IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdassarkan sebaran kuisioner terhadap 72 responden RTS-PM (Rumah Tangga

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah... 11

Daftar Kuesioner. : Jln. Yos Sudarso km 11,5 komp. Bea Dan Cukai No.13

Paired Samples Statistics. Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 SEBELUM_BLT SESUDAH_BLT

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN. Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian. No. Variabel Penelitian Indikator Nomer Butir 1. Karakteristik tenaga kerja

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

QUESTIONER. 6. Jumlah Anak a. Belum ada. Universitas Sumatera Utara

III. METODELOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. menyebar kuisioner terhadap RTS-PM. Jenis data yang diperlukan dari. a. Data tentang ketepatan sasaran penerima beras RASKIN.

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB III. Metode Penelitian. diharapkan berdampak secara langsung terhadap peningkatan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan suatu strategi pembangunan untuk

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. penulis mengenai distribusi raskin di Desa Bukit Lipai Kecamatan Batang Cenaku

METODE PENELITIAN. Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data pada penelitian tentang Faktor-

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas

BAB I PENDAHULUAN. bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Kata kunci---beras Keluarga Miskin, regresi logistik biner. I. PENDAHULUAN

STUDI PEMETAAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan pakaian, dan lain sebagainya. Dalam kurun waktu beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. agraris beras menjadi komoditas pangan yang paling pokok bagi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun

A /'\ purposive. pzzq. ' sampling METODE PENELITIAN sampling

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Keterangan: 1. Kecamatan Gebang 2. Kecamatan Kandanghaur 3. Kecamatan Pelabuhanratu 4. Kecamatan Pangandaran

PENDAHULUAN. dengan sektor pertanian karena merupakan sumber pangan pokok.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI

BAB I PENDAHULUAN. dari perjuangan merebut kemerdekaan menjadi langkah baru bagi generasi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman

PROGRAM RASKIN 2013 SUBSIDI BERAS BAGI RUMAH TANGGA BERPENDAPATAN RENDAH

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Kelurahan Sidodadi adalah salah satu dari 8 kelurahan di Kecamatan Kedaton

BAB III METODE PENELITIAN. genap tahun pelajaran 2013/2014 di SD Negeri 2 Labuhan Ratu Kota Bandar

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kemiskinan merupakan penyakit sosial ekonomi terbesar yang

BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun

Pertanyaan Kuisioner STRATEGI BURUH DALAM MEMPERTAHANKAN HIDUP. (Studi kasus di PT.Putera Mandiri Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Gaplek merupakan ubi kayu yang sudah melewati proses pengeringan yang. selanjutnya akan diolah menjadi beras siger

skripsi dengan judul Pengaruh Program Pertanian Organik terhadap Sosial Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangganya. Program raskin tersebut merupakan salah satu program

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN : PROGRAM BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH TAHUN 2014 TAK TEPAT SASARAN. medanseru.co

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu Negara berkembang, merupakan Negara yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Negara Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dan

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

3.1. Kerangka Pemikiran Menjalankan suatu kegiatan bisnis setiap perusahaan harus memiliki visi dan misi perusahaan, dan PT Rolika Caterindo Bogor

METODE PENELITIAN. kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI

Perilaku Merokok Penerima Jamkesmas/Penerima Bantuan Iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (PBI BPJS)

PENERAPAN METODE WEIGHTED PRODUCT UNTUK MENENTUKAN PENERIMA BANTUAN BERAS MASYARAKAT MISKIN (RASKIN)

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1 Kriteria keluarga sejahtera BKKBN

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN HANDPHONE IPHONE (STUDI KASUS WARGA KELURAHAN KELAPA DUA TANGERANG)

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan data dan melakukan analisis terhadap tujuan penelitian.

Universitas Gunadarma Fakultas Ekonomi

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan yang didalamnya. pembangunan perikanan. Namun kenyataannya, sebagian besar

BABV KESIMPULAN DAN SARAN. Terhadap Penyaluran Beras Miskin (Raskin) oleh Perum Bulog di Desa

Sistem Pendukung Keputusan Pembagian Raskin dengan Metode Simple Additive Weighting (SAW)

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian untuk

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

PENGARUH MOTIVASI DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PT PEGADAIAN (PERSERO) CABANG CIBINONG

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

KUESIONER. 1. Nama : 2. Umur : tahun.bulan 3. Jenis Kelamin : ( ) Laki- laki ( ) Perempuan 4. Status : ( ) Belum Menikah ( ) Menikah ( ) Janda/ duda

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini termasuk metode deskriptif kuantitatif dan

Gambar 3.1 Skema Tahapan Penelitian

BAB VI EFEKTIFITAS KONTROL PROGRAM RASKIN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional

Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah Tahun sesuai dengan keadaan dengan memberi tanda (x).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Tunas Mekar Indonesia yang beralamat di

Kertasari. Dengan mewajibkan peserta program untuk menggunakan. persalinan) dan pendidikan (menyekolahkan anak minimal setara SMP),

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah Perangkat Desa Talang Bojong,

Lampiran 1: KUISIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

Evaluasi Pelaksanaan Program Beras untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan permasalahan yang selalu timbul di Negara

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

Lampiran 1 Peta Lokasi Kabupaten Sukabumi

PEMBAHASAN. PT. Heinz ABC Indonesia (Heinz ABC) adalah salah satu anak perusahaan dari H.J. Heinz

BAB III METODE PENELITIAN. Penilitian ini adalah penelitian kuantitatif. Berdasarkan pada Variabel yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia lebih mengacu kepada keadaan berupa kekurangan hal-hal yang berkaitan

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian adalah sekolah SMP Negeri 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango,

III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilaksanakan di SD Negeri 3 Gedung Air kecamatan. Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung.

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Berdassarkan sebaran kuisioner terhadap 72 responden (Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat) di Kelurahan Sukabumi Indah diperoleh klasifikasi sebagai berikut Tabel 7. Jenis Kelamin Responden No Jenis Kelamin Jumlah 87,5 12,5 1 2 Laki-Laki Perempuan 63 9 Berdasarkan Tabel 7. hasil sebaran kuisioner yang dibagikan kepada 72 orang responden, jenis kelamin responden adalah laki-laki sebanyak 63 orang (87,5%), dan perempuan sebanyak 9 orang (12,5%). Tabel 8. Usia Responden No Usia (tahun) Jumlah 1 2 3 4 25-35 36-45 46-55 56-65 9 27 23 13 12,50 37,50 31,94 18,06

34 Berdasarkan Tabel 8. hasil sebaran kuisioner yang dibagiakn kepda 72 orang responden, didapatkan bahwa usia responden berkisar antara 25-65 tahun, dimana responden usia 25-35 tahun sebanyak 9 orang (12,50%), responden usia 36-45 tahun sebanyak 27 orang (37,50%), responden usia 46-55 tahun sebanyak 23 orang (31,94%), dan responden usia 56-65 tahun sebanyak 13 orang (18,06%). B. Hasil Pengujian/Perhitungan Validitas Untuk melihat kesahihan kuisioner/daftar pertanyaan yang ditunjukan kepada responden, maka perlu diadakan pengujian/perhitungan yakni uji validitas, dalam hal ini pengujian/perhitungan validitas daftar pertanyaan tersebut menggunakan cara manual dengan bantuan program Microsoft Office Excel 2003 dengan taraf 95%, N = 72 dengan nilai pada r tabel sebesar 0,235. Terdapat 11 daftar pertanyaan yang diberikan kepada 72 responden, kemudian berdasarkan hasil pengujian validitas dinyatakan bahwa keseluruhan setiap butir pertanyaan yang terdiri dari 11 pertanyaan dalam penilitian ini dengan hasil dinyatakan valid. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa daftar pertanyaan/ kuisioner yang diberikan terhadap responden dalam penelitian ini dinyatakan valid. Hasil perhitungan validitas keseluruhan setiap butir pertanyaan yang terdiri dari 11 pertanyaan dapat dilihat pada Lampiran 5 C. Hasil Pengujian/Perhitungan Reabilitas Dengan Rumus Alpha Croanbach s Dalam pengujian/ perhitungan reabilitas dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach s, yakni dengan cara mengkorelasikan butir-butir pertanyaan dan

35 diperoleh hasil 0,99, yang kemudian dinyatakan realibel, yakni apabila nilai r hasil (0,99) lebih besar daripada r tabel (0,235). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa daftar pertanyaan/ kuisioner yang diberikan terhadap responden dalam penelitian ini dinyatakan realibel. Hasil perhitungan reabilitas keseluruhan setiap butir pertanyaan yang terdiri dari 11 pertanyaan dapat dilihat pada Lampiran 5. D. Ketepatan Kelompok Sasaran Dalam Distribusi RASKIN Dalam menentukan keluarga sasaran penerima manfaat, petugas mengacu pada kriteria Keluarga Prasejahtera dan Keluarga Sejahtera. Adapun kriteria-kriteria tersebut yaitu : tidak mampu makan 2 kali sehari, tidak mampu makan pangan berprotein seperti daging/ikan dan telur, lantai rumah masih berupa tanah, tidak mampu memiliki pakaian yang berbeda untuk berpergian dan dirumah. Data tentang pemenuhan kebutuhan sebagai dasar kriteria Keluarga Prasejahtera dan Keluarga Sejahtera dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Tabel 9. Kebutuhan Pangan Mengenai Makan Sehari-hari No Jawaban Jumlah 1 2 3 Kurang, karena makan kurang dari 2 kali sehari Cukup, karena makan 2 kali sehari. Baik, karena makan lebih dari 2 kali sehari 47 10 15 65,28 13,89 20,83 Berdasrkan Tabel 9. dapat diketahui bahwa mayoritas (Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat) sebanyak 65,28 persen,kurang dalam ukuran pemenuhan makan sehari-hari yaitu kurang dari 2 kali sehari. Sedangkan 31,11

36 persen, baik dalam hal makan lebih dari 2 kali sehari dan sisanya 11,11 persen cukup dalam pemenuhan makan sehari-hari dengan makan 2 kali sehari. Tabel 10. Kebutuhan Pangan Mengenai Pemenuhan Protein (Daging/Ikan dan Telur) No Jawaban Jumlah 1 2 3 Kurang, bila tidak pernah makan daging atau telur dalam seminggu. Cukup, bila 1 kali dalam seminggu makan daging atau telur. Baik, bila lebih dari 1 kali dalam seminggu 45 8 19 62,50 11,11 26,39 makan daging atau telur. Tabel 10. memperlihatkan bahwa mayoritas sebanyak 62,50 persen merasa kurang karena dalam pemenuhan protein tidak pernah makan daging atau telur dalam seminggu. Sedangkan 26,39 persen baik dalam pemenuhan kebutuhan protein karena lebih dari 1 kali dalam seminggu makan daging atau telur dan sisanya 11,11 persen merasa cukup dalam pemenuhan kebutuhan protein karena makan daging atau telur 1 kali dalam seminggu. Tabel 11. Kebutuhan Sandang Mengenai Pakaian yang Dimiliki No Jawaban Jumlah 1 2 3 Kurang, bila tidak memiliki pakaian yang berbeda untuk pergi, sekolah, dirumah dan bekerja. Cukup, bila memiliki 2stel pakaian yang berbeda untuk pergi,sekolah,dirumah dan bekerja. Baik, bila memiliki banyak lebih dari 2 stel 45 7 20 62,50 9,72 27,78 pakaian yang berbeda untuk pergi, sekolah, dirumah dan bekerja.

37 Tabel 11. memperlihatkan bahwa mayoritas sebanyak 62,50 persen merasa kurang karena tidak mampu memiliki pakaian berbeda antara berpergian, sekolah, dirumah dan bekerja. Sedangkan 27,78 persen baik karena memiliki banyak pakaian yang berbeda antara berpergian, sekolah, dirumah dan bekerja. Sisanya 9,72 persen merasa cukup karena memilki pakaian yang berbeda antara berpergian, sekolah, dirumah dan bekerja. Tabel 12. Kebutuhan Sandang Mengenai Pembelian Pakaian Baru No 1 2 3 Jawaban Kurang, bila tidak membeli pakaian baru sama sekali dalam setahun terakhir. Cukup, bila membeli pakaian baru hanya 1 stel dalam setahun terakhir. Baik, bila membeli pakaian baru lebih dari 1 stel dalam setahun terakhir. Jumlah 40 13 19 55,56 18,06 26,39 Tabel 12. memperlihatkan bahwa mayoritas sebanyak 55,56 persen merasa kurang karena tidak mampu membeli pakaian baru meskipun hanya 1 stel dalam setahun terakhir. Kemudian 26,39 persen merasa baik karena mampu membeli pakaian baru lebih dari 1 stel dalam setahun dan sisanya 18,06 persen merasa cukup karena membeli pakaian baru hanya 1 stel dalam setahun terakhir. Tabel 13. Kondisi Mengenai Keadaan Lantai Rumah di Kelurahan Sukabumi Indah No Jawaban Jumlah 1 Kurang, bila lantai rumah dari tanah 46 2 Cukup, bila lantai rumah disemen 13 3 Baik, bila lantai rumah di keramik 13 63,89 18,06 18,06

38 Tabel 13. memperlihatkan bahwa mayoritas sebanyak 63,89 persen merasa kurang karena lantai rumah masih dari tanah, kemudian 18,06 persen merasa baik karena lantai rumah sudah dikeramik, sedangkan sisanya 18,06 persen merasa cukup karena latai rumah sudah disemen. Tabel 14. Kondisi Keadaan Dinding Rumah di Kelurahan Sukabumi Indah No Jawaban Jumlah 1 Kurang, bila dinding rumah geribik/papan 41 2 Cukup, bila dinding rumah bata belum 18 3 diplester 13 56,94 25,00 18,06 Baik, bila dinding rumah diplester Tabel 14. memperlihatkan bahwa mayoritas sebanyak 56,94 persen merasa kurang dengan dinding terbuat dari geribik/papan. Kemudian 18,06 persen merasa baik dengan dinding rumah mereka telah dibata namun belum diplester dan sisanya 25,00 persen merasa cukup dengan dinding rumahnya hanya diplester. E. Ketepatan Waktu Dalam Distribusi RASKIN Tabel 15. Kondisi Waktu Pembagian Beras No Jawaban Jumlah 1 Baik, bila tepat setiap bulan menerima 42 RASKIN pada minggu ke-1 s/d minggu 2 ke-2. 12 Cukup, bila tepat setiap bulan menerima 3 RASKIN pada minggu ke-3. 18 Kurang, bila tepat setiap bulan menerima 58,33 16,67 25,00 RASKIN pada minggu ke-4.

39 Tabel 15. memperlihatkan bahwa mayoritas sebanyak 58,33 persen merasa baik dalam waktu pembagian beras pada minggu ke-1 s/d minggu ke-2 setiap bulannya. Kemudian 16,67 persen merasa cukup dalam waktu pembagian beras pada minggu ke-3 setiap bulannya dan 25,00 persen merasa kurang dalam waktu pembagian beras pada minggu ke-4 setiap bulannya. F. Ketepatan Harga Beras Dalam Distribusi RASKIN Tabel 16. Harga Beras Rp. 1.600,00 per kg Jawaban Jumlah Ya - - Tidak 42 58,33 Tidak sama sekali 30 41,67 Tabel 16. memperlihatkan bahwa semua tidak ada yang merasa membeli tepat Rp 1600,00 per kg sesuai Pedoman Umum RASKIN dengan ketetapan harga yang seharusnya. Ini menunjukkan ada penyimpangan dalam penebusan beras Raskin karena dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan Pedoman Umum Raskin yaitu Rp 1600/kg. Hal ini terjadi karena harga yang ditawarkan lebih dari Rp 1600,00 per kg dengan kontribusi yang diberlakukan Rp 400,00, sehingga yang dibayarkan mencapai Rp 2000,00 per kg tiap. Kontribusi di sini dimaksudkan sebagai sumbangan dari para untuk biaya operasional di titik distribusi hingga beras diterima sampai ketangan.

40 G. Ketepatan Jumlah Beras Dalam Distribusi RASKIN Tabel 17. Jumlah Beras yang Didapatkan Dalam Distribusi RASKIN Jumlah Beras kg Jumlah 15 <15 >15 28 19 25 38,89 26,39 34,72 Tabel 17. memperlihatkan bahwa mayoritas 61,11 persen tidak menerima tepat 15 kg tiap bulan yang terdiri dari 26,39 persen merasa mendapat kurang dari 15 kg tiap bulan dan 34,72 persen merasa mendapat lebih dari 15 kg tiap bulan. Hal ini terjadi dikarenakan ada tidak mampu membeli RASKIN penuh 15 kg, sehingga ada membeli lebih dari 15 kg yang mempunyai uang lebih dengan membeli bagian jatah yang tidak mampu dibeli penuh 15 kg. Sedangkan 38,89 persen mendapat 15 kg tiap bulannya. H. Ketepatan Kualitas Beras Dalam Distribusi RASKIN Tabel 18. Kondisi Kualitas Beras Raskin di Kelurahan Sukabumi Indah No Jawaban Jumlah 1 2 3 Baik, bila kualitas beras bagus dan tidak berhama Cukup, bila kualitas beras bagus dan berwarna kuning Kurang, bila kualitas beras bau, berkutu, 43 9 20 59,72 12,50 27,78 dan berwarna kuning

41 Tabel 18. memperlihatkan bahwa mayoritas sebanyak 59,72 persen merasa baik karena beras yang didapatkan berkualitas bagus dan tidak berhama. Sedangkan 27,78 persen merasa kurang karena beras yang didapat berkualitas bau, berkutu, dan berwarna kuning dan sisanya 12,50 persen merasa cukup karena beras yang didapat berkualitas bagus dan berwarna kuning. I. Sosialisasi Mengenai Pendisribusian Oleh Pihak Kelurahan Tabel 19. Sosialisasi Mengenai Waktu Pendisribusian Oleh Pihak Kelurahan No Jawaban Jumlah 1 Ya, menerima informasi sosialisasi tentang beras miskin (RASKIN) dengan 39 54,17 jelas. 2 3 Tidak menerima dengan jelas informasi sosialisasi tentang beras miskin (RASKIN) Tidak sama sekali menerima informasi sosialisasi tentang beras miskin (RASKIN) 16 17 22,22 23,61 Tabel 19. memperlihatkan mayoritas responden sebanyak 54,17 persen menerima informasi sosialisasi tentang RASKIN dengan jelas. Kemudian 22,22 persen tidak menerima dengan jelas informasi sosialisai tentang RASKIN, dan sisanya 23,61 persen merasa tidak sama sekali menerima informasi sosialisai RASKIN.

42 J. Analisis Data dan Pengujian Matrik hasil analisa data untuk mengetahui ketepatan sasaran ditinjau dari kebutuhan pangan (mengenai makan sehari-hari, kebutuhan pangan mengenai pemenuhan protein), kebutuhan sandang (mengenai pakaian yang dimiliki), kebutuhan sandang (mengenai pembelian pakaian baru), kebutuhan papan (mengenai kondisi mengenai keadaan lantai rumah dan kondisi keadaan dinding rumah ). Tabel 20. Distribusi RASKIN Dilihat Dari Kelompok Ketepatan Sasaran Variabel Total Skor Riil Total Skor Harapan A Kelompok Sasaran 1. Kebutuhan Pangan Mengenai Makan Sehari-hari % Pencapaian 169 216 78,24 2. Kebutuhan Pangan Mengenai 170 216 78,70 Pemenuhan Protein 3. Kebutuhan Sandang Mengenai 169 216 78,24 Pakaian yang Dimiliki 4. Kebutuhan Sandang Mengenai 165 216 76,39 Pembelian Pakaian Baru 5. Kondisi Mengenai Keadaan 178 216 82,41 Lantai Rumah 6. Kondisi Keadaan Dinding 172 216 79,63 Rumah Keluarga Total 1023 1296 78,94 Jika diurutkan dari kebutuhan pangan mengenai makan sehari-hari sebesar 78,24 persen, kebutuhan pangan mengenai pemenuhan protein sebesar 78,70 persen, kebutuhan sandang mengenai pakaian yang dimiliki sebesar 78,24 persen, kebutuhan sandang mengenai pembelian pakaian baru sebesar 76,39 persen, kebutuhan papan mengenai kondisi mengenai keadaan lantai rumah sebesar 82,41 persen, kondisi keadaan dinding rumah keluarga sebesar 79,63 persen.

43 Matrik hasil analisis data untuk mengetahui ketepatan sasaran, ketepatan waktu, ketepatan harga, ketepatan jumlah, ketepatan kualitas ditinjau dari aspek kebutuhan pangan mengenai makan sehari-hari, kebetuhan pangan memenuhi pemenuhan protein, kebutuhan sandang mengenai pakaian yang dimiliki, kebutuhan mengenai pembelian pakaian baru, kondisi mengenai lantai rumah, kondisi keadaan dinding rumah, kondisi waktu pendistribusian beras, harga beras, jumlah beras yang didapatkan dalam distribusi RASKIN, kondisi kualitas beras. Tabel 21. Distribusi RASKIN Dilihat Dari Ketepatan Sasaran, Ketepatan Harga, dan Ketepatan Jumlah Variabel Total Skor Riil Total Skor Harapan A B C D Kelompok Sasaran 1. Kebutuhan Pangan Mengenai Makan Sehari-hari 2. Kebutuhan Pangan Mengenai Pemenuhan Protein 3. Kebutuhan Sandang Mengenai Pakaian yang Dimiliki 4. Kebutuhan Sandang Mengenai Pembelian Pakaian Baru 5. Kondisi Mengenai Keadaan Lantai Rumah 6. Kondisi Keadaan Dinding Rumah Keluarga Ketepatan Waktu 1. Kondisi Waktu Pembagian Beras % Pencapaian 169 216 78,24 170 216 78,70 169 216 78,24 165 216 76,39 178 216 82,41 172 216 79,63 168 216 77,78 Ketepatan Harga Beras 1. Harga Beras 114 216 52,78 Ketepatan Jumlah Beras 1. Jumlah Beras Yang 147 216 68,06 Didapatkan Dalam Distribusi RASKIN E Ketepatan Kualitas Beras 1. Kondisi Kualitas Beras 167 216 77,31 Total 1619 2160 74,95

44 Matrik hasil analisa data untuk mengetahui ketepatan sasaran ditinjau dari kebutuhan pangan (mengenai makan sehari-hari, kebutuhan pangan mengenai pemenuhan protein), kebutuhan sandang (mengenai pakaian yang dimiliki), kebutuhan sandang (mengenai pembelian pakaian baru), kebutuhan papan (mengenai kondisi mengenai keadaan lantai rumah dan kondisi keadaan dinding rumah ), ketepatan waktu ditinjau dari kondisi waktu pembagian beras, ketepatan harga ditinjau dari harga beras, ketepatan jumlah beras ditinjau dari jumlah beras yang didapatkan dalam distribusi RASKIN, dan ketepatan kualitas beras ditinjau dari kondisi kualitas beras raskin. Jika diurutkan dari lima kelompok ketepatan berdasarkan pada Tabel 23, pada urutan pertama adalah aspek ketepatan sasaran efektif dengan pencapaian 78,94 persen, kedua ketepatan waktu efektif dengan pencapaian 77,78 persen, ketiga aspek ketepatan harga kurang efektif dengan pencapaian 52,78 persen, keempat aspek ketepatan jumlah efektif dengan pencapaian 68,06 persen, dan kelima ketepatan mutu efektif dengan pencapaian 77,31 persen. Dengan demikian secara keseluruhan matrik analisis distribusi RASKIN dilihat dari ketepatan sasaran, ketepatan waktu, ketepatan harga, ketepatan jumlah, dan ketepatan mutu rata-ratanya adalah 74,95 persen yang berarti termasuk kategori Efektif.

45 K. Implikasi Dalam Distribusi RASKIN Berdasarkan hasil wawancara tidak terstruktur dengan seorang narasumber mengenai penyaluran RASKIN ini yaitu menceritakan bahwa ia telah mengetahui dari musyawarah kelurahan bahwa harga beras RASKIN yang seharusnya ditebus sebesar Rp 1600,00/kg, namun narasumber harus menebus beras RASKIN sebesar Rp 2000,00/kg menurutnya masih terasa berat. Narasumber masih sangat mengharapkan dapat menebus beras RASKIN sebesar Rp 1600,00/kg, dibandingkan harus menebus beras RASKIN sebesar Rp 2000,00/kg yang lebih mahal Rp 400,00/kg, menurut kalau bisa menebus Rp 1600,00/kg untuk pembelian 15kg beras RASKIN ia hanya mengeluarkan uang sebesar Rp 24.000,00, tetapi karena harus menebus dengan biaya Rp 2000,00/kg untuk 15kg beras RASKIN maka total biaya yang dikeluarkannya menjadi lebih besar yaitu sebesar Rp 30.000,00. Narasumber mengatakan bahwa ia mau tidak mau membeli beras RASKIN dengan harga Rp 2000,00/kg, karena lebih murah dibandingkan dengan beras sejenis yang biasa dibelinya dengan harga Rp 5000,00/kg di warung terdekat, menurutnya lumayan bisa menghemat Rp 3000,00/kg bisa untuk membeli keperluan alat tulis sekolah dan membayar buku LKS (Lembar Kerja Siswa) anak-anaknya yang sedang bersekolah di SD dan SMP, maklum karena pekerjaannya hanya sebagai buruh bangunan kadang kerja dan kadang tidak kerja. Narasumber mengatakan merasa terbantu dalam pemenuhan kebutuhan pangan melalui penyaluran RASKIN oleh Pemerintah dan masih berharap dapat membeli beras RASKIN sebesar Rp 1600,00/kg bahkan kalau bisa lebih murah lagi dari Rp1600,00/kg.

46 Gambar 2. Pengaruh Subsidi RASKIN Terhadap Permintaan dan Penawaran Beras P S 0 E 0 S 1 P 0 E 1 P 1 Q 0 Q 1 Q Memperhatikan Gambar 2, bahwa kesimbangan mula-mula pada gambar tersebut berada pada titik E 0, terlihat pada saat harga beras sejenis RASKIN di pasaran sebesar P 0 dan kemampuan akan membeli beras sebesar Q 0. Dengan adanya subsidi melalui penyaluran RASKIN harga beras RASKIN dapat dibeli dengan harga P 1 dengan begitu kemampuan akan membeli beras semakin bertambah sebesar Q 1, dan manfaat subsidi yang diterima sebesar M yang diperoleh dari ((P 1 x Q 1 ) - (P 0 x Q 0 ))

47 Surplus Konsumen adalah selisih diantara harga tertinggi dari kemampuan konsumen untuk meminta sejuamlah barang dengan harga yang lebih rendah dengan jumlah barang yang diminta lebih banyak. Gambar 3. Kurva Surplus Konsumen Px A Surplus Konsumen P m E 0 Q m Qx Memperhatikan gambar 3, bahwa surplus konsumen terjadi pada saat harga P m dan jumlah barang yang diminta sebesar Q m yaitu pada titik A, E, P m, dimana surplus konsumen terjadi karena ada selesih antara harga tertinggi dari kemampuan konsumen untuk meminta sejumlah barang dengan harga yang lebih rendah dengan jumlah barang yang diminta lebih banyak.

48 Gambar 4. Pengaruh Kenaikan Harga RASKIN Terhadap Manfaat Subsidi Yang Diterima Oleh. Harga Per kg Rp 5000,00 Dengan jumlah pembelian sebanyak15 Kg Rp 2000,00 Rp 1600,00 0 Rp45.000,00 Rp51.000,00 Jumlah Manfaat dari RASKIN yang diterima oleh Memperhatikan Gambar 4, bahwa semakin tinggi harga beras RASKIN per kg yang ditebus menunjukkan manfaat yang diterima semakin kecil. Terlihat pada saat harga RASKIN sesuai ketetapan Pedoman Umum Raskin sebesar Rp 1600,00/kg, manfaat yang diterima sebesar Rp 51.000,00, namun ketika harga beras RASKIN dilapangan dan kenyataannya ditebus dengan harga Rp 2000,00/kg maka manfaat yang diterima oleh berkurang menjadi Rp 45.000,00, hal ini terjadi disebabkan adanya penambahan harga Rp.400,00 yang dibayar oleh sebagai kontribusi digunakan untuk penggantian upah tukang, ongkos kirim dan sebagainya karena terbatasnya dana pendistribusian dari pemerintah sehingga secara total biaya tambahan yang harus

49 dikeluarkan oleh setiap sebesar Rp 6000,00 yang menyebabkan berkurangnya manfaat subsidi yang diterima oleh dari sebesar Rp 51.000,00 menjadi Rp 45.000,00. Melihat kenyataan ini sebaiknya Pemerintah Kota Bandar Lampung dapat menanggung biaya penggantian upah tukang, ongkos kirim dan sebagainya melalui APBD dan penyaluran RASKIN dapat berjalan sesuai ketetapan Pedoman Umum RASKIN yaitu sebesar Rp 1600,00/kg, agar tidak lagi dibebankan biaya tambahan sebesar Rp 400,00/kg. Jika harga beras sejenis RASKIN di pasaran seharga Rp 5000,00, beras yang dibeli sejumlah 15kg dan biaya total yang dikeluarkan adalah (Rp 5000,00x15kg) yaitu sebesar Rp 75.000,00 dibandingkan dengan penyaluran beras RASKIN yang seharusnya ditebus menurut Pedoman Umum RASKIN seharga Rp 1600,00/kg, beras yang harus dibeli 15kg dan biaya total yang harus dikeluarkan adalah (Rp 1600,00x15kg) yaitu sebesar Rp 24.000,00 maka subsidi yang seharusnya diterima oleh setiap adalah (Rp 75.000,00 Rp 24.000,00) yaitu sebesar Rp 51.000,00. Namun kenyataannya tidak menebus harga RASKIN sesuai dengan Pedoman Umum RASKIN, melainkan menebus RASKIN seharga Rp 2000,00/kg, beras yang harus dibeli 15kg dan biaya total yang harus dikeluarkan adalah (Rp 2000,00x15kg) yaitu sebesar Rp 30.000,00 maka subsidi nyata yang diterima oleh setiap adalah (Rp 75.000,00 Rp 30.000,00) yaitu sebesar Rp 45.000,00.

50 Menurut narasumber nilai Rupiah sebesar Rp 45.000,00 adalah nilai yang besar, ia bersyukur karena dengan uang sebesar Rp 45.000,00 per bulan ia dapat menggunakannya untuk membeli keperluan alat tulis sekolah dan membayar buku LKS (Lembar Kerja Siswa) anak-anaknya yang sedang bersekolah di SD dan SMP, kalau bagi orang yang mampu mungkin nilai Rupiah sebesar Rp 45.000,00 tidak ada apa-apanya. Narasumber berharap apalagi jika seharusnya ia dapat menerima subsidi sebesar Rp 51.000,00 yang diberikan pemerintah melalui penyaluran beras RASKIN seharga Rp 1600,00/kg dengan pembelian beras sejumlah 15kg. Manfaat dari penyaluran RASKIN ini terlihat dapat meringankan beban kebutuhan akan beras, secara tidak langsung kenyataannya terjadi transfer pendapatan in natura kepada senilai Rp 45.000,00 per bulan pada tahun 2009 dengan penebusan harga beras RASKIN yang ditebus sebesar Rp 2000,00/kg, dapat membantu biaya makan, dan membantu biaya sekolah. Sehingga rekomendasi untuk distribusi RASKIN adalah perlu untuk dilanjutkan. Jika saja penyaluran RASKIN dapat berjalan sesuai dengan pedoman RASKIN dengan harga Rp 1600,00/kg tentunya manfaatnya pun akan lebih besar yaitu senilai Rp 51.000,00, Oleh karena itu harapan kepada pemerintah Kota Bandar Lampung agar dapat menanggung biaya penggantian upah tukang, ongkos kirim dan sebagainya melalui APBD dan penyaluran RASKIN dapat berjalan sesuai ketetapan Pedoman Umum RASKIN yaitu sebesar Rp 1600,00/kg, agar tidak lagi dibebankan biaya tambahan sebesar Rp 400,00/kg.

51 Berdasarkan hasil wawancara tidak terstruktur dengan petugas di Kelurahan Sukabumi Indah mengenai pelaksanaan distribusi RASKIN ini yaitu pihak kelurahan berusaha melakukan kinerja yang sebaik-baiknya. Meskipun memang harus diakui bahwa pedoman umum yang telah ditetapkan sulit untuk diterapkan dalam teknis lapangan. Mengenai penerima sasaran, kelurahan banyak memiliki pertimbangan dalam menentukan siapa yang harus menerima. Tidak semua mengacu pada kriteria keluarga Prasejahtera dan Keluarga Sejahtera. Alasan mereka adalah dengan melihat banyaknya jumlah tanggungan keluarga, kepala keluarga pengangguran, seorang janda dan termasuk dalam petugas yang membagikan beras (kader). Mengenai jumlah beras, petugas memberikan dengan jumlah yang tidak merata tergantung lingkungannya. Meskipun memang harus diakui bahwa Pedoman Umum pelaksanaan distribusi RASKIN yang telah ditetapkan sulit untuk diterapkan dalam teknis lapangan. Mengenai harga mereka mengakui bahwa menjual beras tersebut lebih dari harga yang telah ditetapkan, itu pun sudah melalui kesepakatan musyawarah desa dengan para dan tokoh masyarakat di Kelurahan Sukabumi Indah. Harga tersebut sebesar Rp 2000/kg dari ketetapan yang ada yaitu Rp 1.600,00/kg. Penambahan harga Rp.400,00 yang dibayar oleh penerima sebagai kontribusi digunakan untuk penggantian upah tukang, ongkos kirim dan sebagainya karena terbatasnya dana pendistribusian dari pemerintah. Mengenai kualitas beras, mereka mengakui bahwa kurang berkualitas misal bau, berkutu, dan berwarna kuning. Kemudian mengenai waktu pendistribusian RASKIN, mereka mengakui bahwa pihak kelurahan telah melakukan sosialisai distribusi RASKIN namun tidak seluruhnya mendapat informasi dengan jelas dikarenakan ada yang tidak datang saat sosialisai di Kantor Kelurahan Sukabumi Indah dan yang kurang paham dengan sosialisai yang diberikan oleh petugas.