BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah itu sendiri maupun pemerintah pusat. Setiap Negara akan

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang saat ini lebih ditekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi di masa lalu telah mengubah struktur ekonomi secara

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dipecahkan terutama melalui mekanisme efek rembesan ke bawah (trickle down

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. kapita Kota Kupang sangat tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan oleh sekian banyak Negara berkembang khususnya

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami kenaikan dalam jumlah maupun kualitas barang dan jasa

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya. Pembangunan

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat merasakan kesejahteraan dengan cara mengelola potensi-potensi ekonomi

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2011). pemerataan, akan terjadi Ketimpangan wilayah (regional disparity), terlihat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah memiliki kaitan erat dengan demokratisasi pemerintahan di tingkat daerah. Agar demokrasi dapat terwujud, maka daerah harus memiliki kewenangan yang lebih luas guna mengurus rumah tangganya sendiri sebagai suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih luas bagi daerah untuk mengelola daerahnya secara mandiri dalam rangka mewujudkan pembangunan yang merata, mendapat tanggapan dari pemerintah pusat dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian dirubah menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, maka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara. Oleh karena itu, Prinsip otonomi daerah yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, memberikan penekanan pada aspek demokrasi, keadilan, pemerataan dan partisipasi masyarakat serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah dalam kerangka Negara 1

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebagai perwujudan dari prinsip otonomi daerah, Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 telah memberikan kesempatan kepada daerah untuk melaksanakan kewenangannya secara mandiri, luas, nyata dan bertanggung jawab. Melalui otonomi daerah pemerintah daerah dituntut kreatif dalam mengembangkan perekonomian, peranan investasi swasta dan perusahaan milik daerah sangat diharapkan sebagai pemacu utama pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Hal ini akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan dapat menimbulkan multiplier effect terhadap sektor-sektor lainnya. Pertumbuhan ekonomi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Karena jumlah penduduk terus bertambah dan berarti kebutuhan ekonomi juga bertambah, sehingga dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Hal ini dapat diperoleh dengan peningkatan nilai tambah (barang dan jasa) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) setiap tahun (Tambunan, 2001: 2). Perekonomian daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta, guna menciptakan suatu lapangan kerja baru, serta merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 2010: 108). Pada dasarnya, pembangunan ekonomi daerah adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah bersama-sama dengan masyarakatnya dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya yang ada secara optimal untuk 2

merangsang perkembangan ekonomi daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah. Jadi tujuan utama dari pembangunan ekonomi daerah adalah untuk menciptakan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat yang ada di daerah. Untuk mencapai tujuan dari pembangunan daerah tersebut, maka daerah harus mengenal dengan baik potensi yang dimilikinya. Pemerintah daerah beserta masyarakat bersama-sama memberdayakan berbagai sumberdaya yang ada secara optimal sebagai dasar membangun daerah terutama pembangunan perekonomian daerah guna meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah. Pembangunan di Indonesia telah berhasil memacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yang ditandai terjadinya perubahan struktur perekonomian. Perubahan struktur perekonomian terjadi karena menurunnya pangsa sektor primer, naiknya pangsa sektor sekunder, dan pangsa sektor tersier yang tetap namun kontribusinya akan meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, perubahan struktur ekonomi yang cepat di beberapa daerah terutama perkotaan tidak sepenuhnya diikuti oleh perubahan struktur ekonomi di daerah lainnya terutama daerah di luar Pulau Jawa umumnya dan daerah di kawasan timur Indonesia (katimin) khususnya. Perubahan struktur yang lambat cenderung berada di daerah-daerah dengan basis pertanian, seperti yang diteliti Bank Dunia (Kuncoro, 2012: 370-371) yang menunjukkan bahwa, perubahan struktur di Indonesia terjadi di daerah perkotaan dan sebagian besar berada di Kawasan Barat Indonesia (KBI), sedangkan perubahan struktur yang cenderung lambat terjadi sebagian besar berada di KTI. 3

Maluku Utara merupakan salahsatu provinsi dengan perubahan struktur yang lambat. Sama halnya dengan Provinsi Maluku Utara, perubahan struktur yang lambat dari sektor pertanian ke sektor industri serta sektor jasa juga terjadi disalahsatu kabupaten yang ada di Maluku Utara, yaitu Kabupaten Halmahera Selatan. Struktur ekonomi Kabupaten Halmahera Selatan ditunjukkan melalui peranan setiap sektor terhadap total PDRB. Kontribusi tersebut mencerminkan kemampuan setiap sektor dalam memproduksi barang dan jasa dalam upaya pembentukan nilai tambah. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Halmahera Selatan tahun 2013 sebesar 6,41 persen yaitu karena terjadi kenaikan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) 2000 dari Rp635.055,043 juta pada tahun 2012 menjadi Rp675.741,7 juta pada tahun 2013. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi tahun 2012 lebih tinggi dari tahun 2013 yaitu pertumbuhannya sebesar 6,64 persen (BPS Halmahera Selatan, 2015). Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Halmahera Selatan tahun 2012 diantaranya didorong oleh pertumbuhan positif di hampir semua sektor, terutama pada sektor bangunan/konstruksi dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pertumbuhan terbesar yaitu 13,74 persen dan 11,71 persen (BPS Halmahera Selatan, 2015). Untuk tahun 2013, pertumbuhan yang lebih kecil dari tahun 2012 diakibatkan melambatnya pertumbuhan pada hampir semua sektor, di antaranya sektor pertambangan dan penggalian yang pada tahun 2012 tumbuh sebesar 7,98 persen menjadi sebesar 2,09 persen di tahun 2013, dan sektor 4

bangunan yang melambat menjadi 6,52 persen pada tahun 2013 dari sebelumnya 13,74 persen. Tabel 1.1 PDRB ADHK 2000 menurut Lapangan Usaha Kabupaten Halmahera Selatan, 2003 2013 (dalam miliar rupiah) Sumber: BPS Halmahera Selatan, 2015 Tabel 1.1 di atas bahwa struktur PDRB ADHK 2000 Kabupaten Halmahera Selatan menurut sektor menunjukkan peningkatan setiap tahun dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2014. Kondisi tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada semua sektor. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa terdapat 3 (tiga) sektor yang dominan dalam memberikan nilai tambah bagi pembentukan PDRB ADHK 2000 Kabupaten Halmahera Selatan, yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran. 5

Sejak Kabupaten Halmahera Selatan dimekarkan berdasarkan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula, Kabupaten Halmahera Utara dan Kota Tidore Kepulauan, terjadi lonjakan penduduk Kabupaten Halmahera Selatan diakibatkan masuknya penduduk dari dalam dan dari luar daerah di Provinsi Maluku Utara. Hal ini menjadi peluang terjadinya perbaikan pasar domistik. Ini sejalan dengan yang disampaikan Todaro (2011: 170), bahwa terdapat 3 (tiga) komponen pertumbuhan ekonomi yang paling penting yaitu, pertama akumulasi modal, kedua pertumbuhan penduduk, yang berhubungan dengan peningkatan tenaga kerja yang dianggap positif merangsang pertumbuhan ekonomi. Semakin banyak angkatan kerja berarti semakin produktif, sedangkan semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestik, kemudian faktor ketiga adalah kemajuan teknologi. Kenyataan yang terjadi adalah terdapat sejumlah masyarakat yang beralih profesi dari yang tadinya bekerja di sektor pertanian memilih untuk menjadi pekerja disejumlah perusahaan pertambangan non-migas, galian, dan sektor jasa lainnya di Kabupaten Halmahera Selatan dan daerah lain di Maluku Utara. Perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor lain berakibat pada menurunnya produksi hasil pertanian sehingga menjadikan kontribusi sektor pertanian akan mengalami penurunan serta secara bersamaan menaikan pertumbuhan dari sektor lain. Di sisi lain pemekaran daerah menjadi batu loncatan masyarakat untuk memperoleh penghasilan dengan cepat karena proses pembangunan dan 6

kebutuhan akan pembangunan memberi peluang petani menjual tanah lokasi pertanian. Di samping itu, pemahaman masyarakat yang lebih memilih bekerja sebagai pegawai pemerintah lebih menjanjikan daripada sebagai petani menjadi masalah lain yang menyebabkan kontribusi sektor pertanian cenderung menurun. Kabupaten Halmahera Selatan menjadi kabupaten di Provinsi Maluku Utara dengan jumlah penduduk terbesar dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Maluku Utara (Tabel 1.2 dan Tabel 1.3). Perkembangan penduduk di kabupaten tersebut meningkat setiap tahunnya setelah dimekarkan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku Utara 2015, pertumbuhan penduduk Kabupaten Halmahera Selatan mengalami peningkatan yaitu dari tahun 2003 (setelah pemekaran) sebanyak 170.685 jiwa menjadi 211.682 jiwa pada tahun 2013. Terdapat kenaikan 40.997 jiwa dari tahun 2003 sampai tahun 2013 dan rata-rata kenaikan jumlah penduduk setiap tahunnya di kabupaten ini sebanyak 4.100 jiwa. Berikut ditampilkan data penduduk Provinsi Maluku Utara untuk masing-masing kabupaten/kota tahun 2013. Tabel 1.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara, 2013 Kabupaten Luas Penduduk Kepadatan km2 % Jumlah % Penduduk Halmahera Barat 1.704,20 5,32 106.791 9,58 62,66 Halmahera Tengah 2.653,76 8,29 47.079 4,22 17,74 Kepulauan Sula 1.791,84 5,6 91.406 8,2 51,01 Halmahera Selatan 8.148,90 25,46 211.682 18,99 25,98 Halmahera Utara 3.896,90 12,18 173.177 15,53 44,42 Halmahera Timur 6.571,37 20,53 80.526 7,22 12,25 Pulau Morotai 2.476,00 7,74 57.565 5,16 23,25 Pulau Taliabu 3.004,48 9,39 49.510 4,44 16,48 Ternate 111,39 0,35 202.728 18,18 1.819,98 Tidore Kepulauan 1.645,73 5,14 94.493 8,48 57,42 Maluku Utara 32.004,57 100 1.114.957 100 34,84 Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, 2015 (diolah) 7

Kabupaten Halmahera Selatan dengan jumlah penduduk yang demikian besar dan wilayah yang juga luas kemudian didukung sumberdaya alam yang berlimpah menjadikan masyarakat daerah tersebut tidak kesulitan dalam memenuhi kebutuhan primernya (sandang, pangan, dan papan) dengan memanfaatkan alam sebagai sumber pendapatan masyarakat. Oleh karena itu, rata-rata masyarakat Kabupaten Halmahera Selatan bermata pencaharian sebagai petani (khususnya tanaman perkebunan) dan nelayan. Namun dengan luas daerah yang begitu besar tidak sebanding dengan kepadatan penduduk yang hanya sebanyak 25,98 jiwa/km. Ini menunjukkan masih kurangnya penduduk di Kabupaten Halmahera Selatan. Tabel 1.3 Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Halmahera Selatan, 2003 2013 Pertumbuhan Penduduk Tahun Jumlah Penduduk Persen Jiwa (%) 2003 170.685 - - 2004 176.224 5.539 3,1 2005 179.978 3.754 2,1 2006 183.725 3.747 2 2007 187.525 3.800 2 2008 191.379 3.853 2 2009 195.285 3.906 2 2010 199.645 4.360 2,2 2011 203.707 4.062 2 2012 206.873 3.166 2 2013 211.682 4.809 2,3 Jumlah - 40.997 21,7 Sumber: BPS Maluku Utara, 2015 (diolah) Tabel 1.3 di atas menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Halmahera Selatan setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pertumbuhan terbesar terjadi 8

pada tahun 2004 yaitu 3,1 persen dengan peningkatan sebesar 5.539 jiwa dan peningkatan terkecil pada tahun 2012 yaitu 3.166 jiwa dengan pertumbuhan sebesar 2 persen. Secara keseluruhan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Halmahera Selatan tahun 2003 2013 adalah sebesar 0,0218 atau rata-rata pertumbuhan penduduk setiap tahunnya mengalami peningkatan sebesar 2,2 persen. Kabupaten Halmahera Selatan merupakan salah satu daerah otonom dengan keleluasan (descreation) mengembangkan potensi ekonomi dan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya. Struktur ekonomi Kabupaten Halmahera Selatan mengandalkan sektor pertanian, sektor industri pengolahan, serta perdagangan, hotel, dan restoran. Ketiga sektor tersebut merupakan kontributor terbesar dalam pembentukan PDRB Halmahera Selatan. Namun, sektor utama di Halmahera Selatan yang menyumbang PDRB paling besar dari tahun 2003 sampai tahun 2013 adalah sektor pertanian. Untuk itu, pembangunan ekonomi daerah diharapkan terus memberi prioritas pada pengembangan sektor pertanian yang selama ini memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian daerah. Terkait dengan hal ini, peran klasik pertanian dalam perekonomian daerah adalah berupa penyediaan bahan pangan bagi masyarakat. Penyediaan bahan pangan yang cukup dan stabil yang diperankan oleh pertanian akan memberikan sumbangan yang besar bagi stabilitas ekonomi di daerah sehingga tercipta iklim yang kondusif bagi terwujudnya pembangunan di segala bidang. 9

Rata-rata daerah kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara merupakan daerah kepulauan dengan karakteristik daerah yang berbeda-beda. Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang diterapkan juga berbeda. Hal ini terkait dengan penerapan kebijakan yang sama antar daerah dan berhasil pada suatu daerah, namun belum tentu memberikan manfaat yang sama bagi daerah lainnya. Untuk itu, kebijakan yang diambil harus sesuai dengan kondisi (masalah, kebutuhan, dan potensi) daerah yang bersangkutan. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian ini merupakan pengembangan dari beberapa penelitian terdahulu. Namun penelitian yang menganalisis tentang perekonomian Kabupaten Halmahera Selatan setelah pemekaran belum pernah dilakukan. Sebagai pembanding, beberapa penelitian yang berkaitan dan yang menganalisis tentang perekonomian regional ditinjau dari beberapa indikator ekonomi sudah pernah dilaksanakan, seperti yang pernah dilakukan peneliti sebelumnya yaitu sebagai berikut. 1. Nurdewi (2004) di Kabupaten Halmahera Tengah, periode penelitian 1997-2003 menemukan bahwa pemekaran daerah telah menyebabkan terjadinya penurunan PDRB per kapita dari Rp1.470.182 juta menjadi Rp1.382.269 juta. Namun dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi justru meningkat. Jika sebelum pemekaran pertumbuhan rata-rata negatif 2,90 persen, setelah pemekaran meningkat menjadi rata-rata 1,98 persen. 2. Rofiano (2005) di Kabupaten Kepulauan Riau periode 2001-2004 menemukan bahwa setelah pemekaran, struktur ekonomi Kabupaten 10

Kepulauan Riau didominasi oleh sektor sekunder (38,46 persen) dengan industri pengolahan sebagai leading sektor, kontribusi rata-rata 33,44 persen dalam PDRB Kabupaten Kepulauan Riau 2001-2004. Namun besarnya peran sektor industri ini tidak diikuti dengan besarnya daya serap terhadap tenaga kerja. 3. Hendriawan (2007) yang dilakukan di Provinsi Lampung dengan periode 1985 2005, hasil penelitiannya menunjukkan pola dan struktur pertumbuhan antar kabupaten/kota di Provinsi Lampung mengalami perubahan dengan adanya pemekaran wilayah, ketimpangan antarkabupaten/kota di Provinsi Lampung yang dianalisis dengan menggunakan Indeks Williamson selama adanya pemekaran wilayah (1985 2005) terlihat berfluktuasi yang berkisar antara 0,2063 sampai 0,2516. Kecenderungan ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Lampung selama periode penelitian semakin menurun, yaitu sebesar 0,0016. 4. Lona (2009) di Provinsi NTT periode 2000 2006, kesimpulannya adalah pemekaran belum menunjukkan dampak positif dalam klasifikasi kabupaten/kota. Distribusi pendapatan di Provinsi NTT semakin merata setelah pemekaran, namun ketimpangan tidak berubah antara sebelum dan setelah pemekaran. Pemekaran juga berdampak positif terhadap PDRB per kapita dan IPM pada Kabupaten Kupang, Manggarai, dan Rote Ndao, kecuali Kabupaten Manggarai Barat. 5. Bondan (2011) di Kabupaten Manokwari, periode penelitian 1995 2010. Hasil analisis menunjukkan bahwa pertumbuhan PDRB sebelum dan sesudah 11

pemekaran tidak berbeda secara signifikan. Kontribusi sektor pertanian dalam PDRB setelah pemekaran mulai menurun, sedangkan sektor lain seperti sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa serta sektor industri pengolahan mulai meningkat tetapi sektor pertanian masih mendominasi sebagai penyumbang terbesar PDRB. Di samping itu, perubahan dalam renstra sebelum dan sesudah pemekaran adalah bahwa sektor ekonomi setelah pemekaran dipecah lagi menjadi sub sektor penanaman modal, koperasi dan UMKM, ketenagakerjaan, ketahanan pangan, serta pemberdayaan masyarakat kampung juga ditambahkannya sektor-sektor baru. Penelitian yang dilakukan memiliki beberapa kesamaan metode analisis dari penelitian-penelitian sebelumnya, seperti: Analisis Trend, Analisis Pertumbuhan, Analisis Kontribusi, Analisis Tipologi Daerah, dan Proyeksi. Perbedaan paling mendasar penelitian ini dengan sebelumnya terletak pada topik, periode penelitian dan lokasi penelitian. 1.3 Rumusan Masalah Pemerataan pembangunan menjadi alasan pembenaran untuk mewujudkan pemekaran suatu daerah. Berdasarkan latar belakang sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang menurut penulis menarik untuk diteliti adalah telah terjadi pergeseran peran sektor dalam struktur perekonomian daerah Kabupaten Halmahera Selatan tahun 2003 2013. 12

1.4 Pertanyaan Penelitian Dari rumusan masalah sebagamana uraian sebelumnya, maka pertanyaan yang dapat penulis paparkan adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana perkembangan PDRB ADHK 2000 dan PDRB per kapita ADHK 2000 Kabupaten Halmahera Selatan, 2003 2013? 2. Bagaimana perkembangan sektor dalam struktur PDRB ADHK 2000 Kabupaten Halmahera Selatan, 2003 2013? 3. Bagaimanakah klasifikasi sektor dalam perekonomian daerah Kabupaten Halmahera Selatan? 4. Bagaimana struktur PDRB ADHK 2000 Kabupaten Halmahera Selatan, 2014 2015? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menganalisis perkembangan PDRB ADHK 2000 dan PDRB perkapita ADHK 2000 Kabupaten Halmahera Selatan, 2003 2013. 2. Menganalisis perkembangan sektor dalam struktur PDRB ADHK 2000 Kabupaten Halmahera Selatan, 2003 2013. 3. Menetapkan klasifikasi/tipologi sektor perekonomian daerah Kabupaten Halmahera Selatan. 4. Menganalisis kesesuaian antara struktur PDRB ADHK 2000 untuk tahun 2014 2015 hasil proyeksi dengan dokumen RPJMD Kabupaten Halmahera Selatan, 2010 2015. 13

1.6 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat dicapai dari hasil penelitian dan penulisan ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan sumber inspirasi dalam mengadakan penelitian yang berkaitan dengan perekonomian daerah dan yang relevan. 2. Bagi pemerintah daerah Kabupaten Halmahera Selatan, penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dalam penyusunan kebijakan terkait dengan upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan sektor dari perekonomian daerah. 1.7 Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara. Fokus dalam penelitian ini adalah struktur perekonomian Kabupaten Halmahera Selatan (PDRB atas dasar harga konstan 2000). 1.8 Sistematika Penulisan Tesis ini terdiri dari lima bab dan disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, barisi latar belakang, keaslian penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitin dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka, barisi tentang teori dan kajian terhadap penelitian terdahulu. Bab III Metode Penelitian, berisi tentang desain penelitian, definisi operasional dan alat analisis. Bab IV Analisis, berisi tentang deskripsi data dan pembahasan. Bab V Kesimpulan, berisi simpulan dan saran. 14