BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan salah satu bentuk psikosa fungsional terdapat di seluruh dunia. Menurut The American Psychiatric Association (APA) tahun 2007 dilaporkan angka penderita mencapai 1/100 penduduk dan dikemukakan tiap tahun terjadi 300.000 episode akut, 35% mengalami dan 20%-40% diobati di rumah sakit, 20%-50% melakukan percobaan bunuh diri, dan 10% diantaranya mati disebabkan bunuh diri (APA, 2007). Penderita menunjukkan peningkatan jumlah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 World Health Organization merilis data bahwa sekitar 1.1% atau sekitar 51 juta penduduk dunia mengalami. Sebesar 50%, angka tersebut berasal dari penderita baru dan di tambah dengan penderita mengalami (Brown, 2011). Menurut penelitian Hary (2000), orang-orang dengan nya tinggi mengekspresikan emosi lebih besar kemungkinan untuk menderita psikologis dari pada mereka nya sedikit atau kurang mengekspresikan emosi.penderita remisi sempurna akan dikembalikan kepada maka harus mengenal gejala-gejala, karena penderita sangat memerlukan perhatian dan dukungan untuk mencegah (Chandra, 2005). Prevalensi penderita dengan berbagai jenisnya pada tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar 0,45% (Riskesda Jateng, 2007). Pada prevalensi penderita di Indonesia sebesar 0,46% maka dengan penduduk 224 tahun 2008 diperkirakan angka penderita sebanyak 1.030.400. Data di atas menunjukkan bahwa angka morbiditas di Indonesia menunjukkan penyebab sama dengan morbiditas dunia dimana depresi menjadi salah satu penyebab 1
2 harus diwaspadai sebagai pemicu awal terjadinya. Menurut dinas kesehatan jawa tengah pada tahun 2007 angka penderita sebesar 0.33% dari jumlah penduduk 32.380.687. Angka ini lebih rendah dari angka nasional, namun di beberapa wilayah kabupaten Jawa Tengah mempunyai angka sebaliknya seperti; Sragen 0.74%, Wonogiri 0.61%, dan Purworejo 0.6% (Rikesda, 2007). Menurut status kesehatan Kota Semarang tahun 2007, penderita sekitar 0.29% dari total penduduk kota Semarang 1.45 juta. Data tersebut masih di bawah angka Nasional dan Jawa Tengah, namun 0.29% berarti 4.096 bukan angka kecil dan data tersebut masih bisa bertambah karena dihitung berdasarkan berkunjung ke puskesmas. Sementara masih banyak belum terdata di Dinas Kesehatan Kota Semarang karena lebih memilih sendiri di rumah, membawa ke orang pintar, dan membawa langsung ke Rumah Sakit Jiwa (Rikesda, 2007). Skizofrenia mempunyai tanda dan gejala khas jika dibandingkan jenis lainnya.karakteristik utama harus diketahui pada adalah seringnya mengalami halusinasi pendengaran dan atau delusi.karakteristik lainnya tidak begitu menonjol adalah afek tumpul, perilaku tidak teratur, kataton dan berbicara tidak teratur. Karakteristik tersebut jika tidak dipahami rancangan terapi lanjutan maka dapat menimbulkan bagi.(lane, 2013). Dampak pada antara lain menghadapi beban ringan sampai sedang anggota menderita. Beban tersebut ialah keuangan, kegiatan, rekreasi, interaksi, efek pada kesehatan fisik dan efek pada kesehatan mental. Beban tertinggi dialami karena terganggunya kegiatan. Anggota sakit tidak menghadiri kegiatan rutin seperti; bekerja, sekolah/ kuliah dan juga membantu rumah tangga. Caregiver harus menghabiskan banyak waktu untuk mengurus
3 anggota sakit, biaya, pekerjaan rutin terganggu dan juga mengabaikan kebutuhan anggota lainnya (Magliano, 2006). Menurut penelitian Yosep (2008) adanya suatu penyakit serius dan kronis pada diri seseorang anggota biasanya memiliki pengaruh pada sistem, khususnya pada struktur peran dan pelaksanaan fungsi-fungsi. peristiwa dapat menimbulkan peristiwa traumatis berkaitan dengan krisis dialami individu baik krisis perkembangan atau situsional. Salah satu peristiwa situsional dapat menimbulkan cemas aleh dengan anggota mengalami. Beban psikis dengan penderita berdampak pula pada aspek fisik dari. Menurut Mubin (2008) dengan penderita sering mengalami kelukaan fisik akibat memikirkan perilaku aneh. Kekhawatiran bila mengamuk atau mendapatkan perlakuan tidak baik dari masyarakat, juga menjadi beban psikologis dirasakan oleh mereka. Dengan kata lain, Pasien sebagai stressor fisik dan psikis bagi dan anggota lain. Menurut Sillivan (1999) semakin tinggi maka semakin rendah kemampuan untuk mengkomunikasikan dan menyelesaikan masalah dan semakin besar pula kesempatan untuk terjadinya.perempuan memiliki skor lebih tinggi pada pengukuran di bandingkan dengan laki-laki. Faktor-faktor mempengaruhi klien dapat berasal dari faktor eksternal dan faktor internal, faktor eksternal berupa ancaman integritas biologis dan ancaman konsep diri, faktor internal berupa usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, sosial, ekonomi, dan tipe kepribadian (Struart & Laraia, 2005). Berdasarkan permasalahan diatas, sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: Gambaran
4 di RSJ dr. Amino Gondohutomo Semarang. B. Rumusan Masalah Skizofrenia merupakan salah satu bentuk psikosafungsional banyak terdapat diseluruh dunia. Pravalensi penyakit ini baik di dunia maupun di Indonesia terus mengalami peningkatan, juga mempunyai dampak pada antaralain penderita dengan dan beban psikis akibat memikirkan prilaku aneh oleh penderita. Berdasarkan latar belakang di atas tingginya angka dan, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang di RSJ dr. Amino Gondohutomo Semarang. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui di RSJ dr. Amino Gondohutomo Semarang. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui karakteristik responden di RSJ dr. Amino Gondohutomo Semarang. b. Mengetahui di RSJ dr. Amino Gondohutomo Semarang.
5 D. Manfaat 1. Bagi dan ini berguna untuk memberikan informasi kepada tentang. 2. Bagi Institusi Rumah Sakit dan Pendidikan a. ini berguna memberikan informasi kepada institusi untuk lebih melibatkan dan memberikan pendidikan kepada untuk lebih siap klien saat dirumah. b. sebagai kontribusi untuk memperkaya khasanah keilmuan kesehatan, khususnya kesehatan. 3. Bagi Masyarakat ini berguna untuk memberikan informasi cara anggota sakit, agar dapat meningkatkan kemandirian dan sosialisasi di masyarakat E. Keaslian No Judul Nama Metode Keyword Hasil Perbedaan 1 Gambaran pengetahuan Susbiyanto (2000) Kuantitatif Quasi eksperimen pre-posttest Pengetahuan,, Orang-orang dengan nya tinggi mengekspresik an emosi lebih besar kemungkinan untuk menderita psikologis dari pada mereka nya sedikit atau kurang mengekspresik an emosi oleh Susbiyanto kan tentang pengetahuan, penelitian akan kan tentang
6 2 Hubungan dukungan pada klien skizofrennia Erwin Chandra (2005) Kuantitatif deskriptif Keluarga,, Penderita remisi sempurna akan dikembalikan kepada maka harus mengenal gejala-gejala, sangat memerlukan perhatian dan empati untuk mencegah oleh Chandra hubungan dukungan penelitian akan kan 3 Gambaran peran kesembuhan halusinasi Herman Yosep (2008) Kuatitatif, deskriptif Keluarga, Adanya suatu penyakit serius dan kronis pada diri seseorang anggota biasanya memiliki pengaruh pada sistem oleh Yosep gambaran peran kesembuhan
7, khususnya pada struktur peran dan pelaksanaan fungsi-fungsi. halusinasi, penelitian akan kan 4 Pengaruh terapy tought stooping penurunan mengalami Dewi Suliswati anggreini (2005) Kuantitatif Quasi eksperimen pre-postest Terapy tought stooping, cemas,, Peristiwa dapat menimbulkan peristiwa traumatis berkaitan dengan krisis dialami individu baik krisis perkembangan atau situsional. Salah satu peristiwa situsional dapat menimbulkan cemas aleh dengan anggota mengalami. oleh Suliswati menggunaka n terapi tought stooping untuk menurunkan anggota mengalami, penelitian akan
8 kan 5 Terapi psikoedukasi M. Fatkhul Mubin (2008) Kuantitatif Quasi eksperimen pre-posttest Terapy psikoedukasi,,, Keluarga dengan penderita sering mengalami kelukaan fisik akibat memikirkan perilaku aneh. Kekhawatiran bila mengamuk atau mendapatkan perlakuan tidak baik dari masyarakat, juga menjadi beban psikologis dirasakan oleh mereka. Dengan kata lain, sebagai stressor fisik dan psikis bagi dan anggota lain oleh Mubin menggunaka n terapi psikoedukasi, akan kan