BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan manajemen suatu lembaga pendidikan (sekolah) sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

PENINGKATAN KOMPETENSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH MELALUI SUPERVISI KELOMPOK DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHUL PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan belajar atau proses pendidikan. Sebagai organisasi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN. sektor pembangunan nasional karena dengan pendidikan berarti membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peran pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Madrasah memerlukan orang-orang yang mampu memimpin. pekerjaan profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

2 nasional dengan baik, maka diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan di bidang-bidang lain. Sumber daya manusia merupakan aset yang p

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sarana vital dalam pengembangan Sumber Daya. Manusia, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. peduli pada pembangunan sektor pendidikan. Menurut Kurniadin (2012:206)

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada setiap proses pembelajaran di kelas, guru dan peserta didik terlibat

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut suatu rencana dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. jauh ketinggalan dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga

Oleh : Hepy S Pasambuna, Arwildayanto*, Arifin**

BAB I PENDAHULUAN. M, telah membawa perubahan besar pada kebijakan pengembangan sektor

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang, bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SMP NEGERI 2 KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di era otonomi daerah menghadapi tantangan besar dan

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BA B I. dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran guna. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan memberikan konstribusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan sebuah bangsa. Seperti halnya kesehatan, pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan dengan arus perubahan-perubahan tersebut menuntut adanya peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ai Mintarsih, 2013

INTERAKSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan Pendidikan Nasional, dapat dilihat berdasarkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia haruslah dilakukan dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. Nasional No. 20/2003, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan mampu menghasilkan produk-produk yang unggul, maka mutu

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk. salah satunya dengan pendidikan di sekolah. Pendidikan di sekolah

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembukaan Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. alam, melainkan pada keunggulan sumberdaya manusianya. Perkembangan global

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

Supervisi Administrasi Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Menyusun Perangkat Pembelajaran. Sri Winarni

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah merupakan suatu sistim yang di dalamnya terdapat komponen-komponen yang harus digerakkan untuk mencapai tujuan. Tujuan pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Hasbullah, 2006 : 7). Arah dan perkembangan pendidikan di Indonesia menuju kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas pendidikan menunjuk kepada kualitas proses dan kualitas produk. Kualitas proses jika proses belajar-mengajar berlangsung secara efektif, dan peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna, ditunjang oleh sumber daya (manusia, dana, sarana, prasarana) yang wajar. Logikanya proses pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan produk yang berkualitas pula (Scheerens, 2003: 15). Sebagai konsekuensi logis dari adanya arah dan misi pembangunan pendidikan nasional maka pemerintah berkewajiban menyelenggarakan pendidikan sebagai sarana untuk mengembangkan sumberdaya manusia 1

2 Indonesia yang berkualitas. Penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah dilaksanakan melalui jalur pendidikan di sekolah dan pendidikan di luar sekolah. Jalur pendidikan di sekolah merupakan pendidikan yang dilaksanakan melalui kegiatan belajar mengajar yang berjenjang dan berkelanjutan. Adapun jenis pendidikan yang termasuk pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik dan profesional pada perguruan tinggi. Dalam organisasi sekolah, kepala sekolah merupakan orang yang paling bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilaksanakan di sekolah dalam upaya memajukan sekolah. Dalam organisasi sekolah, kepala sekolah berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator dan supervisor di sekolahnya (Mulyasa, 2005: 7). Dalam perkembangan selanjutnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman, Mulyasa (2005 : 98) berpendapat bahwa Kepala Sekolah tidak hanya sebagai edukator, manajer, administrator, dan supervisor tetapi harus mampu berperan sebagai leader, innovator, dan motivator di sekolahnya. Kepala Sekolah sebagai edukator bertugas melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien serta mampu mengikuti perkembangan teknologi pembelajaran, memiliki strategi yang tepat dalam meningkatkan profesionalisme guru di sekolahnya, menciptakan iklim yang kondusif serta dapat memberi nasehat kepada warga sekolah yang dapat mendorong untuk mengajar yang baik. Kepala Sekolah sebagai manajer mempunyai tugas menyususun perencanaan, mengorganisasikan kegiatan, mengarahkan

3 kegiatan, mendayagunakan sumber-sumber daya organisasi di sekolah, melaksanakan pengawasan, melakukan evaluasi terhadap kegiatan sekolah. Kepala Sekolah sebagai administrator bertugas menyelenggarakan administrasi yang berkenaan dengan pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah termasuk di dalamnya mengelola administrasi sarana prasarana, dan administrasi keuangan. Kepala sekolah sebagai supervisor bertugas membina seluruh personil sekolah sehingga personal sekolah itu dapat bekerja secara professional dalam melaksanakan tugasnya. Fungsi supervisi kepala sekolah ditujukan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan. Kemajuan pendidikan banyak diwarnai oleh keberadaan guru. Besarnya tanggung jawab guru dalam pendidikan merupakan tantangan bila dikaitkan dengan mutu pendidikan dewasa ini. Dalam kajian Tilaar (2002 : 87) diungkapkan bahwa keluhan masyarakat terhadap mutu pendidikan kita pada berbagai jenjang dan jenis pendidikan adalah sebenarnya merupakan refleksi dari mutu guru yang rendah. Selanjutnya Tilaar (2002 : 88) berpendapat bahwa guru profesional bukan hanya sekadar alat untuk transmisi kebudayaan tetapi mentransformasikan kebudayaan itu kearah budaya yang dinamis yang menuntut ilmu pengetahuan, produktivitas yang tinggi, dan kualitas karya yang dapat bersaing. Dalam organisasi sekolah, kedudukan kepala sekolah merupakan faktor penentu, penggerak segala sumber daya yang ada di sekolah agar segala

4 komponen komponen sekolah dapat berfungsi secara maksimal dalam meningkatkan mutu pendidikan. Usaha meningkatkan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas guru dalam proses belajar mengajar. Guru dikatakan bermutu apabila memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap serta memiliki wawasan yang cukup dan dapat menggunakan potensi yang ada secara maksimal dalam proses belajar mengajar. Banyak studi menunjukkan bahwa mutu pendidikan sangat ditentukan oleh guru. Dalam hal ini guru memberikan konstribusi paling besar untuk meningkatkan mutu pendidikan, konstribusinya adalah 34%, pengelola 22%, sarana fisik 25%, dan waktu belajar adalah 18% (Fattah, 2007: 82). Usaha yang telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas guru SMA adalah dengan diaktifkan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Mengirim guru mata pelajaran untuk ikut penataran-penataran, diberikan bimbingan penelitian dan bimbingan karya ilmiyah serta meningkatkan pendidikan guru ke jenjang pendidikan S1 bagi guru yang belum punya S1. Upaya ini nampaknya belum membuahkan hasil yang optimal sebagaimana yang diharapkan. Kinerja guru masih memerlukan pembinaan dan pengawasan serta kontrol yang intensif dalam melaksanakan tugas belajar mengajar di sekolah. Persepsi rendahnya kinerja guru terkait dengan supervisi dan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam memotivasi kinerja guru. Kenyataan membuktikan bahwa lemahnya kinerja guru diantaranya muncul karena tidak ada perbedaan penghargaan antara guru yang rajin

5 dengan guru yang tidak rajin. Untuk mengantisipasi hal tersebut kepala sekolah perlu melaksanakan fungsinya secara efektif dengan melakukan supervisi. Supervisi merupakan salah satu fungsi kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas guru dalam melaksanakan pengajaran. Supervisi merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada guru untuk meningkatkan kualitas pengajaran. Bantuan pada hakekatnya diarahkan kepada pembinaan kemandirian guru agar mampu memperbaiki kekurangan yang ada pada dirinya dalam proses belajar mengajar serta menumbuh kembangkan potensi guru dalam meningkatkan profesinya sesuai dengan perkembangan pendidikan. Kegiatan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Sergiovani dan Starrat (dalam Purwanto, 2004: 74) menyatakan bahwa "Supervision is a process designed to help teacher and supervisor learn more about their practice; to better able to use their knowledge and skills to better serve parents and schools; and to make the school a more effective learning community". Kutipan tersebut menunjukkan bahwa supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan

6 supervisor dalam. mempelajari tugas sehari-hari di sekolah; agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya tenjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif. Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor, tetapi dalam sistem organisasi pendidikan modern diperlukan supervisor khusus yang lebih independen, dan dapat meningkatkan objektivitas dalam pembinaan dan pelaksanaan tugasnya Ketercapaian akivitas supervisi kepala sekolah dapat diketahui melalui teknik supervisi, ketercapaian terhadap sasaran itu sendiri, kesesuaian pembinaan yang dilakukan dengan masalah yang ditemukan di sekolah, kesesuaian pembinaan yang dilakukan dengan keinginan guru, serta seberapa besar dapat memberikan kepuasan kerja terhadap guru yang disupervisi. Hasil penelitian Widodo (2004) menemukan ada pengaruh yang signifikan pelaksanaan supervisi kepala sekolah dan motivasi guru terhadap kinerja guru SMP Negeri di kota Semarang baik secara simultan maupun parsial. Besarnya kontribusi pelaksanaan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru secara simultan adalah 24,2% dan secara parsial 9,37% sedang untuk motivasi guru terhadap kinerja ada 14,82%. Kemampuan kepala sekolah sebagai supervisor merupakan salah satu kompetensi yang dipersyaratkan dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah Sekolah/Madrasah. Kemampuan supervisial tersebut harus diwujudkan dalam kemampuan menyusun, dan melaksanakan

7 program supervisi pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan program supervisi kelas, pengembangan program supervisi untuk kegiatan ekstra kurikuler, pengembangan program supervisi perpustakaan, laboratorium, dan ujian. Kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pelaksanaan prog ram supervisi klinis, program supervisi nonklinis, dan program supervisi kegiatan ekstra. kurikuler. Sedangkan kemampuan memanfaatkan hasil supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pemanfaatan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan, dan pemanfaatan hasil supervisi untuk mengembangkan sekolah. Dalam pelaksanaannya, kepala sekolah sebagai supervisor harus memperhatikan beberapa prinsip. Adapun prinsip-prinsip pelaksanaan supervisi tersebut menurut Purwanto (2004: 76) meliputi: (1) hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hirarkhis, (2) dilaksanakan secara demokratis, (3) berpusat pada tenaga kependidikan (guru), (4) dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan (guru), (5) merupakan bantuan profesional. Sehubungan pentingnya peranan kepala sekolah sebagai supervior dalam pemberdayaan tenaga kependidikan maka akan diteliti peranan kepala sekolah sebagai supervisor dalam pemberdayaan tenaga kependidikan di SMA Negeri di Kabupaten Klaten.

8 SMA Negeri sebagai suatu penyelenggara pendidikan yang dikelola pemerintah harus mampu memberikan kualitas yang sesuai dengan harapan. Salah satu upaya penjaminan kualitas pendidikan tersebut dilakukan melalui supervisi (Sukmadinata, 2007: 5). Program supervisi dapat berhasil bila supervisor memiliki ketrampilan (skill) dan cara kerja yang efisien dalam kerjasama dengan orang lain (guru dan petugas pendidikan lainnya). Carter, memberi pengertian supervisi adalah usaha dari petugaspetugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran dan metode pengajar dan evaluasi pengajaran (Purwanto, 2004: 18). Sedangkan yang melakukan aktivitas supervisi disekolah tersebut adalah kepala sekolah (supervisor). Penyelenggaraan pendidikan tingkat SMA di Kabupaten Klaten, khususnya di SMA Negeri I Klaten, berkembang lebih baik dibandingkan dengan di sekolah-sekolah lain. Hal ini ditengarai disebabkan karena faktor penjaminan mutu pendidikan melalui kegiatan supervisi di sekolah negeri lebih baik dan terprogram dibandingkan dengan sekolah swasta. Salah satu prestasi akademik yang diraih sekolah ini adalah bahwa pada tahun 2010/2011, SMA Negeri 1 Klaten berhasil meraih peringkat II untuk nilai rata-rata Ujian Nasional tingkat Provinsi Jawa Tengah dengan nilai rata-rata 55.44. Hasil tersebut mengindikasikan keberhasilan sekolah dalam pengelolaan pembelajaran.

9 Berangkat dari latar belakang penelitian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang kegiatan supervisi di SMA Negeri I Klaten. Dengan demikian maka hasil yang diperoleh dapat dijadikan sebagai gambaran mengenai pemberdayaan guru melalui kegiatan supervisi yang dilakukan. B. Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan pada karakteristik supervisi kepala sekolah untuk memberdayakan guru SMA Negeri I Klaten. Fokus penelitian ini dirinci menjadi dua pernyataan. 1. Karakteristik aktivitas supervisor untuk memberdayakan guru SMA Negeri I Klaten. 2. Karakteristik aktivitas supervee untuk memberdayakan guru SMA Negeri I Klaten. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan fokus permasalahan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik supervisi kepala sekolah dalam pemberdayaan guru SMA Negeri I Klaten. Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mendeskripsikan karakteristik aktivitas supervisor untuk memberdayakan guru SMA Negeri I Klaten.

10 2. Untuk mendeskripsikan karakteristik aktivitas supervee untuk memberdayakan guru SMA Negeri I Klaten. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak. Manfaat tersebut berupa manfaat teoretik dan manfaat praktis. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari adanya penelitian ini secara teoretik antara lain adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretik Secara teoretik, manfaat dari penelitian ini adalah dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Manajemen Sumberdaya Manusia dalam Pendidikan. Selain itu, penelitian ini dapat bermanfaat untuk dapat digunakan sebagai bahan perbandingan bagi para peneliti lain bidang pendidikan dalam memposisikan hasil penelitiannya. 2. Manfaat Praktis Selain manfaat teoretik di atas, penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Bagi Dinas Pendidikan Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk dijadikan sebagai bahan masukan bagi Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Klaten dalam mengambil kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui supervisi kepala sekolah sehingga kinerja guru dalam mengajar dapat lebih baik.

11 b. Bagi Kepala Sekolah Hasil penelitian ini bermanfaat bagi kepala sekolah untuk memberi masukan bagi Kepala Sekolah Menengah Atas dalam upaya untuk meningkatkan kualifikasi pendidikan, dan kinerja guru melalui supervisi agar supervisi yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan guru. c. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru untuk dijadikan sebagai bahan masukan bagi guru untuk meningkatkan motivasi dan kinerjanya melalui kegiatan supervisi kepala sekolah. E. Daftar Istilah 1. Supervisi Kepala Sekolah Supervisi kepala sekolah dapat diartikan sebagai bantuan, pembinaan, dorongan dan bimbingan yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru untuk memperdayakan seluruh potensi dirinya agar dapat lebih intensif dalam melaksanakan tugas mengajar. Hal tersebut juga memberikan dampak positif kepada siswa yaitu akan terangkat prestasi belajarnya. 2. Pemberdayaan Guru Konsep pemberdayaan guru bersifat humanistik. Pemberdayaan guru diartikan sebagai pengakuan terhadap potensi seorang guru untuk diaktualisasikan melalui pembinaan dan penyediaan iklim yang kondusif, serta melakukan pekerjaan secara kreatif. Dalam konteks manajemen mutu

12 terpadu pendidikan, pemberdayaan guru, salah satunya adalah melalui pembagian tanggung jawab. Dengan kata lain, pemberdayaan dimaknai sebagai memberi peluang kepada guru untuk memperbaiki pembelajaran dengan cara memberdayakannya dengan otonomi, pengembangan kemampuan, serta meningkatkan penghargaan terhadap prestasi guru. 3. Aktivitas Supervisor Aktivitas supervisor adalah aktivitas yang dilakukan oleh supervisor, kepala sekolah atau supervisor terkait, dalam rangka meningkatkan kinerja guru untuk mencapai tujuan yang telah ditetukan. Ada dua kegiatan yang terdapat dalam supervisi, yaitu kegiatan pengumpulan data dan pembinaan. Kegiatan pengumpulan data adalah kegiatan supervisi untuk mengumpulkan bahan atau masalah yang dihadapi oleh para guru dalam proses belajar mengajar. Kegiatan pembinaan adalah tindak lanjut dari kegiatan pengumpulan data sehingga pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah berdasar atas data yang ditemukan dilapangan. 4. Aktivitas Supervee Aktivitas supervee adalah aktivitas guru yang disupervisi oleh supervisor dalam setiap kegiatan supervisi yang dilakukan. Kegiatan tersebut meliputi persiapan-persiapan dan respon dalam menerima umpan balik yang diberikan oleh supervisor.