BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Prinsip Sistem Keuangan Syariah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembiayaan dalam perbankan syariah menurul Al-Harran (dalam Ascarya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh pembiayaan mudharabah dan musyarakah terhadap tingkat profitabilitas.

BAB II LANDASAN TEORI

PERBANKAN SYARIAH MUDHARABAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bank Syariah menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. modal, reksa dana, dana pensiun dan lain-lain). Pengertian bank menurut UU No.

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. aktivitasnya, baik dalam menghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara dengan basis penduduk muslim terbesar di

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh UU No.10 tahun 1998 dan undang-undang terbaru mengenai perbankan

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian Bank Syariah Berdasarkan Undang Undang No 21 Tahun 2008

BAB II Landasan Teori

Majalah Ilmiah UPI YPTK, Volume 18, No 2,Oktober 2011 ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

PERBANKAN SYARIAH IJARAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini terlihat dari tindakan bank bank konvensional untuk membuka

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

PENGARUH NON PERFORMING FINANCE

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip Mudharabah

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. pada Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank syari ah adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat

Menurut Antonio (2001) ada beberapa syarat khusus yang mengatur. 1) Penjual memberitahukan modal kepada nasabah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

IV.3 DANA SYIRKAH TEMPORER

SOAL DAN JAWABAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap deposito mudharabah. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lembaga Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dikembangkan berlandaskan Al-qur an dan hadist Nabi Muhammad SAW untuk

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB II LANDASAN TEORI

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

Dealin Mahaputri Leonika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MUDHARABAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAGIAN IV AKAD BAGI HASIL

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produktif, bebas dari hal-hal yang tidak jelas (gharar), berprinsip keadilan

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah

AKUNTANSI BANK SYARIAH. Imam Subaweh

Dasar-Dasar Pembiayaan Bank Syariah

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

GUBERNUR BANK INDONESIA,

AKUNTANSI BANK SYARIAH

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. penilaian dan pengambilan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang

BAB II LANDASAN TEORITIS. seluruh perkiraan dilakukan berdasarkan prinsip akuntansi syariah yang

MUDHARABAH dan MUSYARAKAH. Disusun untuk Memenuhi Tugas Manajemen Pembiayaan Bank Syariah C. Dosen Pengampu : H. Gita Danupranata, SE., MSI.

BAB II. Tentang Perbankan Syariah, bank syariah didefinisikan sebagai : Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah ini salah satunya dicirikan dengan sistem bagi hasil (non bunga)

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Bank Umum Syari ah 1. Pengertian Bank Syari ah Bank mempunyai arti sebagai suatu lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang secara umum bergerak dibidang keuangan sebagai penghimpun dana, menyalurkan dana ataupun keduanya. Sedangkan Bank Islam yang biasa disebut dengan Bank Syari ah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengharap mendapatkan bunga tapi dengan mendapatkan sistem bagi hasil sesuai dengan syariat islam yang berlandaskan pada Al-Quran dan Hadist. Menurut Lukman (2004:193), Bank Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dalam kegiatannya dapat memberikan atau tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2. Fungsi Bank Syariah Berdasarkan Pasal 4 UU No.21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, disebutkan bahwa Bank Syariah wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Bank Syariah juga dapat dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitulmal, yaitu 7

8 menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, dan hibah, atau dana sosial lainnya (antara lain denda terhadap nasabah atau ta zir) dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. Selain itu, bank syariah juga dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif). Menurut Yaya (2009:54), bank syariah dengan beragam skema transaksi yang memiliki dalam skema non-riba memiliki setidaknya empat fungsi, yaitu : a. Fungsi Manajer Investasi b. Fungsi Investor c. Fungsi Sosial d. Fungsi Jasa Keuangan 3. Tujuan Bank Terkait dengan operasional bank syariah, berdasarkan Pasal 2 UU No. 21 Tahun 2008 disebutkan bahwa perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Selanjutnya terkait dengan tujuan bank syariah, pada Pasal 3 dinyatakan bahwa perbankan syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

9 Sedangkan menurut Wiyono (2005:56) bank syariah mempunyai tujuan sebagai berikut : a. Untuk menciptakan suatu kadilan dibidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan melalui investasi. b. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. c. Mengarahkan kegiatan ekonomi untuk bermuamalat secara Islam. Khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar dari praktik riba atau jenis usaha atau perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha tersebut lain dilarang oleh islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi rakyat. d. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat islam terhadap bank non-syariah. e. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif menuju terciptanya kemandirian usaha. f. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan program utama dari negara-negara yang sedang berkembang.

10 4. Prinsip Dasar Bank Syariah Prinsip syariah mengacu pada prinsip-prinsip hukum muamalah yang disepakati oleh mayoritas ulama. Relevansinya adalah sebagai landasan untuk memahami berbagai transaksi yang dilarang dalam agama islam terkait dengan aktivitas ekonomi antar individu. Pada Pasal 1 ayat 13 UU No. 10 Tahun 1998, menjelaskan bahwa : Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). 5. Perbedaan Bank Syari ah dengan Bank Konvensional Dalam beberapa hal, Bank Konvensional dan Bank Syariah memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, persyaratan umum pembiayaan, dan lain sebagainya. Akan tetapi, terdapat banyak perbedaan mendasar diantara keduanya. Secara umum perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional adalah sebagai berikut :

11 Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional Bank Syariah a. Berdasrkan prinsip investasi bagi hasil. b. Menggunakan prinsip jual beli. c. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kemitraan. d. Melakukan investasi-investasi yang halal saja. e. Setiap produk dan jasa yang diberikan sesuai dengan fatwa Dewan Syariah. f. Dilarangnya gharar dan masysir. g. Menciptakan keserasian diantara keduanya. h. Tidak memberikan dana secara tunai tetapi memberikan barang yang dibutuhkan (finance the goods and services). i. Bagi hasil menyeimbangkan sisi pasiva dan aktiva. Sumber : Muhamad Syafii Antonio (2001) Bank Konvensional a. Berdasarkan tujuan membungakan uang. b. Menggunakan prinsip pinjam meminjam uang. c. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kreditur-debitur. d. Investasi yang halal maupun yang haram. e. Tidak mengenal dewan sejenis itu. f. Terkadang terlibat dalam speculatif forex deadling. g. Berkontribusi dalam terjadinya kesenjangan antara sektor riil dengan sektor moneter. h. Memberikan peluang yang sangat besar untuk sight streaming (penyalahgunaan dan pinjaman). i. Rentan terhadap negative spread. 6. Perbedaan Sistem Bunga dan Bagi Hasil Islam mengharamkan bunga dan menghalalkan bagi hasil. Keduanya memberikan keuntungan tetapi memiliki perbedaan mendasar sebagai akibat adanya perbedaan antara investasi dan pembungaan uang. Dalam investasi usaha yang dilakukan mengandung risiko karenanya mengandung unsur ketidakpastian. Sebaliknya,

12 pembungaan uang adalah aktivitas yang tidak mengandung risiko karena adanya persentase suku bunga tertentu yang ditetapkan berdasarkan besarnya modal. Tabel 2.2 Tabel Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil Bunga a. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung. b. Besarnya bunga adalah suatu persentase tertentu terhadap besarnya uang yang dipinjamkan. c. Besarnya bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa mempertimbangkan apakah proyek/mudharib untung atau rugi. d. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama termasuk Islam. Sumber : Muhamad Syafii Antonio (2001) Bagi Hasil a. Penentuan besarnya nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung-rugi. b. Besarnya bagi hasil adalah berdasarkan nisbah terhadap besarnya keuntungan yang diperoleh. c. Besarnya bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek/usaha yang dijalankan. Bila usaha merugi, maka kerugian akan ditanggung oleh pemilik dana, kecuali kerugian karena kelalaian, salah saji, atau pelanggaran oleh mudharib. d. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil. B. Mudharabah 1. Pengertian Mudharabah Menurut Suwikyono (2010:76), mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak, pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak sebagai

13 pengelola yang keuntungannya dibagi berdasarkan kesepakatan dan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pengelola dana. Gambar 2.1 Alur Transaksi Mudharabah Bank Syariah (Shahibul Maal) 1. Negosiasi dan Akad Musyarakah Nasabah (Mudharib) 4a. Menerima Porsi Laba 5. menerima kembalian modal 2. Pelaksanaan Usaha Produktif 4a. Menerima Porsi Laba 3. Membagi Hasil Usaha Keuntungan dibagi sesuai nisbah Kerugian tanpa kelalaian nasabah ditanggung oleh Bank Syariah Sumber : Riza Yaya (2009:128) 2. Jenis-Jenis Mudharabah yaitu: Menurut PSAK 105 (2009:1), mudharabah terbagi atas 3 (tiga) jenis a. Mudharabah muqayyadah Mudharabah muqayyadah bentuk kerja sama antara pemilik dana dan pengelola, dengan kondisi pengeolola dikenakan pembatasan oleh

14 pemilik dana dalam hal tempat, cara, dan/atau objek investasi. Dalam transaksi mudharabah muqayyadah, bank syariah bersifat sebagai agen yang menghubungakan shahibul maal dengan mudharib. b. Mudharabah muthlaqah Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara pemilik dana dan pengelola tanpa adanya pembatasan oleh pemilik dana dalam hal tempat, cara, maupun objek investasi. Dalam hal ini, mudharib pemilik dana memberikan kewenangan yang sangat luas kepada untuk menggunakan dana yang diinvestasikan. Mudharabah muthlaqah biasa disebut dengan mudharabah mutlak atau mudharabah tidak terikat (unrestricted mudharabah). c. Mudharabah musytarakah Mudharabah musytarakah adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi. Akad musytarakah pada dasarnya merupakan perpaduan antara akad mudharah dan akad musyarakah. Dalam mudharabah musytarakah, pengelola dana berdasarkan akad (mudharabah) yang menyertakan juga dananya dalam investasi bersama (berdasarkan akad musyarakah).

15 3. Rukun Transaksi Mudharabah Rukun transaksi mudharabah meliputi dua pihak transaktor (pemilik modal dan pengelola), objek akad mudharabah (modal dan usaha), dan ijab kabul atau persetujuan kedua belah pihak. a. Transaktor Kedua pihak transaktor dalam akad ini adalah investor dan pengelola modal. Investor bisa disebut dengan istilah shahibul maal atau rabbul maal, sedangkan pengelola modal biasa disebut dengan istilah mudharib. Kedua pihak disyaratkan memiliki kompetensi aktivitas agar mampu membedakan yang baik dan yang buruk (baligh) dan tidak dalam keadaan tercekal seperti pailit. b. Objek Mudharabah Objek mudharabah meliputi modal dan usaha. Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan dapat berupa uang atau barang yang dirinci beberapa nilai uangnya, tetapi modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib baik secara bertahap maupun tidak sesuai dengan kesepakatan dalam akad. Nisbah keuntungan mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yang terkait akad mudharabah. Kesepakatan

16 pembagian keuntungan atau nisabah harus dinyatakan pada waktu kontrak dan juga menentukan dasar bagi hasil yang akan digunakan. c. Ijab dan Kabul Ijab dan kabul atau persetujuan kedua belah pihak dalam Mudharabah yang merupakan wujud dari prinsip sama-sama rela (antaraddin minkum). Dalam hal ini, kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah. Si pemilik dana setuju dengan perannya untuk mengkontribusi dana, sementara si pelaksana usaha setuju dengan perannya untuk mengkontribusikan kerja. Adapun hal spesifik dalam akad mudharabah antara lain kesepakatan tentang dasar bagi hasil (revenue sharing atau profit sharing), besarnya nisbah, pernyataan bank sebagai shahibul maal untuk menanggung kerugian kecuali yang disebabkan oleh kelalaian mudharib, pernyataan hak bank untuk memasuki tempat usaha untuk melakukan pengawasan pembukuan, catatan-catatan, transaksi mudharib yang berhubungan dengan pembiayaan mudharabah (langsung atau tidak langsung). Selain akad yang ditandatangani oleh kedua belah pihak, harus juga melampiri proyeksi pendapatan dan jadwal pembayaran angsuran pokok maupun bagi hasil.

17 4. Cakupan Standar Akuntansi Mudharabah bagi Bank Syariah Ketentuan tentang akuntansi mudharabah diatur dalam PSAK 105 Tahun 2009 tentang Akuntansi Mudharabah. Standar ini mengatur pengakuan dan pengukuran transaksi, baik dari sisi pemilik dana maupun dari sisi pengelola dana. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengakuan dan pengukuran transaksi adalah mengenai dana mudharabah yang disalurkan, jenis investasi berupa kas maupun non-kas, penurunan nilai investasi sebelum usaha dimulai, dana, penghasilan usaha, kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola, hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah, penyertaan dana pengelola dalam skema musytarakah, dan pembagian hasil dana mudharabah. C. Musyarakah 1. Pengertian Musyarakah berasal dari kata syirkah yang artinya adalah pencampuran atau interaksi. Musyarakah menurut Ascarys (2008:51) adalah akad bagi hasil ketika dua atau lebih pengusaha pemilik dana atau modal bekerja sama sebagai mitra usaha, membiayai investasi usaha baru atau yang sudah berjalan. Sedangkan menurut IAI dalam PSAK 106 mendefinisikan bahwa musyarakah sebagai akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dengan kondisi masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keutungan

18 dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan kontribusi dana. Gambar 2.2 Alur Transaksi Musyarakah Bank Syariah (Mitra Pasif) 1. Negosiasi dan Akad Musyarakah Nasabah (Mitra Aktif) 4a. Menerima Porsi Laba 5. menerima kembalian modal 2. Pelaksanaan Usaha Produktif 4a. Menerima Porsi Laba 3. Membagi Hasil Usaha Keuntungan dibagi sesuai nisbah Kerugian tanpa kelalaian nasabah ditanggung sesuai modal Sumber : Riza Yaya (2009:154) 2. Jenis-Jenis Musyarakah Berdasarkan perubahan porsi dana para mitra, musyarakah dapat diklasifikasikan mejadi dua, yaitu musyarakah permanen dan musyarakah menurun (Rizal Yaya:2009;151). Berikut adalah kedua jenis musyarakah tersebut.

19 a. Musyarakah permanen, yaitu musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra bersifat tetap hingga akhir masa akad. b. Musyarakah menurun atau biasa disebut dengan musyarakah mutanaqisha, yaitu musyarakah dengan ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan bertahap kepada mitra lainnya, sehingga bagian dananya akan menurun dan pada akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha itu. 3. Rukun Transaksi Musyarakah Ketentuan syar i transaksi musyarakah yang dilakukan oleh bank syariah mengacu pada Fatwa DSN Nomor 08/DSN-MUI/IV/2000. Dalam fatwa tersebut, diatur berbagai hal terkait ijab kabul, ketentuan tentang pihak-pihak yang bertransaksi, objek akad musyarakah, dan biaya operasional yang disengketakan. Secara detail, Fatwa DSN tentang transaksi musyarakah dibahas dalam rukun transaksi musyarakah. Rukun transaksi musyarakah meliputi (Rizal Yaya:2009;151) : a. Transaktor Transaktor adalah pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi musyarakah yang harus berpengetahuan hukum, serta berkompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan. Berdasarkan Fatwa DSN Nomor 8 Tahun 2000 disebutkan bahwa setiap mitra harus

20 menyediakan dana dan pekerjaan serta setiap mitra melaksanakan kerja sebagai wakil. Dalam hal pengelolaan aset, setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola aset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktivitas musyarakah dengan memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian dan kesalahan yang disengaja. b. Objek Musyarakah Objek akad musyarakah meliputi tiga bukanlah aspek, yaitu modal, kerja, serta keuntungan dan kerugian. Modal dalam akad musyarakah dapat berupa kas dan/atau aset non-kas, jika modal berbentuk aset maka terlebih dahulu harus dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para mitra. Kerja merupakan dasar pelaksanaan musyarakah, tetapi kesamaan porsi kerja bukanlah syarat. Seorang mitra boleh melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lain, dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan tambahan bagi dirinya. Mitra yang aktif mengelola usaha musyarakah disebut mitra aktif, sedangkan mitra yang tidak ikut mengelola usaha musyarakah dan menyerahkan hak pengelolaanya kepada pada mitra lain maka mitra tersebut disebut dengan mitra pasif. Dalam keuntungan musyarakah, setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas dasar seluruh keuntungan dan tidak

21 ada jumlah nominal yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi seorang mitra. Sedangkan kerugian dibagi para mitra secara proporsional menurut bagian masing-masing. Apabila rugi disebabkan oleh kelalaian mitra pengelola, maka rugi tersebut ditanggung oleh mitra pengelola usaha musyarakah. c. Ijab dan Kabul Ijab dan kabul dalam transaksi musyarakah harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad). Akad penerimaan dan penawaran yang disepakati harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak. Akad selanjutnya dituangkan secara tertulis melalui korespondensi atau dengan menggunakan cara yang lazim dalam suatu masyarakat bisnis. 4. Cakupan Standar Akuntansi Musyarakah bagi Bank Syariah Ketentuan tentang perlakuan akuntansi musyarakah didasarkan pada PSAK 106 Tahun 2009 tentang akuntansi Musyarakah. PSAK ini menjelaskan tentang karakteristik musyarakah, pengakuan dan pengukuran seputar transaksi musyarakah, serta penyajian dan pengungkapan informasi investasi musyarakah dalam laporan keuangan. Berdasarkan pembedaan jenis mitra, maka bank syariah dalam skema investasi musyarakah yang diberikan cendrung masuk dalam kategori mitra pasif karena tidak ikut mengelola usaha musyarakah.

22 D. Ijarah 1. Pengertian Akad ijarah merupakan akad yang memfasilitasi transaksi pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang. Adapun akad Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT) memfasilitasi akad ijarah yang pada akhir masa sewa, penyewa diberi hak pilih untuk memiliki barang yang disewa dengan cara yang disepakati oleh kedua belah pihak. Menurut Wiyono dan Taufan (2012:215) ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas sebuah aset. Dalam transaksi ijarah yang ditekankan atau yang menjadi objek jaminan transaksi adalah penggunaan manfaat atas sebuah aset. Oleh karena itu, salah satu rukunnya adalah harga sewa. Secara konvensional sistem ini dikenal dengan nama leasing. Dalam prinsip ini nasabah boleh memiliki barang tersebut setelah masa sewa selesai apabila besarnya sewa sudah termasuk cicilan pokok barang.

23 Gambar 2.3 Alur Transaksi Ijarah dan IMBT Bank Syariah sebagai pemberi sewa barang/jasa 2. membeli barang /jasa pada pemasok 1. Negosiasi dan Akad Musyarakah 4. membayar sewa pada 44 Objek Ijarah (Barang/Jasa) Nasabah sebagai penyewa 5. mengalihkan hak milik barang ijarah pada akhir masa sewa (khusus IMBT) Sumber : Riza Yaya (2009:290) 2. Jenis-Jenis Ijarah Berdasarkan PSAK 107 (2009:1), ijarah dapat dibagi menjadi tiga, namun yang dikenal secara luas ada dua jenis, yaitu : a. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset atau jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah atau sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas aset itu sendiri. b. Ijarah muntahiya bittamlik (IMBT) merupakan ijarah dengan akad dari pemberi sewa berupa perpindahan kepemilikan objek ijarah pada

24 saat tertentu. Apabila terjadi perpindahan kepemilikan maka akad dibuat akad yang baru dan terpisah dari akad ijarah sebelumnya. c. Jual dan sewa kembali (sale and lease back) atau transaksi jual dan ijarah. Jenis ijarah seperti ini terjadi di mana seseorang menjual asetnya kepada pihak lain dan menyewa kembali aset tersebut. Transaksi jual dan sewa kembali harus merupakan transaksi yang terpisah dan tidak saling bergantung sehingga harga jual harus dilakukan pada nilai wajar dan penjual akan mengakui keuntungan atau kerugian pada periode terjadinya penjualan dalam laporan laba. 3. Rukun Transaksi Ijarah Rukun transaksi ijarah meliputi transaktor (penyewa dan pemberi sewa), objek ijarah (fasilitas dan uang sewa), dan ijab dan kabul yang menunjukkan serah terima baik berupa ucapan atau perbuatan. a. Transaktor Transaktor terdiri atas penyewa (nasabah) dan pemberi sewa (bank syariah). Kedua transaktor disyaratkan memiliki kompetensi berupa akil baligh dan kemampuan memilih optimal seperti tidak gila, tidak sedang dipaksa, atau lainnya. Perjanjian sewa menyewa antara bank syariah sebagai pemberi sewa dengan nasabah sebagai penyewa memiliki impikasi kepada kedua belah pihak. Implikasi perjanjian tersebut berupa menyediakan aset yang disewakan, menanggung biaya

25 pemeliharaan aset, dan menjamin bila terdapat cacat pada aset yang disewakan. b. Objek Ijarah Objek kontrak ijarah meliputi pembayaran sewa dan manfaat dari penggunaan aset. Manfaat dari penggunaan aset dalam ijarah adalah objek kontrak yang harus dijamin karena merupakan rukun yang harus dipenuhi sebagai ganti dari sewa dan bukan aset itu sendiri. c. Ijab dan Kabul Ijab dan kabul dalam akad ijarah merupakan pernyataan dari kedua belah pihak yang berkontrak dengan cara penawaran dari pemilik aset (bank syariah) dan penerimaan yang dinyatakan oleh penyewa (nasabah). Pelafalan perjanjian dapat dilakukan dengan lisan, isyarat (bagi yang tidak bisa bicara), tindakan maupun tulisan tergantung pada praktik yang lazim di masyarakat dan menunjukan keridhaan satu pihak menyewa dan pihak lain untuk menyewakan tenaga/ fasilitas. 4. Cakupan Standar Akuntansi Ijarah bagi Bank Syariah Ketentuan akuntansi untuk transaksi ijarah diatur dalam PSAK no 107 yang berlaku untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan mulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2009. Standar ini memuat tentang mekanisme transaksi dan ketentuan tentang pengakuan dan

26 pengukuran transaksi yang terdapat dalam skema ijarah baik untuk pemberi sewa maupun penyewa. Beberapa hal dicakup dalam standar ini adalah pengakuan dan pengukuran biaya perolehan, penyusutan, pendapatan, beban, dan perpindahan kepemilikan. Bentuk aplikasi standar ini akan dibahas pada sub bab teknis perhitungan dan penjurnalan transaksi ijarah bagi bank syariah. E. Murabahah 1. Pengertian Menurut Ascarya (2008:81) murabahah adalah istilah dalam Fikih Islam yang berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan. Sedangkan menurut PSAK 102 paragraf 5 Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli. Dari definisi diatas menunjukkan bahwa transaksi murabahah tidak harus dalam bentuk pembayaran tangguh (kredit), melainkan dapat juga dalam bentuk tunai setelah menerima barang, ditangguhkan dengan mencicil setelah menerima barang, ataupun ditangguhkan dengan membayar sekaligus dikemudian hari (PSAK 102 paragraf 8).

27 Gambar 2.4 Alur Transaksi Murabahah (dengan pesanan) 1. Negosiasi Bank Syariah (Penjual) 2. Akad Murabahah Nasabah (Pembeli) 44 6. Bayar 3.Beli barang 5.kirim dokumen PEMASOK 4. Kirim Barang Sumber : Riza Yaya (2009:185) 2. Rukun Transaksi Murabahah Rukun transaksi murabahah meliputi transaktor (pembeli dan penjual), objek akad murabahah (barang dan harga), serta ijab dan kabul berupa pernyataan kehendak masing-masing pihak baik dalam ucapan maupun perbuatan. a. Transaktor Transaktor dalam transaksi murabahah terdiri atas pembeli (nasabah yang memerlukan barang) dan penjual (bank syariah). Terkait dengan jual beli, DSN membolehkan bank meminta nasabah untuk membayar uang muka (urbun) saat menandatangani

28 kesepakatan awal pemesanan. Pada umumnya nilai uang muka yang ditetapkan adalah 30% dari harga perolehan. Sanksi yang dikenakan atas penundaan pembayaran didasarkan pada prinsip ta zir yaitu agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya. Dengan demikian, nasabah yang tidak atau belum mampu membayar karena kondisi force majeur tidak boleh dikenai sanksi. Bagi bank syariah, dana denda yang diterima harus diperuntukan sebagai dana sosial (Fatwa DSN Nomor 17 Tahun 2000). b. Objek Murabahah Rukun objek akad transaksi murabahah meliputi barang dan harga barang yang diperjualbelikan. Terkait dengan barang, DSN mensyaratkan bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri dan harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian kepada nasabah, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. Berdasarkan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI), metode pengakuan pendapatan margin murabahah dianjurkan adalah metode proporsional yang mengakui pendapatan secara roporsional atas jumlah piutang yang berhasil ditagih (PSAK 102 paragraf 24). Pelunasan piutang umumnya dilakukan dengan mencicil setiap bulan dengan jumlah yang sama. Pada pelunasan

29 piutang dengan angsuran, nasabah diwajibkan membayar angsuran sebelum waktu jatuh tempo angsuran dengan cara mengisi rekening tabungannya. c. Ijab dan Kabul Ijab dan kabul merupakan pernyataan kehendak para pihak yang bertransaksi baik secara lisan, tertulis, atau secara diam-diam. Akad murabahah memuat semua hal yag terkait dengan posisi serta hak dan kewajiban bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Akad ini bersifat mengikat bagi kedua pihak dan mencantumkan dokumendokumen penting, seperti identitas pihak transaktor, bentuk akad dan penjelasannya, kesepakatan-kesepakatan, dan identitas notaris serta informasi tentang waktu dan tempat penandatanganan akad. 3. Cakupan Standar Akuntansi Murabahah bagi Bank Syariah Standar akuntansi tentang jual beli murabahah mengacu pada PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah yang mulai berlaku efektif sejak 1 Januari 2008. PSAK ini menunjukkan PSAK 59 yang berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan murabahah. PSAK 102 dapat diterapkan untuk lembaga keuangan syariah seperti bank, asuransi, lembaga pembiayaan, dana pensiun, koperasi, dan lainnya yang menjalankan transaksi murabahah. Disamping itu, PSAK 102 juga diterapkan oleh pihak-pihak yang melakukan transaksi murabahah dengan lembaga keuangan syariah tersebut (PSAK 102 paragraf 2 dan 3).

30 Berbagai transaksi yang perlu diakui dalam transaksi ini oleh penjual antara lain peneriman uang muka murabahah, pengakuan dan pengukuran terkait aset murabahah setelah perolehan jika terjadi penurunan aset atau diskon pembelian. F. Profitabilitas 1. Pengertian Rasio Profitabilitas Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, disamping halhal lainnya. Dengan memperoleh laba maksimal seperti yang ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru. Oleh karena itu, manajemen perusahaan dalam praktiknya dituntut harus mampu untuk memenuhi target yang telah ditetapkan. Artinya besarnya keuntungan haruslah dicapai sesuai dengan yang diharapkan dan bukan berarti asal untung. Untuk mengukur tingakat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas yang dikenal juga dengan nama rasio rentabilitas. Menurut Kasmir (2008:196), rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjulan dan

31 pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukan efisiensi perusahaan. Sedangkan menurut Slamet Riyadi (2006:155), rasio profitabilitas adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti) atau laba (sebelum pajak) dengan total assets yang dimiliki bank pada periode tertentu. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut. Hasil pengukuran dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen selama ini efektif atau tidak. Jika berhasil mencapai target yang telah ditentukan, maka akan dikatakan telah berhasil mencapai target untuk periode atau beberapa periode. Namun sebaliknya, jika gagal atau tidak berhasil mencapai target yang telah ditentukan maka akan menjadi pelajaran bagi manajemen untuk periode ke depan. Kegagalan ini harus diselidiki di mana letak kesalahan dan kelemahannya sehingga kejadian tersebut tidak terulang. Kemudian, kegagalan atau keberhasilan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk perencanaan laba ke depan, sekaligus

32 kemungkinan untuk menggantikan manajemen yang baru terutama setelah manajemen lama mengalami kegagalan dan biasanya rasio ini sering disebut sebagai salah satu alat ukur kinerja manajemen. 2. Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas Seperti rasio lainnya, rasio profitabilitas juga memiliki tujuan dan manfaat tidak hanya bagi pihak pemilik usaha atau manajemen tetapi juga bagi pihak luar perusahaan terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan. Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu : (Kasmir, 2008:197) a. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu. b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. d. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. e. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

33 f. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri. Sementara itu, manfaat yang dapat diperoleh adalah untuk : (Kasmir,2008:198) a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode. b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu. d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. e. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. 3. Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas Rasio yang termasuk dalam rasio profitabilitas adalah : a. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor) Gross profit margin merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba kotor atas penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.

34 Gross profit magin dapat dihitung dengan rumus : GPM = Penjualan Harga Pokok Penjualan Penjualan b. Net Profi Margin (Margin Laba Bersih) Net profit margin merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini menunjukan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan, jadi semakin tinggi Net profit margin semakin baik pula operasi suatu perusahaan. Net profit margin dapat dihitung dengan rumus : NPM = Laba Bersih Setelah Pajak Penjualan c. Return on Asset Return on asset menunjukan total aset dalam menghasilkan laba atau dengan kata lain rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik, karena aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Return on asset dapat dihitung dengan rumus : ROA = Laba Bersih Total Aktiva

35 d. Return on Equity Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total ekuitas. Rasio ini merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan dalam suatu perusahaan atau dengan kata lain rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Semakin besar Return on equity semakin bagus karena posisi pemilik perusahaan semakin kuat. Return on equity dapat dihitung dengan rumus : ROE = Laba Bersih Ekuitas e. Earning per Share (EPS) Earning per share atau disebut juga dengan rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungann bagi pemegang saham (Kasmir, 2008:207). Rasio ini adalah indikator dalam keberhasilan perusahaan, jadi semakin tinggi rasio ini sangat baik pula bagi kesejahteraan pemegang saham. Earning per share dapat dihitung dengan rumus : EPS = Laba Saham Biasa Jumlah Saham yang beredar

36 Analisis profitabilitas yang relevan dipergunakan dalam meneliti profitabilitas perusahaan adalah Return on Assets (ROA). Penggunaan ROA dikarenkan Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan yang lebih mementingkan asset yang dananya berasal dari masyarakat. Disamping itu ROA merupakan metode pengukuran yang paling objektif yang didasarkan pada data akuntansi dan besarnya ROA dapat mencerminkan hasil dari kebijakan perbankan. Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan aset untuk memperoleh laba dan untuk mengukur hasil total untuk seluruh penyedia sumber dana, yaitu kreditor dan investor. Semakin besar ROA maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang diperoleh bank dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan asetnya.

37 G. Peneliti Terdahulu Tabel 2.3 Peneliti Terdahulu Peneliti No (Tahun) 1. Yulianti (2013) 2. Ardi Meidinar Irawan Wibowo (2013) Judul Variabel Kesimpulan Analisis Pembiayaan Musyarakah, Mudharabah dan Ijarah terhadap profitabilitas pada Perbankan Syariah yang Terdaftar di Bank Indonesia Pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Ijarah terhadap Return On Asset (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia TBK) Jenis penelitiannya adalah kausal. Dimana variabel terikatnya adalah profitabilitas dan variabel bebasnya Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pembiayaan musyarakah berpengaruh negatif terhadap profitabilitas (ROA), adalah musyarakah, sedangkan pembiayaan mudharabah, dan mudharabah dan murabahah ijarah. berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA). Jenis penelitian ini Hasil penilitian ini adalah kausal. menunjukkan bahwa secara Variabel bebasnya parsial, pembiayaan adalah Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, dan Ijarah. Sedangkan mudharabah dan ijarah tidak berpengaruh, pembiayaan musyarakah berpengaruh negatif, dan pembiayaan murabahah berpengaruh variabel terikatnya positif terhadap profitabilitas adalah profitabilitas (ROA) pada bank umum (ROA). syariah di Indonesia.

38 3. Qudsiah Pengaruh Pembiayaan Jenis penelitian ini Hasil penelitian ini Firdausi Mudharabah dan adalah penelitian menunjukkan bahwa (2012) Pembiayan musyarakah kausal dengan pembiayaan mudharabah Terhadap Laba Bersih pendekatan studi tidak berpengaruh signifikan (Studi Kasus PT. Bank kasus. Pembiayaan terhadap laba bersih secara Syariah Mandiri) mudharabah dan proporsional, sedangkan musyarakah menjadi pembiayaan musyarakah variabel bebas dan berpengaruh signifikan. laba bersih menjadi Secara simultan pembiayaan variabel terikat. mudharabah dan musyarakah berpengaruh signifikan terhadap laba bersih. 4. Yesi Pengaruh Pembiayaan Jenis penelitian ini Hasil penelitian ini Oktriani Musyarakah, adalah metode menunjukan bahwa (2012) Mudharabah, dan deskriptif dengan pembiayaan musyarakah, Murabahah terhadap pendekatan studi mudharabah, murabahah, dan Profitabilitas. kasus. Musyarakah, profitabilitas setiap tahunnya (study kasus pada PT. mudharabah, dan berfluktuatif mengalami Bank Muamalat murabahah menjadi kenaikan dan penurunan. Indonesia, Tbk) variabel bebas dan Pembiayaan musyarakah dan profitabilitas menjadi mudharabah terhadap vaiabel terikat. profitabilitas secara parsial tidak berpengaruh signifikan, pembiayaan murabahah terhadap profitabilitas secara parsial berpegaruh signifikan. Pembiayaan musyarakah, mudahrabah, dan murabahah terhadap profitabilitas secara simultan berpengaruh signifikan.

39 H. Kerangka Pemikiran Sesuai dengan perkembangan perbankan, bank syariah menawarkan sistem bagi hasil sesuai dengan ahukum Islam yang melarang adanya riba. Perbankan syariah mampu membantu para nasabahnya untuk menyalurkan dananya sebagai pembiayaan-pembiayaan syariah diantaranya, pembiayan dengan menggunakan prinsip bagi hasil (profit sharing), pembiayaan dengan prinsip kerjasama, dan pembiayaan dengan prinsip sewa. Pembiayaan mudharabah, musyarakah, ijarah, dan murabahah dapat memberikan keuntungan yang besar bagi pihak bank jika penyaluran dan pengembalian dananya berjalan dengan lancar. Besarnya laba tentu akan berhubungan dengan besarnya pembiayaan yang disalurkan serta menunjukkan tingkat keberhasilan bank syariah dalam melakukan kegiatan usahanya. Tingkat profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio keuangan Return on Assets (ROA) karena lebih memfokuskan pada kemampuan perusahaan untuk earning dan laba operasi. Secara sederhana, hubungan antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen digambarkan melalui model konseptual sebagai berikut :

40 GAMBAR 2.5 Model Penelitian Mudharabah (X 1 ) (H 1 ) Musyarakah (X 2 ) Ijarah (X 3 ) (H 2 ) (H 3 ) (H 4 ) Profitabilitas (ROA) (Y) Murabahah (X 4 ) Model penelitian saya ini merupakan salah satu replikasi dari penelitian terdahulu yaitu dari penelitian Yulianti (2013). Perbedaan penelitian ini adalah terletak pada variabel penelitian, objek penelitian dan periode penelitian yang digunakan dan periode penelitian dilakukan selama empat tahun (2009-2012).