HUBUNGAN STATUS PARITAS DENGAN KEJADIAN PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI DI RSUD dr. SOESELO SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2008

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 5, No. 3, Oktober 2009

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD DR. SOESELO KABUPATEN TEGAL

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN PARTUS PREMATUR DI RUANG (VK) BERSALIN BAPELKES RSD SWADANA JOMBANG. Sri Sudarsih*) ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KOMPLIKASI PASSENGER PADA IBU BERSALIN DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK. Yayuk Norazizah, Ristitiati, Ummu Latifah

Faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 2011

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

KEHAMILAN LETAK SUNGSANG DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

HUBUNGAN PERSALINAN LAMA DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KASUS PERSALINAN DI UGD RSUP Dr. KARIADI VINA EKA WULANDARI G2A PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri

HUBUNGAN STATUS PARITAS DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA PERIODE Lestrina *, Eny **

BAB II TINJAUAN TEORI

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

ISSN No Media Bina Ilmiah 29

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

KETUBAN PECAH DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN STANDART PELAYANAN KEHAMILAN TERHADAP KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS GEMOLONG SRAGEN TAHUN 2011

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN TAHUN Sri Wahyuni 1), Titin Riyanti 2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA SALATIGA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN 2009

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny S GI P0000 TRIMESTER III DENGAN LETAK SUNGSANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2015

Analisis Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Bahteramas

PERBEDAAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI ANTARA PRIMIPARA DAN MULTIPARA. Siti Aisyah

KARAKTERISTIK IBU BERSALIN YANG DI RUJUK DENGAN KASUS KETUBAN PECAH

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : HUBUNGAN RIWAYAT PERSALINAN PADA IBU MULTIPARA DENGAN

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA. Oleh :

KARAKTERISTIKIBU BERSALIN DENGAN EPISIOTOMI DIRUMAH BERSALIN MARGA WALUYA SURAKARTA PERIODE 1 JANUARI DESEMBER

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN JUMLAH PERSALINAN DI WILAYAH PUSKESMAS MAMBURUNGAN KOTA TARAKAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) PADA IBU BERSALIN DI RSUD WATES KULON PROGO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSIA NORFA HUSADA BANGKINANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

ISSN Volume 3 Nomor 2, September Evaluasi Pasca Revitalisasi Pelayanan Kesehatan Di Posyandu Kota Surabaya Tahun 2013

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

BAB IV METODELOGI PENELITIAN Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Obstetri dan Ginekologi.

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : RATNA NURAINI

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PARTUS LAMA DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUANG VK BERSALIN RSUD. DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DAN PARITAS DENGAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN SPONTAN DI RSIA BUNDA ARIF PURWOKERTO TAHUN 2010

Gambaran Karakteristik Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. (Fraser, 2009 h. 635). Pada umumnya kehamilan berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (Maternity Mortality Rate) sampai pada

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB IV HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN POLA SEKSUAL IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTURE PERINEUM PADA IBU BERSALIN SPONTAN

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

LUARAN IBU BERSALIN MENOPOUSE. Outcome Maternal Labor In Menopousal Age

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui insisi pada

FAKTOR MATERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN BBLR

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 3 Oktober 2010

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Dwika Suryaningdyah. Abstrak

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR DENGAN LAMA WAKTU INVOLUSI UTERUS DI BPS SUHARTINI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KEBUMEN INTISARI

102 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN DI PUSKESMAS SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN

1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh

KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG MENGALAMI ATONIA UTERI DI RSUD SUKOHARJO

Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

Elisa Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang ABSTRAK

Keywords: Factors Affecting Premature Rupture Membranes

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERSALINAN SUNGSANG DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

PROFIL PERSALINAN KEHAMILAN KEMBAR DI BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE 01 JANUARI DESEMBER 2011

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN PRETERM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PRABUMULIH TAHUN 2014

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN KEHAMILAN GANDA DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

STUDI DESKRIPTIF PENYEBAB KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DENGAN DERAJAT LASERASI JALAN LAHIR PADA IBU PRIMIPARA DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

Transkripsi:

HUBUNGAN STATUS PARITAS DENGAN KEJADIAN PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI DI RSUD dr. SOESELO SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2008 The correlation between parity status with premature rupture of membranes on dr. Soeselo Slawi Hospital Tegal Regency at 2008 th Natiqotul Fatkhiyah (STIKES BHAMADA SLAWI) Abstract Labor with premature ruptur of membranes is high risk to maternal and infant mortality, Which one of the cause is multiparity. the research s goal is to know The correlation between parity status with premature rupture of membranes, is the parity status can caused premature ruptur of membranes. This research used discriptive correlation method with cross sectional approach. The sampling technic by purposive random sampling and total sample are 620 from 1.235 total population. The result of research, amount of multiparous mother with premature ruptur of membranes 161 (48.35%) and multiparous mother without premature ruptur of membranes 171 (51.65%). Whereas amount of nulliparous mother with premature ruptur of membranes 146 (50.87%) and nulliparous mother without premature ruptur of membranes 141 (49.13%). After analized by chi square test (X 2 ) and p value with 5 % significance level obtained results X 2 (0.392) and p value (0.531) showed there is no significant correlation between parity status with premature rupture of membranes. Key word: multiparous, nulliparous, labor, Premature Ruptur of Membranes PENDAHULUAN Menurut SDKI tahun 2005-2006 Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 307 per 100.000 Kelahiran Hidup. Tingginya angka kematian ibu ini dilatarbelakangi salah satunya adalah ibu terlalu sering melahirkan atau banyak mempunyai anak (Depkes RI, 2003: 2). Namun sebenarnya AKI tersebut dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal care/anc) yang memadai (GOI dan UNICEF, 2000). Pengawasan sebelum lahir (antenatal) terbukti mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan fisik kehamilan untuk menghadapi persalinan (Manuaba, 2002: 88). Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai (Manuaba, 2002: 138). Dalam persalinan, pengeluaran air ketuban (amnion) sebagian besar terjadi 64

menjelang persalinan dengan pembukaan mendekati lengkap. Pembukaan lengkap menyebabkan selaput bagian depan menonjol dan merupakan bagian paling lemah yang dapat menyebabkan selaput pecah dengan mengeluarkan air (Manuaba, 2002: 112). Selama terjadi his (kekuatan kontraksi untuk melahirkan) selaput janin menjadi pelindung bagian terendah, sedangkan air ketuban yang keluar setelah selaput pecah menjadi sarana penting persalinan yaitu untuk melicinkan jalan lahir, bersifat antibiotika sehingga jalan lahir steril (Manuaba, 2002: 112). Pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan disebut Ketuban Pecah Dini (KPD) (Manuaba, 1998: 229). KPD merupakan salah satu faktor risiko tinggi yang dapat secara langsung menyebabkan kematian ibu atau bayinya (Depkes RI, 2000: 84). Faktor faktor penyebab dari KPD ialah multiparitas, hidramnion, kelainan letak janin, chepalopelvik disproporsi, kehamilan ganda, perut gantung atau pendular abdomen (Manuaba, 1996: 130). Kejadian KPD mendekati 10% dari semua persalinan (Manuaba, 2002: 229). Fenomena penelitian di RSUD dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal, bahwa kejadian KPD tahun 2006 sebanyak 172 kasus (11,41%) dari 1.508 persalinan, tahun 2007 sebanyak 217 kasus (26,96%) dari 805 persalinan, sedangkan pada tahun 2008 jumlah persalinan sebanyak 1.578 persalinan yang terdiri dari 343 (21,74%) persalinan normal dan 1.235 persalinan patologis yaitu KPD sebanyak 307 (19,46%) kasus, pre eklampsia/eklampsia sebanyak 98 (6,2%) kasus, presentasi bokong sebanyak 73 (4,63%) kasus, partus lama sebanyak 38 (2,4%) kasus, letak sungsang sebanyak 28 (1,77%) kasus, gemeli sebanyak 27 (1,7%) kasus, serotinus sebanyak 26 (1,65%) kasus, letak lintang sebanyak 23 (1,46%) kasus, lain-lain sebanyak 615 (38,97%) kasus. Jadi Ketuban Pecah Dini merupakan masalah morbiditas ibu bersalin terbesar di RSUD dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal pada tahun 2008 yaitu 307 (19,46%) dari 1.578 persalinan (Rekam Medik RSUD dr. Soeselo, 2008). Sedangkan status paritas merupakan salah satu factor resiko penyebabnya. Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, masalah yang dirumuskan Adakah Hubungan Status Paritas Dengan Kejadian Persalinan Ketuban Pecah Dini di RSUD dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal Tahun 2008. 65

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status paritas dengan kejadian persalinan KPD di RSUD dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal tahun 2008. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah survey deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk melakukan eksplorasi deskriptif terhadap fenomena kesehatan dalam masyarakat, baik yang berhubungan dengan faktor resiko maupun yang bersifat efek (Notoatmodjo, 2002: 139-143) dan pendekatan penelitian yang digunakan adalah cross sectional artinya pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2002: 145-150). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin patologis di RSUD dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal tahun 2008 sejumlah 1.235 ibu. Sampel yang digunakan berdasarkan kriteria inklusi sebanyak 620 responden yang terdiri dari ibu bersalin KPD sebanyak 307 responden, ibu bersalin pre eklampsia/eklampsia sebanyak 98 responden, ibu bersalin dengan partus lama sebanyak 38 responden, ibu bersalin dengan letak sungsang sebanyak 28 responden, ibu bersalin dengan presentasi bokong sebanyak 73 responden, ibu bersalin dengan letak lintang sebanyak 23 responden, ibu bersalin serotinus sebanyak 26 responden, ibu bersalin dengan gemeli sebanyak 27 responden. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini analisis univariat, Uji statistik yang digunakan adalah koefisiensi kontingensi (C) yaitu untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel dengan perhitungan chi kuadrat (X²). Dalam melakukan uji statistik chi kuadrat (chi square) peneliti juga menggunakan bantuan komputerisasi program SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 12.0. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasar atas penelitian yang dilakukan pada 620 responden dari 1.235 populasi seluruh ibu bersalin patologis di ruang kebidanan di RSUD dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal tahun 2005 yang terdiri dari persalinan KPD sebanyak 307 responden, pre eklampsia/eklampsia sebanyak 98 responden, partus lama sebanyak 38 responden, letak sungsang sebanyak 28 responden, presentasi bokong sebanyak 73 responden, letak lintang sebanyak 23 responden, serotinus sebanyak 26 responden, gemeli sebanyak 27 responden dan dianalisis dengan menggunakan Uji Chi Square (X²) dan p 66

value dengan taraf signifikansi 5% diperoleh hasil X² (0,392) dan p value (0,531) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara status paritas dengan kejadian persalinan ketuban pecah dini sehingga hipotesis penelitian tidak terbukti. Artinya status paritas bukan sebagai faktor utama penyebab persalinan KPD dan kemungkinan terjadinya KPD dikarenakan oleh faktor penyebab lain. Menurut Mochtar dalam buku berjudul sinopsis obstetri (2002: 256), bahwa faktor predisposisi KPD adalah multipara, malposisi, disproporsi dan cerviks incompeten. Menurut Manuaba dalam buku berjudul penuntun kepaniteraan klinik obstetri dan ginekologi (2000: 130), bahwa sebab-sebab KPD adalah multiparitas, hidramnion, kelainan letak (sungsang atau lintang), sepalopelvik disproporsi, kehamilan ganda, pendular abdomen (perut gantung). Serta Menurut Manuaba dalam buku lain berjudul memahami kesehatan reproduksi wanita (2002: 112), bahwa sebab terjadinya ketuban pecah (selaput janin) diantaranya karena trauma langsung pada perut ibu kelainan letak janin dalam rahim dan kehamilan grande multipara atau hamil lebih dari lima kali. (2002: 130) yaitu multiparitas. Multipara lebih besar kemungkinan terjadinya infeksi karena proses pembukaan serviks lebih cepat dari nulipara, sehingga dapat terjadi pecahnya ketuban lebih dini. Pada kasus infeksi tersebut dapat menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah (Manuaba, 2002: 229). Pada multipara, karena adanya riwayat persalinan yang lalu maka keadaan jaringan ikatnya lebih longgar dari pada nulipara. Pada multipara jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin berkurang sehingga multipara lebih beresiko terjadi ketuban pecah dini dibandingkan nulipara (Manuaba, 2002: 222). Berdasarkan asumsi peneliti, konsistensi serviks pada persalinan sangat mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini. Pada multipara dengan konsistensi serviks yang tipis, kemungkinan terjadinya ketuban pecah dini lebih besar dengan adanya tekanan intrauterin pada saat persalinan. Konsistensi serviks yang tipis dengan proses pembukaan serviks pada multipara (mendatar sambil membuka hampir sekaligus) dapat mempercepat pembukaan serviks sehingga dapat beresiko ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap. (2000: 130) yaitu kelainan letak janin (sungsang atau lintang). Didukung pendapat Mochtar (2002: 356), bahwa prognosis bagi 67

ibu pada letak sungsang adalah kemungkinan robekan pada perineum lebih besar, juga karena dilakukan tindakan. Selain itu ketuban pecah dan partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi. Didukung pula pendapat Mochtar (2002: 370), bahwa pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah, pembukaan lambat jalannya, partus jadi lebih lama, tangan menumbung (20-50%), tali pusat menumbung (10%). (2000: 130) yaitu sepalopelvik disproporsi. Didukung pendapat Mochtar (2002: 326-327), bahwa mekanisme persalinan kala I dengan panggul sempit, kepala tidak masuk PAP maka pembukaan berlangsung lama, besar kemungkinan ketuban pecah sebelum waktunya, kepala tidak mau turun. Setelah ketuban pecah, maka kepala tidak dapat menekan serviks kecuali kalau his kuat sekali sehingga terjadi moulage yang hebat pada kepala, sering tali pusat menumbung, inersia uteri sekunder, pada panggul sempit menyeluruh bahkan sering didapati inersia uteri primer, partus lama, ruptura uteri, infeksi intrapartal, edema dan hemetoma jalan lahir. Jalannya pembukaan dapat menentukan prognosa. Pembukaan lambat, maka besar kemungkinan janin tidak dapat melewati panggul. Penyebab KPD menurut Mochtar (2002: 256) yaitu cerviks incompeten. Didukung pendapat Wheeler (2003: 10), bahwa perkembangan serviks yang abnormal atau trauma serviks akibat prosedur ginekologi dapat merusak serviks, sehingga serviks tidak mampu menyokong berat bayi yang sedang tumbuh. Akibatnya serviks yang tidak kompeten berdilatasi tanpa disertai nyeri pada mid-trimester kehamilan dan janin yang tidak matur keluar. Didukung pendapat Verralls (2000: 132), bahwa pada minggu ke 12 sampai ke 28 kehamilan, oleh karena tekanan intrauteri yang meningkat maka serviks akan mengalami dilatasi dan membran pecah sehingga fetus dikeluarkan. Didukung pula pendapat UNPAD (1984: 50), bahwa robeknya selaput janin dalam kehamilan dapat secara spontan karena selaputnya lemah atau kurang terlindung karena serviks terbuka (serviks yang inkompeten) dan juga karena trauma, jatuh, coitus atau alat-alat. Serta didukung pula pendapat Rayburn (2001: 159), bahwa serviks inkompeten harus dicurigai bilamana pecah ketuban dini atau partus prematurus terjadi berulang dalam trimester kedua atau awal trimester ketiga. (2000: 130) yaitu hidramnion. Didukung 68

pendapat Taber (2000: 231), bahwa komplikasi dari hidramnion antara lain malformasi janin, presentasi janin yang abnormal, persalinan prematur, ketuban pecah dini dan prolaps tali pusat, yang dapat menambah peningkatan mortalitas perinatal. Didukung pula pendapat Pillitteri (2002: 69), bahwa hidramnion menyebabkan ketuban pecah dini, sehingga muncul risiko terjadinya infeksi tambahan dan prolaps korda dan persalinan prematur akibat peningkatan tekanan pada intrauterin. (2000: 130) yaitu kehamilan ganda. Apabila pendapat tersebut dikaitkan juga dengan pendapat Manuaba (2000: 130) yang menyatakan bahwa penyebab lain KPD yaitu hidramnion, maka pendapat tersebut didukung pendapat Taber (2000: 283), yang mengemukakan bahwa komplikasi kehamilan ganda antara lain persalinan dan kelahiran prematur, kelainan letak (malpresentasi), persalinan disfungsional disertai peregangan uterus berlebihan, malformasi janin, prolaps tali pusat, hidramnion, anemia defisiensi besi pada ibu, pre eklampsia atau eklampsia, perdarahan antepartum, perdarahan post partum. Didukung pendapat Scoot (2002: 193), bahwa komplikasi maternal pada kehamilan kembar adalah persalinan preterm, hipertensi, solusio plasenta, anemia, hidramnion, infeksi saluran kencing, perdarahan post partum dan bedah sesar. Didukung pula pendapat Manuaba (2002: 268), bahwa komplikasi kehamilan kembar adalah hidramnion, prematuritas, kelainan letak, plasenta previa, solusio plasenta dan monster fetus. (2000: 130) yaitu perut gantung (abdomen pendulum). Apabila pendapat tersebut dikaitkan juga dengan pendapat Manuaba (2000: 130), bahwa penyebab KPD yaitu multiparitas, maka pendapat tersebut juga didukung pendapat Wiknjosastro (2005: 417-418), yang mengemukakan bahwa perut gantung terdapat pada multipara karena melemahnya dinding perut, terutama multipara yang gemuk. Perut gantung menghalang-halangi masuknya kepala ke dalam panggul, sehingga sering terjadi kelainan letak anak seperti letak sungsang dan letak lintang. Dilihat dari hasil penelitian dengan jumlah sampel yang diteliti sebanyak 620 responden berdasarkan kriteria inklusi, dari 1.235 populasi menunjukkan bahwa besarnya sampel sudah cukup mewakili populasi. 69

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan yang diperoleh dari penelitian tentang kejadian persalinan Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal tahun 2005 yang disesuaikan dengan tujuan penelitian ini adalah: 1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara status paritas dengan kejadian persalinan KPD dengan hasil X² sebesar 0,392 (X² hitung < X² tabel) dan p value sebesar 0,531 (p value > 0,05). 2. Kejadian persalinan KPD di RSUD dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal tahun 2005 sebagian besar terjadi pada umur reproduksi yaitu 20-35 tahun sebanyak 242 (78,83%). 3. Persalinan KPD merupakan persalinan patologis terbesar di RSUD dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal tahun 2005, dimana kejadian persalinan KPD sebanyak 307 (24,86%) dari 1.235 persalinan patologis. 4. Kejadian persalinan KPD di RSUD dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal tahun 2005 pada ibu bersalin multipara sebanyak 161 (52,44%) dan pada ibu bersalin nulipara sebanyak 146 (47,56%). 5. Faktor penyebab lain dari kejadian persalinan KPD di RSUD dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal tahun 2005 terbesar yaitu malpresentasi sebanyak 22 (75,86%). 6. Komplikasi yang menyertai persalinan KPD di RSUD dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal tahun 2005 terbesar yaitu persalinan preterm sebanyak 7 (38,9%). 7. Penatalaksanaan persalinan KPD di RSUD dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal tahun 2005 sebagian besar adalah dengan persalinan spontan sebanyak 180 (58,63%). Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian, beberapa saran yang dapat disampaikan adalah: 1. KPD termasuk salah satu kelompok faktor risiko tinggi yang dapat secara langsung menyebabkan kematian ibu atau bayinya sehingga perlu dilakukan pemeriksaan kesejahteraan ibu dan janin sebelum, selama dan setelah persalinan serta 70

penatalaksanaan KPD secara cepat dan tepat. 2. Tidak menjadikan status paritas sebagai patokan terjadinya persalinan KPD karena status paritas bukan faktor utama penyebab persalinan KPD dan kemungkinan terjadinya KPD dikarenakan oleh faktor penyebab lain. 3. Tetap waspada bila menjumpai kasus KPD dan menghubungi tenaga kesehatan untuk mendapatkan penanganan segera sehingga dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian pada ibu maupun bayi. 4. Perlu penelitian lebih lanjut tentang faktor penyebab persalinan KPD yang lebih lengkap. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2002. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek (edisi 5). Jakarta: Rineka Cipta. Christina, Y. 2001. Esensial obstetri dan ginekologi. Jakarta: Hipokrates. Cunningham, FG. 1995. Obstetri williams. Jakarta: EGC. Depkes RI. 1993. Asuhan kebidanan pada ibu hamil dalam konteks keluarga. Jakarta: Depkes RI. Depkes RI. 2003. Pedoman pemantauan dan penyeliaan program kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Jakarta: Depkes RI. Dinkes propinsi Jateng. 2001. Penanganan kegawatdaruratan obstetri neonatal. Semarang: Dinkes propinsi Jateng. GOI dan UNICEF. 2006. Meningkatkan kesehatan ibu. http://www.undp.or.id/pubs/imdg2004/ BI/IndonesiaMDG_BI_Goal5.pdf. Harjono, R. 1996. Kamus kedokteran dorland. Jakarta: EGC. Hinchliff, S. 1999. Kamus keperawatan. Jakarta: EGC. Mansjoer, A. 1999. Kapita selekta kedokteran (jilid 1). Jakarta: Media Aesculapius. Manuaba, IBG. 1999. Penuntun kepaniteraan klinik obstetri dan ginekologi. Jakarta: EGC. 2000. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC. 2000. Memahami kesehatan reproduksi wanita. Jakarta: Arcan. Manuaba, IBG. 2001. Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri, ginekologi dan KB. Jakarta: EGC. Mochtar, R. 2002. Sinopsis obstetri (jilid 1). Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi penelitian kesehatan (edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta. 71

Nursalam. 2003. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Pillitteri, A. 2002. Buku saku perawatan kesehatan ibu dan anak. Jakarta: EGC. Ramali, A. 2000. Kamus kedokteran. Jakarta: Djambatan. Rayburn, WF. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika. Rekam medik. 2006. Laporan bulanan persalinan dan rujukan. Slawi: RSUD dr. Soeselo Slawi. Saifuddin, AB. 2001. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Verralls, S. 1997. Anatomi dan fisiologi terapan dalam kebidanan. Jakarta: EGC. Wheeler, L. 2003. Buku saku perawatan pranatal dan pascapartum. Jakarta: EGC. WHO-SEARO. 2006. Meningkatkan kesehatan ibu. http://www.undp.or.id/pubs/imdg2004/ BI/IndonesiaMDG_B_Goal5.pdf. Wahyuningsih, HP. 2005. Etika profesi kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya. Wiknjosastro, H. 2002. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Yuwono, L. 1995. Kamus Kesehatan. Jakarta: Arcan. Scoot, JR. 2002. Danforth buku saku obstetri dan ginekologi. Jakarta: Widya Medika. Sugiyono. 2000. Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta. 2005. Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta. Taber, B. 1994. Kapita selekta kedaruratan obstetri dan ginekologi. Jakarta: EGC. UNPAD. 1983. Obstetri fisiologi. Bandung: FK UNPAD. 1984. Obstetri fisiologi. Bandung: FK UNPAD. Varney, H. 2001. Buku saku bidan. Jakarta: EGC. 72