ADSORPSI FENOL MENGGUNAKAN ADSORBEN KARBON AKTIF DENGAN METODE KOLOM

dokumen-dokumen yang mirip
JKK, Tahun 2015, Volume 4(1), halaman ISSN ADSORPSI FENOL MENGGUNAKAN ADSORBEN KARBON AKTIF DENGAN METODE KOLOM

ADSORPSI FENOL OLEH KOMBINASI ADSORBEN ZEOLIT ALAM DAN KARBON AKTIF DENGAN METODE KOLOM

ADSORPSI FENOL OLEH KOMBINASI ADSORBEN ZEOLIT ALAM DAN KARBON AKTIF DENGAN METODE KOLOM

OPTIMASI UKURAN PARTIKEL, MASSA DAN WAKTU KONTAK KARBON AKTIF BERDASARKAN EFEKTIVITAS ADSORPSI β-karoten PADA CPO

JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman ISSN ADSORPSI BESI DAN BAHAN ORGANIK PADA AIR GAMBUT OLEH KARBON AKTIF KULIT DURIAN

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam +

PENURUNAN KADAR COD (Chemical Oxygen Demand) LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN ARANG AKTIF BIJI KAPUK (Ceiba Petandra)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-116

PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA

ACTIVATED CARBON PRODUCTION FROM COCONUT SHELL WITH (NH 4 )HCO 3 ACTIVATOR AS AN ADSORBENT IN VIRGIN COCONUT OIL PURIFICATION ABSTRACT

Metodologi Penelitian

Hafnida Hasni Harahap, Usman Malik, Rahmi Dewi

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI CANGKANG BUAH KARET UNTUK ADSORPSI ION BESI (II) DALAM LARUTAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

BAB IV METODE PENELITIAN

KARAKTERISASI SEMI KOKAS DAN ANALISA BILANGAN IODIN PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. karakterisasi luas permukaan fotokatalis menggunakan SAA (Surface Area

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KARBON AKTIF DARI TEMPURUNG KELUWAK (Pangium edule) DENGAN AKTIVATOR H 3 PO 4

ITM-05: PENGARUH TEMPERATUR PENGERINGAN PADA AKTIVASI ARANG TEMPURUNG KELAPA DENGAN ASAM KLORIDA DAN ASAM FOSFAT UNTUK PENYARINGAN AIR KERUH

ADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

Pemanfaatan Kulit Singkong sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

POTENSI ARANG AKTIF MENGGUNAKAN AKTIVATOR

PEMANFAATAN LIMBAH DAUN DAN RANTING PENYULINGAN MINYAK KAYU PUTIH (Melaleuca cajuputi Powell) UNTUK PEMBUATAN ARANG AKTIF

KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL

PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT UNTUK PRODUKSI KARBON AKTIF DENGAN AKTIVASI KIMIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Kata Kunci: fotokatalis, fenol, limbah cair, rumah sakit, TiO 2 anatase. 1. Pendahuluan

POTENSI ARANG AKTIF BAMBU BETUNG (Dendrocalamus asper) SEBAGAI ADSORBEN ION Zn 2+ DAN SO 4 2- DALAM AIR SUMUR BOR BURUK BAKUL, BENGKALIS

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

PEMANFAATAN ARANG AKTIF DARI KULIT DURIAN (Durio zibethinus L.) SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM KADMIUM (II)

Uji Kinerja Alat Penjerap Warna dan ph Air Gambut Menggunakan Arang Aktif Tempurung Kelapa Suhendra a *, Winda Apriani a, Ellys Mei Sundari a

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

JURNAL REKAYASA PROSES. Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory),

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

JKK,Tahun 2014,Volum 3(3), halaman 7-13 ISSN

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Selama dua dasawarsa terakhir, pembangunan ekonomi Indonesia

Jl. Soekarno Hatta, Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu, Telp Diterima 26 Oktober 2016, Disetujui 2 Desember 2016

STUDI ARANG AKTIF TEMPURUNG KELAPA DALAM PENJERNIHAN AIR SUMUR PERUMAHAN BARU DAERAH SUNGAI ANDAI

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1.1 Analisa Kadar Air Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

KARAKTERISASI ADSORPSI Pb(II) PADA KARBON AKTIF DARI SABUT PINANG (Areca catechu L) TERAKTIVASI H 2 SO 4

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

BAB III. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH SUHU AKTIVASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF KULIT KEMIRI

ANALISIS KADAR LOGAM TEMBAGA(II) DI AIR LAUT KENJERAN

BAB III METODE PENELITIAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

POTENSI ARANG AKTIF CANGKANG BUNGA PINUS SEBAGAI ADSORBEN ION KADMIUM (II) DAN TIMBAL (II) DENGAN AKTIVATOR H2SO4 DALAM LARUTAN

Keywords : activated charcoal, rice hurks, cadmium metal.

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

Pengaruh Temperatur terhadap Adsorbsi Karbon Aktif Berbentuk Pelet Untuk Aplikasi Filter Air

ADSORPSI Fe(II) DENGAN ARANG KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.) TERAKTIVASI ASAM KLORIDA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BAB III METODE PENELITIAN

Frita Yuliati Herri Susanto

OPTIMASI PARAMETER ADSORPSI LOGAM Pb OLEH SERBUK KAYU POHON MANGGA (Mangifera indica) DALAM SISTEM DINAMIS SKRIPSI

PENGARUH AKTIVASI ARANG DARI LIMBAH KULIT PISANG KEPOK SEBAGAI ADSORBEN BESI (II) PADA AIR TANAH ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Preparasi Awal Bahan Dasar Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa dan Batu Bara

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

ADSORPSI METILEN BLUE PADA KARBON AKTIF DARI BAN BEKAS DENGAN VARIASI KONSENTRASI NACL PADA SUHU PENGAKTIFAN 600 O C DAN 650 O C

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif dari Kulit Singkong terhadap Ion Logam Timbal

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air

Transkripsi:

ADSORPSI FENOL MENGGUNAKAN ADSORBEN KARBON AKTIF DENGAN METODE KOLOM Kindy Nopiana Irma 1*, Nelly Wahyuni 1, Titin Anita Zaharah 1 Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H.Hadari Nawawi *Email: Kindy22_irma@yahoo.com ABSTRAK Limbah fenol yang mencemari wilayah perairan dapat berakibat buruk pada lingkungan dan makhluk hidup yang ada disekitarnya. Adsorpsi fenol menggunakan adsorben karbon aktif dari tandan kosong (kelapa) sawit (TKS) dengan aktivator soda kue 4% menggunakan metode kolom telah dilakukan. Selanjutnya dikaji kemampuan karbon aktif sebagai adsorben fenol dengan dua variasi ukuran partikel 80 dan 100 mesh dan variasi selang waktu kontak total kolom I dan II selama 4, 8, dan 12 jam sehingga diperoleh optimasi adsorpsi fenol oleh karbon aktif. Hasil adsorpsi dianalisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis dengan panjang gelombang 510 nm. Besar nilai maksimum konsentrasi dan efisiensi penurunan fenol pada karbon aktif 80 mesh terdapat pada waktu kontak 12 jam di kolom I dengan nilai maksimum konsentrasi 1,27 mg/l dan besar nilai efisiensi 96.15%, sedangkan pada karbon aktif 100 mesh terdapat pada waktu kontak 12 jam di kolom I dengan nilai maksimum konsentrasi 1,24 mg/l dan besar nilai efisiensi 96,26%. Besar total efisiensi penurunan kadar fenol yang terbaik pada karbon aktif yaitu pada ukuran partikel 80 mesh dengan waktu kontak 12 jam sebesar 97,11%. Kata kunci : tandan kosong (kelapa) sawit, fenol, karbon aktif, adsorpsi, kolom PENDAHULUAN Limbah industri berbahaya bagi lingkungan air karena mengandung beberapa racun dan senyawa kimia yang sangat berbahaya, salah satunya adalah limbah fenol. Limbah fenol berbahaya karena bila mencemari perairan dapat membuat bau tidak sedap, serta pada nilai konsentrasi tertentu dapat mengakibatkan kematian organisme di perairan tersebut. Senyawa fenol dapat dikatakan aman bagi lingkungan jika konsentrasinya 1,0 mg/l sesuai dengan KEP No. 51/MENLH/10/1995 (Slamet et al, 2005). Oleh karena itu perlu dilakukan penanganan terhadap fenol dalam air limbah salah satunya melalui metode adsorpsi menggunakan adsorben karbon aktif. Karbon aktif memiliki potensi untuk dapat digunakan sebagai adsorben fenol. Putranto (2005) telah memanfaatkan kulit biji mete sebagai adsorben karbon aktif untuk adsorpsi fenol dengan aktivator ZnCl 2 menggunakan metode batch dan menghasilkan penurunan fenol pada suhu pemanasan 600 o C selama 1 jam sebesar 96,9% - 98,5%. Pada penelitian ini adsorpsi fenol dilakukan dengan menggunakan adsorben karbon aktif dari tandan kosong sawit (TKS) dengan metode kolom. Menurut Setiaka (2010), metode kolom berbeda dengan sistem batch yang mencampurkan adsorben pada larutan yang tetap jumlahnya dan diamati perubahan kualitas pada selang waktu tertentu. Pada sistem kolom, larutan selalu dikontakkan dengan adsorben sehingga ukuran kolom sangat mempengaruhi waktu kontak antara larutan dengan adsorben untuk mendapatkan hasil adsorpsi yang optimal. Oleh karena itu, sistem kolom ini lebih menguntungkan karena pada umumnya memiliki kapasitas lebih besar dibandingkan dengan sistem batch, sehingga lebih sesuai untuk aplikasi dalam skala besar. Berdasarkan kajian di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel, waktu kontak, dan optimasi adsorpsi fenol oleh karbon aktif dengan metode kolom. METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam melakukan penelitian ini antara lain alat-alat gelas standar, ayakan 80 mesh dan 100 mesh, GSA (Gas Sorption Analyzer) merk Quantachrome nova 1200e, neraca analitik, perangkat kolom adsorpsi dengan diameter 1,5 cm dan panjang 17

kolom 19 cm, ph meter, sentrifuse, spektrofotometer UV-Vis merk Thermo spektronic Genesys 6, statif, tanur, timbangan analitik. Bahan-bahan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah akuades, Buffer ph 10, HNO 3, indikator kanji, iodin, 4- aminoantipirin 2% (b/v), kalium heksasiano ferrat (III) 8%, KI, KIO 3, Na 2 S 2 O 3, NaHCO 3 (merk Unta) sebagai aktivator, sampel TKKS yang diambil dari limbah PT. MAR Desa Sungai Deras, kecamatan Teluk Pakedai, kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Pembuatan Karbon Aktif dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKS) (Ismadi, 2009) a. Karbonisasi Sampel Sampel TKS kering (dengan berat yang telah diketahui) dipanaskan di dalam tanur pada temperatur 500 O C selama 1 jam, kemudian ditempatkan dalam wadah yang tertutup. Hasil karbonisasi (selanjutnya disebut HK) kemudian digerus dan diayak menggunakan ayakan 80 mesh dan 100 mesh sehingga diperoleh keseragaman ukuran. b. Aktivasi Sampel Sampel HK sebanyak ± 2 kg direndam dalam larutan soda kue (NaHCO 3 ) 4% selama 24 jam yang berperan sebagai activator. Setelah didekantasi, HK selanjutnya dipanaskan di dalam tanur pada temperatur 600 O C selama 1 jam. Setelah itu, dicuci menggunakan HNO 3 0,1 M yang dilanjutkan dengan pencucian menggunakan akuades hingga ph netral. Kemudian dilakukan pengeringan dalam oven selama 24 jam pada temperatur 105-110 O C. Adsorpsi Fenol oleh Karbon yang Teraktivasi dengan Metode Adsorben sebanyak 2 g dimasukkan dalam kolom, kemudian kolom diisi dengan larutan fenol dengan ph awal larutan 5 dan didiamkan selama 1 jam. Setelah itu dialiri larutan fenol ke dalam kolom dengan laju alir influen yang keluar diatur dengan stopwatch. Ukuran partikel adsorben di variasi 80 dan 100 mesh, Larutan yang telah melalui kolom (effluen) ditampung dalam bak penampung. Selanjutnya konsentrasi larutan fenol (effluen) pada bak penampung dianalisa menggunakan Spektrofotometer UV- Vis dengan variasi selang waktu kontak total kolom I dan kolom II adalah 4, 8, dan 12 jam untuk mengetahui waktu optimum adsorpsi Penentuan Kadar Fenol (SNI 06-6989.21-2004) Pewarnaan fenol terlarut dilakukan dengan cara mencampurkan 1 ml sampel larutan dengan pereaksi pewarna 0,1 ml 4- aminoantipirin 2% (b/v), 0,1 ml kalium heksasiano ferrat (III) 8% (b/v), 1 ml Buffer ph 10, dan 3 ml akuades. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 510 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Penentuan Luas Permukaan Penentuan luas area permukaan karbon aktif dilakukan menggunakan instrumen GSA untuk mengetahui ukuran pori dadari karbon sebelum dan sesudah dilakukan aktivasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Karbon Aktif Proses karbonisasi dilakukan dengan memanaskan sampel sebanyak 20 kg ke dalam tanur pada suhu 500 ºC selama 1 jam, kemudian sampel dihaluskan dan diayak menggunakan ayakan ukuran 80 mesh dan 100 mesh. Aktivasi kimia dilakukan dengan merendam karbon hasil karbonisasi dengan larutan soda kue (NaHCO 3 ) 4%. Tujuan aktivasi kimia adalah untuk membuka pori yang terdapat pada karbon sehingga mengakibatkan luas permukaan bertambah besar dan daya serap karbon menjadi semakin baik (Sembiring, 2003). Karakterisasi Karbon Tak Teraktivasi dan Karbon Teraktivasi Nilai bilangan iodin, kadar air, kadar abu dan densitas dari karbon sebelum dan sesudah aktivasi dengan variasi ukuran partikel 80 dan 100 mesh dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Bilangan Iodin, Kadar Air, Kadar Abu dan Densitas dari Karbon Tak Teraktivasi dan Karbon Teraktivasi 80 mesh dan 100 mesh Sampel 1. 80 mesh 2. 100 mesh 3. Ismadi Bilanga n iodin (mg/g) 370,018 466,939 413,094 477,708 190,6 430,4 Parameter kadar kadar air abu (%) (%) Densitas (g/ml) Tabel 1 menunjukkan bahwa bilangan iodin mengalami peningkatan oleh adanya proses aktivasi. Berdasarkan SNI 06-3730-1995, 2 7 3 6 8,19 12,31 12 7 13 6,67 11,10 5,80 2,279 1,5193 1,8232 1,3036 1,293 1,26 18

besarnya nilai bilangan iodin karbon aktif yang dihasilkan dalam penelitian ini belum memenuhi standar yaitu minimal 750 mg/g. Kecilnya nilai bilangan iodin yang dihasilkan dalam penelitian ini kemungkinan dapat disebabkan karena selama proses karbonisasi, masih terjadi kebocoran udara meskipun sudah diminimalisir sehingga rendemen yang dihasilkan kecil dan dihasilkan juga abu akibat sampel teroksidasi udara luar. Kadar air terendah dihasilkan dari karbon yang tak yaitu sebesar 2% dan 3%. Rendahnya kadar air ini menunjukkan bahwa kandungan air yang terdapat dalam karbon telah menguap selama proses karbonisasi. sedangkan kadar air tertinggi dihasilkan dari karbon yang yaitu sebesar 7% dan 6%. Hal ini dapat disebabkan karena adanya penambahan aktivator dan pemanasan yang akan mengakibatkan terlepasnya zat-zat pengotor dan tar yang terdapat di dalam karbon, sehingga pori-pori yang terdapat di dalam karbon aktif bertambah banyak (Mu jizah, 2010). Berdasarkan SNI 06-3730-1995 kadar abu karbon aktif maksimal 10%. Berdasarkan Tabel 1 kadar abu pada karbon 80 mesh dan 100 mesh sebesar 7% dan 6,67%, lebih rendah dibandingkan dengan kadar abu karbon yang tak yaitu sebesar 12% dan 13%. Menurut Mu jizah (2010), hal ini disebabkan pada proses aktivasi mampu mendorong keluar pengotor yang masih menutupi pori. Selain proses aktivasi dilanjutkan kembali dengan pencucian menggunakan HNO 3 0,1 N yang dapat menghilangkan pengotor dalam pori-pori karbon aktif sehingga menyebabkan pori-pori menjadi semakin besar. Semakin besar luas permukaan dari karbon aktif maka semakin baik kualitas dari karbon aktif. Nilai densitas pada karbon aktif 100 mesh lebih rendah dibandingkan dengan karbon aktif 80 mesh dan karbon aktif yang dihasilkan oleh Ismadi (2009) lebih rendah dibandingkan dengan karbon aktif 100 mesh. Menurut Mu jizah (2010), proses aktivasi mampu membuka pori yang tertutup oleh tar sehingga dapat memperluas permukaan karbon aktif. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi berat jenis (densitas) yang dihasilkan. Luas permukaan ini menunjukkan berkembangnya struktur pori dari karbon aktif sehingga menghasilkan berat jenis yang terkecil. Jadi semakin berkembang struktur pori karbon aktif maka semakin rendah densitas yang diperoleh. Penentuan Luas Permukaan Penentuan luas permukaan karbon aktif dilakukan menggunakan Gas Sorption Analyzer (GSA) untuk mengetahui luas permukaan spesifik, rerata jejari pori dan volume total pori karbon sebelum dan setelah aktivasi menggunakan aktivator soda kue. Tabel 2 menunjukkan terjadi peningkatan pada luas permukaan karbon 80 mesh dari 9,609 m 2 /g menjadi 25,219 m 2 /g dan pada karbon 100 mesh peningkatan luas permukaan dari 6,439 m 2 /g menjadi 29,588 m 2 /g. Peningkatan ini menunjukkan bahwa semakin banyak pori-pori yang terbentuk pada karbon aktif. Hal ini terjadi akibat terlepasnya pengotor dan tar yang menutupi permukaan karbon aktif. Peningkatan juga terjadi pada total volume pori karena semakin banyak terbentuknya pori yang berukuran kecil. Dengan semakin meningkatnya luas permukaan dan terjadinya penurunan rerata jejari pori mengakibatkan peningkatan pada total volume pori. Tabel 2. Perbandingan Luas Permukaan Spesifik (LPS), Total Volume Pori (TVP) dan Rerata Jejari Pori (RJP) Karbon Tak Teraktivasi dan Karbon Teraktivasi pada Temperatur 600ºC Selama 1 Jam dengan Konsentrasi Aktivator Soda Kue 4%. Sampel 1. 80 mesh a. b. tak 2. 100 mesh a. b. tak LPS (m 2 /g) 25,219 9,609 29,588 6,439 TVP (ml/g) 0,042 0,020 0,047 0,013 RJP (Å) 15,116 15,276 15,126 15,397 Karakter lain yang diperlihatkan oleh hasil analisis GSA selain luas permukaan adalah distribusi ukuran pori. Berdasarkan ukurannya, pori-pori karbon aktif terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu makropori (diameter rata-rata < 50 nm), mesopori (diameter rata-rata 2-50 nm), dan mikropori (diameter rata-rata < 2 nm) (Rumidatul, 2006). Distribusi ukuran pori karbon aktif dengan aktivator soda kue ditunjukkan oleh Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa proses aktivasi mengakibatkan terjadinya peningkatan volume pori berukuran mikro, meso dan makro. Besarnya ukuran pori pada karbon aktif 80 mesh dan 100 mesh mengalami peningkatan ± 2 kali dari sebelum aktivasi. Pada karbon aktif 100 mesh terdapat ukuran pori mikro yang lebih besar dibandingkan dengan karbon aktif 80 mesh. Oleh karena itu karbon aktif 100 mesh akan lebih optimal dalam proses adsorpsi. Hal ini juga dibuktikan dengan nilai bilangan iodin 19

0.007 0.0046 0.00064 0.019 0.026 0.0017 0.106 0.00013 0.00029 0.02 0.013 4.5E-06 0.042 0.047 6.5E-05 Volume Pori (cc/g) 0.158 0.394 0.445 JKK, Tahun 2015, Volume 4(1), halaman 17-21 ISSN 2303-1077 karbon aktif 100 mesh yang lebih besar dari karbon aktif 80 mesh. 0.5 0.45 0.4 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 Gambar 1 Distribusi ukuran pori sampel karbon dan karbon tak. Adsorpsi Fenol oleh Karbon Teraktivasi dengan Metode Proses adsorpsi fenol oleh karbon aktif soda kue dilakukan dengan metode kolom dengan konsentrasi awal fenol sebesar 33,1 mg/l. Tabel 3 Pengaruh terhadap Efisiensi Penurunan Fenol oleh Karbon Aktif 80 mesh dan 100 mesh Ukuran Partikel (mesh) 80 100 Mikropori Mesopori Makropori Ukuran Pori C 80 mesh C 100 mesh C. Ismadi (2009) 100 mesh C.Ak 80 mesh C.Ak 100 mesh C.Ak Ismadi (2009) 100 mesh Waktu Penurunan Fenol (%) Kontak (Jam) I II Total 4 95,75 15,41 96,40 8 94,36 39,66 96,59 12 96,15 24,83 97,11 4 94,05 12,69 94,80 8 95,72 27,29 96,89 12 96,26 25,81 97,23 Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa waktu kontak mempengaruhi efisiensi penurunan fenol yang teradsorpsi oleh karbon aktif. Kenaikan waktu kontak adsorpsi seiring dengan kenaikan efisiensi penurunan fenol yang teradsorpsi. Persen penurunan fenol tertinggi dengan adsorben karbon aktif diperoleh pada waktu kontak 6 jam kolom I, dimana pada karbon aktif 80 mesh persen penurunan fenol dari kolom I ke kolom II sebesar 71,32% dan pada karbon aktif 100 mesh sebesar 70,45%. Ukuran mesh karbon aktif merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi besar adsorpsi fenol. Berdasarkan Tabel 3 di atas, terlihat bahwa ukuran mesh mempengaruhi efisiensi penurunan fenol yang teradsorpsi oleh karbon aktif. Pada karbon 100 mesh terjadi peningkatan efisiensi penurunan fenol yang teradsorpsi lebih besar dibandingkan dengan karbon 80 mesh. Hal ini didukung oleh hasil karakterisasi bilangan iodin dan analisis GSA pada karbon aktif 100 mesh lebih besar dibandingkan dengan karbon aktif 80 mesh. Besar nilai bilangan iodin pada karbon aktif 100 mesh sebesar 477,708 mg/g sedangkan besar nilai bilangan iodin 80 mesh sebesar 466,939 mg/g. Pada hasil analisis GSA besar luas permukaan spesifik karbon aktif 100 mesh sebesar 29,588 m 2 /g sedangkan pada karbon aktif 80 mesh sebesar 25,219 m 2 /g. Sehingga hal ini mempengaruhi efisiensi penurunan fenol. Menurut Subadra (2005), daya adsorpsi akan semakin tinggi jika bilangan iodin dan luas permukaan karbon aktif besar, serta nilai kadar abu dan kadar air yang kecil. Oleh karena itu, kemungkinan terjadinya penjerapan fenol juga semakin besar. Hal ini ditunjukkan oleh efisiensi penurunan fenol pada karbon aktif 100 mesh yang lebih besar. Penurunan besar efisiensi fenol pada kolom pertama dibandingkan dengan kolom kedua dapat disebabkan karena konsentrasi fenol pada kolom pertama lebih besar atau lebih pekat sehingga adsorben karbon aktif akan lebih banyak mengadsorpsi fenol dibandingkan pada kolom kedua yang relatif lebih encer karena telah mengalami proses adsorpsi dari kolom sebelumnya, sehingga mempengaruhi besar efisiensi dari tiap kolom. Berdasarkan uji ANOVA pada tingkat kepercayaan 95%, karbon aktif ukuran partikel 80 mesh diperoleh hasil yang signifikan pada waktu kontak 12 jam dengan nilai efisiensi total fenol sebesar 97,11%, sedangkan pada ukuran partikel 100 mesh diperoleh hasil yang signifikan pada waktu 4, 8, dan 12 jam. Hasil uji t untuk variasi ukuran partikel 80 mesh dan 100 mesh menunjukkan hasil yang tidak signifikan atau tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada variasi ukuran partikel. Oleh karena itu ukuran partikel yang lebih baik didapat pada ukuran partikel 80 mesh dengan waktu kontak 12 jam sebesar 97,11%. SIMPULAN Optimasi adsorpsi fenol oleh karbon aktif dengan metode kolom diperoleh pada karbon aktif 80 mesh pada waktu kontak 12 jam dengan nilai efisiensi total penurunan fenol sebesar 97,11%. 20

DAFTAR PUSTAKA Ismadi, M., 2009, Pembuatan Karbon Aktif dari Tandan Kosong Kelapa Sawit Teraktivasi Soda Kue, Universitas Tanjungpura, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Pontianak. (Skripsi). Mu jizah, S., 2010, Pembuatan dan Karakterisasi Karbon Aktif dari Biji Kelor (Moringa oleifera. Lamk) dengan NaCl sebagai Bahan Pengaktif, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Fakultas Sains dan Teknologi, Malang. (Skripsi). Putranto, A.D., dan Razif, M., 2005, Pemanfaatan Kulit Biji Mete untuk Arang Aktif sebagai Adsorben Terhadap Penurunan Phenol, Jurnal Purifikasi, 6(1): 37-42. Rumidatul, A., 2006, Efektivitas Arang Aktif Sebagai Adsorben Pada Pengolahan Air Limbah, Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Tesis). Sembiring, M.T. dan Sinaga. T. S., 2003, Arang Aktif (Pengenalan dan Proses Pembuatan), Universitas Sumatra Utara, Fakultas Teknik, Medan. Setiaka, J., 2010, Adsorpsi Ion Logam Cu(II) dalam Larutan pada Abu Dasar Batubara Menggunakan Metode, Institut Teknologi Sepuluh November, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Surabaya.. Slamet, R. Arbianti dan Daryanto, 2005, Pengolahan Limbah Organik (Fenol) dan Logam Berat (Cr 6+ atau Pt 4+ ) secara Simultan dengan Fotokatalis TiO 2,ZnO- TiO 2, dan CdS-TiO 2, Makara, Teknologi, Universitas Indonesia, Fakultas Teknik, Depok, 9(2): 66-7. Subadra, I., Setiaji, B., Tahir, I., 2005, Activated Carbon Production from Coconut Shell with (NH 4 )HCO 3 Activator as an Adsorbent in Virgin Coconut Oil Purification, Universitas Gajah Mada, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Yogyakarta 21