BAB I PENDAHULUAN. induknya dan membentuk daerah otonomi baru. Tujuan pemekaran daerah baru yaitu untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengalihan pembiayaan. Ditinjau dari aspek kemandirian daerah, pelaksanaan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2011

PROGRES IMPLEMENTASI 5 SASARAN RENCANA AKSI KORSUP PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ayat (3) pasal 33 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Target dan Realisasi Pajak Air Permukaan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN

KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN NUSA TENGGARA TIMUR AGUSTUS 2010

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BAB III TUGAS DAN FUNGSI BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA TENGGARA II

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas layanan terhadap masyarakat luas. Sebagai organisasi nirlaba, lembaga pemerintahan

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB VI PENUTUP. 1. Dari hasil pengujian statistik deskriptif, Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara yang

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR (ANGKA SEMENTARA)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. kapita Kota Kupang sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya

Tinjauan Ekonomi. Keuangan Daerah

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014

RILIS HASIL PSPK2011

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan tujuan penelitian. Angka 2009, Brosur No. 30 Tahun Dit. Agraria Prop. Dati I NTT, 2009):

BAB I PENDAHULUAN. Bajo, kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur. Perkembangan yang. sektor, salah satunya yang sangat pesat ialah pariwisata.

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

DATA PENEMPATAN TKI DAERAH ASAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERIODE 2011 S.D 2015 (S.D 30 APRIL)

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SISTEM BARU LISTRIK KEPULAUAN

MARGARETHA BUNGA (KEPALA BIDANG KETENAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN)

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

PROFIL BALAI POM DI KUPANG

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

PROSES PENYUSUNAN RPI2-JM PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Disampaikan oleh : Ir. FRANSISKUS PANGALINAN, M.Si KASATKER RANDAL PIP PROVINSI NTT

BAB VI PENUTUP. 1. Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai R 2 = 0,328 berarti. pengangguran dan inflasi berkontribusi terhadap variabel terikat

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2015

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang meliputi Produk Domestik

Lampiran 1: Data Faktor-Faktor Penentu Wilayah Rawan Penyakit Malaria di Provinsi NTT

PAPARAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR. Pada acara USULAN PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DALAM RANGKA REVISI RENCANA TATA RUANG

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR ISI / CONTENS DATA KEAGAMAAN DATA OF RELIGIOUS AFFAIRS

HISTORITAS TERBENTUKNYA KANWIL DEPARTEMEN AGAMA PROVINSI NTT

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PADA TAHUN

AGENDA. KEPALA SEKSI WIL IV.A SUBDIT PELAKSANAAN & PERTANGGJAWABAN KEUDA DIREKTORAT PELAKSSANAAN & PERTANGGJAWABAN KEUDA TGL 18 April 2017

Nomor : 2088/B14 /DN/ Mei 2017 Lampiran : 3 (tiga) lampiran H a l : Undangan Rakortek Persiapan Pelaksanaan Program PKB

Ringkasan Eksekutif Memuaskan

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

NO INDIKATOR KINERJA KKP PENCAPAIAN % 1 Jumlah Seluruh Peserta KB Baru 109,050 79, I U D 9,540 6, M O W 5,010 3,

NO INDIKATOR KINERJA KKP PENCAPAIAN % 1 Jumlah Seluruh Peserta KB Baru 109,050 90, I U D 9,540 7, M O W 5,010 4,

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu tempat ke tempat lain, dari suatu rekening ke rekening perbankan,

NO INDIKATOR KINERJA KKP PENCAPAIAN % 1 Jumlah Seluruh Peserta KB Baru 109,050 70, I U D 9,540 6, M O W 5,010 3,

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas tentang kebijakan mengenai Sistem Pengendalian

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan pemberian kewenangan secara luas, nyata, dan

BAB I PENDAHULUAN. peraturan sebagai tujuan, dan bukan sebagai alat untuk

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan dikeluarkannya undang-undang (UU) No.32 Tahun 2004

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

I. PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA SAIL KOMODO TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

IDENTIFIKASI TINGKAT PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG PENATAAN RUANG DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

RENCANA REVIEW KAWASAN HUTAN MELALUI REVIEW RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

SEBAGAI UPAYA PENURUNAN AKI & AKB PROVINSI NTT

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi daerah, sebagaimana halnya di bidang-bidang lainnya. Usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Reformasi yang dimulai pada awal tahun 1998 di Indonesia adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. berketrampilan serta berdaya saing yang dibutuhkan dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. pusat agar pemerintah daerah dapat mengelola pemerintahannya sendiri

DATA UMAT KRISTEN NTT TAHUN 2013

KATA PENGANTAR Bagian I :

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. daerah masalah perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat daerah terhadap tiga permasalahan utama, yaitu sharing of power,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perubahan di bidang ekonomi, sosial dan politik dalam era reformasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PAMSIMAS II TA 2015

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DITINJAU DARI ASPEK KEUANGAN/FISKAL

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

2016, No b. bahwa berdasarkan hasil evaluasi dan peningkatan volume pelayanan pertanahan serta kesiapan sarana dan prasarana, Perwakilan Kanto

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia ini adalah suatu negara yang menganut daerah otonom.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setelah munculnya era reformasi di Indonesia, pemekaran wilayah menjadi keniscayaan. Banyak daerah di Indonesia memekarkan diri atau memisahkan diri dari daerah induknya dan membentuk daerah otonomi baru. Tujuan pemekaran daerah baru yaitu untuk mandiri. Kemandirian, menjadi alasan utama untuk mekar karena sebagian masyarakat merasa tidak diperhatikan oleh daerah induknya. Dampak dari pemekaran wilayah di Indonesia yaitu bertambah banyaknya daerah otonomi baru seperti provinsi baru, kabupaten baru dan kota baru. Di provinsi Nusa Tenggara Timur, untuk pertama kali di tahun 1999, Lembata menjadi daerah otonomi baru setelah memekarkan diri dari Kabupaten induknya Kabupaten Flores Timur melalui undang-undang nomor 52 Tahun 1999. Rote Ndao kemudian mengikuti jejak Lembata. Melalui undang-undang nomor 9 tahun 2002 Rote Ndao berpisah secara resmi menjadi kabupaten baru dari induknya Kabupaten Kupang. Diikuti oleh Kabupaten Manggarai Barat yang dibentuk berdasarkan undang-undang nomor 3 Tahun 2003. Keempat, di tahun 2007 terdapat empat daerah otonomi baru yang terbentuk sekaligus. Pertama Kabupaten Nagekeo dibentuk melalui undang-undang nomor 2 tahun 2007, kedua kabupaten Sumba Tengah dibentuk melalui undang-undang Nomor 3 Tahun 2007, ketiga berdasarkan undang-undang nomor 16 tahun 2007 Sumba Barat Daya resmi menjadi kabupaten baru dan dan keempat Kabupaten Manggarai Timur yang dibentuk dengan undang-undang nomor 36 Tahun 2007. Setelah tahun 2007, Kabupaten Sabu Raijua

terbentuk melalui undang-undang nomor 52 Tahun 2008 dan yang terbaru di tahun 2015 yaitu, Kabupaten Malaka yang berpisah secara resmi dari Kabupaten Belu. Kemandirian, merupakan sebuah keniscayaan bagi sebuah daerah otonomi baru. Dengan kemandirian, daerah otonomi baru dapat melakukan akselerasi pembangunan untuk menciptakan kesejahteraan sesuai harapan rakyat dan tujuan pemekaran wilayah. Untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat perencanaan pembangunan, pengelolaan anggaran keuangan daerah harus diarahkan pada pembangunan yang dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. Dalam kenyataannya, tingkat ketergantungan daerah otonomi baru di Indonesia masih sangat tinggi terhadap bantuan pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan daerah lainnya. Taneo (2014 : 211) menunjukkan tingkat rasio ketergantungan daerah otonomi baru di NTT terhadap keuangan pemerintah pusat dalam hal ini dana bantuan Pemerintah Pusat/Provinsimasih sangat tinggi.tingkat rasio menunjukkan pada tahun 2009 Kabupaten Lembata berada pada 90,15%, diikuti Kabupaten Rote Ndao pada angka 93,07%. Kabupaten Manggarai Barat menduduki angka 91,15%, Kabupaten Nagekeo 93,36%. Kemudian berurut-urut Sumba Tengah 93,50%, Sumba Barat Daya 91,90%, Manggarai Timur 94,05%. Sabu Raijua 76,01%. Data tingginya ketergantungan pemerintah daerah di NTT di atas merupakan tantangan sekaligus tanggung jawab bagi pemerintah daerah secara umum yang harus segera dijawab. Pemekaran, merupakan jembatan untuk mengubah kondisi dari sebelumnya yang kurang baik menjadi lebih baik. Peningkatan pendapatan daerah khususnya pajak daerah,

retribusi daerah dan lain pendapatan asli daerah merupakan harapan yang harus diwujudnyatakan melalui penggunaaan dana APBD secara efektif dan efisisen. Makna implisit maupun eksplisit undang-undang pembentukan daerah otonomi baru di atas adalah mandiri. Kemandirian sebuah daerah harus diwujudkan dalam upaya membentuk anggaran keuangan daerah yang bersumber pada pendapatan asli daerah. Namun, tantangan tidak dapat dihindari bagi sebuah daerah otonomi baru. Keterbatasan sumber keuangan, keterbatasan sarana prasarana, keterbatasan sumber daya manusia. Kemandirian bagi sebuah daerah pemekaran, khususnya pada delapan daerah pemekaran di NTT upaya untuk meningkatkan PAD menjadi keharusan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat pada daerah baru tersebut. PAD, menjadi ukuran yang penting untuk melihat tujuan pemekaran delapan daerah otonomi baru di NTT berhasil setidak-tidaknya menggambarkan adanya perubahan dari keadaan sebelum pemekaran dan sesudah pemekaran. Berikut tabel PAD pada daerah pemekaran dan daerah induknya pada tahun anggaran 2009. Tabel. 1. Sumber-sumber penerimaan PAD dalam APBD pada (8) delapan Kabupaten daerah pemekaran dan Kabupaten InduknyaTahun Anggaran 2009 No 1 2 3 Kab.baru/ Kab.Induk APBD PAD Dana Perimbangan Lain Pendapatan Yang Sah Tahun Pembentu kan Kab/Kota Lembata 321.629.838.338,82 16.014.568.858,80 289.962.811.252,00 15.652.458.228,02 1999 Flores Timur* Rote Ndao Sabu Raijua Kab Kupang* Manggar ai Barat Manggar ai Timur Manggar ai* 443.220.317.230,00 20.691.978.390,00 407.638.691.488,00 14.889.647.352,00 1958 293.697.470.606,79 12.076.428.361,79 273.346.016.559,00 8.275.025.686,00 2002 453.546.605.408,00 12.758.179.377,00 344.752.384.693,00 96.036.041.338,00 2008 552.005.659.186,83 24.832.201.395,83 509.836.491.007,00 17.336.966.784,00 1958 343.894.660.551,00 17.402.058.777,00 313.490.578.960,00 13.002.022.814,00 2003 230.776.718.863,00 5.475.549.009,00 217.045.516.728,00 8.255.652.626,00 2007 385.356.510.656,00 19.453.939.349,00 315.352.247.347,00 50.550.323.960,00 1958

4 6 Nagekeo 300.439.054.230,00 9.358.095.116,00 280.497.404.843,00 10.583.554.271,00 2007 Ngada* 353.138.522.917,91 15.729.650.341,91 325.538.174.326,00 11.870.698.250,00 1958 Sumba Tengah Sumba Barat Daya Sumba Barat* 253.534.318.557,00 7.372.839.836,00 237.058.552.982,00 9.102.925.739,00 2007 306.069.928.156,00 9.516.217.604,00 281.286.141.043,00 15.267.569.609,00 2007 330.125.294.504,00 22.185.675.365,00 301.911.288.890,00 6.028.330.249,00 1958 Keterangan: * Kabupaten Induk Sumber: Statistik Keuangan Daerah, Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur TA 2009 Dari tabel di atas bahwa APBD masing-masing kabupaten/kota dan dapat dilihat mengalami penurunan setelah pisah dari kabupaten induknya : 1). Lembata setelah pisah dari kabupaten induknya Flores Timur mengalami penurunan pada APBD sebesar Rp. 121.590.478.891 atau 1,21 %; 2). Rote Ndao dengan kabupaten induknya kabupaten Kupang mengalami penurunan sebesar Rp. 258.308.188.580 atau 2,58 % dan Sabu Raijua mengalami penurunan juga sebesar Rp. 98.459.053.779 atau 9,84 %; 3). Manggarai Barat dengan kabupaten induknya kabupaten Manggarai menggalami penurunan sebesar Rp. 41.461.850.105 atau 4,14 % dan Mang garai Timur mengalami penurunan sebesar Rp. 154.579.791.793 atau 1,54 %; 4). Nagekeo dengan kabupaten induknya Ngada mengalami penurunan sebesar Rp. 52.699.468.688 atau 5,26 %; 5). Sumba Tengah dengan kabupaten induknya Sumba Barat mengalami penurunan sebesar Rp. 76.590.975.947 atau 7,65 % dan Sumba Barat Daya mengalami penurunan sebesar Rp. 24.055.366.348 atau 2,40 %. Ketergantungan daerah tersebut di atas menggambarkan perlunya daerah pemekaran secara khusus, untuk bisa mengurangi ketergantungan dengan meningkatkan PAD sebagai sumber utama dalam membentuk APBD. Ketergantungan PAD dalam membentuk APBD terhadap sumber dana non-pad sebuah daerah pemekaran sebagai penopang pembangunan daerah menunjukkan tidak

tercapainya salah satu tujuan di mekarkannya sebuah daerah. Sebuah daerah yang telah berpisah dari daerah induknya harus memberikan perbedaan kondisi selama masih bergabung dengan daerah induk dengan kondisi setelah menjadi daerah otonomi baru. Kemandirian merupakan sebuah condito sine qua non, sebuah keadaan yang mutlak dimiliki daerah otonomi baru. Uraian di atas menjadi alasan peneliti untuk menganalisis kemandirian keuangan daerah pemekaran di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kemandirian keuangan daerah yang menjadi obyek pada Kabupaten Lembata, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Nagekeo, Kabupaten Sumba Tengah, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten Manggarai Timur, Kabupaten Sabu Raijua pada lima tahun anggaran yaitu 2010-2014. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Berapakah rasio kemandirian pada (8) delapan daerah kabupaten pemekaran di Provinsi NTT dalam pengelolaan keuangan daerah pada tahun anggaran 2010-2014? 2. Apa pengaruh rasio kemandirian pada (8) delapan daerah kabupaten pemekaran di Provinsi NTT dalam pengelolaan keuangan daerah pada tahun anggaran 2010-2014? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh kemandirian pada (8) delapan daerah pemekaran keuangan terhadap pembentukan APBD dalam lima tahun anggaran 2010-2014.

2. Untuk mengetahui kemandirian pada (8) delapan daerah pemekaraan terhadap pembentukan APBD dalam lima tahun anggaran 2010-2014. 1.4. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi instansi terkait dalam upaya mengevaluasi kemandirian keuangan daerah dalam pembentukan APBD. 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan bagi penelitian lainnya yang sejenis. b. Manfaat pragtis Secara pragtis penelitian ini bermanfaat bagi: 1. Peneliti Sebagai salah satu syarat untuk dapat menempuh kesarjanaan di Universitas Katolik Widya Mandira Kupang. 2. Instansi Pemerintah Penelitian ini memberikan informasi pragtis bagi pemerintah daerah tentang Kemandirian Keuangan Daerah dan pengaruhnya dalam pembentukan APBD tiap tahunnya.