BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bahwa saat ini Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia adalah tertinggi. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk adalah terjadinya perubahan jumlah penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. bidan, Kehamilan adalah mulai dari ovulasi sampai partus lamanya 280

BAB I PENDAHULUAN. Bidan merupakan profesi yang menjalin kemitraan dengan. perempuan dan membantu menyelesaikan permasalahan yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator pembangunan. kesehatan dasar. Di negara-negara ASEAN, Indonesia menempati posisi

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan pengawasan antenatal dan perinatal yang baik. jepit bayi menangis yang dapat merangsang pernafasan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dari kehamilan dengan risiko usia tinggi (Manuaba, 2012: h.38).

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yaitu sebesar 32

BAB I PENDAHULUAN. ibu, dalam melalui proses tersebut wanita akan mengalami masa masa

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan asuhan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan dimulai dari terjadinya konsepsi sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. antenatal yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan. Standar

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas.

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting, terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi. ASI juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang. dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan sederhana dan

BAB I PENDAHULUAN. waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab

BAB l PENDAHULUAN. Angka Kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Tangga (SKRT) dan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung

BAB I PENDAHULUAN kelahiran hidup. Penyebab kematian terbanyak ibu di sebabkan

BAB I PENDAHULUAN. pula 1 lahir mati. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia, trauma kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan menentukan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan

BAB l PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tursiah, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7

BAB I PENDAHULUAN. Estimasi angka Kematian Kasar berdasarkan United Nation (UN) Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. penurunam dibanding dengan tahun 2013 sebesar 99,6%. Cakupan. pertolongan persalinan oleh nakes tahun 2014 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Ethiopia (13 000), Indonesia ( 8800), Pakistan (7900), Republik Tanzania

BAB I PENDAHULUAN. dan angka harapan hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan memicu perubahan- perubahan fisiologis yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia saat ini masih tinggi. World. Healthy Organization (WHO) mencatat tiap tahunnya lebih dari 500

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2003 di Indonesia AKI mencapai 309 per kelahiran

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) sebagai salah satu indikator kesehatan ibu

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Dwi Anggun Nugraeni, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sosial ekonomi, keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan utama

BAB I PENDAHULUAN. salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. karena berbagai penyebab baik langsung maupun tidak langsung. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. mulai masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan penggunaan KB

BAB I PENDAHULUAN. posisi penting dan strategi terutama dalam penurunan AKI dan AKB. Bidan memberikan pelayanan kebidanan berkesinambungan dan

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan (Jateng, DinKes.2013;h.9). Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terakhir (Mochtar, 2012;h.35). Persalinan adalah rangkaian proses yang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan AKI dan AKB. Untuk itu dibutuhkan tenaga bidan yang

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diane Prisila Purnawan, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. bayi baru lahir, dan kontrasepsi (Manuaba, 2014; h.28) kematian maternal (maternal mortality) (Prawirohardjo, 2014; h.7).

BAB I PENDAHULUAN. bayi (AKB) 32/1.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatus (AKN) meninnggal setiap 1 jam (Profil Kesehatan Indonesia, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) pada generasi. mendatang. Kematian ibu menurut WHO didefinisikan sebagai kematian

BAB I PENDAHULUAN. pada generasi mendatang. Angka kematian ibu ( AKI ) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. AKI yaitu perdarahan, infeksi, hipertensi, gangguan sistem peredaran darah,

BAB I PENDAHULUAN. KB yang bertujuan untuk memberikan pelayanan berkualitas untuk

BAB 1 PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG. Definisi kematian maternal menurut WHO adalah kematian seorang

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki risiko sejak awal kehamilan.pemeriksaan dini diperlukan untuk. mendeteksi faktor risiko (Rukiyah, 2010; h.3).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang dapat. dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN jiwa yang terdiri atas jiwa penduduk laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kemenkes (2015) cakupan pelayanan kesehatan K1 dan K4. memperlihatkan peningkatan kecenderungan adanya perbaikan akses

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas. obstetri yang rendah pula (Profil kesehatan jawa tengah 2015).

BAB I PENDAHULUAN. individu mempunyai hak untuk lahir sehat maka setiap individu berhak

BAB 1 PENDAHULUAN. masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara negara tetangga.

BAB I PENDAHULUAN. visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2014 menyebutkan bahwa Angka kematian ibu (AKI) sebesar per kelahiran hidup, dibanding tahun 2013 sebesar

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Laporan dari organisasi kesehatan dunia yaitu World

BAB I PENDAHULUAN. antenatal dan postnatal sangat penting dalam upaya. menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal.

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. minggu atau berat badan lahir antara gram. Kejadiannya masih

BAB I PENDAHULUAN. laporan dari kabupaten/kota Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kesakitan berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah

BAB I PENDAHULUAN. usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunita Tri Setya, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pada abad ke-20. Saat ini hampir 60% pasangan usia. wanita di Negara berkembang tidak memiliki cara mencegah

BAB I PENDAHULUAN. indikator, diantaranya adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka. (Kementerian Kesehatan Indonesia, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Eka Fitriani, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini diketahui secara umum bahwa bayi sehat antara minggu

BAB I PENDAHULUAN. dhihitung dari hari perama haid terakhir. Masalah kematian ibu adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit pada sistem reproduksi yang menyebabkan kematian yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia, terdapat kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. negara lainnya di dunia hampir sama yaitu akibat. pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%).

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara

BAB I PENDAHULUAN. Peran serta seorang bidan dalam menurunkan angka kematian pada ibu

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan kebidanan komperhensif mencakup empat kegiatan pemeriksaan. berkesinambungan diantaranya adalah Asuhan Kebidanan Kehamilan

BAB I LATAR BELAKANG. nifas, bayi baru lahir, dan kontrasepsi (Manuaba, 2014; h.28).

BAB I PENDAHULUAN. Maternity Care, tujuan Maternity Care atau pelayanan kebidanan adalah

BAB I PENDAHULUAN. ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan disebut normal jika prosesnya

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Witri Puji Rahayu, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. care yang kemudian diubah sedikit oleh WHO Expert Commitee on. apapun dan kemudian dapat merawat bayinya dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi pada ibu dan janin (Manuaba, 1998).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Berbagai bentuk upaya pencegahan dan penanggulangan dini terhadap faktor yang memperlemah kondisi seorang ibu hamil perlu diprioritaskan, seperti gizi yang rendah, anemia, dekatnya jarak antara kehamilan, buruknya hygiene, perdarahan, hipertensi, infeksi, kelahiran preterm / BBLR, asfiksia, dan hipotermi (Saifuddin, 2007; h.132). Diperkirakan terjadi 4,3 juta kelahiran mati dan 3,3 juta kematian neonatal di seluruh dunia setiap tahunnya. Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi pada periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir sehat akan menyebabkan kelainan kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian (Saifuddin, 2007; h. 132). Millenium Development Goals (MDGs) menargetkan pengurangan angka tahun 1990 sebanyak 97 kematian bayi menjadi dua pertiganya menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup (MDGs, 2011; h.19). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 juga mengestimasikan AKB pada tingkat provinsi Jawa Tengah sebesar 26 per 1.000 kelahiran hidup (DEPKES, 2011; h. 35-36).

Penyebab kematian bayi diantaranya adalah infeksi 24-34% dan prematuritas/bblr 15-20% yang merupakan faktor penyebab atau pemicu terjadinya ikterus baik fisologis maupun patologis (Manuaba. 2008; h. 346). Ikterus merupakan kejadian klinis yang ditandai oleh pewarnaan kuning pada kulit dan sklera. Ikterus merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir. Lebih dari 85% bayi cukup bulan yang kembali dirawat dalam minggu pertama kehidupan disebabkan oleh keadaan ini (IDAI. 2010; h. 147). Ikterus pada bayi baru lahir terdapat pada 25 % neonatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada neonatus kurang bulan. Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala fisiologis dan patologis. Keadaan ikterus fisiologis dapat menjadi ikterus patologis jika tidak mendapatkan penatalaksanaan yang memadai. Keadaan ikterus fisiologis pada neonatal mempengaruhi hingga 50% bayi aterm yang mengalami peningkatan progresif pada kadar bilirubin tak terkonjugasi dan ikterus pada hari ketiga. Pengaruh atau komplikasi ikterus terhadap kehidupan bayi yaitu kern-icterus. Kern-icterus sendiri dapat diartikan sebagai suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak (Saifuddin. 2007; h. 381). Ikterus pada bayi baru lahir adalah tantangan bagi bidan karena penting untuk membedakan antara bayi sehat dengan respons fisiologis normal yang tidak memerlukan penanganan aktif dan yang memerlukan pemeriksaan bilirubin serum. Peran bidan terhadap bayi dengan ikterus adalah mendeteksi dan membedakan antara ikterus fisiologis dan patologis berdasarkan waktunya, penampilan klinis, dan perilaku neonatus, serta menentukan penatalaksanaan yang tepat, dengan adanya penatalaksanaan

yang tepat maka kurang lebih mampu menurunkan angka mortalitas dan morbiditas pada bayi akibat ikterus (frasen dan cooper. 2010; h. 839-843). Angka kejadian ikterus di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo dari bulan Juni Desember 2011 mencapai 72 kasus sedangkan pada bulan Januari 2012 tercatat terdapat 15 kasus ikterus. Berdasarkan data diatas penulis tertarik mengambil kasus ini dengan judul Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir dengan Ikterus Patologis dikarenakan ingin mengetahui perawatan bayi baru lahir dengan ikterus neonatorum khususnya di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo. B. Rumusan Masalah Bagaimana Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir dengan Ikterus Patologis di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa dapat mengetahui asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Ikterus Patologis di RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo tahun 2012. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada bayi baru lahir dengan tanda dan gejala ikterus b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa pada bayi baru lahir dengan ikterus c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan akan tidakan segera pada bayi baru lahir dengan ikterus d. Mahasiswa mampu merancang perencanaan tindakan terhadap bayi

baru lahir dengan ikterus e. Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan tindakan terhadap bayi baru lahir dengan ikterus f. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi hasil pelaksanaan tindakan terhadap bayi baru lahir dengan ikterus g. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kesenjangan teori dengan praktek D. Ruang Lingkup 1. Sasaran Bayi Ny. R umur 3 hari dengan Ikterus Patologis. 2. Tempat Ruang Perinatologi RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo 3. Waktu a. Penyusunan proposal dilakukan dari tanggal 1 Desember 2011 13 Maret 2012. b. Waktu pengambilan data pendahuluan kasus ini dilakukan pada tanggal 31 Januari 2012. c. Waktu pengambilan kasus Karya Tulis Ilmiah ini dilaksanakan pada tanggal 17 April 2012 20 April 2012 d. Waktu penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini direncanakan dari bulan Mei 2012 sampai bulan Juli 2012 E. Manfaat 1. Teoritis Mampu menjadi masukan untuk menambah pengetahuan tentang asuhan kebidanan neonatal khususnya ikterus patologis.

2. Praktis a. Keluarga Pasien Mampu dijadikan sebagai pembelajaran untuk mengenali tanda dan gejala serta penanganan ikterus patologis pada bayi baru lahir b. Tenaga Kesehatan (Bidan) Mampu dijadikan bahan masukan khususnya untuk terus meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan ikterus patologis c. Pembaca Mampu memperluas wawasan ilmu pengetahuan tentang bayi baru lahir dengan ikterus patologis d. Mahasiswa Kebidanan Mampu digunakan sebagai dasar asuhan kebidanan selanjutnya F. Pengumpulan Data Dalam pengambilan kasus ini penulis menggunakan metode studi kasus dengan menggunakan pendekatan 7 langkah varney, yang meliputi pengkajian,interpretasi data, diagnosa potensial, tindakan, dan evaluasi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara data primer dan data sekunder. 1. Data Primer a. Wawancara Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana penulis mendapatkan keterangan baik secara lisan dari seseorang sasaran penulis (responden), atau bercakap cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to

face). Penulis melakukan tanya jawab secara langsung kepada ibu pasien (Matondang, Wahidayat, Sastroasmoro. 2009; h. 3). b. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang tenaga ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Penulis mengumpulkan data melalui pemeriksaan fisik antara lain : 1) Inspeksi Inspeksi merupakan proses pengamatan atau observasi untuk mendeteksi masalah kesehatan pasien. 2) Palpasi Palpasi merupakan pemeriksaan dengan indra peraba, yaitu tangan, untuk menentukan ketahanan, kekenyalan, kekerasan, tekstur, dan mobilitas. 3) Perkusi Merupakan pemeriksaan dengan melakukan ketukan yang menggunakan ujung jari pada bagian tubuh untuk mengetahui ukuran, batasan, konsistensi organ - organ tubuh, dan menentukan adanya cairan dalam rongga tubuh. 4) Auskultasi Auskultasi merupakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh melalui stetoskop. 5) Pemeriksaan penunjang Pemerikasaan penunjang merupakan pemeriksaan laboratorium denan cara pengambilan spesimen berupa darah, spuntum, dan

urine. (Hidayat.2008;140-141) c. Observasi Observasi adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Penulis melakukan pengamatan langsung dan secara bertahap (step by step) untuk memantau perkembangan bayi baru lahir dengan ikterus patologis (Matondang, Wahidayat, Sastroasmoro. 2009; h. 3). 2. Data Sekunder a. Dokumentasi Kegiatan khusus berupa pengumpulan sesuatu yang tertulis, tercetak/terekam yang dapat dipakai sebagai bukti keterangan. Penulis menggunakan rekam medik klien yang ada aitannya dengan pasien, contohnya status pasien. b. Studi Pustaka Penulis menggunakan buku buku, laporan laporan penelitian, jurnal dan sebagainya untuk memeperoleh informasi baik berupa teori teori, generalisasi, dan konsep yang telah dikemukakan oleh berbagai ahli. c. Media Elektronik Dengan membuka situs website yang terkait dengan studi kasus yang dilakukan. (Notoatmodjo. 2005; h. 63-64).

G. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Terdiri dari pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah, tujuan penulisan, pembatasan kasus, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka membahas tentang : A. Tinjauan Medis Tinjauan medis meliputi definisi, etiologi, faktor predisposisi, fisiologi/patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, dan komplikasi. B. Tinjauan Asuhan Kebidanan Tinjauan asuhan kebidanan menggunakan kerangka berfikir varney yang terdiri dari 7 langkah, yaitu: pengkajian, interpretasi data, mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya, menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, menyusun rencana asuhan, penatalaksanaan asuhan, dan evaluasi. C. Aspek Hukum Berisi landasan hukum baik undang-undang maupun Kepmenkes (1464/MENKES/PER/X/2010 pada pasal 9 huruf B dan pada pasal 11 ayat 2 huruf C ) dan standar pelayanan kebidanan yang mengatur tuags pokok dan kompetensi bidan ( kompetensi ke-6 pada nomor 8 dan kompetensi ke-7 nomor 12 ) serta wewenang bidan sesuai kasus yang diambil.

BAB III TINJUAN KASUS Terdiri dari tinjauan kasus meliputi penerapan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus patologis mulai dari pengkajian, interpretasi data, diagnosa masalah/potensial, identifikasi kebuhuan tindakan segera, merencanakan asuhan kebidanan, pelaksanaan, dan evaluasi serta data perkembangan dengan menggunakan SOAP. BAB IV PEMBAHASAN Terdiri dari pembahasan kasus meliputi pembahasan masalah ada tidaknya kesenjangan teori dan kenyataan pada asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus patologis. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Terdiri dari uraian ringkasan pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, penatalaksanaan kebidanan, dan evaluasi yang dilakukan. B. Saran Terdiri dari anjuran yang diberikan bagi pihak-pihak yang terkait. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN