandingkan pasien kanker paru dengan efusi pleura. Ketahanan hidup 1 tahun penderita kanker paru tanpa efusi pleura sebesar 37,5% dengan median lama hidup 178 hari sedangkan yang disertai efusi pleura sebesar 6% dengan median lama hidup 100 hari (Supartono dan Suryanto, 2012). Paling sedikit 25% pasien kanker paru membentuk efusi pleura secara multifungsional dalam perjalanan penyakitnya (Satolom, dkk., 2012). Penelitian berdasarkan rekam medik di RS Persahabatan Jakarta selama tahun 2004-2007 menunjukkan terdapat 167 pasien kanker paru dengan efusi pleura atau sekitar 31,2% dari 573 pasien kanker paru (Syahruddin, 2010). 3 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Efusi pleura pada keganasan menjadi penyebab umum mortalitas dan morbiditas pada pasien kanker (Görgün, et al., 2013). Menurut penelitian yang dilakukan melalui data rekam medik di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta pada tahun 2010-2011, didapatkan bahwa efusi pleura merupakan penyebab kematian terbanyak pada pasien kanker paru, yaitu sekitar 19,8% dari semua penyebab kematian langsung pasien kanker paru (Anwar, dkk., 2014). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk meneliti gambaran efusi pleura pada pasien karsinoma paru di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2010-2014. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana distribusi frekuensi efusi pleura pada pasien karsinoma paru berdasarkan karakteristik pasien di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2010-2014? 2. Bagaimana distribusi frekuensi efusi pleura pada pasien karsinoma paru berdasarkan tampilan makroskopik efusi pleura di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2010-2014? 3. Bagaimana distribusi frekuensi efusi pleura pada pasien karsinoma paru berdasarkan hasil analisis cairan pleura di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2010-2014? 4. Bagaimana distribusi frekuensi efusi pleura pada pasien karsinoma paru berdasarkan hasil pemeriksaan sitologi cairan pleura di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2010-2014? 4 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

5. Bagaimana distribusi frekuensi efusi pleura pada pasien karsinoma paru berdasarkan hemitoraks yang terlibat di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2010-2014? 6. Bagaimana distribusi frekuensi efusi pleura pada pasien karsinoma paru berdasarkan tampilan klinis skala Karnofsky di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2010-2014? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui gambaran efusi pleura pada pasien karsinoma paru di RSUP M. Djamil Padang pada tahun 2010-2014. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi efusi pleura pada pasien karsinoma paru berdasarkan karakteristik pasien di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2010-2014. 2. Mengetahui distribusi frekuensi efusi pleura pada pasien karsinoma paru berdasarkan tampilan makroskopik efusi pleura di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2010-2014. 3. Mengetahui distribusi frekuensi efusi pleura pada pasien karsinoma paru berdasarkan hasil analisis cairan pleura di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2010-2014. 4. Mengetahui distribusi frekuensi efusi pleura pada pasien karsinoma paru berdasarkan hasil pemeriksaan sitologi cairan pleura di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2010-2014. 5 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

5. Mengetahui distribusi frekuensi efusi pleura pada pasien karsinoma paru berdasarkan hemitoraks yang terlibat di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2010-2014. 6. Mengetahui distribusi frekuensi efusi pleura pada pasien karsinoma paru berdasarkan tampilan klinis skala Karnofsky pasien di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2010-2014. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan peneliti tentang efusi pleura pada karsinoma paru. 1.4.2 Manfaat bagi Institusi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber data yang dapat dimanfaatka n dalam perencanaan penatalaksanaan yang tepat untuk pasien efusi pleura pada karsinoma paru 1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai efusi pleura pada karsinoma paru. 1.4.4 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan yang bisa digunakan untuk perkembangan penelitian selanjutnya terhadap efusi pleura pada pasien karsinoma paru. 6 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas