BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya dari siswa, pengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan berpikir kreatif mendapatkan perhatian yang cukup besar dalam bidang pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat bantu, maupun sebagai ilmu (bagi ilmiyawan) sebagai pembimbing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika sebagai ilmu yang timbul dari pikiran-pikiran manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik begitu pula

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup dalam. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa diantaranya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB I PENDAHULUAN. dituntut memiliki daya nalar kreatif dan keterampilan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dimiliki siswa dalam proses belajar mengajar. Pemahaman konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas 2003:5).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Teori a. Pengertian Model Pembelajaran Treffinger

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas atau

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laswadi, 2015

1. PENDAHULUAN. perkembangan ilmu dan teknologi suatu negara. Ketika suatu negara memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat.

BAB I PENDAHULUAN. Pergeseran pandangan terhadap matematika akhir-akhir ini sudah hampir

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu, pengetahuan dan teknologi saat ini telah banyak aspek kehidupan manusia. Salah satunya yang mendasari hal tersebut adalah pendidikan. Melalui pendidikan seseorang mempunyai ilmu yang mereka yang belum pernah dapatkan sebelumnya untuk kemudian dapat diterapkan ke dalam kehidupan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut menurut sumber daya manusia memiliki kompetensi yang tinggi. Dengan pendidikan manusia dapat memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kompetensi yang ada pada dirinya. Pendidikan juga memiliki peranan besar dan menjadi hal utama bagi suatu negara. Keberhasilan dalam kemajuan suatu negara tergantung pada kondisi pendidikan di negara tersebut. Semakin berkembang pendidikan di sutau negara, maka semakin maju dan berkembang negara tersebut. Setiap negara menyadari bahwa pembangunan dibidang pendidikan sangat perlu menjadi perhatian utama. Salah satunya adalah Indonesia yang merupakan negara berkembang yang sedang membangun semakin meningkat. Pemerintah Indonesia selalu berusaha meningkatkan kualitas pendidikannya. Namun pada kenyataannya masih terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh pendidikan Indonesia. Salah satunya adalah pada proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir, karena pembelajaran berpusat pada guru bukan pada siswa. Kegiatan belajar mengajar cenderung pasif karena, siswa hanya berperan sebagai penerima materi dan tidak dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Banyak siswa masih kesulitan dalam mengemukakan pendapatnya sendiri ketika diminta untuk menyimpulkan hasil belajar atau dalam memecahkan masalah yang berbeda dari contoh-contoh soal yang telah dipelajari sebelumnya. Menurut Wahyudin yang mengatakan bahwa sebagian 1

2 besar siswa yang menerima setiap penjelasan atau informasi dari guru dan siswa sangat jarang mengajukan pertanyaan pada guru. Siswa juga dinilai kurang mampu dalam suatu masalah dengan konsep yang mereka pelajari sebelumnya. Sebagai siswa cenderung menghapal, menyalin, atau mengikuti contoh-contoh yang diberikan tanpa tahu maknanya. Salah satu ilmu pengetahuan yang erat kaitannnya dengan kemajuan bangsa adalah matematika. Matematika memiliki peran yang sangat penting karena matematika adalah ilmu dasar yang digunakan secara luas dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam peningkatan kualitas pendidikan, matematika yang merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang formal sangat memegang peran penting. Hal ini dibuktikan dengan melihat bahwa pelajaran matematika diberikan pada semua tingkat pendidikan mulai dari sekolah dasar, sekolah menegah sampai perguruan tinggi. Dengan matematika dapat berlatih berpikir secara logis dengan matematika ilmu pengetahuan lainnya bisa berkembang dengan cepat. Salah satu aspek penting dalam proses pemebelajaran matematika adalah pemecahan masalah. Banyak ahli matematika berpendapat bahwa matematika searti dengan pemecahan masalah yaitu mengerjakan saol cerita, membuat pola, menafsirkan gambar atau bangun, membentuk konstruksi geometri, membuktikan teorema dan lain sebagainya. Dengan demikian belajar untuk memecahkan masalah merupakan prinsip dasar dalam mempelajari matematika (National Council of Supervisors of Mathematics, 1978). Pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika itu sendiri, yaitu agar siswa memiliki kemampuan: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan kaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam kemampuan pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasi gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan masalah. 5. Memiliki sikap atau menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu dan minat dalam mempelajari matematika, sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Hal ini sejalan dengan NCTM yang menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan bagian integral dalam pembelajaran matematika, sehingga hal tersebut tidak boleh dilepaskan dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan uraian tersebut kemampuan pemecahan masalah matematika penting dikembangkan. Namun, pada kenyataannya menunjukan bahwa kemampuan matematis siswa di Indonesia khususnya siswa SMP masih rendah dalam memecahkan masalah matematika. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika tidak lepas dari proses pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan Ruseffendi yang menyatakan bahwa selaman ini dalam proses pembelajaran matematika dikelas, siswa umumnya mempelajari matematika hanya diberitahu oleh gurudan bukan melalui kegiatan eksplorasi. Guru pada umumnya mengajar dengan metode ceramah yang membuat siswa tidak aktif adalam belajar. Melalui proses pembelajaran seperti ini, kecil kemungkinan kemampuan matematis siswa dapat berkembang. Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, diperlukan model pembelajaran yang tidak hanya memberi pengetahuan kepada siswa tetapi mampu merangsang daya berpikir siswa untuk membentuk pengetahuan mereka sendiri dalam memecahkan masalah-masalah matematika yang dihadapinya. Dengan model pembelajaran yang diterapkan, siswa mampu membangun, mengembangkan bahkan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat diharapkan memfasilitasi siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah adalah model pembelajaran Treffinger.

4 Model Treffinger adalah proses pembelajaran yang mencangkup dua ranah yaitu kognitif dan afektif. Model pembelajaran Treffinger terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap pertama basic tools yaitu pengembangan fungsi-fungsi divergen dan teknikteknik kreatif. Keterampilan dan teknik-teknik ini mengembangkan kelancaran berpikir serta mengungkapkan pemikiran kreatif kepada orang lain, tahap kedua practice with proses pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menerapkan keterampilan yang dipelajari pada tingkat basic tools dan dalam situasi praktis, serta tahap ketiga working with real pada tingkat ini siswa menerapkan tingkat keterampilan yang dipelajari pada tingkat basic tools dan basic tools terhadap tantangan yang nyata. Karakteristik dari model pembelajaran Treffinger adalah upaya dalam mengintegrasikan dimensi kognitif dan efektif siswa untuk mencari arah-arah penyelesaian yang akan ditempuh siswa untuk memecahakan masalah matematis. Dengan demikian, pembelajaran dengan menggunakan model Treffinger diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas siswa sehingga mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul Penerapan Model Treffinger dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatakan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Self Regulated Learning Siswa SMP di Kota Bandung. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Berdasarkan hasil pengamatan di sekolah, sebagian siswa mendapatkan nilai ulangan harian yang rendah. Hal ini dibuktikan dari 154 siswa hanya 47 siswa atau 31% yang telah memenuhi nilai tuntas, ini berarti masih ada 69% siswa yang prestasi belajarnya belum tuntas. 2. Berdasarkan hasil pengamatan di sekolah, sebagian siswa kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematikanya sendiri, sehingga guru harus terlebih dahulu menjelaskan tentang materi matematika tersebut. 3. Model pembelajaran yang melibatkan siswa secara interaktif belum diterapkan.

5 C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematis yang menggunakan model Treffinger lebih baik daripada menggunakan model pembelajaran Konvesioanl? b. Bagaimana self regulated learning siswa terhadap pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran Treffinger? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan dan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran Treffinger dapat membuat kemampuan pemecahan masalah matematis siswa lebih baik daripada menggunakan model pembelajaran Konvesioanl. b. Untuk mengetahui apakah siswa memberikan self requlated learning positif terhadap model pembelajaran Treffinger pada pembelajaran matematika. E. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan yang yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang model pembelajaran matematika yang disertai dengan kemampuan-kemampuan matematis dan sikap, pada umumnya memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pendidikan dan pada khususnya pada matematika. 2. Manfaat praktis a. Bagi siswa Memberikan motivasi agar kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dapat terasah dan meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.

6 b. Bagi guru Memberikan masukan serta informasi dalam proses pembelajaran matematika untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan dan prestasi belajar siswa serta memberikan alternatif dalam pembelajaran matematika. c. Bagi sekolah Sebagai bahan masukan dalam rangka mengembangkan kemampuan lainnya yang erat kaitannya dalam pembelajaran matematika. d. Bagi peneliti Sebagai media mengaplikasikan segala pengetahuan dan pengalaman yang telah didapat selama perkuliahan maupun di luar perkuliahan. F. Definisi Operasioanl Untuk menghindari terjadinya pemahaman yang berbeda tentang istilah-istilah yang digunakan dan juga memudahkan peneliti dalam menjelaskan apa yang sedang dibicarakan, maka ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan sebagai berikut: a. Model pembelajaran Treffinger Model pembelajaran Treffinger dalam peranannya mendorong belajar kreatif yang dapat mengembangkan kreativitas siswa, melibatkan kemampuan afektif dan kognitif yang digambarkan melalui tiga tingkatan berpikir yang meliputi tingkat I adalah basic tools yaitu pengembangan fungsi-fungsi divergen, tingkat II adalah practice with proses yaitu berpikir secara kompleks dan perasaan majemuk, serta tingkat III adalah working with real problem yaitu keterlibatan dalam tantangan nyata. b. Indikator kemampuan pemecahan masalah Kemampuan pemecahan masalah matematika menurut NCTM (1989, hlm. 209) adalah sebagai beriku: 1. Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanya, dan kecukupan unsur yang diperlukan. 2. Merumuskan masalah matematika dan menyusun masalah matematika. 3. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau diluar matematika. 4. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal.

7 5. Menggunakan matematika secara bermakna. c. Indikator self regulated learning Menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2002, hlm. 14) indikator kemandirian Belajar sebagai berikut: 1. Kesadaran akan tujuan belajar Dalam belajar diperlukan tujuan, belajar tanpa tujuan berarti tidak ada yang dicari. Sedangkan belajar itu mencari sesuatu dari bahan bacaan yang dibaca. Maka menetapkan tujuan belajar sebelum belajar adalah penting. Dengan begitu, maka belajar menjadi terarah dan konsentrasi dapat dipertahankan dalam waktu yang relatif lama ketika belajar. 2. Kesadaran akan tanggung jawab belajar Belajar adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan. Dalam belajar, siswa tidak bisa melepaskan diri dari beberapa hal yang dapat mengantarkannya berhasil dalam belajar. Banyak siswa yang belajar susah payah, tetapi tidak mendapat hasil apa-apa, hanya kegagalan yang ditemui. Penyebanya tidak lain karena belajar tidak teratur, tidak disiplin, kurang bersemangat, tidak tahu bagaimana cara berkonsentrasi, mengabaikan masalah pengaturan waktu, istirahat yang tidak cukup, dan kurang tidur. Untuk itu siswa harus mempunyai kesadaran akan tanggung jawab belajar. 3. Kontinuitas Belajar Kontinu dalam belajar dapat diartikan dengan belajar secara berkesinambungan. Mengulangi bahan pelajaran, menghapal bahan pelajaran, selalu mengerjakan tugas yang diberikan guru, dan membuat ringkasan merupakan hal-hal yang berkesinambungan setelah para siswa selesai belajar di kelas. Sehingga diharapkan dalam diri siswa tumbuh kemandirian apabila hal-hal tersebut sudah menjadi sebuah kebiasaan. Kontinu dalam belajar dapat diartikan dengan belajar secara teratur yang merupakan pedoman mutlak yang tidak bisa diabaikan oleh seseorang yang menuntut ilmu. 4. Keaktifan Belajar Siswa yang terbiasa aktif dalam belajar akan tumbuh dalam dirinya kemandirian belajar. Hal tersebut terwujud dengan gemar membaca buku, menambah wawasan dari perpustakaan dan sumber-sumber yang lain, dapat menghubungkan

8 pelajaran yang sedang diterima dengan bahan yang sudah dikuasai, aktif dan kreatif dalam kerja kelompok, dan bertanya apabila ada hal-hal yang belum jelas. 5. Efisiensi Belajar Efisiensi dalam belajar dapat diartikan dengan belajar secara teratur dan efektif. Hal ini merupakan pedoman mutlak yang tidak bisa diabaikan oleh siswa. Banyaknya pelajaran yang dikuasai menuntut pembagian waktu yang sesuai dengan kedalaman dan keluasan bahan pelajaran. Penguasaan atas semua bahan pelajaran dituntut secara dini, tidak harus menunggunya sampai menjelang ujian.