PENDIDIKAN NILAI NASIONALISME DI SD NEGERI 2 WATES KULON PROGO

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013)

PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME. (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013)

PENANAMAN KARAKTER PATRIOTISME PADA SISWA TUNAGRAHITA (Studi Kasus di SMPLB Bina Karya Insani Cangakan Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.

PERAN GURU DALAM PENANAMAN SIKAP BELA NEGARA PADA SISWA SD NEGERI ROWOPANJANG, BRUNO, PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia mengandung nilai-nilai

PELAKSANAAN PENGAJARAN REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS II SD N 1 SEDAYU

BAB I PENDAHULUAN. dalam (Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1) yang

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

PENANAMAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS VII SMP KASATRIYAN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Lembaga pendidikan salah satu sistem organisasi yang bertujuan membuat

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan Nasional merupakan salah satu tujuan dari kemerdekaan

Oleh: IMA NUR FITRIANA A

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2014 DAN HUT KE-69 PGRI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

PEMAHAMAN DAN PEMANFAATAN HIMPUNAN DATA DALAM KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMK N I KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN

PEMBENTUKAN KARAKTER RELIGIUS DALAM KEGIATAN SHALAT DHUHA DAN ZUHUR BERJAMAAH DI SD MUHAMMADIYAH 3 NUSUKAN SURAKARTA TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yanti Nurhayati, 2013

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM SOLVING

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

IMPLEMENTASI GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DEMOKRATIK DALAM MENGEMBANGKAN SEKOLAH EFEKTIF DI SD MUHAMMADIYAH 16 KARANGASEM TAHUN PELAJARAN

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

Oleh: RIAN PUTERI SAYEKTI WIBOWO A

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang cerdas dan berkarakter. Demikian pula dengan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemakaian seragam sekolah terhadap siswa di dalam suatu pendidikan

Oleh : Destyana Ayu Wulandari A

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF PADA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI NIRMALA BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL MIND MAP DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJARAN IPS TEMA SEJARAH PERADABAN INDONESIA PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI 1 SRUWENG

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

BAB VI PENUTUP. Optimalisasi Pendidikan Holistik di Sekolah Dasar untuk Mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

ANALISIS PENGEMBANGAN CIVIC DISPOSITION DALAM KEGIATAN OSIS TAHUN AJARAN (Studi Kasus Pada Siswa SMP Negeri 20 Surakarta)

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaaraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lastri Rahayu, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur

PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI. Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

PENANAMAN KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN DI SD UNGGULAN AISYIYAH BANTUL

2 pribadi yang kokoh dan tahan uji, melainkan juga bersifat kuratif secara personal maupun sosial. Pendidikan karakter bisa menjadi salah satu sarana

INSTRUMEN PENILAIAN LOMBA SEKOLAH BERKARAKTER KEBANGSAAN TINGKAT TK, SD, SMP DAN SMA/SMK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter peserta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

I. PENDAHULUAN. karakter bangsa (National and Character Building). Konsekuensinya dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap warga negara Indonesia hendaknya memiliki sikap dan perilaku untuk

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

Penerapan Metode Problem Posing (Pramudita Rahmanto) 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

KURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. nasional di Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

No membangun kurikulum pendidikan; penting dan mendesak untuk disempurnakan. Selain itu, ide, prinsip dan norma yang terkait dengan kurikulum

454 Penerapan Model Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan generasi muda inilah melalui pemberian fondamen yang kuat yakni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari dunia, apabila

MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI PENDIDIKAN MORAL. Oleh Sukiniarti FKIP UT

BAB I PENDAHULUAN. lawan jenis, menikmati hiburan di tempat-tempat spesial dan narkoba menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN PKn PADA SISWA TUNAGRAHITA DI SMALB SLB PEMBINA TINGKAT NASIONAL

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB DI SD NEGERI 1 BANTUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

Transkripsi:

Pendidikan Nilai Nasionalisme... (Sarah Atikah Tsamarah) 2.773 PENDIDIKAN NILAI NASIONALISME DI SD NEGERI 2 WATES KULON PROGO EDUCATION OF NATIONALISM VALUE IN SD NEGERI 2 WATES KULON PROGO Oleh: Sarah Atikah Tsamarah, PGSD/PSD, sarah.tsamarah@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pendidikan nilai nasionalisme dan kendalanya di SD Negeri 2 Wates Kulon Progo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis deskriptif. Subjek dalam penelitian kepala sekolah, guru, dan siswa SD Negeri 2 Wates. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik pemeriksaaan keabsahan data dengan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pendidikan nilai nasionalisme di SD Negeri 2 Wates dilakukan melalui pembiasaan dan keteladanan. Kendala yang dihadapi dalam pendidikan nilai nasionalisme yaitu kurangnya keterlibatan siswa dalam kegiatan pendidikan nilai nasionalisme, khususnya pada ekstrakurikuler membatik Kata Kunci: pendidikan nilai, nasionalisme Abstract. This research aims at decribing the method of education of nationalism value and its obstacle in SD Negeri 2 Wates, Kulon Progo. This research used the descriptive qualitative approach. Subjects in this research were principals, teachers, and students of SD Negeri 2 Wates. Data collection techniques in this research used observation, interviews, and documentation. The verivication of data employed source triangulation and techniques triangulation. The result showes that education of nationalism value in SD Negeri 2 Wates was done by habituation and examplary. The obstacles encountered in cultivation of nationalism value is the lack of student engagement in education of nationalism value activities, especially in extracurricular batik. Key Words: value education, nationalism PENDAHULUAN Pendidikan merupakan proses transformasi budaya. Pendidikan diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Sunarso, dkk, 2008:5).Pendidikan adalah salah satu tolak ukur kemajuan sebuah bangsa. Sistem pendidikan yang baik akan memperoleh hasil yang baik pula, berupa manusia yang cerdas dan berakhlak mulia. Hasil dari proses pendidikan tersebut akan membuat bangsanya semakin maju dengan kecerdasan yang dimilikinya. Dari pengertian pendidikan di atas, maka pendidikan bukan sekedar untuk meningkatkan taraf intelektual atau hanya untuk mengangkat derajat sosial seseorang. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang akan membentuk karakter dan kepribadian seseorang, karena dalam proses pendidikan manusia akan terjadi pula proses sosialisasi dan interaksi dengan apa yang ada di sekelilingnya, seperti pendidik, sesama peserta didik, dan pelaku pendidikan lainnya. Akhmad Muhaimin Azzet (2011: 15) menegaskan bahwa pendidikan tidak hanya mendidik para peserta didiknya untuk menjadi manusia yang cerdas, tetapi juga membangun kepribadiannya agar berakhlak mulia. Pendapat tersebut sejalan dengan Tujuan Pendidikaan Nasional Menurut UU RI Nomor 20 Tahun 2003 ialah berkembangnya potensi peserta didik agar

2.774 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 29 Tahun ke-5 2016 menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa dalam kehidupan sehari-hari agar kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, menjadipengalaman nyata bagi peserta didik. sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan Perlu disadari di era globalisasi ini menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan yaitu untuk mendidik peserta didik agar menjadi manusia cerdas dan berkarakter. Membentuk peserta didik menjadi manusia yang berkarakter tidaklah mudah. Pendidikan pendidikan karakter menjadi salah satu kontrol agar peserta didik dapat terhindar dari pengaruh negatif globalisasi. Perubahan global yang sedang terjadi dewasa ini merupakan sebuah revolusi global yang dampaknya telah melahirkan suatu gaya hidup (H.A.R. Tilaar, 2009:1).Adanya perkembangan teknologi yang semakin cepat, karakter sebenarnya bukan hanya menjadi masyarakat pun lebih mudah mengakses berbagai kewajiban guru, tetapi juga kewajiban orang tua informasi dengan memanfaatkan teknologi dan lingkungan masyarakat. Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen: kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitmen yang tinggi untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Allah Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, tersebut.pengaruh kebudayaan asing semakin mudah masuk ke Indonesia.Terutama dalam dunia hiburan, anak-anak dan remaja saat ini lebih tertarik pada hiburan dari luar negeri. Di tingkat Sekolah Dasar (SD) dapat dengan mudah ditemukan anak-anak yang lebih hafal karakterkarakter kartun Amerika dibandingkan karakterkarakter maupun masyarakat dan bangsa secara pada pewayangan. Kesukaan anak-anak keseluruhan, sehingga menjadi manusia sesuai dengan kodratnya (Mulyasa, 2013:7). Pendidikan karakter tidak berdiri sendiri terhadap budaya asing juga dilihat dari peralatan sekolah anak-anak yang bergambar kartun luar negeri. Lagu-lagu nasional dewasa ini sudah sebagai suatu pelajaran ataupun materi khusus jarang diperdengarkan anak-anak, sehingga dalam pembelajaran, namun diintegrasikan dalam kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan yang referensi lagu nasional bagi anak-anak juga semakin berkurang. dikemukakan Mulyasa (2013:8) bahwa Berkaitan dengan kondisi tersebut, pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pemerintah telah berupaya agar sekolah seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi menanamkan nilai nasionalisme dengan yang terdapat dalam kurikulum. Materi dikeluarkannya Permendikbud Nomor 23 Tahun pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau 2015. Sekolah diwajibkan untuk melaksanakan nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu upacara bendera setiap hari Senin dengan dikembangkan, dieksplisitkan, dan dihubungkan mengenakan seragam atau pakaian yang sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari. Oleh denganketetapan sekolah. Kegiatan rutin, karena itu, pendidikan nilai dan pembentukan diantaranya sesudah berdoa setiap memulai hari karakter tidak hanya dilakukan pada tataran pembelajaran, guru dan peserta didik kognitif, tetapi diinternalisasikan dan diterapkan menyanyikan lgu kebangsaan Indonesia Raya.

Pendidikan Nilai Nasionalisme... (Sarah Atikah Tsamarah) 2.775 Sebelum berdoa setiapmengakhiri hari nasional agar penanaman nilai nasionalisme pada pembelajaran, guru dan peserta didik siswa semakin kuat. Tidak hanya itu, di setiap menyanyikan lgau daerah, lagu wajib nasional, maupun lagu terkini yang bernuansa patriotic maupun cinta tanah air. Berdasarkan observasi yang dilakukan di tiga sekolah dasar di Kecamatan Wates pada ruang kelas terdapat gambar-gambar pahlawan yang bertujuan untuk mengenalkan siswa pada sejarah perjuangan bangsa. Berdasarkan hasil pengamatan pada tanggal 9-16 November 2016, menunjukkan bahwa di SD tanggal 9-16 November 2015, khususnya di SD A A dan SD B siswa belum dibiasakan guru dan siswa menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama sebelum mulai pembelajaran. Pada menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu wajib nasional atau lagu daerah setiap hari selanjutnya guru lupa tidak mengawali hari. Sedangkan proses penanaman nilai pembelajaran dengan menyanyikan lagu nasionalisme di SD Negeri 2 Wates sudah Indonesia Raya, dan tidak ada siswa yang mengingatkan. Di setiap ruangan kelas terdapat berjalan sesuai dengan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015. Siswa memiliki kesadaran untuk identitas negara Indonesia, seperti gambar selalu menyanyikan lagu kebangsaan Indoensia Burung Garuda dan Bendera Merah Putih. Selain itu di dinding kelas juga terpajang foto pahlawan beserta biodata singkat, namun dalam kegiatan pembelajaran guru tidak menggunakan media tersebut sebagai upaya penanaman nasionalisme pada siswa. Hal yang sama juga terjadi di SD B, Raya sebelum memulai pembelajaran yang bertujuan menanamkan nilai nasionalisme, namun peneliti belum mengetahui lebih mendalam bagaimana proses penanaman nilai nasionalisme yang dilakukan sekolah. Hal tersebut yang menjadikan peneliti tertarik untuk mengetahui terdapat 3 kelas yang tidak mengawali lebih dalam tentang penanaman nilai pembelajaran dengan menyanyikan lagu nasionalisme di SD Negeri 2 Wates, Kulon Indonesia Raya. Selain itu, di setiap ruang kelas Progo. di SD ini tidak dilengkapi gambar-gambar pahlawan nasional untuk diperkenalkan pada siswa. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Berdasarkan observasi di SD Negeri 2 Pendekatan yang digunakan dalam Wates, Kulon Progo, siswa dibiasakan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif jenis menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum deskriptif. Penelitian ini mendeskripsikan memulai pembelajaran di kelas masing-masing yang dipimpin oleh salah satu siswa secara bergantian setiap harinya. Apabila guru lupa, tentang pelaksanaan kegiatan penanaman nilai nasionalisme di SD Negeri 2 Wates, Kulon Progo. siswa segera mengingatkan guru. Siswa juga dibiasakan hormat kepada Bendera Merah Putih yang berada di dalam kelas. Sebelum pulang sekolah siswa menyanyikan salah satu lagu

2.776 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 29 Tahun ke-5 2016 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian April-Juni 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 2 Wates Kulon Progo. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah kepala Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman nilai nasionalisme pada siswa dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran dan kegiatan di luar pembelajaran. sekolah, guru, dan siswa SD Negeri 2 Wates A. Penanaman nilai nasionalisme melalui dengan menggunakan teknik purposive atau dengan pertimbangan tertentu. kegiatan pembelajaran Nilai nasionalisme yang ditanamkan melalui kegiatan pembelajaran adalah Objek Penelitian Objek penelitian ini yaitu penanaman nilai nasionalisme. sebagai berikut. 1. Cinta Tanah Air Berdasarkan triangulasi teknik yaitu dari hasil wawancara, observasi dan Teknik Pengumpulan Data dokumen, penanaman nilai cinta tanah air Teknik pengumpulan data yang digunakan dilakukan dengan cara pembiasaan dan adalah observasi partisipasi pasif, wawancara keteladanan pada kegiatan awal dan semiterstruktur, dan dokumentasi. kegiatan akhir pembelajaran. Pembiasaan Teknik Analisis Data dan keteladanan dilakukan melalui Data dianalisis menggunakan model Miles kegiatan hormat kepada bendera merah dan Hubermen yaitu pengumpulan data (data putih, menyanyikan lagu kebangsaan collection), reduksi data (data reduction), Indonesia Raya, dan menyanyikan lagu penyajian data (data display), dan penarikan wajib nasional atau lagu daerah. Melalui kesimpulan (conclution). Instrumen Penelitian pembiasaan dan keteladanan tersebut, guru dapat menanamkan nilai cinta tanah air pada siswa. Instrumen penelitian adalah peneliti 2. Bangga Terhadap Bangsa dan Negara sendiri yang dibantu dengan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Indonesia Berdasarkan triangulasi teknik, yaitu dari hasil wawancara, observasi, dan dokumen, Uji Keabsahan Data penanaman nilai bangga terhadap bangsa dan Pengujian keabsahan data menggunakan negara Indonesia dilakukan melalui triangulasi teknik dan triangulasi sumber. pembiasaan dan keteladanan menyanyikan lagu wajib nasional atau lagu daerah. Lagulagu wajib nasional dan lagu daerah dapat menanamkan nilai bangga terhadap bangsa

Pendidikan Nilai Nasionalisme... (Sarah Atikah Tsamarah) 2.777 dan negara Indonesia karena memiliki makna bahwa Indonesia merupakan bangsa dan negara yang kaya akan sejarah, budaya, dan sumber daya alamnya. 3. Persatuan dan Kesatuan Berdasarkan Prinsip Bhineka Tunggal Ika 2. Rela Berkorban Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumen yang diperoleh, penanaman nilai rela berkorban dilakukan dengan cara keteladanan. Keteladanan dilakukan guru dengan merelakan sebagian waktunya Berdasarkan hasil wawancara, observasi, untuk menjadi Pembina maupun dan dokumen, penanaman nilai persatuan dan pendamping ekstrakurikuler tertentu. kesatuan berdasarkan prinsip Bhineka 3. Cinta Tanah Air Tunggal Ika melalui pembelajaran dilakukan Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dengan pembiasaan dan keteladanan dan dokumen, penanaman cinta tanah air menggunakan bahasa Indonesia serta dilakukan dengan pembiasaan dan pembiasaan berdiskusi. Pembiasaan dan keteladanan upacara hari Senin, keteladanan berbahasa Indonesia dapat pembiasaan ekstrakurikuler seni tari dan menanamkan nilai persatuan dan kesatuan karena bahasa Indonesia merupakan bahasa ekstrakurikuler membatik. 4. Bangga Terhadap Bangsa dan Negara persatuan Indonesia. Sementara itu, Indonesia pembiasaan berdiskusi dapat menanamkan nilai persatuan dan kesatuan karena proses dalam kegiatan tersebut melatih siswa untuk menghadapi perbedaan di sekitar mereka, tetapi tetap menjaga persatuan dan kesatuan. Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumen, penanaman nilai bangga terhadap bangsa dan negara Indonesia dilakukan dengan pengenalan budaya Indonesia. Kegiatan yang dilakukan yaitu B. Penanaman nilai nasionalisme melalui ekstrakurikuler seni tari, membatik, dan kegiatan di luar pembelajaran Nilai-nilai yang ditanamkan melalui kegiatan di luar pembelajaran adalah sebagai peringatan hari nasional. Tarian yang diajarkan merupakan tarian daerah yang berasal dari Indonesia. Begitu pula pada berikut. ekstrakurikuler membatik, siswa 1. Menempatkan Kepentingan Negara di Atas Kepentingan Pribadi dan Kelompok Berdasarkan triangulasi teknik yaitu dari hasil wawancara, observasi dan dokumen, menempatkan kepentingan negara di atas dikenalkan warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia. Sementara itu, rangkaian kegiatan dalam peringatan hari nasional dilaksanakan lomba seni budaya dan menggunakan pakaian adat di harihari kepentingan pribadi dan kelompok tertentu yang melibatkan guru dilakukan melalui pembiasaan dan maupun siswa. Kegiatan tersebut dapat keteladanan upacara hari Senin, menanamkan nilai bangga terhadap pembiasaan ekstrakurikuler Pramuka, dan bangsa dan negara Indonesia. peringatan hari-hari nasional.

2.778 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 29 Tahun ke-5 2016 5. Persatuan dan Kesatuan Berdasarkan Indonesia Raya. Cara ini sesuai dengan yang Prinsip Bhineka Tunggal Ika diungkapkan Mulyasa (2013:165) bahwa Berdasarkan hasil wawancara, penanaman nilai dapat dilakukan dengan observasi, dan dokumen, penanaman nilai pembiasaan. Pembiasaan dapat dilakukan persatuan dan kesatuan berdasarkan karena penanaman nilai merupakan proses prinsip Bhineka Tunggal Ika dilakukan yang tidak dapat dilakukan dengan waktu dengan pembiasaan ekstrakurikuler seni yang singkat. Semakin sering siswa tari, ekstrakurikuler membatik, dan melakukan kegiatan secara rutin, maka ekstrakurikuler Pramuka. C. Kendala yang dihadapi dalam penanaman nilai nasionalisme Kendala yang dihadapi dalam penanaman nilai semakin cepat nilai-nilai positif tertanam dalam diri siswa. Guru sebagai sosok panutan di sekolah dapat memberikan contoh yang baik dalam bertindak, bersikap, dan bernalar. nasionalisme di SD Negeri 2 Wates yaitu guru Sesuai dengan pernyataan Mulyasa dan respon siswa dalam megikuti kegiatan penanaman nilai nasionalisme, khususnya pada (2013:169), manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh, termasuk siswa ekstrakurikuler membatik. Nilai-nilai mencontoh pribadi gurunya dalam nasionalisme yang dapat ditanamkan melalui membentuk pribadinya. Sikap dan perilaku pembiasaan dan keteladanan memperingati harihari guru berpengaruh terhadap kepribadian nasional yaitu menempatkan kepentingan siswa, karena guru adalah panutan bagi siswa negara di atas kepentigan individu, rela di sekolah. Jadi, selain pembiasaan yang berkorban, cinta tanah air, bangga terhadap dilakukan siswa, guru juga memberikan bangsa dan negara Indonesia, serta persatuan dan keteladanan bagaimana bersikap kesatuan berdasarkan prinsip Bhineka Tunggal Ika pada peringatan hari-hari nasional. nasionalisme. B. Penanaman nilai nasionalisme melalui Pembahasan kegiatan di luar pembelajaran A. Penanamkan nilai nasionalisme melalui Penanaman nilai nasionalisme kegiatan pembelajaran melalui kegiatan di luar pembelajaran Penanaman nilai nasionalisme dilakukan dengan pembiasaan dan melaluikegiatan pembelajaran dilakukan keteladanan pada kegiatan upacara hari dengan pembiasaan dan keteladanan baik Senin, pembiasaan ekstrakurikuler seni tari, pada kegiatan awal, kegiatan inti, maupun pembiasaan ekstrakurikuler Pramuka, kegiatan akhir. Guru menanamkan nilai nasionalisme melalui kegiatan rutin di awal ekstrakurikuler membatik, serta pembiasaan dan keteladanan peringatan hari nasional. pembelajaran. Kegitan rutin tersebut Keteladanan yang diberikan guru sesuai dilakukan dengan memberi hormat kepada bendera merah putih dan menyanyikan lagu dengan pernyataan Heri Susanto (2014:26) bahwa nilai nasionalisme seseorang dapat

dilihat dari sikap dimana seseorang yang memiliki sikap nasionalisme dalam dirinya akan memiliki semangat kebangsaan yang ditunjukkan dengan ketulusan berkorban untuk kepentingan bersama. Penanaman sikap rela berkorban dimulai dari lingkungan sekitar siswa, seperti rela berkorban untuk kepentingan bersama di dalam kelas. Jika sikap rela berkorban ditanamkan sejak dini, maka nilai rela berkorban akan tertanam lebih mendalam pada siswa dalam hidup berbangsa dan bernegara. C. Kendala Penanaman Nilai Nasionalisme Guru mengalami kendala dalam melibatkan seluruh siswa pada kegiatan ekstrakurikuler membatik yang merupakan media untuk penanaman nilai nasionalisme. Kegiatan ini belum sepenuhnya berhasil, melihat pernyataan Mulyasa (2013:65) bahwa dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian siswa secara aktif, khususnya mental, dan sosial dalam proses penanaman nilai nasionalisme di sekolah. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pendidikan nilai nasionalisme pada siswa dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran dan kegiatan di luar pembelajaran. Metode yang digunakan dalam pendidikan nilai nasionalisme melalui kegiatan pembelajaran yaitu dengan pembiasaan dan keteladanan baik pada kegiatan awal, kegiatan inti, maupun kegiatan akhir pembelajaran. Sedangkan cara yang digunakan untuk menanamkan nilai nasionalisme melalui kegiatan di luar pembelajaran yaitu dengan Pendidikan Nilai Nasionalisme... (Sarah Atikah Tsamarah) 2.779 pembiasaan dan keteladanan pada kegiatan upacara hari Senin, ekstrakurikuler seni tari, ekstrakurikuler Pramuka, ekstrakurikuler membatik, dan peringatan hari nasional. Guru mengalami kendala dalam melibatkan seluruh siswa pada kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan media untuk penanaman nilai nasionalisme. Oleh sebab itu, keterlibatan siswa dalam mengikuti kegiatan penanaman nilai nasionalisme masih kurang, khususnya ekstrakurikuler membatik. Hal tersebut menjadi kendala, sehingga penanaman nilai nasionalisme pada siswa tidak maksimal. Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut. 1. Guru perlu memberikan motivasi pada siswa agar mengikuti kegiatan ekstrakurikuler membatik, seperti menjelaskan tujuan dan nilai-nilai yang terkandung dalam ekstrakurikuler tersebut. 2. Guru dan kepala sekolah perlu membuat peraturan agar seluruh siswa dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pilihan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme. DAFTAR PUSTAKA Akhmad Muhaimin Azzet. (2011). Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Mulyasa. (2013). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. Sunarso. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: UNY Press.

2.780 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 29 Tahun ke-5 2016 H.A.R.Tilaar. (2009). Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.