LAMPIRAN Informan 1 Nama : H.M. Ali Karim Oei (AKO) Umur : 55 thn Pekerjaan : Ketua Umum Yayasan Haji Karim Oei Domisili : Jakarta Informan 2 Nama : Yusman Iriansyah (YI) Umur : 50 thn Pekerjaan : Humas Masjid Lautze Domisili : Bekasi Informan 3 Nama : Rahmadi (R) Umur : 45 thn Pekerjaan : Wiraswasta Domisili : Jakarta Informan 4 Nama : Muhammad Abdul (MA) Umur : 55 thn Pekerjaan : Pedagang Domisili : Jakarta
Informan 5 Nama : Devia (D) Umur : 28 thn Pekerjaan : Karyawan Domisili : Jakarta Informan 6 Nama : Ana (A) Umur : 45 thn Pekerjaan : Sekretaris Masjid Lautze Domisili : Bekasi Informan 7 Nama : Misnah (M) Umur : 65 thn Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Domisili : Jakarta Informan 8 Nama : Paryono (P) Umur : 65 thn Pekerjaan : Pengurus Harian Masjid Lautze Domisili : Jakarta
Daftar Pertanyaan 1. Nama pemilik bangunan Masjid Lautze? 2. Kapan Masjid Lautze ini didirikan? 3. Bagaimana sejarah Masjid Lautze? 4. Apakah bangunan masjid ini berkaitan dengan bangunan bergaya Tiongkok? 5. Apa alasan mendirikan masjid ditengah pertokoan? 6. Apa keunikan bangunan ini dibanding bangunan masjid lainnya? 7. Apakah setiap ornamen pada bangunan memiliki makna tertentu? 8. Apa pengaruh bangunan pada masyarakat dan sekitarnya? 9. Kegiatan apa saja yang biasa dilakukan di tempat ini? 10. Bagaimana pendapat anda tentang Masjid Lautze?
Hasil Wawancara 1. Nama pemilik bangunan Masjid Lautze? AKO: Nama pemilik bangunan atas nama yayasan ya bukan atas nama pribadi. Karena bangunan ini merupakan hibah/wakaf. 2. Kapan Masjid Lautze ini didirikan? AKO: kalau didirikan awalnya itu dari yayasan pada april tahun 1991 kalau untuk Masjid Lautze sendiri diresmikan pada 4 Februari 1994 oleh Bapak Habibi. 3. Bagaimana sejarah Masjid Lautze? YI: awalnya itu Yayasan Haji Karim Oei didirikan lalu bermula dari tahun 1988 pada saat Alm. Bapak Karim Oei Tjeng Hien meninggal dunia. Kemudian pada tahun 1991 para sahabat sekaligus pengagum termasuk salah satunya Pak Ali Karim Oei sepakat untuk mendirikan yayasan dimana sasarannya itu untuk menyampaikan informasi islam kekalangan saudara kita dari etnis Tionghoa. Kenapa kita memakai nama Pak Haji Karim Oei itu sebagai yayasan? Karena Pak Karim Oei itu semasa hidupnya beliau itu dikenal sebagai seorang tokoh nasional, beliau juga seorang pengusaha yang sukses, beliau juga pejuang semasa masa penjajahan itu dan berteman dengan Bung Karno dan Buya Hamka, beliau juga tokoh agama Islam karena pada tahun 1926 beliau sudah menjadi seorang mualaf bahkan menjadi pimpinan Muhammadiyah di daerah Bengkulu. Setelah beliau meninggal maka didirikanlah yayasan ini memakai nama beliau, karena beliau dianggap sebagai suatu tokoh yang bisa diwariskan keteladanannya kepada generasi berikutnya. Yang
menjadikannya ini berasal dari tokoh-tokoh ormas Islam, ada dari Muhammadiyah, NU, Al-Wasliyah, ICMI, KAHMI dan beberapa tokoh cina muslim. Dan ini juga sebagai artian yayasan ini tidak memihak salah satu ormas karena sudah diwakilkan mereka bersama-sama untuk mendirikan yayasan ini. Tujuan yayasan ini untuk menyampaikan informasi Islam kepada saudara kita etnis Tionghoa dimana saudara kita etnis Tionghoa ini kan sangat potensial sekali untuk menerima dakwah Islam dan keingintahuannya besar untuk mengenal Islam. Sedangkan di Indonesia sendiri memiliki banyak ormas Islam tetapi belum banyak yang fokus untuk menyampaikan Islam ke kalangan Tionghoa sehingga didirikan yayasan ini dengan mengambil lahannya untuk menyampaikan informasi Islam kepada saudara kita etnis Tionghoa. Itu adalah awal pendirian dan tujuannya, selain itu bertujuan juga ingin menyampaikan solusi kepada bangsa Indonesia bagaimana menuntaskan masalah pembauran di Indonesia. Karena pada masa itu masih sangat rawan dan sensitif sekali sebagaimana yang kita ketahui di kalangan saudara kita etnis Tionghoa dengan tanda kutip pribumi dan non pribumi. Itu sangat sensitive sekali pada waktu itu sehingga yayasan ini berdiri dengan tujuan untuk memberikan solusi bagaimana sih cara pembauran itu agar kita bisa hidup rukun damai walaupun kita berbeda keyakinan dan etnis. Kita memberikan solusi kepada bangsa ini bagaimana cara memberikan pendekatan itu untuk menuntaskan masalah pembauran melalui agama mayoritas. Bukan berarti harus masuk agama mayoritas. Masuk agama Islam itu termasuk hidayah milik Allah, bukan kita. Tetapi paling tidak, mereka pendatang itu harus membaur dengan kata atau bisa menerima agama mayoritas dan tidak bersebrangan. Selama ini, mohon maaf, pernah mendengar Islam mayoritas lalu masuk Islam maka
akan mendapat perlakuan kurang bagus dari keluarganya dan lingkungannya. Itu kenapa bisa menjadi seperti itu? Seharusnya kan tidak, itu masalah pribadi dan keyakinan. Nah, kita ingin mencoba menyampaikan itu, kenapa bisa seperti itu, mungkin dikarenakan adanya salah persepsi tentang Islam. Sehingga kita mencoba meluruskan persepsi yang salah tadi. AKO: seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, selama ini orang-orang Tionghoa banyak yang ingin mengetahui Islam. Bahkan banyak juga orang Tionghoa yang ingin masuk agama Islam tetapi takut untuk datang ke masjid-masjid pada umumnya, sehingga karena itulah Yayasan Haji Karim Oei ini didirikan bersama dengan Masjid Lautze. Pak Yunus Yahya, Ketua Yayasan Haji Karim Oei kala itu mengusulkan agar lokasi ini juga digunakan sebagai tempat ibadah kaum muslimin. Lalu masjid didirikan pada tahun 1991 dan awalnya bangunan ruko ini masih ngontrak satu lantai dengan waktu 2 tahun. Waktu itu kita duitnya cuma cukup sewa satu lantai. Setelah itu pemilik bangunan terkejut lantaran bangunan sudah berubah fungsi, disuruh beli kita harganya 200 juta dikasih waktu sampai 6 bulan. Terus kita cari dana hingga akhirnya terkumpul 50 juta. Bingung kita mau cari kemana sisanya. Terus kita putusin buat minjam ke bank. Lalu karena ga sanggup bayar, bulan kedua kita dipanggil pihak bank. Abis gimana orang kita nggak punya uang. Pusing, kita kirim surat ke Pak Harto. Pada saat yang bersamaan ICMI juga baru didirikan. Enggak tahu Pak Harto perintahkan Pak Habibi atau gimana tau-tau Pak Habibi telepon saya menanyakan uang kenapa nggak diambil-ambil padahal sudah tersedia. Mengenai nama Masjid Lautze sendiri awalnya diusulkan nama Al hidayah atau Al
barakah. Saya bilang nggak keren. Ini kan jalan lautze ya pakai saja nama lautze. Simple. 4. Apakah bangunan masjid ini berkaitan dengan bangunan bergaya Tiongkok? YI: memang kita mencoba pendekatan tentang cultural dan sebagainya supaya mereka tidak asing untuk datang kesini. Walaupun mereka mengetahuinya masjid tapi tidak sebagaimana masjid pada umumnya yang ada di Indonesia dan juga biasa namanya memakai bahasa Arab atau Indonesia tetapi disini memakai bahasa Mandarin. Nah disitulah kita mencoba ornamen bangunan kita dengan gaya-gaya Beijing dan Tiongkok sana dalam rangka supaya saudara kita etnis Tionghoa itu merasa kalau ingin datang merasa enak aja gitu. Mungkin dikarenakan apabila mendatangi masjid lainnya mereka merasa takut, minder dan sebagainya. Tapi kalau datang kesini, Insya Allah tidak merasakan seperti itu. Mereka datang dengan perasaan enjoy karena merasa tidak masuk ke dalam masjid. Malah pada saat perrenovasian bangunan kita pernah ada salah tamu. Perempuan itu mengira bangunan ini klenteng. Pagi-pagi sudah datang dengan membawa hio berkeliling mencari altar sembahyang. Kemudian setelah dijelaskan bahwa ini masjid beliau minta maaf, ya kita bilang nggak apa-apa karena kita juga mengizinkan dan menerima saudara kita dari kalangan Non muslim untuk melihat masuk ke dalam masjid. 5. Apa alasan mendirikan masjid ditengah pertokoan? YI: sebetulnya bukan karena di rukonya tetapi tujuan utama mendirikannya itu di lingkungannya pecinan yang ingin menyampaikan Islam ke kalangan etnis Tionghoa
karena bisa dibilang Sawah Besar dan sekitarnya merupakan daerah pecinan dimana mayoritas etnis Tionghoa yang bertempat tinggal. 6. Apa keunikan bangunan ini dibanding bangunan masjid lainnya? YI: keunikannya ya itu tadi, kita mencoba tampilnya seperti bangunan yang ada di Beijing, dari namanya, penampilan ornament segala macam dan bahkan kaligrafi kita yang terdapat dari masjid ini semua dari Tiongkok. Sebagian merupakan hadiah dari ulama disana dan sebagian lagi kita beli. Sengaja kita beli kaligrafi yang bernuansa Mandarin. 7. Apakah setiap ornamen pada bangunan memiliki makna dan fengshui tertentu? YI: setau saya ya mungkin ga ada makna atau filosofis tertentu. Tapi itu setau saya. Cuma kita ingin membuat suasananya supaya orang tertarik saja gitu ya. Coba warnanya mungkin dibilang norak warna kuning, hijau tapi ya itu merupakan suatu daya tarik saja. Karena kita mau menampilkan apa gitu. Dari segi kemewahan kita jauh, nggak mungkin. Masjid kita juga kecil sekali jadi kita buat supaya orang tertarik datang dengan warna-warni. Tapi memang ada satu yg bermakna antara lantai 1 dan 2 itu terdapat celah yang bertujuan supaya saudara kita yang Non muslim melihat umat Islam salat, dia dapat melihat dan mengikuti bagaimana cara umat Islam salat. Tetapi kalau makna dan fengshui tidak ada karena kita cuma adaptasi saja agar masyarakat yang melihat merasa tertarik dengan bangunan ini yang lebih terlihat seperti klenteng. Itu saja. 8. Apa pengaruh bangunan pada masyarakat dan sekitarnya? YI: bangunan masjid atau keberadaan masjid Alhamdulillah ya kita berada di lingkungan pecinan dimana dikatakan sangat bhineka tunggal ika, dengan mayoritas
agama lain karena disini campur berbagai macam agama, ya Alhamdulillah dapat diterima dengan sangat baik. Diterima baik itu dalam artian keberadaan kita ini dianggap sebagai suatu hikmah atau berkah karena pada awalnya merupakan perkampungan atau kawasan yang biasa saja tetapi begitu ada Masjid Lautze yang sering di ekspos oleh media massa dalam dan luar negri, kawasan ini menjadi lebih terkenal. Di sisi lain kita buktikan kita diterima dengan baik ya kita disini bisa dikatakan rawan bencana seperti kebakaran dan semacamnya. Kita disini selalu mengkoordinir dari teman-teman saudara lainnya untuk bakti sosial. Kita minta sumbangan, mereka dengan senang hati menyalurkan kepada kita dan kita juga menyalurkan kepada mereka yang membutuhkan. Jadi keberadaan kita membuat kita bisa bekerja sama dengan saudara kita yang lain yang berbeda agama, etnis dan Alhamdulillah kita bisa sama-sama rukun disini. 9. Kegiatan apa saja yang biasa dilakukan di tempat ini? YI: kegiatan yang paling utama itu kita membimbing syahadat yang dapat dikatakan 99% merupakan etnis Tionghoa dan 1% nya merupakan etnis lain. Sebelum menjadi mualaf biasanya mereka mencari informasi terlebih dahulu lalu diarahkan kemari (Masjid Lautze). Dan Alhamdulillah kita sudah menjadi semacam apa ya kalo mau masuk Islam datangnya ke Masjid Lautze. Setelah di syahadatkan biasanya mereka akan mengikuti pengajian dan pembinaan mualaf yang dilakukan pada hari minggu mengingat saudara mereka yang masih kebanyakan Non muslim melaksanakan kegiatan ibadahnya pada hari itu. Sehingga daripada sendirian dirumah tanpa melakukan apapun lebih baik datang ke Masjid Lautze sembari memperdalam ajaran agamanya. Awalnya keberadaan kita masih ada kisah-kisah yang kurang
menyenangkan. Masih ada keluarganya yang malu kalau mereka masuk Islam jadi harus sembunyi-sembunyi, belum berani menampilkan keislamannya tersebut. Tapi belakangan ini sudah mengalami kemajuan yang sangat bagus sekali, mereka yang mau masuk Islam diantar oleh keluarganya yang Non muslim. Sudah banyak terjadi dan itu merupakan satu perkembangan yang cukup baik. Yang tadinya mereka menentang, sekarang sudah banyak dari mereka yang justru berpikir masalah keyakinan itu masalah masing-masing jadi tidak dipersoalkan. Mereka dengan senang hati ingin mengantarkan anaknya yang ingin masuk Islam atau saudaranya atau temannya. Mereka pun berpesan tolong dibimbing sebaik-baiknya jangan sampai hanya Islam KTP. Alasan paling utama menjadi mualaf itu biasanya karena faktor perkawinan dan lingkungan setempat. Seperti baru-baru ini juga ada mualaf kita yang diantarkan oleh keluarga calon suaminya. Kemudian beberapa tahun yang lalu ada kegiatan imlek. Saudara kita kan mereka yang dulunya sebelum Islam pernah merayakan Imlek. Lalu setelah menjadi Islam bagaimana sih caranya peringatan Imlek. Sehingga kita berpikir bagaimana cara mengadakannya karena ada yang boleh dan tidak boleh. Dibikin lah acara nostalgia Imlek. Jadi kita bagaimana tetap mengakomodasi keinginan mereka yang ingin merayakan itu tetapi tetap dengan nuansa Islam. Tapi ya dengan kegiatan lomba azan, lomba baca Al Quran, pengajian dll. Selanjutnya Teras Sehat BAZNAS itu kita bekerja sama dengan Badan Amal Zakat Nasional baru setahun, kita memberikan suatu pengobatan gratis kepada lingkungan kita ini tapi pada khususnya mereka yang tidak mampu. Seminggu sekali kita mengadakan pengobatan gratis setiap hari selasa dan ruangannya menyerupai teras kecil saja. Tahap pertama mungkin seminggu sekali tetapi kalau pasiennya
semakin banyak mungkin akan ditambah jadwalnya. Kita mencoba memberikan iniloh varianan masjid kita itu supaya tadi, mereka yang Non muslim itu merasa bisa dekat dengan masjid. Kita nggak masalah mau dia Non muslim ingin berobat ya tetap kita bantu. P: kalau untuk kegiatan salat berjamaahnya memang cuma dua kali dalam sehari tapi pada saat bulan Ramadan kita juga melaksanakannya setiap hari minggu yang dilaksanakan setelah berbuka puasa bersama. Jamaahnya itu nggak hanya warga lokal neng, Ada artis dan tokoh nasional misalnya Teuku Wisnu, dan solat jumat sebelumnya juga ada pak Menteri solat dimari. Sebelumnya juga ada Pak Habibi dan Pak Try Sutrisno yang salat Jumat disini. 10. Mengapa anda lebih memilih pengobatan di Masjid Lautze? M: karena ibu tinggal disekitar sini jadi lebih praktis neng terus dekat juga dari rumah. Walaupun ibu punya Kartu Jakarta Sehat dan BPJS tetap lebih mudah di sini. Ngantrinya ga terlalu panjang pelayanannya juga baik. Selain nggak bayar ongkos buat kendaraan umum, syarat yang diperlukan hanya fotokopi KTP dan KK. 11. Bagaimana pendapat anda tentang Masjid Lautze? R: bukanya dari jam 9 pagi sampai 5 sore. Kalau ada acara tertentu saja buka sampai malam. Menurut saya walaupun masjid hanya buka di siang hari tetapi cukup ramai dan aktif. Di mulai dari pengobatan gratis sampai perayaan ulang tahun masjid. Apalagi pada saat bulan Ramadan tiba. Jamaahnya juga dermawan suka bagi-bagi takjil gratis. Kita warga sekitar juga aktif diajak berpartisipasi dalam berbagai kegiatan. Saya harap yang lainnya dapat mencontoh ya. Bersama-sama salingmenjaga toleransi.
12. Bagaimana pendapat anda tentang Masjid Lautze? MA: Alhamdulillah saya sangat bersyukur sekali ya bisa menjadi bagian disini (mualaf) dan diijinkan membuka usaha tepat di depan Masjid Lautze. Masjid ini sangat berpengaruh dalam kehidupan saya. Dulu saya susah sekali. Tapi pada saat datang kesini semua menyambut saya dengan baik tanpa memandang saya siapa pekerjaan saya apa, kemudian saya dengan mantap ingin disyahadatkan. Pada 2014 saya diajak untuk membuka usaha disini dan Alhamdulillah sekarang bisa mempekerjakan 3 orang pekerja. Masjid Lautze tidak hanya membimbing saya menjadi manusia yang lebih baik lagi tetapi juga membantu saya dalam mencari nafkah. 13. Bagaimana pendapat anda tentang Masjid Lautze? D: sebagai seorang mualaf (Tionghoa) yang saya rasakan terutama sih kenyamanan dalam beribadah. Kalau ditempat lain masih ada pandangan yang dalam tanda kutip tidak begitu mengenakkan. Disini saya juga memiliki banyak saudara yang masih belajar seperti saya dan itu semakin menambah semangat saya untuk memperdalam ajaran Islam.