BAB I PENDAHULUAN. tugas sebagai khalifah-nya terlaksana secara bertanggung jawab dan mandiri. 3

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kefitrahan menuju penunaian tugas sebagai khalifah-nya terlaksana secara

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan kegiatan belajar mengajar, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran dilakukan dimulai dari proses, cara dan perbuatan menjadikan manusia

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Shalat fardhu merupakan salah satu ibadah dalam Islam. 1 Ia menempati rukun

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang tata cara beribadah, bersikap dan berperilaku; sesuai tuntunan agama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Guru merupakan jabatan profesi, sebagai pihak pendidik dan pengajar

BAB I PENDAHULUAN. tentang tata cara beribadah, bersikap dan berperilaku; sesuai tuntunan agama

BAB I PENDAHULUAN. tugas untuk memberikan pengenalan dan pengetahuan dasar keagamaan kepada anak

BAB I PENDAHULUAN. konteks pendidikan agama, kegiatan dimaksud menitik-beratkan pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dengan menggunakan fitrah tersebut manusia belajar dari keluarga, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan pembelajaran akan tercapai apabila guru

BAB I PENDAHULUAN. Pendidik bisa dibagi menurut perspektif kelembagaan, yang tersimpul dalam Tri

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan bangsa. Pendidikan Agama Islam akan mengenalkan bangsa

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengajarkan sesuatu maka pembelajaran berarti menunjuki seseorang tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan anak didik dalam praktek ibadah sangat di tuntut,

BAB I PENDAHULUAN. sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan. 1 Istilah

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Hal ini sejalan pula dengan Hadist Rasulullah SAW dari Abu Hurairah r.a.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran dilakukan dimulai dari proses, cara dan perbuatan menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang berujung pada maslahat hidup pada hakekatnya merupakan gambaran dari

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran merupakan kitab suci dan pedoman utama ajaran Islam. Ia berisi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang hidup dizaman sekarang, harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. merupakan perwujudan tanggung jawab orang tua dalam membina anak sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Membaca adalah pengolahan bacaan secara kritis-kreatif yang dialakukan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan di berbagai negara. Dengan bantuan dari berbagai media, pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang Fiqih ibadah,

BAB I PENDAHULUAN. saat ini adalah mengenai peran dan tanggung jawab guru. Guru sebagai tenaga

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kelas II Sekolah Dasar Negeri Hamayung Utara

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB 1 PENDAHULUAN. globalisasi yang melanda dunia termasuk bangsa Indonesia. Lewat perubahan itu,

BAB I PENDAHULUAN. yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya, Nabi mulia Muhammad SAW. Kitab suci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah minimal harus memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai wewenang dalam

BAB II TUJUAN DAN FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Belajar pada dasarnya adalah upaya peningkatan pengetahuan, pemahaman,

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren), (Semarang: Walisongo Press, 2009), hlm. 19. hlm. 359.

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi ajaran agama dalam bentuk hubungan sosial kemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Seorang guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan. belajar bagi siswa dan memperbaiki kualitas mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Negara Indonesia sebagai negara yang berkembang, telah

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kabupaten Tanah Bumbu Tahun Pelajaran 2011 dengan jumlah siswa sebanyak 20

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang ditopang oleh empat

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai keahlian (skill), tanpa keahlian pembangunan itu tidak akan berjalan lancar.

BAB I PENDAHULUAN. Membaca pada dasarnya adalah mengubah lambang-lambang tertulis

Oleh : Ahmad Abdillah NPM:

BAB I PENDAHULUAN. guru harus memiliki kemampuan profisional. Salah satu kemampuan profesional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia karena tujuan yang dicapai oleh pendidikan tersebut adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. namun mendidik anak sejak dalam kandungan sampai lahir hingga anak tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dari yang diharapkan. Banyak siswa yang mempunyai perilaku menyimpang,

BAB I PENDAHULUAN. guru agar anak didik mudah memahami materi yang diberikan. Jika guru kurang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sejumlah pengalaman dari seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. sehingga harus terjadi interaksi antarsesama manusia untuk memenuhi kebutuhan yang mereka

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dalam mewujudkan pembangunan yang berkualitas baik jasmaniah

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

STANDAR KOMPETENSI. Melaksanakan tatacara salat fardu dan sujud sahwi

BAB I PENDAHULUAN. keinginan-keinginan untuk tetap survive dalam meniti masa depan dan cita-cita.

BAB I PENDAHULUAN. dan menjelaskannya kepada orang lain, sesuai dengan kualitas dan kuantitas ilmu

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah Swt. pada Q.S. al-mujadalah ayat 11, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak, baik pemerintah, orang tua maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan ibadah shalat yang dilakukan dengan benar-benar akan membentuk. manusia yang beriman dan bertaqwa serta berbudi luhur.

BAB I PENDAHULUAN. penting karena dapat menentukan perkembangan dan kemajuan suatu kelompok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik. kedewasaan dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Agama, kerena semakin tinggi kualitas suatu bangsa, semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan sosial serta hamba

BAB I PENDAHULUAN. Alquran merupakan kitab suci yang berisi tuntunan dan hidayah yang

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. berikannya sebuah kelebihan tersebut manusia tidak hanya diam. Akan tetapi. wajib melaksanakan segala perintah dan larangan Allah.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terus menerus berkembang. Hal ini sejalan lurus dengan fitrah

BAB I PENDAHULUAN. sejak dini, ini terlihat dari bab thaharah (bersuci) yang selalu diletakkan di awal

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemampuan. Rukun Islam dimaksud mencakup syahadat, shalat, puasa, zakat

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah Swt yang mempunyai kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah

BAB I PENDAHULUAN. individu, maupun sebagai masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu sangat

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. 1 Bentuk perubahan itu bukan hanya berkaitan dengan pengetahuan, namun juga berbentuk kecakapan, keterampilan, pemahaman, kebiasaan dan sebagainya. 2 Melalui proses belajar, kebutuhan kefitrahan menuju penunaian tugas sebagai khalifah-nya terlaksana secara bertanggung jawab dan mandiri. 3 Guna menghantarkan peserta didik mampu menjalankan tujuan hidupnya, segenap potensinya harus dikembangkan secara totalitas. Pengembangan ini diperoleh dari pihak-pihak yang bertanggung jawab menghantarkannya ke taraf insani. 4 Anak diharapkan dapat mengembangkan potensi spiritualnya sehingga menjadi manusia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Semenjak dini kepada anak harus diberikan pengenalan dan pengetahuan dasar keagamaan tentang tata cara beribadah, bersikap dan berperilaku sesuai tuntunan agama. 1 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara, Cet. II, 1988), h. 2. 2 Oemar Hamalik, Metode Mengajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar, (Bandung: Tarsito, 1975), h. 28. 3 Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h.. 93 4 M. Arifin dan Rasyid Amiruddin, Materi Pokok Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Ditjen Bimbaga Islam dan UT, 1991), h. 222. 1

Sesuai prinsip pendidikan berjenjang, peningkatan kemampuan terdidik dilakukan secara bertahap. Hal yang sama diterapkan dalam pembelajaran shalat yang di mulai dari pengertian, tujuan dan ketentuan, mencontoh bacaan dan gerakan, dan selanjutnya kemampuan mempraktekkannya dengan benar sesuai syariat. Shalat merupakan pondasi utama dalam Islam. Pentingnya shalat secara benar sesuai tuntunan syari at ditegaskan oleh Rasulullah Saw. dalam sabdanya : عن م ال ك ب ن ا ل و ي ر ث ر ض ى اهلل ع ن و ق ال ر س و ل اهلل ص ل ى اهلل ع ل ي و و س ل م ص ل لو اا ا ر ا ي ي و ا ص ل ى )رواه البخارى( Shalat merupakan suatu ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, diakhiri dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan. Penguasaan tata cara dan praktek shalat secara tertib dan benar sangat penting. Apabila anak tidak dilatih nenpraktekkannya dengan tepat, dikhawatirkan ketika dewasa praktek shalatnya berada dalam kesalahan. Salah satu aspek yang diajarkan dalam materi shalat di kelas II Sekolah Dasar adalah kemampuan melakukan gerakan shalat. Penguasaan siswa terhadap ketepatan gerakan, sesungguhnya merupakan bagian dari ketentuan shalat. Keberhasilan belajar akan merujuk kepada nilai hasil belajar (prestasi belajar) sekaligus kemampuan mempraktekkannya secara tepat ketetapan kompetensi materi pembelajaran. t.th), juz IV, h. 87 5 Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-bukhari, Shahih Bukhari, (Mesir: Darul Akhyar, 2

Berdasarkan hasil pengamatan sementara pada siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri 1 Banjarsari Kabupaten Tanah Bumbu, kemampuan melakukan gerakan shalat masih rendah. Ketika siswa diminta untuk mempraktekkannya, misalkan saat takbiratul ihram, kedua belah tangan tidak sejajar bahu atau telinga; saat bersidekap, tangan tidak di letakkan di atas dada namun di atas perut. Begitu pula gerakan ruku, punggung tidak lurus sejajar dengan kepala dan kedua tangan tidak diletakkan pada lutut namun di pangkal paha. Guna mengelaborasi mengapa kemampuan gerakan shalat, guru perlu merefleksi faktor penyebabnya. Rendahnya penguasaan siswa terjadi karena pembelajaran lebih menekankan pada kemampuan mendengarkan dan mengingat. Untuk itu diperlukan penerapan model pembelajaran yang tepat sehingga tercipta kemudahan, rasa senang dan motivasi dalam mencapai hasil belajar yang optimal. 6 Sejalan dengan dunia anak di kelas awal (satu, dua dan tiga) yang masih berada pada masa bermain, proses pembelajaran yang bersifat interaktif, menuntun kepada respon yang diinginkan akan dapat meningkatkan penguasaan siswa. Model pembelajaran interatif tipe Picture and Picture yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis, akan dapat menjadi sarana belajar yang efektif. 7 Melalui gambar-gambar tentang gerakan-gerakan shalat, siswa dibimbing untuk mencontoh dan mempraktekkannya secara tepat dan lancar. 6 Bagi anak minat memegang peranan penting sebagai sumber hasrat belajar. Lihat lebih jauh dalam Abdurrahman Shaleh, Didaktik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 65. 7 Rivai Sudjana, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algessindo, 1991), h. 58. 3

Kemampuan guru untuk menerapkan model pembelajaran yang tepat akan sangat efektif dalam rangka penguasaan siswa. Melalui pembelajaran secara visual dengan menunjukkan contoh konkret melalui gambar, siswa dapat menirukan bagaimana cara mempraktekkan gerakan shalat secara tepat. Dengan melihat secara langsung kepada gambar, dibarengi penjelasan guru tentang segenap ketentuan yang harus diperhatikan, siswa akan memiliki ketangkasan, kemampuan atau keterampilan melakukannya sesuai kebenaran yang dipersyaratkan 8 Penerapan model pembelajaran interaktif secara intens akan menyentuh nalar spiritual sehingga dapat meningkatkan kemampuan memahami ketentuan tata cara shalat dan mempraktekkan gerakannya sesuai ketentuan syariat. Oleh karena itu, melalui pembelajaran dengan menunjukkan gambar praktek shalat agar kegiatan belajar dapat memperjelas bagaimana melakukan gerakan shalat yang benar. Guna mengkaji lebih jauh tentang bagaimana penerapan model pembelajaran interaktif tipe Picture and Picture dalam pembelajaran PAI pada materi shalat dan mengetahui sejauh mana efektifitasnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa, penulis tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dan menuangkannya dalam sebuah skripsi dengan judul: Upaya Meningkatkan Ketepatan Gerakan Shalat Melalui Model Pembelajaran Interaktif Tipe Picture and Picture Pada Siswa Kelas II Sekolah Dasar Negeri Banjarsari Kabupaten Tanah Bumbu. 8 Roestiyah NK, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bina Aksara, 1985), h. 125 4

B. Identifikasi Masalah Persoalan mendasar yang mengemuka dalam penelitian ini : 1. Rendahnya kemampuan siswa dalam mempraktekkan shalat fardhu. Terdapat banyak kesalahan ketika diminta menunjukkan ketepatan gerakan shalat. 2. Pembelajaran materi shalat berlangsung secara konvensional melalui ceramah dan hafalan terhadap ketentuan praktek shalat.. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran interaktif tipe Picture and Picture dalam pembelajaran ketepatan gerakan shalat? 2. Apakah model pembelajaran interaktif tipe Picture and Picture dapat meningkatkan ketepatan gerakan shalat pada siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri Banjarsari Kabupaten Tanah Bumbu Tahun Pelajaran 2011? D. Rencana Pemecahan Masalah Permasalahan rendahnya kemampuan siswa dalam melakukan gerakan shalat perlu segera ditanggulangi. Upaya peningkatannya memerlukan penelitian tindakan kelas. Penulis merencanakan tindakan dimaksud dalam 2 siklus, dimana masingmasing siklus dua kali pertemuan atau kegiatan belajar selama 4 jam pelajaran (4 x 2 x 35 menit). Tindakan ini bersifat kolaboratif antara guru dan siswa dalam kelompok belajar yang bersifat interaktif, diterapkan melalui langkah-langkah sebagai berikut : 5

a. Guru memberikan penjelasan awal tentang materi shalat. b. Guru menempelkan / menunjukkan ketentuan-ketentuan gerakan shalat c. Guru memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan praktek gerakan shalat secara tertib dan benar. d. Guru memanggil siswa secara bergantian memasangkan ketentuan gerakan shalat sesuai kategorinya dan menunjukkan gambar cara mempraktekkannya. e. Guru menanyakan alasan logis / dasar pemikiran penempatan urutan ketentuan dan gambar tersebut. f. Dari jawaban siswa tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. g. Untuk memantapkan penguasaan siswa, secara bergiliran dan acak siswa diminta memperagakan praktek gerakan shalat secara tertib. h. Guru memberikan masukan dan perbaikan atas kemampuan siswa i. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran. Selama proses pembelajaran dilaksanakan, pengamatan dilakukan melalui teman sejawat baik terhadap aktifitas guru, keaktifan dan kemampuan siswa dalam melakukan gerakan shalat. Pada akhir kegiatan dilakukan tes secara praktek untuk melihat kemampuan mempraktekkan gerakan shalat secara tepat dan lancar. Sedangkan pemahaman siswa dilakukan dengan tes tertulis untuk mengetahui nilai hasil belajarnya setelah mengikuti kegiatan belajar melalui penerapan model pembelajaran interaktif tipe Picture and Picture. 6

E. Hipotesis Tindakan. Untuk memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan perlu dikemukakan dugaan sementara. Dugaan sementara itu sering dikenal dengan istilah hipotesis; sebagai suatu jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbuktinya data yang terkumpul. 9 Berdasarkan permasalahan dan teori yang dikumpulkan, maka hipotesis yang penulis ajukan sebagai dugaan sementara dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : 1. Ketepatan dalam melakukan gerakan shalat memerlukan praktek langsung. Melalui proses belajar yang menekankan pada outcomes competency kemampuan siswa dapat diamati. Melalui aktivitas mengamati, menempelkan/memasangkan potongan kartu dan mengemukakan alasan logisnya, siswa akan dapat mencontoh gerakan shalat yang benar. 2. Pembelajaran secara visual dengan menunjukkan gambar-gambar praktek shalat akan dapat mengenalkan kepada siswa cara mempraktekkan gerakan shalat secara tertib. Dengan melakukan sendiri, siswa akan memiliki tingkat penguasaan terhadap proses gerakan secara tepat sehingga akan mampu melakukannya dengan baik dan benar. 1998), h. 62. 9 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta; Renika Cipta, 7

F. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam materi Fikih pada siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri 1 Banjarsari Kabupaten Tanah Bumbu. Tindakan kelas terarah untuk mengetahui apakah model pembelajaran interaktif tipe Picture and Picture berfungsi efektif dalam meningkatkan kemampuan psikomotorik anak dalam melakukan gerakan shalat.. Secara khusus penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui: 1. Penerapan model pembelajaran interaktif tipe Picture and Picture dalam dalam pembelajaran ketepatan gerakan shalat. 2. Model pembelajaran interaktif tipe Picture and Picture dapat meningkatkan ketepatan gerakan shalat pada siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri Banjarsari Kabupaten Tanah Bumbu Tahun Pelajaran 2011. G. Signifikansi Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaaan teoritis dan praktis sebagai berikut : 1. Secara teoritis penelitian ini bertujuan memperluas cakrawala pengetahuan dalam mengelola proses belajar siswa mata pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 2. Secara praktis penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat yang besar baik bagi siswa, guru dan institusi. 8

a. Bagi Siswa. Melalui pembelajaran secara visual yang sesuai karakteristik belajar anak, motivasi belajar akan meningkat sehingga berkorelasi terhadap peningkatan kemampuan melakukan gerakan shalat secara tepat dan lancar. b. Bagi peneliti. Hasil penelitian ini akan dapat menjadi rujukan dalam melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran interaktif tipe Picture and Picture pada aspek yang berbeda. c. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan profesional dalam mengelola pembelajaran yang berkualitas menarik, bermakna dan menyenangkan. d. Bagi sekolah dan lembaga terkait, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan kebijakan dalam rangka meningkatkan kualitas proses, prestasi dan hasil belajar siswa. Jalinan kerjasama yang baik antar siswa, guru dan kepala sekolah sangat berperan dalam mencapai tujuan pembelajaran. 9