PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor: KP. 456 T4HUN 2011 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor: KP. 456 T4HUN 2011 TENTANG

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP / 300 / V / 2011 TENTANG

2 Menetapkan : 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana diubah terakhir dengan Peratura

Menimbang : a. bahwa dalam Pasal 18 Peraturan Merited Perhubungan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP. 572 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP-447 TAHUN 2014 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

Perhubungan Udara perlu dibuat petunjuk teknis sebagai

NOMOR: PM 17 TAHUN 2014

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL)

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 20 /PER/M.KOMINFO/10/2005 TENTANG

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :KP 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor: KP 4 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2009

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956);

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Memmbang. a. perhubungan NomQr KM 21 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 173

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. NOMOR : KP. 56 Tahun 2014 TENTANG ORGANISASI SLOT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 136 / VII / 2010 TENTANG TANDA PENGENAL INSPEKTUR PENERBANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2001, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Pembangunan. Pasca Bencana Alam.

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN KEPEMILIKAN MODAL BADAN USAHA DI BIDANG TRANSPORTASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 503 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN DAN PENGAWASAN PEMENUHAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 549/KMK.04/2000 TENTANG

2 Pemerintah Nomor 3 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3925); 3. Peraturan Presiden No

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Udara yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal;

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KOMUNIKASI DAN IN FORM ATIKA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

(3) Bendahara Penerimaan wajib menyampaikan Laporan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No penerimaan negara bukan pajak dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana d

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 119/PMK.07/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.03/2012 TENTANG

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 15 /PER/M.KOMINFO/9/2005 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548/KMK.04/2000 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012

2017, No Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia T

2015, No.38 2 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 195/PMK.02/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 04 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN DAN MENTERI DALAM NEGERI

(3) Nota Penagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II Peraturan ini.

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

2017, No perjanjian kontrak kerja sama bagi hasil minyak dan gas bumi antara satuan kerja khusus pelaksana kegiatan usaha hulu minyak dan gas

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.02/2016 TENTANG

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 22/PER/M.KOMINFO/10/2005 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2 menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkuta

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 41 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PAJAK ROKOK PROVINSI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral)

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 203/PMK.04/2017 TENTANG KETENTUAN EKSPOR DAN IMPOR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan L

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008

Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung kegiatan Layanan Tunggal

2017, No tentang Kebijakan Akuntansi Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak atas Informasi Cuaca untuk Penerbangan pada Badan Meteorologi, Klima

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PMK.03/2015 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 313 ayat 3

TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP.15 TAHUN 2009 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang (Lembaran Negara Republik Indon

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 05 /PER/M.KOMINFO/2/2007

2017, No Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015 tentang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 568/KMK.04/2000 TENTANG

2015, No Peraturan Pemerintah 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara (Lembaran Negara Republik Ind

2 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fung

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 142/PMK.02/2013 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART

SKEP /40/ III / 2010

Transkripsi:

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor: KP. 456 T4HUN 2011 TENTANG PETUNJUKTEKNIS PENAGIHAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PELAYANAN JASA PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksana Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, telah ditetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/191A/III/2009 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Penagihan dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak Pelayanan Jasa Penerbangan; b. bahwa adanya kendala implementasi pemenuhan laporan bulanan data penerbangan dan perhitungan Penerimaan Negara Bukan Pajak Pelayanan Jasa Penerbangan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/191A/III/2009 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Petunjuk Teknis Penagihan dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak Pelayanan Jasa Penerbangan, dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara; Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3694) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3760); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3871); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2004 tentang Tata Cara Penyampaian Rencana dan Laporan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4353); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4973); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara penentuan Jumlah, Pembayaran dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 58); 10. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara; 11. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

12. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian; 13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2009 tentang Pendelegasian Kewenangan Menteri Perhubungan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara di Bidang Penerbangan; 14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; 15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan. MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENAGIHAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PELAYANAN JASA PENERBANGAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disebut PNBP adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan. 2. Penerbangan Dalam Negeri adalah penerbangan antar bandar udara dalam wilayah Republik Indonesia. 3. Penerbangan Luar Negeri adalah penerbangan dari bandar udara di dalam negeri atau tanpa melakukan transit di bandar udara lainnya di dalam negeri ke bandar udara di luar negeri atau sebaliknya. 4. Penerbangan Jelajah {en-route) adalah pergerakan pesawat udara yang dimulai dari fase keberangkatan sampai dengan fase awal fase kedatangan melalui suatu jalur penerbangan dengan batas ketinggian minimum yang ditentukan {minimum en-route altitude). 5. Penerbangan Lintas {over flying) adalah penerbangan yang melintasi wilayah udara Indonesia tanpa melakukan pendaratan di bandar udara di wilayah Indonesia dan

penerbangan lintas di atas bandar udara dalam rangka penerbangan dalam negeri. 6. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 7. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Udara. 8. Direktorat adalah Direktorat Navigasi Penerbangan, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 9. Direktur adalah Direktur Navigasi Penerbangan. 10. Sekretaris Direktorat Jenderal adalah Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. 11. Direksi adalah Direksi Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan. 12. Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan adalah lembaga penyelenggara yang memberikan pelayanan navigasi penerbangan di wilayah Republik Indonesia yang dilayani (Flight Information Region/FIR). 13. Bendahara Penerimaan adalah Bendahara Penerimaan Direktorat Navigasi Penerbangan. 14. Bank Persepsi adalah bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak. 15. Badan Usaha Angkutan Udara adalah badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas atau koperasi, yang kegiatan utamanya mengoperasikan pesawat udara untuk digunakan mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos dengan memungut pembayaran. 16. Perusahaan Angkutan Udara adalah perusahaan angkutan udara asing yang telah mendapat persetujuan Pemerintah Republik Indonesia melayani angkutan udara luar negeri. Pasal 2 Peraturan Direktur Jenderal ini berlaku untuk penagihan PNBP pelayanan jasa penerbangan yang bersumber dari penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan selain Unit Pelaksana Teknis Kementerian Perhubungan BAB II PELAYANAN JASA PENERBANGAN (PJP) Pasal 3 (1) Pelayanan jasa penerbangan yang selanjutnya disebut PJP merupakan pelayanan pemanduan pesawat udara selama melakukan penerbangan jelajah (en-route) di ruang udara yang dilayani {Flight Information Region/FIR).

(2) Penerbangan jelajah di ruang udara yang dilayani, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a. penerbangan jelajah pada penerbangan dalam negeri; b. penerbangan jelajah pada penerbangan luar negeri; dan c. penerbangan lintas. Pasal 4 (1) PJP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilakukan oleh penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan dan dikenakan biaya berupa tarif PJP. (2) Tarif PJP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dikenakan kepada badan usaha angkutan udara dan perusahaan angkutan udara terdiri dari: a. Tarif PJP dalam negeri dikenakan terhadap penerbangan jelajah pada penerbangan dalam negeri, sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (2) huruf a; b. Tarif PJP luar negeri dikenakan terhadap penerbangan jelajah pada penerbangan luar negeri dan penerbangan lintas, sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (2) huruf b dan huruf c. Pasal 5 (1) Besaran tarif PJP, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), ditetapkan dengan Keputusan Direksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Sebesar 15 % (lima belas persen) dari tarif PJP dalam negeri dan 10 % (sepuluh persen) dari tarif PJP luar negeri merupakan PNBP Direktorat Jenderal. BAB III PELAPORAN PJP Pasal 6 (1) Penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan wajib menyerahkan laporan bulanan PJP paling lambat tanggal 25 (dua puluh lima) bulan berikutnya kepada Direktur dengan tembusan kepada Sekretaris Direktorat Jenderal dan Bendahara Penerimaan. (2) Laporan bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam bentuk tertulis dan elektronik yang terdiri dari: a. Data penerbangan dalam negeri dan luar negeri sebagaimana format lampiran I; b. Perhitungan PNBP PJP sebagaimana format lampiran II.

BAB IV PENAGIHAN Pasal 7 (1) Berdasarkan laporan bulanan yang diterima oleh Direktur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Direktur memerintahkan Bendahara Penerimaan melakukan penagihan PNBP PJP sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Penagihan PNBP PJP dilakukan oleh Bendahara Penerimaan melalui surat tagihan paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak laporan bulanan diterima. Pasal 8 (1) Penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan wajib membayar PNBP PJP paling lambat 1 (satu) bulan sejak surat tagihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) diterima. (2) Dalam hal penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan terlambat melakukan pembayaran PNBP PJP, maka penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan dikenakan denda sebesar 2 % (dua persen) perbulan dari jumlah yang terhutang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 9 (1) Terhadap penerimaan PJP dalam negeri dibayarkan dalam mata uang rupiah. (2) Terhadap penerimaan PJP luar negeri dibayarkan dalam mata uang asing. (3) Konversi mata uang asing dilakukan oleh Bank Persepsi yang digunakan oleh Bendahara Penerimaan. BABV VERIFIKASI DAN REKONSILIASI Pasal 10 (1) Direktur melakukan verifikasi atas laporan bulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2). (2) Verifikasi laporan bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara membandingkan dengan data Direktorat Jenderal. Pasal 11 (1) Apabila setelah dilakukan verifikasi terdapat perbedaan data, Direktur akan meminta klarifikasi dari penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan secara tertulis. (2) Penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan wajib melakukan klarifikasi paling lambat 2 (dua) minggu sejak permintaan klarifikasi diterima.

Pasal 12 Dalam rangka mengoptimalkan PNBP PJP, Direktorat Jenderal dan penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan melakukan rekonsiliasi secara penodik setiap 3 (tiga) bulan sekali. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 13 Direktur melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan ini. Pasal 14 Pada saat peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Direktur Jenderal Nomor SKEP/191A/III/2009 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Penagihan dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak Pelayanan Jasa Penerbangan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 15 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 6 Oktober 2011 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada : HERRY BAKTI 1. Menteri Perhubungan; 2. Menteri Keuangan; 3. Menteri Negara BUMN; 4. Sekretaris Jenderal, Kementerian Perhubungan; 5. Inspektur Jenderal, Kementerian Perhubungan; 6. Direktur Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan; 7. 8. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; Para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; 9. Direktur Utama PT. Angkasa Pura I (Persero); 10. Direktur Utama PT. Angkasa Pura II (Persero). Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGlkN HUKUM DAN HUMAS ISRAFULHAYAT Pembina / (IV/a) 19680619 199403 1 002

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP. 456 Tahun 2011 Tanggal : 6 Oktober 2011 LAPORAN BULANAN DATA PENERBANGAN Bulan: A. Penerbangan Dalam Negeri PiiiilEIsfSfeji B. Penerbangan Luar Negeri Keterangan: No Callsign = Type Register ADEP ADES FIR Boundary Entry = FIR Boundary Exit = Keterangan = nomor urut callsign pesawat udara tipe pesawat udara kode registrasi pesawat udara bandar udara keberangkatan bandar udara tujuan titik masuk FIR Indonesia titik keluar FIR Indonesia keterangan lain yang diperlukan DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd HERRY BAKTI Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAM HUKUM DAN HUMAS ISRAFULHAYAT Pembina / (IV/a) NIP. 19680619 199403 1 002

Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP. 456 Tahun 2011 Tanggal : 6 Oktober 2011 LAPORAN BULANAN PERHITUNGAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PELAYANAN JASA PENERBANGAN Bulan: Penerba'nga «tsalam Ne-1- a. Jumlah Pendapatan PJP Rp. USD. b. Jumlah Diterima Pembayaran dari Badan Usaha Angkutan Udara dan ' Rp. Perusahaan Angkutan Udara (airline) c. Jumlah PNBP Rp. (15% xb) USD. USD. (10% xb) DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA.. ltd. HERRY BAKTI Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGlAN HUKUM DAN HUM;