Ragam Kultivar Kopi di Lampung

dokumen-dokumen yang mirip
Prospek Klon-Klon Lokal Kopi Robusta Asal Bengkulu. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Perbanyakan In-Vitro Klon-Klon Unggul Lokal Kopi Bengkulu. Reny Fauziah Oetami 1)

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL

MENGENAL VARIETAS/KLON ANJURAN KOPI. DAN Cara perbanyakannya

BAB I PENDAHULUAN. Salak (Salacca zalacca) merupakan salah satu tanaman buah- buahan

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

Komasti, Varietas Komposit Kopi Arabika Tahan Penyakit Karat Daun. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

PENGARUH KLON TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KEBERHASILAN PENYAMBUNGAN KOPI ROBUSTA

KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Some variability Productivity Superior Rubber Clone People in Bengkulu

MENGENAL BAHAN TANAM UNGGUL KOPI. Dengan cara pencanderaan sifat morfologi

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 205/Kpts/SR.120/4/2005 TENTANG PELEPASAN VARIETAS KOPI SIGARAR UTANG SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

Budidaya Kopi Robusta di Kecamatan Semendo, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan

Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Genjah dan Unik

TEKNIK KONVERSI KOPI ROBUSTA KE ARABIKA PADA LAHAN YANG SESUAI. Oleh Administrator Selasa, 02 April :00

Daerah yang ketinggiannya antara m dpl dan suhu C.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I B M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Dairi merupakan salah satu daerah

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

KOPI SIGARAR UTANG DARI SUMATERA UTARA

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha)

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan pembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan.

Manajemen Pembukaan/Pengadaan Kebun: Annual Management Factors. L. Setyobudi

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INVENTARISASI KLON UNGGUL LOKAL TANAMAN KAKAO DI PROPINSI SULAWESI TENGGARA Badrul Munir, S.TP, MP PBT Ahli Pertama BBPPTP Surabaya

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA. Mawardati*

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

KUALITAS, KUANTITAS DAN PEMASARAN KOPI ARABIKA DARI KEBUN AGROFORESTRI DI KABUPATEN BANTAENG, SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, dan pertanian memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADA KOPI TRADISIONAL DAN KOPI SAMBUNG DI DESA LUBUK KEMBANG, KEC. CURUP UTARA, KAB. REJANG LEBONG

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

KOPI. Panduan teknis budidaya kopi. Pemilihan jenis dan varietas

Ketersediaan klon kakao tahan VSD

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

Lampiran 1. Gambar Bagan Lahan Penelitian

MENGENAL KELAPA DALAM UNGGUL LOKAL ASAL SULAWESI UTARA (Cocos nucifera. L) Eko Purdyaningsih,SP PBT Ahli Muda BBPPTPSurabaya

Pokok Bahasan 10: Pengamatan Panen. Tujuan Intruksional Khusus:

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

Tahun Bawang

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai bulan Februari

KARAKTERISTIK PETANI BIOINDUSTRI DI DATARAN TINGGI GAYO. Oleh : Rini Andriani

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

Lampiran 1. Deskripsi Bawang Merah Varietas Tuk Tuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

JIIA, VOLUME 3 No. 3, JUNI 2015

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 212/Kpts/SR.120/5/2005 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

BAB I PENDAHULUAN. negri (ekspor). Sudah sejak lama tanaman pala dikenal sebagai tanamn rempah

Transkripsi:

Ragam Kultivar Kopi di Lampung RUSDI EVIZAL 1 *), SUGIATNO 1, DAN FEMBRIARTI ERRY PRASMATIWI 2 Program Studi Agroteknologi 1 dan Program Studi Agribisnis 2 Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jln. Sumantri Brojonegoro No 1 Bandar Lampung *) Email: rusdievizal@yahoo.com ABSTRACT Variability of Coffee Cultivars in Lampung. Province of Lampung is production region of Robusta coffee in Indonesia. Farmer plant seedling of progeny resulted in high variability of coffee bean production. High yield clones then were used as grafting material to improve coffee production. The research aimed to study variability of coffee cultivars in Lampung and factors affecting its production. Respondent farmers and coffee fields to be surveyed were determined by purposive sampling method from 3 district of West Lampung, Tanggamus, and North Lampung. Three sub-districts were taken from each district to choose a farmers group. The results showed that there were 27 cultivars found in location including 25 cultivars were Robusta coffee and the rest were Arabica and Liberica. In each district, the compositions of dominant cultivars were different. Farmers were able to describe the cultivars based on characteristics of fruits and beans, leaves, shoots, and branches. Some cultivars come from other province of outside Lampung. Dominance indices and richness of cultivars together with elevation level of coffee field had significant negative effects on coffee productivity, while fertilize doses had positive effects. Keywords : coffee, cultivars, variability, lampung PENDAHULUAN Propinsi Lampung merupakan sentra produksi kopi robusta, terutama di Kabupaten Lampung Barat yang ditetapkan sebagai salah satu kawasan perkebunan kopi nasional, sesuai Kepmentan No 46/Kpts/PD.300/1/2015. Menurut BPS Propinsi Lampung (2014), areal kopi Robusta di Lampung Barat seluas 60.382 ha, sedangkan di kabupaten sekitarnya yaitu Tanggamus seluas 43.941 ha, dan Lampung Utara seluas 17.149 ha. Total areal kopi Robusta di Lampung adalah 161.162 ha dengan produksi mencapai 133.243 ton atau produktivitas 8,26 ku/ha. 80 Usahatani kopi juga berkembang di bawah program Hutan Kemasyarakan (HKm) di lahan hutan lindung. Dalam ketentuan perizinan pengusahaan tanaman kopi di HKm disebutkan bahwa petani harus menanam pohon MPTS (Multi Purpose Trees Species) dengan populasi sebanyak 400 pohon per hektar. Evizal et al. (2015) melaporkan bahwa persentase MPTS berpengaruh negatif terhadap produktivitas kopi. Evizal et al. (2012) melaporkan bahwa tanaman kopi toleran terhadap naungan ringan sampai sedang (kisaran naungan 15-55%). Penaungan berat (naungan 56-80%) akan

AGROTROP, 5 (1): 80 88 (2015) ISSN: 2008-155X menurunkan secara kuadratik produktivitas tanaman kopi menjadi 50%. Kopi Robusta menyerbuk secara silang (Prastowo et al., 2010) yang akan menyebabkan segregasi pada keturunannya jika diperbanyak melalui biji. Kenyataannya petani menanam kopi dengan polikultivar dari bibit biji (seedling progeny) sehingga menghasilkan variabilitas produksi yang besar. Erdiansyah et al. (2014) melaporkan bahwa penggunaan bibit asal biji dari populasi bastar 2 klon kopi Robusta menyebabkan keragaman daya hasil pada keturunannya. Progeni yang memiliki daya hasil terbaik tidak lebih dari 5% dari total populasi sehingga dapat dijadikan sebagai pohon induk entres. Selebihnya merupakan progeni dengan potensi daya hasil yang lebih rendah yaitu ada 60% populasi yang hanya menyumbang 40% dari produksi. Sumirat et al. (2007) melaporkan bahwa seleksi genotipe-genotipe unggul kopi Robusta pada populasi bastar terkontrol dapat diperoleh klon kopi dengan potensi produksi 4 ton/ha. Klon-klon anjuran kopi Robusta untuk ketinggian tempat sampai 900 m dari permukaan air laut dengan tipe iklim kering adalah BP 936, BP 939, BP 409, BP 534, sedangkan untuk wilayah dengan tipe iklim basah adalah BP 436, BP 358, BP 936, dan BP 534. Kopi Robusta dinajurkan ditanam secara poliklonal (3 klon) secara berseling (Hulupi dan Martini, 2013). Petani kopi Robusta aktif melakukan uji coba sendiri klon-klon lokal hasil seleksi dari populasi kebun atau introduksi dari luar wilayah. Hulupi (2012) melaporkan beberapa klon lokal dari berbagai wilayah di Bengkulu seperti klon Taminan, Juremian, Erlangan, Kirmanan, Misranan, seri klon A, C, E, dan H serta beberapa genotipe klon Ciari. Di Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar Bali - Indonesia antara klon tersebut sebagian sudah resmi dilepas Menteri Pertanian pada tahun 2014 sebagai klon unggul nasional yaitu klon Sehasence, klon Sintaro 1, klon Sintaro 2, dan klon Sintaro 3. Evizal (2013) melaporkan ragam kultivar kopi yang ditanaman petani di Sumberjaya, Lampung Barat, baik kopi Robusta, Arabika, dan Liberika. Klon kopi robusta sering menunjukkan reaksi fenotipe yang berbeda apabila ditanam pada kondisi lingkungan yang berbeda (PPKKI, 2008). Selain terkait dengan keunggulan kultivar dan keadaan cuaca, produktivitas kopi antara lain dipengaruhi oleh penaungan pohon pelindung (Evizal et al., 2015), dosis pupuk, komposisi klon kopi, dan ketinggian tempat. Kerentanan terhadap perubahan lingkungan seperti perubahan iklim dan kebijakan penanaman pohon naungan yang rapat pada kopi HKm memerlukan pengembangan agroteknologi termasuk klon-klon lokal unggul sehingga petani kopi mampu beradaptasi (Baca et al., 2014). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ragam dan deskripsi kultivar kopi di Lampung serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas kebun kopi. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan pada Maret Agustus 2015 menggunakan metode survei. Sampel responden dan kebun ditentukan secara purposif dari kawasan perkebunan kopi di Lampung yaitu Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Tanggamus, dan Kabupaten Lampung Utara. Dari masingmasing kabupaten diambil 3 kecamatan dan dari masing-masing kecamatan diambil satu kelompok tani yang memiliki kebun kopi di 81

kawasan HKm untuk diwawancarai secara mendalam tentang kultivar kopi yang ditanam, sejarah asal kultivar, produksi kebun kopi. Survei keadaan fisik kebun dilakukan untuk memperoleh data ragam kultivar kopi dan deskripsinya. Keragaman kultivar kopi dihitung berdasarkan proporsi jumlah individu (n) setiap spesies (i) dengan total jumlah indiividual (N). Rumus indeks keragaman Shannon (H ) menurut Sumantra et al. (2012) adalah: Rumus indeks dominansi (λ) adalah: HASIL DAN PEMBAHASAN Dari lokasi penelitian di Lampung ditemukan 27 kultivar kopi, 25 adalah kopi Robusta, sisanya kopi Arabika var. Kate dan Liberika kultivar Robinson. Di Kabupaten Tanggamus paling banyak ditemukan ragam kopi Robusta yaitu 19 kultivar. Hal ini menunjukkan petani aktif mengidentifikasi, mengintroduksi, dan mencoba klon baru. Di Kabupaten Lampung Utara terdapat 11 kultivar, sedangkan di Kabupaten Lampung Utara ditemukan 9 kultivar (Tabel 1). Nama kultivar penting yang terkonfirmasi ada di kabupaten lain adalah Tugu Hijau, Tugusari, Garudak, Lengkong, Tugu Kuning, Robinson, dan Bakir. Ragam kultivar yang terbanyak ditanam berbeda antar kabupaten. Klon Tugusari kurang disukai di Lampung Barat 82 karena dianggap fluktuasi buah lebat tinggi, mudah terkena mati ranting, dan buah busuk menghitam, namun kekurangan ini tidak dikeluhkan di petani Kabupaten Tanggamus. Klon kopi Lengkong juga kurang disukai di Kabupaten Lampung Utara dengan keluhan yang mirip, tetapi cocok bagi petani di Tanggamus. Kopi Robinson, yang termasuk jenis kopi Liberika, cukup banyak ditanam di Lampung Utara dan Lampung Barat. Kultivar ini ditanam dari biji, namun juga dijadikan sebagai batang bawah apabila biji kopi Liberika kurang laku dijual. Kultivar kopi Bakir ditemukan di ketiga Kabupaten, dikenal sebagai kultivar kopi yang sejak lama ditanam di Lampung, dan ditemukan sebagai pohon kopi tua yang disambung dengan klon kopi yang lebih produktif. Kultivar Bakir menghasilkan biji kopi berukuran kecil, tetapi berat. Deskripsi beberapa kultivar kopi yang penting di Lampung disajikan pada Tabel 2. Klon kopi Tugu Hijau mudah dikenali dengan buah yang berwarna hijau tua ketika belum masak, lambat masak, buah masak tidak mudah rontok. Klon Tugu Kuning, buahnya cepat menguning meskipun masih muda, dan cepat panen, dan buah masak mudah rontok. Klon Tugusari buah mudanya berwarna hijau, kemudian menguning dan memerah seiring dengan kamasakan buah. Varian klon kopi Tugu ini buah dan bijinya termasuk berukuran sedang. Kopi Garudak cukup dikenal petani, ditanam dari biji, setelah panen raya 2-3 tahun produksi turun dilakukan penyambungan dengan klon yang lebih produktif. Vigor tajuknya tegak, dompol buah rapat, antar dompol rapat sampai agak renggang, cabang sekunder sedikit apabila tidak dilakukan pemangkasan. Ukuran buah

AGROTROP, 5 (1): 80 88 (2015) ISSN: 2008-155X besar sampai sedang, ukuran biji sedang, fluktuasi buah lebat relatif kecil. Kultivar ini yang digunakan petani bertanam kebun muda Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar Bali - Indonesia menggantikan kopi Bakir. Petani menyeleksi kopi Garudak yang unggul misalnya klon Garudak Tugino. Tabel 1. Ragam kultivar kopi di Lampung Kab. Lampung Barat Kab. Tanggamus Kab. Lampung Utara Kultivar % Kultivar % Kultivar % Tugu Hijau 30,26 Tugusari 17,53 Ersad 21,81 Garudak 23,91 Lengkong 15,75 Tugusari 14,64 Tugu Kuning 18,68 Komari 10,19 Tugu Kuning 13,13 Tugusari 11,29 Air dingin garis 9,66 Robinson 11,78 Bakir 10,76 Bodong 8,01 Ciari 1 9,76 Robinson 3,87 Linggapura 5,92 Tugu Hijau 9,24 Arabika kate 0,67 Bakir 4,75 Garudak 6,76 Parabola 0,35 Garudak Tugino 4,44 Bakir 6,06 Wulung 0,17 Tugu Kuning 3,81 Lengkong 2,02 Grembyang 3,81 Nunum 1,45 Parlan 3,05 Wulung 0,27 Ciari 2 3,03 Air dingin 2,58 Bakir kecil 2,38 Sailing 1,72 Bodong kecil 1,62 Garudak 0,80 KR 0,43 Parabola 0,43 Jumlah 100 100 100 Kultivar Komari ditandai dengan buah yang berbentuk bulat, dan dalam satu dompol buah masak terdapat warna merah tergradasi. Kopi Ciari mempunyai buah yang lonjong, ukuran buah dan biji besar, namun bobotnya ringan. Dompolan buah rapat dan lebat, meskipun berbobot ringan, potensi produksi cukup tinggi. Kultivar Air Dingin Bergaris, mudah dikenali dari bentuk buah yang agak lonjong, dengan alur garis pada kulit buah yang tegas. Kultivar Bodong memiliki buah yang bulat dengan diskus yang jelas seperti pusar. 83

Tabel 2. Deskripsi kultivar kopi lokal Lampung Kultivar kopi Robusta Tugu Hijau Garudak Garudak Tugino Tugu Kuning Tugusari Bakir Lengkong Komari Air dingin garis Bodong Ersad Ciari 1 Ciari 2 Deskripsi Buah muda berwarna hijau tua, ukuran buah sedang, kipas memayung, ukuran buah dan biji sedang, masak lambat, dompolan padat Ukuran buah sedang, warna buah tua hijau pucat, bentuk oval sampai gepeng, ukuran biji sedang, dompolan rapat, antar dompol jarang, daun tebal, keras, percabangan sekunder sedang Buah lonjong agak pipih, warna buah muda hijau agak pucat, bergaris, daun besar agak memanjang, pinggir sedikit bergelombang, dompolan rapat, ukuran buah besar, kulit buah tebal, ukuran biji sedang, warna biji agak hijau berbusik, cabang primer melandai, fluktuasi produksi kecil, berbuah selang Buah muda berwarna kuning, bentuk oval, buah agak kecil, oval, diskus kecil menonjol, masak lebih cepat Warna buah muda hijau, diskus kecil, beralur, ukuran buah dan biji kecil sampai sedang, daging buah tebal, cabang sekunder banyak, daun memanjang, ukuran daun sedang, pinggir daun agak bergelombang Batang lentur, cabang buah pendek, jarang bercabang sekunder, dompol buah renggang, ukuran buah sedang, daging buah tebal, biji kecil tetapi berat Buah oval, masak bergradasi, buah dan biji berukuran kecil sampai sedang, percabangan tertier cepat berbuah, daun agak bergelombang Buah oval, halus, buah muda berwarna hijau, satu dompol warna buah masak bergradasi, diskus jelas, dompol sedang, jarak dompol renggang, ukuran buah dan biji sedang membulat, daging buah agak tipis, ukuran daun sedang bentuk memanjang, pinggir bergelombang halus Buah muda berwarna hijau agak pucat, ukuran buah sedang, bentuk agak panjang, tonjolan diskus jelas, alur putih pada buah jelas Diskus jelas seperti pusar, buah muda berwarna agak kuning, bentuk bulat, dompolan rapat, ukuran buah dan biji sedang, daun bergelombang Buah ukuran sedang, buah muda berwarna hijau sampai hijau pucat, percabangan kekar, dompolan rapat, jarak agak rapat, daun bergelombang, percabangan sekunder sedang. Bentuk buah agak petak, ujung mengerucut, buah muda berwarna hijau pucat, ukuran buah masak agak panjang, berwarna merah tua, dompolan padat, jarak dompol rapat, ukuran buah agak besar, ukuran biji sedang Buah lonjong, warna buah muda hijau, diskus datar, bergaris lajur, dompolan rapat, antar dompol rapat, ukuran buah dan biji agak besar, bentuk biji lonjong Sebagian petani memahami sejarah asal kultivar yang ia tanam (Tabel 3), seperti kopi Bakir yang merupakan kopi tua di Lampung, yang sampai saat ini masih dapat ditemukan 84 tegakan murni kopi Bakir, pada kebun kopi tua yang belum direhabilitasi atau belum diremajakan. Kultivar kopi yang ditanam dapat berasal dari lintas propinsi, seperti kopi

AGROTROP, 5 (1): 80 88 (2015) ISSN: 2008-155X Ciari dari Propinsi Bengkulu, kopi Tugu Kisam yang berasal dari Sumatera Selatan, dan kopi Tugusari diduga berasal dari Jember. Antar kabupaten di Lampung dan antar kecamatan dalam satu kabupaten juga aktif terjadi saling introduksi kultivar, yang di tempat asalnya kurang baik, tetapi dapat berkembang dengan baik di lokasi lain, misalnya kopi Bodong, Air Dingin, dan Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar Bali - Indonesia Tugusari diintroduksi dari Kabupaten Lampung Barat ke Kabupaten Tanggamus. Hal ini menunjukkan bahwa petani secara aktif membawa entres kopi dari kebun yang mereka kunjungi, dan menanamnya di kebun sendiri. Introduksi klon juga dilakukan ketika kelompok tani mendapat pelatihan tentang usahatani kopi. Tabel 3. Sejarah asal beberapa kultivar kopi Lampung Kultivar Robusta Lokasi Asal Ciari 1 Kec. Bukit Kemuning, Kab. Lampung Bengkulu Utara Ciari 2 Kec. Ulu Belu, Kab. Tanggamus Bengkulu Bodong Kec. Pulau Panggung, Kab. Tanggamus Sumberjaya, Lampung Barat Air Dingin Kec. Pulau Panggung, Kab. Tanggamus Sumberjaya, Lampung Barat Tugu Kisam Kec. Bukit Kemuning, Kab. Lampung Muaradua Kisam, Sumsel Utara Bakir Lampung Barat, Lampung Utara, Tanggamus Kultivar asli kebun tua Lampung Tugu Sari Kec. Ulu Belu dan Kec. Pulau Panggung Kab. Tanggamus Jember, dikembangkan di Tugusari, Sumberjaya, Lampung Barat Lengkong Kec. Sumberejo, Tanggamus Kec. Ulu Belu, Tanggamus Keragaman kultivar kopi yang ditanam di Tanggamus lebih tinggi daripada kabupaten yang lain yang ditunjukkan oleh indeks keragaman Shannon dan Richness yang tinggi dan indeks dominansi yang rendah (Tabel 4). Perkebunan kopi di Lampung Barat memiliki tingkat penaungan pohon pelindung yang relatif baik, dibandingkan kabupaten lain. Kebun kopi di Kabupaten Tanggamus relatif kurang pohon pelindungnya, bahkan sering dijumpai sebagai kopi tanpa naungan. 85

Tabel 4. Profil keragaman kultivar, keadaan lingkungan dan produktivitas kopi di 3 kabupaten Peubah Lampung Barat Tanggamus Lampung Utara Indeks keragaman Shannon (H ) 1,457 ± 0,099 1,801 ± 0,246 1,462 ± 0,254 Indeks dominansi (λ) 0,272 ± 0,020 0,225 ± 0,064 0,307 ± 0,077 Richness kultivar 6,666 ± 1,527 9,333 ± 1,154 6,333 ± 1,527 Ketinggian tempat (m) 838,666 ± 787 ± 205 599 ± 61,978 18,717 Tingkat penaungan pohon pelindung Sedang Ringan-tanpa naungan Sedang-tanpa naungan Produktivitas kopi (ku/ha) 8,533 ± 2,107 9,466 ± 1,882 9,633 ± 0,585 Ketinggian tempat di Tanggamus menunjukkan variasi yang besar yaitu dari 553 m sampai 936 m dari permukaan air laut. Kebun kopi di Lampung Barat umumnya di dataran di atas 800 m dari permukaan laut, sedangkan kebun di Lampung Utara di dataran sedang berkisar 500-600 m dari permukaan air laut. Perbedaan ketinggian tempat ini dapat berpengaruh pada musim panen dan produktivitas kopi. Kebun kopi di dataran tinggi lebih lambat musim panennya daripada kebun di dataran rendah. Analisis regresi linear dilakukan antara produktivitas dengan variabel independen yaitu keragaman kultivar (indeks dominansi dan richness), dosis pupuk (total N, P, dan K), keadaan naungan (skor tanpa naungan = 1, naungan ringan = 2, naungan sedang = 3) dan ketinggian tempat. Hasil menunjukkan bahwa dosis pupuk, indeks dominansi kultivar, dan ketinggian tempat secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas kopi (Tabel 5). Kebun kopi di dataran tinggi lebih rendah produktivitasnya terutama terkait dengan intensitas curah hujan yang tinggi yang menyebabkan bunga dan buah gugur. Kekayaan (richness) kultivar berpengaruh negatif secara signifikan, sedangkan penaungan (tanpa naungan sampai naungan sedang) berpengaruh negatif namun tidak signifikan. Dosis pupuk menentukan produktivitas kopi. Kopi bernaungan pohon pelindung yang moderat memberikan hasil kopi yang tinggi apabila dosis pupuk tinggi, sebaliknya akan memberikan hasil kopi yang rendah apabila kurang pemupukan. Indeks dominansi dan richnes kultivar sama berpengaruh negatif terhadap produktivtas. Artinya apabila hanya terdapat satu kultivar yang banyak ditanam (dominansi tinggi) maka produktivitas kopi rendah karena kopi Robusta bersifat menyerbuk silang sehingga ditanam poliklonal secara berseling yaitu 3 klon menurut Hulupi dan Martini (2013). Demikian juga penanaman kultivar yang terlalu banyak (richness tinggi) akan menurunkan produktivitas mengindikasikan perlunya memilih klon atau kultivar yang unggul saja yang ditanam yaitu 3-6 klon sudah cukup memadai. 86

AGROTROP, 5 (1): 80 88 (2015) ISSN: 2008-155X Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar Bali - Indonesia Tabel 5. Pengaruh keragaman kultivar, dosis pupuk, penaungan, dan ketinggian tempat terhadap produktivitaa Variabel Koefisien Std. Error t hitung Signifikansi Konstanta 16,3151 2,4245 6,7291 0,0067 Dosis pupuk 1,6152 0,1472 10,9672 0,0016*** Penaungan pohon pelindung -0,3059 0,1463-2,0908 0,1276 Indeks dominansi kultivar (λ) -17,0854 4,4108-3,8735 0,0304** Richness kultivar -0,3033 0,1175-2,5802 0,0817* Ketinggian tempat -0,0066 0,0011-6,1050 0,0088*** R 2 0,9816 F hitung 32,0405 Signifakansi F hitung 0,0083 Keterangan: Signifikan pada α = 1% (***), 5% (**) dan 10% (*) SIMPULAN 1. Dari lokasi penelitian di Lampung ditemukan 27 kultivar kopi, 25 adalah kopi Robusta, sisanya kopi Arabika dan Liberika. Di 3 kabupaten yang disurvei, kultivar yang dominan ditanam berbeda komposisinya. 2. Kultivar tersebut dapat dideskripsi oleh petani berdasarkan karakteristik buah, daun, tajuk dan percabangan. Kultivar tersebut berasal dari lokal Lampung dan dari luar Lampung. 3. Indeks dominansi dan richness kultivar, serta ketinggian tempat secara bersama-sama berpengaruh negatif secara nyata terhadap produktivitas kopi sedangkan dosis pupuk berpengaruh positif. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dimana tulisan ini merupakan bagian dari hasil penelitian Fundamental Tahun 2015. DAFTAR PUSTAKA Baca, M., P. Laderach, J. Haggar, G. Schroth & O. Ovalle. 2014. An integrated framework for assessing vulnerability to climate change and developing adaptation strategies for coffee growing families in Mesoamerica. Plos One 9(2): 1-11. BPS Propinsi Lampung. 2014. Lampung Dalam Angka. Bandar Lampung. Erdiansyah, N.P., U. Sumirat & Priyono. 2014. Keragaman potensi daya hasil populasi bastar kopi Robusta (Coffea canephora). Pelita Perkebunan 30(2): 92-99. Evizal, R. 2013. Etno-agronomi pengelolaan perkebunan kopi di Sumberjaya, Kabupaten Lampung Barat. Jurnal Agrotrop 3(2): 1-12. Evizal, R., Sugiatno & F.E. Prasmatiwi. 2015. Keragaman pohon pelindung dan produktivitas kopi di Sumberjaya, Lampung Barat. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Biodiversitas. Solo, 7 Oktober 2015. 87

Evizal, R., Tohari, I.D. Prijambada, & J. Widada. 2012. Peranan pohon pelindung dalam menentukan produktivitas kopi. Jurnal Agrotropika 17(1): 18-23. Hulupi, R. 2012. Prospek klon-klon lokal kopi Robusta asal Bengkulu. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia 24(2): 6-12. Hulupi, R. dan E. Martini. 2013. Pedoman Budi Daya dan Pemeliharaan Tanaman Kopi di Kebun Campuran. World Agroforestry Centre (ICRAF) Seoutheast Asia Regional Program. Bogor. 62 hal. PPKKI (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia). 2008. Klon-klon unggul kopi Robusta dan beberapa pilihan komposisi klon berdasarkan kondisi lingkungan. Leaflet No Seri 02.022.2-303. Prastowo, B., E. Karmawati, Rubijo, Siswanto, C. Indrawanto, & S.J. Munarso. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Puslitbang Perkebunan. Jakarta. Sumantra, I K., A. Ashari, T. Wardiyati, & A. Suryanto. 2012. Diversity of shade trees and their influence on the microclimate of agro-ecosystem and fruit production of Gulapasir Salak (Salacca zalacca var. Amboinensis) fruit. International Journals of Basic & Applied Sci. 12(6): 214-221. Sumirat, U., Priyono & S. Mawardi. 2007. Seleksi genotipe-genotipe unggul Coffea canephora Pierre pada populasi bastar terkontrol menggunakan metode analisis gerombol. Pelita Perkebunan 23: 89-102. 88