Gambaran Keterlambatan Mencari Pengobatan ke Pelayanan Kesehatan pada Penderita Leptospirosis dan Faktor-faktor Terkait di Kota Semarang

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA KUSTA TENTANG PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL KABUPATEN JEMBER

JENIS UPAYA, SARANA PRASARANA, DAN KETERLIBATAN INSTANSI DALAM PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO LEPTOSPIROSIS DI KOTA SEMARANG

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PUS TERHADAP PROGRAM SADARI PADA PENYAKIT KANKER PAYUDARA DI KELURAHAN JATIHANDAP KOTA BANDUNG

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. dan musim hujan. Tata kota yang kurang menunjang mengakibatkan sering

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. Kata kunci: BBLR, kualitas, kuantitas, antenatal care. viii

BAB I PENDAHULUAN. Leptospira sp dan termasuk penyakit zoonosis karena dapat menularkan ke

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan sindrom

Tingkat Kepatuhan Penderita Malaria Vivax... (M. Arie Wuryanto) M. Arie Wuryanto *) *) Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik FKM UNDIP ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB I PENDAHULUAN. sementara penyakit menular lain belum dapat dikendalikan. Salah satu

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Artikel Penelitian. thedots strategysince 1995.Based on the annual report of Padang City Health Department in 2011, the treatment. Abstrak.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

ABSTRAK. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.,m. Kes

BAB 1 PENDAHULUAN. negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT AWAM TERHADAP PENDERITA HIV/AIDS DI KELURAHAN PETISAH TENGAH TAHUN 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kontaminasi Mikroorganisme pada Jamu Gendong Di Kota Semarang

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU-IBU TERHADAP PENCEGAHAN KANKER SERVIKS DI KELURAHAN TEGAL GUNDIL KOTA BOGOR

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

ABSTRAK. Cecilia Martinelly Putri, Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg., SKM. Pembimbing II : Budi Widyarto, dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum perempuan (Manuaba, 2008).

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. beriklim sub tropis dan tropis (WHO, 2006). Namun insiden leptospirosis. mendukung bakteri Leptospira lebih survive di daerah ini.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) DALAM PENGOBATAN TB PARU DENGAN STRATEGI DOTS PADA PUSKESMAS DI KOTA LANGSA

Fajarina Lathu INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN. Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang terabaikan / Neglected

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. B. Alat Dan Bahan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

GAMBARAN KLINIS PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN PERIODE JUNI DESEMBER 2013 OLEH :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKULOSIS (TB) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan


*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMANFAATAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn :

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk

EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DI WILAYAH UPT PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA TERHADAP KANKER LEHER RAHIM (CERVICAL CANCER) DI KELURAHAN BAGAN DELI KECAMATAN MEDAN BELAWAN KOTA MEDAN

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT Chikungunya DI KOTA PADANG. Mahaza, Awaluddin,Magzaiben Zainir (Poltekkes Kemenkes Padang )

ABSTRAK. Sri Ariany P, 2009, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II: J. Teguh Widjaja, dr., Sp.P., FCCP

Kata kunci: kanker kolorektal, jenis kelamin, usia, lokasi kanker kolorektal, gejala klinis, tipe histopatologi, RSUP Sanglah.

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Lusia Salmawati, Rasyika Nurul, Febrina D.: 18-26) 18

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KONTAK, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO

PENGARUH AGEN SOSIALISASI KELUARGA DENGAN TINDAKAN PENCARIAN PENGOBATAN DI DESA SIMPANG EMPAT KECAMATAN KARANG BARU KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2014

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI GRHA DIABETIKA SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

Transkripsi:

Gambaran Keterlambatan Mencari Pengobatan ke Pelayanan Kesehatan pada Penderita Leptospirosis dan Faktor-faktor Terkait di Kota Semarang Description of Delayed to Health Care Seeking Treatment in Leptospirosis and its Related Factors in Semarang City Reza Ayu Rizqi Meilani 1 *, Mateus Sakundarno 2, Sri Yuliawati 2 1 Mahasiswa Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik FKM UNDIP 2 Dosen Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik FKM UNDIP *E_mail: rezaayurizqimeilani@gmail.com ABSTRACT Delayed to health care seeking treatment in leptospirosis is still a problem in leptospirosis prevention activities in Indonesia. The problem is thought to be the cause of the high number of mortality due to leptospirosis. The objective of this study was to describe of delayed treatment in leptospirosis sufferer and its related factors in Semarang at 2014-2015. This study was descriptive study by using a cross-sectional design. The sampling technique used was proportional stratified random sampling. The samples of the study was 60 respondents, and taken randomly by simple random sampling. The result of the study showed that leptospirosis sufferer delayed the treatments with the number of 58.3%. Keywords : delayed treatment, leptospirosis, mortality 448

PENDAHULUAN Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi bakteri berbentuk spiral dari genus leptospira yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. (1) Saat ini leptospirosis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat secara global, terutama di Negaranegara berkembang setelah terjadi bencana alam seperti banjir. (2 4) Gejala leptospirosis yang tidak spesifik seringkali terjadi keterlambatan mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan pada penderitanya. Salah satu masalah dalam kegiatan penanggulangan leptospirosis di Indonesia adalah sebagian besar penderita leptospirosis datang terlambat ke pelayanan kesehatan. (5) Keterlambatan pengobatan pada penderita leptospirosis merupakan suatu kondisi dimana seseorang yang mengalami gejala leptospirosis tidak berobat ke pelayanan kesehatan selama kurang dari empat hari setelah timbul gejala penyakit. (1) Keterlambatan mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan pada penderita leptospirosis dipengaruhi oleh perilaku pencarian pengobatannya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku pencarian pengobatan. Faktor-faktor tersebut termuat dalam teori perilaku yang digambarkan oleh Lawrence Green yaitu faktor predisposing, enabling dan reinforcing. Berdasarkan data dari hasil penelitian Hapsari (2013), sebesar 66,7% penderita leptospirosis yang meninggal dunia dinyatakan terlambat berobat. (6) Hal tersebut menunjukkan bahwa kesadaran pencarian pengobatan penderita terhadap reaksi sakit yang dirasakan masih rendah. Namun pada penelitian tersebut belum diketahui proporsi penderita yang terlambat berobat dan yang tidak terlambat berobat berdasarkan variabelvariabel yang diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini ingin meneliti Bagaimana gambaran faktor-faktor yang terkait dengan keterlambatan mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan pada penderita leptospirosis di Kota Semarang tahun 2014-2016? METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneltian deskriptif dengan desain studi cross sectional. Populasi studi dari penelitian ini adalah penderita leptospirosis yang tercatat di wilayah kerja puskesmas Kota Semarang pada Januari 2014-Mei 2016. Sampel dari penelitian ini adalah anggota populasi studi yang bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi adalah penderita leptospirosis yang tidak tertulis riwayat pengobatannya pada formulir haril penyelidikan epidemiologi dan sedang di luar kota selama penelitian berlangsung. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportional stratified random sampling. Sampel pada masing-masing wilayah kerja puskesmas diambil secara acak dengan pengundian. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat deskriptif untuk menggambarkan proporsi responden yang terlambat berobat ke pelayanan kesehatan. 449

HASIL Berdasarkan hasil penelitian, penderita leptospirosis yang terlambat berobat ke pelayanan kesehatan sebesar 58,3%. Berikut adalah distribusi frekuensi karakteristik responden penelitian: Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (n=60) Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Jenis Kelamin a. Laki-laki 40 66,7 b. Perempuan 20 33,3 Pendidikan a. Tidak Tamat SD 12 20,0 b. Tamat SD 21 35,0 c. Tamat SMP 12 20,0 d. Tamat SMA 14 23,3 e. Tamat Perguruan Tinggi 1 1,7 Berdasarkan tabel 1. di atas, sebagian besar responden penelitian berjenis kelamin laki-laki (66,7%) dan sebagian besar responden berpendidikan tamat SD (35,0%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Status Berobat Responden Berdasarkan tabel 2. diatas, diketahui bahwa sebagian besar responden terlambat berobat ke pelayanan kesehatan. PEMBAHASAN Salah satu masalah dalam kegiatan penanggulangan leptospirosis di Indonesia adalah sebagian besar penderita leptospirosis datang ke pelayanan kesehatan dalam keadaan terlambat. Menurut WHO (2003), keterlambatan pengobatan pada penderita leptospirosis adalah suatu kondisi dimana orang yang mengalami tanda dan gejala klinis leptospirosis namun tidak mendapatkan pengobatan antibiotik selama kurang dari lima hari setelah timbul gejala sakit. (1) Pengobatan penderita leptospirosis relatif mudah dilakukan pada stadium awal setelah ditegakkan diagnosa klinis karena hingga saat ini masih sensitif dengan antibiotika yang tersedia di puskesmas/pelayanan kesehatan dasar dan rumah sakit, namun sering terjadi kasus diakhiri dengan kematian. Sebagian besar responden tidak mengetahui bahwa gejala sakit yang dirasakan dulu merupakan penyakit leptospirosis bahkan tidak tahu kalau nantinya gejala tersebut dapat membahayakan jiwanya. Status Frekuensi Persentase Hasil ini sesuai dengan Berobat (%) pernyataan Sarwono (1994) dalam Terlambat 35 58,3 Halifah (2013) bahwa orang yang Tidak 25 41,7 tidak berobat ke pelayanan Terlambat kesehatan karena orang tersebut Total 60 100,0 merasa tidak menderita suatu penyakit. (7) 450

Pada beberapa responden terlambat berobat, keluarga mereka cenderung menyarankan untuk mengonsumsi obat-obatan bebas dahulu sebelum berobat ke pelayanan kesehatan. Pernyataan tersebut sesuai dengan Smet (1994) bahwa anggota keluarga menjadi orang pertama yang diminta nasihatnya berkaitan dengan penyakitnya. Keluarga dapat membantu untuk menafsirkan gejala, memberi nasihat mengenai bagaimana mencari pengobatan medis, menyarankan cara penyembuhan, atau memberi saran untuk berkonsultasi dengan orang lain. (8) Berdasarkan hasil penelitian, hal ini berkaitan dengan tidak adanya penyuluhan mengenai leptospirosis ataupun penyampaian yang kurang tepat dapat berdampak pada kurangnya kesadaran responden dalam pencarian pengobatan ke pelayanan kesehatan. Sesuai dengan penelitian Rahman (2000) yang menyatakan bahwa penyuluhan berpengaruh positif terhadap perilaku pencarian pengobatan ke pelayanan kesehatan. KESIMPULAN 1. Dari 60 responden, sebagian besar responden penelitian berjenis kelamin laki-laki (66,7%) dan sebagian besar responden berpendidikan tamat SD (35,0%). 2. Responden dengan status terlambat berobat ke pelayanan kesehatan sebesar 58,3%. 3. Proporsi responden terlambat berobat ke pelayanan kesehatan dengan tingkat pengetahuan buruk, tidak memiliki dukungan keluarga lebih tinggi dan menyatakan tidak ada penyuluhan DAFTAR PUSTAKA 1. World Health Organization. Human Leptospirosis: Guidance For Diagnosis, Surveillance and Control. Geneva: The Organization; 2003. 2. McBride AJ, Athanazio DA, Reis MG KA. Leptospirosis. Curr Opin Infect Dis. 2005;18:376 86. 3. Victoriano AF, Smythe LD, Gloriani-Barzaga N, Cavinta LL, Kasai T LK et al. Leptospirosis in the Asia Pacific Region. BMC Infect Dis. 2009;9:147. 4. Suzuki M, Salva E, Belo MCP, Koizumi N, Yoshimatsu K, Schmidt W, et al. Outbreak of Leptospirosis after Flood, the Philippines, 2009. Emerg Infect Dis. 2012;18(1). 5. Kementrian Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Pengendalian Leptospirosis. Jakarta: Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan; 2014. 6. Hapsari BAA. Gambaran Faktor Keterlambatan Pengobatan pada Penderita Leptospirosis di Kota Semarang. Universitas Diponegoro; 2013. 7. Halifah E. Determinan Keterlambatan Penderita Kanker Serviks Mencari Pengobatan ke Rumah Sakit 451

Umum Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013. Universitas Sumatra Utara; 2013. 8. Bart S. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia; 1994. 452

453