II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

dokumen-dokumen yang mirip
II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi adalah keterampilan untuk mengontrol ranah atau aspek kognitif.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

BAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

I. PENDAHULUAN. penyampaian informasi (transfer of knowledge) dari guru ke siswa. Padahal

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

I.PENDAHULUAN. produk, proses dan sikap. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip,

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB II KAJIAN TEORI. berupa masalah ataupun soal-soal untuk diselesaikan. sintesis dan evaluasi (Gokhale,1995:23). Menurut Halpen (dalam Achmad,

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Djamarah (2005:66), guru perlu menciptakan suatu masalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. dahulu kita harus mengetahui definisi dari masalah itu sendiri. Prayitno (1985)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB II LANDASAN TEORI. esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) Pembelajaran Generatif merupakan terjemahan dari Generative Learning.

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkembangkan kemampuan dan pribadi siswa yang sejalan dengan tuntutan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pernyataan yang telah dibuktikan kebenarannya (Tim PPG matematika:2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TEORI BELAJAR. Proses perubahan perilaku BELAJAR. Diperoleh dari PENGALAMAN. Physics

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU no. 20 tahun 2004, pendidikan merupakan usaha sadar dan

BAB II MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN HASIL BELAJAR. bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting

PROBLEM SOLVING DALAM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PGSD FIP UNY

BAB II KAJIAN TEORITIK

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa hipotesis, melakukan observasi, penyusunan teori, pengujian hipotesis, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Broblem Based Instruction (PBI) Problem Based Instruction (PBI) (Trianto, 2009:91). Pengajaran Berdasarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION SISWA KELAS IXG SMP NEGERI 3 BANGUNTAPAN

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, dan mampu mengkomunikasikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

II. KERANGKA TEORETIS. menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vika Aprianti, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan dari guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Bahan belajar tersebut berupa keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia dan bahan yang telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran. Dari segi guru, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku tentang suatu hal (Dimyati dan Mudjiono; 2006) Seperti dijelaskan oleh Stepien (1997) dikutip oleh Suchaini (2008) bahwa PBL juga dapat mengubah pola proses belajar-mengajar tradisional di mana sebuah proses yang memberikan topik demi topik kepada siswa sehingga mereka terjadi proses asimilasi dan akomodasi bagian demi bagian pengetahuan untuk membantu siswa sampai ia menjadi profesional dalam bidang tertentu. Selain itu menurut Nurhadi (2003: 56) pembelajaran PBL adalah: Suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Model pembelajaran PBL, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga pembelajaran tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan

7 dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, pembelajaran tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan ketrampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis. Ismail (2000) mengungkapkan ciri utama PBL meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin,penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya atau hasil peragaan. Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah antara lain bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah. Dikutip dari Sulatra (2005), Ibrahim mengungkapkan ciri-ciri pembelajaran yang berbasis masalah, yaitu: (1). Mengorientasikan siswa pada masalah-masalah autentik. (2).Suatu pemusatan antar disiplin pengetahuan.(3). Penyelidikan autentik. (4). Kerja sama.(5). Menghasilkan karya (publikasi hasil). Ada beberapa cara menerapkan PBLdalam pembelajaran. Secara umum penerapannya dimulai dengan adanya masalah yang harus dipecahkan oleh siswa. Masalah tersebut dapat berasal dari siswa atau pendidik. Siswa akan memusatkan pembelajaran di sekitar masalah tersebut, dengan arti lain, siswa belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya. Pemecahan masalah dalam PBL harus sesuai dengan langkah-langkah metode

ilmiah. Dengan demikian siswa belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana. 8 David Johnson and Johnson dalam edukasiana (2010) mengemukakan 5 langkah strategi PBL melalui kegiatan kelompok: (1) Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan. (2) Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga akhirnya peserta didik dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghambat yang diperkirakan. (3) Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dilakukan. (4) Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan. (5) Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh proses pelaksanaan kegiatan, evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan. Ibrahim dalam Sulatra (2005) menyusun langkah-langkah (sintaks) pembelajaran berdasarkan masalah, yaitu: Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Ibrahim TAHAP Tahap 1. Orientasi siswa terhadap masalah Tahap 2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar TINGKAH LAKU GURU Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demostrasi (cerita) untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah Guru membantu siswa untuk mengidentifikasikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

9 Lanjutan Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Ibrahim TAHAP Tahap 3. Membimbing penyelidikan individual lmaupun kelompok. Tahap 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Tahap 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah TINGKAH LAKU GURU Guru memotivasi siswa untuk mengumpulkan informasi yng sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Menurut Dewey dalam edukasiana (2010), penyelesaian masalah dilakukan melalui 6 tahap yaitu: Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Dewey Tahap-Tahap Merumuskan masalah Kemampuan yang diperlukan Mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas Menelaah masalah Merumuskan hipotesis Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis Pembuktian hipotesi Menentukan pilihan penyelesaian Menggunakan pengetahuan untuk memperinci, menganalisis masalah dari beberapa sudut Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup, sebab akibat, dan alternative penyelesaian Kecakapan mencari dan menyusun data, menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar dan tabel. Kecakapan menelaah dan membahas data. Kecakapan menghubung-hubungkan dan menghitung, ketrampilan mengambil keputusan dan kesimpulan. Kecakapan membuat alternative penyelesaian. Kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan. Berdasarkan pendapat ahli, bahwa sintaks model pembelajaran PBL terdiri dari memberikan orientasi permasalahan kepada siswa, mendiagnosis masalah, pendidik membimbing proses pengumpulan data individu maupun kelompok,

10 mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil. 2. Keterampilan Metakognisi Metakognisi merupakan istilah yang dikenalkan oleh flavell pada tahun 1976 yang menimbulkan banyak perdebatan dalam mendifinisikannya. Namun demikian, pengertian metakognisi yang di kemukakan oleh peneliti bidang psikologi, pada umumnya memberikan penekanan pada kesadaran berpikir seseorang tentang proses berpikirnya sendiri. Menurut pendapat Mulbar (2008) menyatakan bahwa metakognisi adalah pengetahuan (knowledge) dan regulasi (regulation) pada suatu aktivitas kognitif seseorang dalam proses belajarnya. Pengetahuan kognisi merupakan kesadaran seseorang tentang apa yang sesungguhnya diketahui dan apa yang tidak diketahuinya. Sedangkan regulasi kognitif berkaitan dengan bagaimana seeorang mengatur aktivitas kognitifnya secara efektif. Pengetahuan metakognisi melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pikiran seseorang pada saat sekarang. Menurut Tamalene (2010: 32) mengemukakan bahwa : Aktivitas metakognisi terjadi saat siswa secara sadar menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan memikirkan sesuatu tujuan. Sehingga metakognisi bisa diterjemahkan secara bebas sebagai kesadaran berpikir, berpikir tentang apa yang dipikirkan dan bagaimana proses berpikirnya, yaitu aktivitas individu untuk memikirkan kembali apa yang telah terpikir serta berpikir dampak sebagai akibat dari buah pemikiran terdahulu.

11 Berdasarkan pendapat Muin (2005: 17) kegiatan metakognisi dibagi dalam tiga aktivitas, yaitu : (1) Kesadaran (mengenal salah satu informasi baik implisit maupun eksplisit); (2) Monitoring/ pengamatan (mempertanyakan diri sendiri dan menguraikan dengan kata-kata sendiri untuk menstimulasi pemahaman); (3) Regulasi/ pengaturan (membandingkan dan membedakan solusi yang lebih memungkinkan untuk memecahkan masalah). Berdasarkan pendapat ahli, maka keterampilan metakognisi siswa adalah suatu bentuk kemampuan siswa untuk melihat pada diri sendiri sehingga apa yang dilakukan oleh seseorang dapat terkontrol sehingga siswa diharapkan dapat memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran dengan keterampilannya. Pendekatan keterampilan metakognisi menurut Suzana (2003: 29) yaitu : Pendekatan keterampilan metakognisi sebagai pembelajaran yang menanamkan kesadaran bagaimana merancang, memonitor, serta mengontrol tentang apa yang mereka ketahui; apa yang diperlukan untuk mengerjakan dan bagaimana melakukannya. Pembelajaran dengan pendekatan metakognisi menitikberatkan pada aktivitas belajar siswa; membantu dan membimbing siswa jika ada kesulitan; serta membantu siswa untuk mengembangkan konsep diri apa yang dilakukan saat belajar. Sedangkan pendekatan keterampilan metakognisi menurut Wahyuni (2008: 14) adalah sebagai berikut : (1) Pertanyaan pemahaman yaitu pertanyaan yang didesain untuk mendorong siswa menterjemahkan konsep dengan kata-kata sendiri setelah membaca soal dan memahami; (2) pertanyaan strategi yaitu pertanyaan yang didesain untuk mendorong siswa mempertimbangkan strategi yang akan digunakan untuk memecahkan masalah besserta alasannya; (3) pertanyaan refleksi yaitu pertanyaan yang didesain untuk mendorong siswa melakukan evaluasi mengenai hasil pekerjaan. Oleh karena itu, ternyata metakognisi memainkan peran yang sangat penting dalam kesuksesan belajar siswa. Mengembangkan pengetahuan metakognisi penting sekali untuk mempelajari aktivitas dan belajar untuk membantu siswa menentukan

12 bagaimana mereka dapat belajar lebih baik dalam memanfaatkan sumber daya kognitif mereka yaitu dengan cara meningkatkan keterampilan metakognisinya. 3. Motivasi belajar Motivasi belajar dapat diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu untuk dapat mencapai apa yang menjadi keinginan atau tujuanya. Menurut Suryabrata (1990: 70) menyatakan bahwa motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan. Selanjutnya menurut Winkel (1983: 27): Motif adalah daya penggerak dari dalam dan didalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif merupakan suatu kindisi intern/disposisi (kesiap siagaan). Motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/dihayati. Menurut Mc.Donald yang dikutip oleh Soemanto (1990: 191) Motivasi adalah sebagai suatu perubahan tenaga didalam diri/pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut bahwa motif adalah sesuatu yang menimbulkan motivasi. Sedangkan menurut Sardiman (2004: 39) bahwa motivasi belajar merupakan keinginan atau dorongan untuk belajar. Motivasi yang ada pada setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(1). Tekun menghadapi tugas. (2). Ulet menghadapi kesulitan. (3).Menunjukkan minat terhadap berbagai masalah. (4). Lebih senang bekerja mandiri.(5). Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin.(6).memiliki frekuensi belajar yang tetap.(7). Dapat mempertahankan pendapatnya.(8). Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini.(9). Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. 13 Sardiman (2004: 39) menambahkan apabila seseorang memiliki ciri-ciri tersebut, berarti seseorang itu telah memiliki motivasi yang cukup kuat. Adapun fungsi dari motivasi itu sendiri adalah: (1). Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor dari suatu kegiatan.(2). Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.(3). Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan, dan menyisihkan. Dari pendapat tersebut, bahwa motivasi adalah suatu kekuatan/keadaan dalam diri individu yang mendorong seseorang melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan/diinginkan. Dengan demikian motivasi belajar merupakan sesuatu yang dapat mendorong dan menggiatkan siswa dalam belajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi menurut Davies (1991: 214) adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas. Kadang kekuatan itu berpangkal pada naluri, kadang pula pada suatu keputusan rasional, tetapi lebih sering lagi hal itu merupakan perpaduan dari kedua proses tersebut.

14 Motivasi terbagi menjadi dua, menurut pandapat Sardiman (2004: 88) yaitu: (1).Motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif/berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dorongan di dalam diri individu yang sudah ada.(2). Motivasi ekstrinsik yaitu motif-motif yang aktif /berfungsinya karena ada perangsang dari luar. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa motivasi seorang siswa untuk belajar akan mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapainya. Dengan adanya motivasi belajar, seorang siswa akan bersemangat dalam belajarnya, sehingga hasil belajar yang diperolehnya juga akan lebih baik. 4. Penguasaan Konsep Konsep merupakan prinsip dasar yang sangat penting dalam proses belajar. Konsep menunjukan pemahaman dasar yang mapu mengklasifikasikan kelompok benda tertentu. Menurut abdurahman (2003: 254): konsep menunjukan pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan konsep ketika mereka mampu mengklasifikasikan atau mengklompokan bendabenda atau ketika mereka ketika mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu. Konsep merupakan pemahaman dasar dari sebuah materi, dengan konsep yang dimiliki siswa mampu menyelesaikan persoalan-persoalan fisika.konsep merupakan pemikiran dasar yang diperoleh dari fakta peristiwa, pengalaman melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Jika seorang siswa telah memahami konsep secara keseluruhan maka ia akan mampu menguasai konsep.

Dalam proses pembelajaran, konsep juga memiliki kegunaan-kegunaan. Hamalik (2002: 164) menyatakan bahwa ada beberapa kegunaan konsep dalam suatu pembelajaran yaitu sebagai berikut: (1) Konsep menbantu siswa untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada disekitar mereka, (2) konsep dan prinsip untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas dan lebih maju, siswa tidak harus belajar secara konstan, tetapidapat menggunakan konsep-konsep yang telah dimilikinya untuk mempelajari sesuatu yang baru, (3) konsep mengarahkan kegiatan yang instrumental, (4) konsep memungkinkan pelaksanaan pengajaran. 15 IPA Fisika merupakan mata pelajaran yang tergolong sulit, sehingga diperlukan penguasaan konsep agar lebih mudah untuk mempelajari konsep-konsep berikutnya.dalam belajar menguasai konsep mempermudah kita memahami bentuk soal-soal IPAFisika, karena antara konsep yang satu dengan yang lainnya berkaitan. Seseorang belajar konsep jika belajar mengenal dan membedakan sifat-sifat dari objek kemudian membuat pengelompokan terhadap objek tersebut. Ada beberapa pengertian lainnya tentang konsep menurut para ahli diantaranya, Hudoyo (1979: 110) mendifinisikan pengertian konsep dalam matematika sebagai ide abstrak yang akan memungkinkan kita mengelompokan objek-objek ke dalam contoh dan bukan contoh. Sementara itu Hudoyo (1979) menyatakan bahwa konsep sebagai suatu idea tau gagasan yang dibentuk dengan memandang sifat yang sama dari sekumpulan eksemplar yang cocok. Siswa dituntut untuk menguasai konsep atau pemahaman dasar dalam pembelajaran, karena dengan menguasai konsep tersebut siswa mampu menguasai konsep-konsep lain dalam pembelajaran.dapat menggunakan konsep konsep

tersebut dalam memecahkan berbagai permasalahan dalam berbagai pembelajaran IPA Fisika. Seperti dikemukakan oleh Slameto dalam Yusuf (2010: 16): 16 Jika sebuah konsep telah dikuasai siswa, maka ada dua kemungkinan untuk menggunakannya, yaitu (1) siswa dapat menggunakan konsep tersebut untuk memecahkan masalah (2) penguasaan konsep memudahkan siswa untuk mempelajari konsep konsep lain. Untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep siswa, digunakan pedoman menurut arikunto (2008: 245). Bila nilai siswa 66, maka dikategorikan baik. Bila 55 nilai siswa 66, maka dikategorikan cukup baik. Bila nilai siswa < 55, maka dikategorikan kurang baik. Berdasarkan uraian tersebut, konsep digunakan untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran IPA Fisika dan memudahkan siswa untuk mempelajari konsep konsep lain. Kategori yang digunakan untuk mengetahui siswa yang memiliki penguasaan konsep baik, cukup baik, dan kurang baik. Apabila nilai siswa 66, maka dikategorikan baik, jika 55 nilai siswa 66, maka dikategorikan cukup baik, dan nilai siswa < 55, maka dikategorikan kurang baik. B. Kerangka Berpikir Untuk dapat berargumen, siswa harus mampu memberikan penjelasan kritis dan perlu berpikir kreatif. Hal tersebut didapatkan dengan melakukan pengamatan, bereksperimen, dan mengevaluasi bukti. Namun, perlu diingat bahwa siswa tak akan mampu merancang proses belajarnya sendiri. Guru harus membimbing dan mendampingi siswa dalam setiap aktivitas belajarnya untuk dapat membantu siswa dalam membangun sebuah konsep sains.

17 Oleh karena itu, model PBL dapat digunakan guru dalam membimbing aktivitas belajar siswa untuk mengamati, bereksperimen, dan mengevaluasi bukti yang didapatnya. Dalam pembelajaran sains, siswa harus mulai dibiasakan untuk membangun konsepnya sendiri tentunya dengan bimbingan guru. Dengan model pembelajaran ini, akan dirancang sebuah pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk memberikan pemecahan masalah terhadap permasalahan yang dimunculkan saat proses belajar berlangsung. Berangkat dari sebuah permasalahan, menganalisis permasalahan, dan mengungkapkan pemecahan masalahnya tentang masalah tersebut dengan baik. Pembelajaran seperti ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan metakognisiterhadap motivasi dan penguasaan konsep belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan satu kelas. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi dan penguasaan konsepbelajarsiswa. Pada penelitian terdapat tiga bentuk variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator.keterampilan metakognisi (X) sebagai variabel bebas, motivasi belajar (Y 1 ) dan penguasaan konsep belajar (Y 2 ) sebagai variabel terikat, dan model PBL sebagai variabel moderator. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaruh variabel-variabel tersebut, maka dapat dijelaskan dengan kerangka berpikir seperti berikut. R 1 Y 1 X R 2 Y 2 Gambar 2.1 kerangka berpikir

18 Keterangan : X : Keterampilan metakognisi Y 1 : Motivasi belajar siswa Y 2 : Penguasaan konsep belajar siswa R 1 : Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar siswa R 2 : Pengaruh keterampilan metakognisi terhadap penguasaan konsep belajar siswa C. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap motivasi belajar siswa melalui model PBL pada kelas VIII B SMP Negeri 1 Way Jepara tahun pelajaran 2012/2013. 2. Terdapat pengaruh keterampilan metakognisi terhadap penguasaan konsep belajar siswa melalui model PBL pada kelas VIII B SMP Negeri 1 Way Jepara tahun pelajaran 2012/2013.