BAB I PENDAHULUAN. bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. rata-rata konsumsi beras sebesar 102kg/jiwa/tahun (BPS, 2013). Hal ini pula

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 132 TAHUN 2016 T E N T A N G

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kemiskinan merupakan penyakit sosial ekonomi terbesar yang

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Negara Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dan

I. PENDAHULUAN. dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari serta berkelanjutan. Diantara kebutuhan

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul. Alokasi Kebutuhan, Pupuk Bersubsidi, Sektor Pertanian.

KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun. Secara

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 143 TAHUN 2015 TENTANG

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak diantara koordinat 110 o o Bujur Timur,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 150 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 123 TAHUN 2013 TENTANG PENUNJUKAN BAPAK/IBU ASUH PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

Gbr.1 Jaringan di Ruang Sekpri Bupati

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG BESARAN UANG PERSEDIAAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bantul. Unit pelaksana, satuan polisi pamong praja, kecamatan.

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 55 TAHUN 2000 T E N T A N G PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KECAMATAN SE- KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA APEL BERSAMA DALAM RANGKA 17-AN TANGGAL 17 PEBRUARI 2014

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

ANALISIS EFEKTIVITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan, Kota Tebing Tinggi)

BAMBANGLIPU A. DATA PEMILIH NAMA DAN TANDA TANGAN ANGGOTA KPU KABUPATEN/KOTA

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 148 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu faktor yang menentukan tingkatan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Telah banyak kebijakan pemberdayaan ekonomi keluarga miskin. yang diprogramkan pemerintah sebagai langkah efektif dalam upaya

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM

PENDAHULUAN. dengan sektor pertanian karena merupakan sumber pangan pokok.

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA APEL BERSAMA DALAM RANGKA 17 AN TANGGAL 17 PEBRUARI 2014

PELAKSANAAN DAN PENYALURAN PROGRAM RASKIN (EXISTING)

BAB I PENDAHULUAN. berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial,

tkpk.bantulkab.go.id PENYUSUNAN DATA DAN PELAPORAN TPK DESA DAN PEDUKUHAN KECAMATAN PUNDONG PROFIL GAKIN 2013 JIWA TOTAL

KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 229 TAHUN 2011 TENTANG

STUDI TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM BERAS MISKIN (RASKIN) DI KELURAHAN SIMPANG PASIR KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. dari perjuangan merebut kemerdekaan menjadi langkah baru bagi generasi

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi beras sebesar 113,7 kg/jiwa/tahun. Tingkat konsumsi tersebut jauh di

EVALUASI PEMBAGIAN RASKIN DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2007 DENGAN PENDEKATAN VULNERABILITY ANALYSIS AND MAPPING (VAM)

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangganya. Program raskin tersebut merupakan salah satu program

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks dan dalam

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penetapan tarif sewa Rusunawa Tamanan Banguntapan. Berdasarkan latar belakang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB II GAMBARAN UMUM. Progo, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta. Secara geografis, Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa kebijakan atau program penanggulangan kemiskinan. itu sendiri sebagai manusia yang memiliki hak-hak dasar.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

PELAKSANAAN DISTRIBUSI DAN PENGENDALIAN PROGRAM RASKIN DI KELURAHAN SINGOTRUNAN KABUPATEN BANYUWANGI (INPRES NOMOR 1 TAHUN

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 45

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA KABUPATEN BANTUL TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI BANTUL,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di pulau Jawa, antara

TIM KAJIAN RASKIN LPPM IPB

P r o f i l K e m i s k i n a n P B D T i

PROGRAM RASKIN 2013 SUBSIDI BERAS BAGI RUMAH TANGGA BERPENDAPATAN RENDAH

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki laju pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2008:2). Sedangkan pengertian sistem menurut Romney dan Steinbart

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mempersempit ruang gerak di sebuah wilayah. Dimana jumlah pertumbuhan penduduk tidak

Bantul, Desember Kepala. Drs. Trisaktiyana, M.Si Pembina Utama Muda/IVc NIP

10. Satuan kerja beras miskin yang selanjutnya disebut Satker Raskin adalah petugas yang melayani dan bertangung jawab atas pengambilan dan

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. penulis mengenai distribusi raskin di Desa Bukit Lipai Kecamatan Batang Cenaku

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan internasional, yaitu : Universal Deklaration Of Human Right. (1948), Rome Deklaration on World Food Summit

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana

D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A

BAB I PENDAHULUAN. Raskin adalah hak masyarakat berpendapatan rendah yang. diberikan dan ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka mencukupi

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. RASKIN berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) No 3/2012 tentang kebijakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia agar bisa hidup sehat dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus. Kebutuhan akan pangan masyarakat sangatlah tinggi ditopang dengan kebutuhan pangan tersebut adalah beras yang menjadi bahan makanan pokok yang semestinya terpenuhi. Adanya suatu permintaan beras yang besar disisi lain faktor kemiskinan, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) kemiskinan merupakan suatu kondisi kehidupan serba kekurangan yang dialami seseorang sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal kehidupanya. Permasalahan tersebut yang sampai saat ini belum bisa terselesaikan sepenuhnya, sehingga masyarakat miskin mengalami kesulitan dalam pemenuhan bahan makanan pokoknya. Operasi Pasar Khusus pada awalnya merupakan program darurat (social safety net) yang dicanangkan pada saat terjadi krisis moneter tahun 1997/1998, keadaan saat itu masyarakat mengalami kesulitan dalam pemenuhan bahan makanan pokok karena terjadi inflasi. Sejak Juli 1998 pemerintah membentuk program Operasi Pasar Khusus (OPK), tujuanya masyarakat miskin terlindungi dan 1

2 kesejahteraan tetap terjaga. Program Operasi Pasar Khusus (OPK) pada tahun 2002 diubah menjadi program RASKIN (beras untuk rumah tangga miskin) dan diperluas fungsinya menjadi bagian dari program perlindungan sosial, khususnya program penanggulangan kemiskinan klaster pertama. Melalui program ini pemerintah menargetkan sasaran Raskin pada tahun 2014 adalah berkurangnya beban pengeluaran 15.530.897 RTS (rumah Tangga Sasaran) dalam mencukupi kebutuhan pangan beras melalui penyaluran beras bersubsidi dengan alokasi sebanyak 15 kg/rts/bulan (Pedum Raskin 2014). Harapan akan terjadi stabilitas harga beras dipasaran dan adanya pengendalian inflasi, maka pemerintah menetapkan harga beras yang disubsidikan sebesar Rp1600,-/kg, serta berupaya menjaga stok pangan nasional. Melalui program Raskin, setiap RTS-PM dapat membeli beras di titik distribusi dengan harga yang lebih murah dari harga pasaran (bersubsidi). Selama pelaksanaan program, jumlah beras yang dialokasikan untuk setiap RTS-PM mengalami beberapa perubahan, namun distribusi Raskin berjumlah 15 kg sejak tahun 2011 hingga sekarang. Harga beras bersubsidi yang harus dibayar awal pelaksanaan adalah Rp1.000 per kg, dan sejak 2008 harga dinaikkan menjadi Rp1.600 per kg hingga sekarang, sementara frekuensi distribusi juga mengalami perubahan yaitu antara 10-13 per tahun atau rata-rata satu kali setiap bulan (Hastuti, Bambang, dan Sulton, 2012). Besaran pagu Raskin Nasional pada tahun 2014 yaitu sebesar 2,79 juta ton untuk 15.530.897 RTS-PM atau sebanyak 15 kg/rts/bulan atau 180

3 kg/rts/tahun (Pedum Raskin 2014). Sistem pembagian pagu Raskin dari pemerintah didistribusikan ke tiap Kabupaten atau kota dan berlanjut ke tingkat kecamatan dan desa atau kelurahan sesuai dengan basis data terpadu untuk program perlindungan sosial. Tanggung jawab baik Bupati, camat maupun lurah dalam pendistribusian Raskin agar sampai sasaran dan tepat sangatlah di butuhkan. Menurut pedoman umum penyaluran Raskin 2012, keberhasilan subsidi Raskin diukur berdasarkan tingkat pencapaian indikator enam tepat (6 T) yaitu tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat administrasi, dan tepat kualitas beras yang disalurkan. Distribusi Raskin pastinya tidak lepas dari berbagai permasalahan, hambatan, dan tantangan. Permasalahan tersebut antara lain pertama, beras Raskin yang diterima oleh masyarakt kualitas beras kotor banyak terdapat kerikil, banyak kutu, beras berbau apek atau tidak sedap dan juga keras. Kedua, keterlambatan penyaluran distribusi Raskin yang dilakukan baik pihak kecamatan maupun desa, sehingga masyarakat kesulitan dalam pemenuhan bahan pokoknya. Ketiga, masyarat menjual lagi beras Raskin yang diterima ke tengkulak untuk mendapatkan beras yang lebih layak dimakan walaupun harga lebih mahal.keempat, adanya ketidaksesuaian harga beli Raskin oleh masyarakat terhadap pemerintah yang mendistribusikan, menurut Pedum Raskin 2014 harga tebus raskin sebesar Rp1.600/kg pelaksanaanya masyarakat menebus sebesar Rp2.000/kg. Kelima, adanya permainan dari kepala desa dan mitra kerja bulog dalam pengadaan Raskin dengan kualitas bagus tidak sampai di masyarakat

4 penerima. Keenam, adanya pembagian pagu Raskin tiap kepala keluarga yang berbeda, ada yang mendapat 15 kg tetapi ada juga yang mendapat hanya 7 kg. Ketujuh, adanya kesalahan data penerima Raskin akibat tidak adanya koordinasi antara pemerintah, Bupati, Camat, bahkan Desa, kenyataanya jumlah orang miskin lebih banyak dan menyebabkan Raskin yang dibagikan mengalami kekurangan. Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2014 memiliki jumlah Rumah Tangga Sasaran-Penerima Manfaat (RTS-PM) sebanyak 288.391. Jumlah kuota ini berbeda dengan tahun 2013, yang sebesar 341.291 RTS-PM (jogja.antaranews.com 2014). Berdasarkan kuota Raskin per kota atau Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dicermati pada tabel berikut : Tabel 1.1 Data Penerima Raskin Daerah Istimewa Yogyakarta 2014 Kabupaten Jatah Penerima Raskin Presentase Kota Yogyakarta 16.031 RTS-PM 5,72% Sleman 60.485 RTS-PM 21,58% Bantul 80.611 RTS-PM 28,75% Gunung Kidul 80.243 RTS-PM 28,62% Kulonprogo 43.021 RTS-PM 15,35% Jumlah 280.391 RTS-PM 100% Sumber : Bulog.go.id. 2014 Dari data diatas menunjukkan bahwa Kabupaten Bantul memiliki jumlah penerima Raskin 80.611 RTS-PM atau 28,75% dari total penerima di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyaknya penduduk miskin yang membutuhkan bantuan Raskin dari pemerintah.

5 Kabupaten Bantul memiliki jumlah penduduk 930.276 jiwa dengan luas wilayah 50.685 Ha yang terdiri dari 17 Kecamatan, dan 75 Desa. Kabupaten Bantul memiliki jumlah penduduk miskin yang relatif masih banyak sebagaimana terlihat dalam tabel berikut : Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Miskin, Tingkat Kemiskinan, dan Garis Kemiskinan Kabupaten Bantul 2014 Tahun Jumlah penduduk Tingkat Garis Kemiskinan miskin Kemiskinan 2005 150,9 18,21 159.538 2006 178,2 20,25 185.048 2007 169,3 19,43 189.152 2008 164,3 18,54 196.509 2009 158,5 17,64 224.373 2010 146,9 16,09 245.626 2011 159,4 17,28 264.546 2012 158,8 16,97 284.923 Sumber : BPS Yogyakarta, 2013 Berdasarkan data di atas jumlah penduduk miskin Kabupaten Bantul mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Tahun terakhir 2012 jumlah penduduk miskin sebesar 158,8 jumlah ini lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu sebesar 159,4 sehingga untuk tahun 2012 jumlah penduduk miskin mengalami penurunan Dalam rangka mensuskseskan program Raskin, Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul menerbitkan Peraturan Daerah nomor 06 tahun 2013 tentang penanggulangan kemiskinan. Pemerintah Daerah yang menjamin distribusi

6 Raskin merata baik tiap kecamatan hingga pedesaan. Jumlah pagu Raskin untuk rumah tangga miskin di Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut : Tabel 1.3 Jumlah Pendistribusian Pagu Raskin Kabupaten Bantul per Kecamatan Tahun 2014 RASKIN Kecamatan RTS-PM (15 kg/rts-pm) Prosentase Penerima Banguntapan 5.840 87.600 6,6% Dlingo 5.081 76.215 5,74% Piyungan 4.810 72.150 5,43% Imogiri 6.243 93.645 7,05% Kretek 3.513 52.695 3,97% Bambanglipuro 5.407 81.105 6,11% Pundong 4.825 72.375 5,45% Pleret 4.833 72.495 5,46% Jetis 5.758 86.370 6,5% Sanden 4.106 61.590 4,64% Srandakan 3.814 57.210 4,31% Bantul 5.017 75.255 5,67% Sewon 6.700 100.500 7,57% Pandak 6.992 104.880 7,9% Kasihan 6.331 94.965 7,15% Pajangan 4.947 74.205 5,59% Sedayu 4.394 65.910 4,96% Total 88.611 1.329.165 100% Sumber : Bulog DIY, 2014 Berdasarkan tabel di atas jumlah penerima Raskin di Kabupaten Bantul sebesar 88.611/RTS-PM dari jumlah penduduk 930.276 Jiwa. Program Raskin menjadi salah satu kegiatan aktif dari pemerintah dalam mensukseskan ketahanan pangan serta kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat miskin. Distribusi Raskin harus dijalankan dan tersebar di seluruh desa di Kabupaten Bantul, sesuai dengan pedoman umum Raskin 2014. Distribusi Raskin belum sepenuhnya bisa

7 tersalurkan dengan baik karena masih ditemukan beberapa fakta yang menunjukkan bahwa belum terciptanya efektivitas program, fakta lain berupa permasalahan sebagai berikut : 1. Kasus Pembiaran Terjadi kasus pembiaran korupsi dalam penyaluran Raskin yang dilakukan kepolisian Bantul, sehingga penyaluran Raskin terhambat dan dalam konsumsi Raskin masyarakat mengalami keresahan (Harianjogja.com). 2. Raskin yang dibagikan tidak sesuai sampel Sampel Raskin yang dibagikan kepada masyarakat miskin yaitu beras sejenis IR 64, tetapi kualitas beras yang diterima masyarakat tidak sesuai sampel (jogja.antaranews.com). 3. Penyelewengan Raskin Penyelewengan yang dilakukan adalah dengan menambah kuota karung beras yang akan dibagikan kepada masyarakat miskin, tetapi tambahan kuota tersebut tidak tersampaikan. Begitu juga dengan jumlah Raskin yang dibagikan tidak sesuai dengan jumlah yang semestinya, seharusnya masyarakat mendapatkan 15 kg, tetapi hanya mendapatkan 10 kg (antaranews.com) 4. Pembagian Raskin jauh dari tujuan Persoalan yang terjadi masalah beras yang di terima masyarakat tidak sesuai dengan sampel, banyak terdapat kerikil, kotor, dan berbau apek, sehingga

8 masyarakat menjual lagi beras yang diterima guna menambah pembelian beras yang lebih layak di pasar (sindo.com). 5. Penerima Raskin relatif masih banyak yang terlewati Program Raskin yang dijalankan relatif masih banyak keluarga miskin yang tidak menerima atau terlewati dalam proses distribusi, karena data pemerintah pusat yang dijadikan acuan dan data dari Pemkab Bantul berbeda. Perbedaan tersebut membuat program pengentasan kemiskinan tidak pernah selesai, karena harus memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, dan pendidikan. (suaramerdeka.com). Piyungan adalah Kecamatan dengan jumlah penerima Raskin 4.810 RTS-PM, dengan tiga Desa di dalamnya. Informasi dari Bulog persoalan adanya kecurigaan masyarakat tentang penyelewengan subsidi Raskin di Kecamatan Piyungan belum terselesaikan hingga sekarang. Kecurigaan masyarakat sudah dilaporkan kepada pihak yang berwajib akan tetapi masyarakat sudah berbulan bulan masyarakat mendapatkan hasil yang sama masih dalam proses. Hasil yang sama itu menunjukkan ketidakseriusan pihak berwajib untuk mengangani kasus penyelewengan, sehingga masyarakat juga merasakan dirugikan. Persoalan tersebut yang menjadi ketertarikan peneliti untuk melaksanakan penelitian di Kecamatan Piyungan. Berdasarkan persoalan di atas, membuktikan bahwa baik kualitas beras maupun distribusi hingga administrasi masih banyak terjadi kesalahan, sehingga masyarakat penerima beras miskin merasa distribusi Raskin belum efektif.

9 Meskipun tujuan dari Raskin sendiri adalah mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan beras, sehingga tercipta kesejahteraan masyarakat dan juga kesuksesan ketahanan pangan di Kabupaten Bantul dan Kecamatan Piyungan pada khususnya. Kesuksesan program ketahanan pangan akan membuat kondisi ekonomi masyarakat semakin baik, sehingga pendapatan dapat dialokasikan untuk keperluan yang lain. Fenomena serta persoalan di atas menunjukkan bahwa di Kabupaten Bantul khususnya Kecamatan Piyungan masih relatif rawan terjadi ketidaktepatan dalam program distribusi Raskin. Itulah sebabnya peneliti ingin melakukan penelitian tentang Monitoring dan Evaluasi Distribusi Raskin di Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka, masalah yang timbul adalah sebagai berikut : 1. Sejauh manakah efektivitas distribusi Raskin di Kecamatan Piyungan? 2. Bagaimana strategi distribusi Raskin agar tepat sasaran? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui efektivitas penyaluran Raskin di Kecamatan Piyungan 2. Mengetahui strategi distribusi Raskin tepat sasaran

10 D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi mahasiswa, sebagai sarana untuk mengerti lebih jauh lagi permasalahan tentang Raskin pada umumnya. 2. Sebagai masukan bahan masukan bagi pemerintah dan instansi yang terkait dalam menentukan kebijakan khususnya yang berhubungan dengan distibusi atupun alokasi Raskin di Kabupaten Bantul. 3. Sebagai bahan pemikiran selanjutnya dalam penelitian program alokasi Raskin yang berhubungan dengan efektivitas program Raskin. 4. Sebagai bahan referensi dan studi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.