UJI TOKSISITAS EKSTRAK BIJI KLUWAK (Pangium edule Reinw.) SEBAGAI MOLUSKISIDA KEONG MAS (Pomacea caniculata Lamarck, 1804.) PADA TANAMAN PADI ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. ketersediaan beras di suatu daerah. Salah satu hal yang mempengaruhi

UJI TOKSISITAS EKSTRAK BIJI KLUWAK

EKSTRAK BIJI KLUWAK (PANGIUM EDULE REINW) SEBAGAI OVISIDA PADA TELUR KEONG MAS (POMACEA CANALICULATA L.)

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat: Penelitian dilakukan di Green House Kebun Biologi, Fakultas. 2. Waktu: Bulan Desember Februari 2017.

Pengaruh Beberapa Ekstrak Pestisida Nabati terhadap Mortalitas Siput Murbei (Pomaceae canaliculata Lamarck)

V. SIMPULAN DAN SARAN. terhadap keong mas, dapat disimpulkan hasil dari penelitian sebagai berikut:

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan salah satu komoditas pangan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilakukan di Green House Kebun Biologi,

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilaksanakan di Green House Kebun. Biologi FMIPA UNY.

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK NIKOTIN FORMULA 1 (PELARUT ETHER) TERHADAP MORTALITAS Aphis gossypii (HOMOPTERA; APHIDIDAE)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Agroteknologi Fakultas

PEMISAHAN DAN PENCIRIAN SENYAWA AKTIF DAUN KEPAYANG DAN PENGARUHNYA PADA MORTALITAS ULAT KUBIS INSTAR III INTAN PRATIDINA

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mortalitas dan Kecepatan Kematian. Tingkat mortalitas walang sangit pada aplikasi kontak dengan konsentrasi

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012

PENDAHULUAN. Bahan pakan sumber protein merupakan material yang sangat penting. dalam penyusunan ransum, khususnya ternak unggas. Saat ini bahan pakan

SKRIPSI. UJI DAYA BUNUH EKSTRAK BUNGA KECOMBRANG (Nicolaia speciosa (Blume) Horan.) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex quinquefasciatus Say.

St. Fatmah Hiola dan Arsad Bahri Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Makassar. Abstract

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

PENGARUH PEMBERIAN FILTRAT BATANG JARAK CINA (Jatropha multifida L.) TERHADAP WAKTU MORTALITAS KEONG MAS (Pomacea canaliculata) ARTIKEL

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan

Uji Toksisitas Ekstrak Akar Tuba (Derris elliptica) Terhadap Keong Mas (Pomacea canaliculata)

SKRIPSI. Uji Potensi Ekstrak Daun Sukun Artocarpus altilis Sebagai Pestisida Nabati Terhadap Hama Lalat Buah Bactrocera spp

BAB III METODE PENELITIAN. (BALITTAS) Karangploso Malang pada bulan Maret sampai Mei 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB I PENDAHULUAN. atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya (Parwiro,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

BAB I PENDAHULUAN. menyerang produk biji-bijian salah satunya adalah ulat biji Tenebrio molitor.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

BIOAKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAN FRAKSI N-HEKSANA DAUN SUNGKAI (PERONEMA CANESCENS JACK) TERHADAP LARVA UDANG (ARTEMIA SALINA LEACH)

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu resiko yang harus dihadapi. Kehilangan hasil akibat

BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

SKRIPSI. EKSTRAK KULIT DURIAN (Durio zibethinus Murr.) SEBAGAI PENGENDALI HAMA LALAT BUAH Bactrocera carambolae Linn.

Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk

IDENTIFIKASI SENYAWA FITOKIMIA EKSTRAK DAUN KAYU MANIS DAN UJI EFEKTIVITAS TERHADAP BEBERAPA JENIS JAMUR FUSARIUM SECARA IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan 7 perlakuan

PENDAHULUAN. semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan

BAB III METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi

TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL KULIT UMBI KETELA GENDRUWO

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilakukan di Green House Kebun Biologi

Annual Report 2013 Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan

3. METODOLOGI. Gambar 5 Lokasi koleksi contoh lamun di Pulau Pramuka, DKI Jakarta

POTENSI SITOTOKSIK EKSTRAK AIR DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) ABSTRAK

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman

I. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh: Nur Alindatus Sa Diyah

BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL

Analisis Hayati UJI TOKSISITAS. Oleh : Dr. Harmita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (BALITTAS) Karangploso,

Mahasiswa Biologi UNY. Abstrak

III. METODE PENELITIAN. Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas

I. PENDAHULUAN. Pepaya merupakan salah satu tanaman yang digemari oleh seluruh lapisan

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorik dengan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN

PENGUJIAN BIOINSEKTISIDA DARI EKSTRAK KLOROFORM KULIT BATANG TUMBUHAN Bruguiera gymnorrhiza Lamk. (RHIZOPHORACEAE)

METODE PENELITIAN. hingga Agustus 2016 di Laboratorium Teknobio-Pangan, Universitas Atma Jaya

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sayuran, kacang-kacangan, tomat, jagung dan tembakau. Helicoverpa

BAB III METODE PENELITIAN

Devi Handayani Mahasiswa Prodi Magister Pendidikab Biologi PPs Unsyiah, Banda Aceh, Aceh

BAB III METODE. kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, masing-masing perlakuan

SKRIPSI. Disusun oleh: YOGYAKARTA

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

SKRIPSI. EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI UNTUK MEMBASMI LARVA NYAMUK Aedes aegypti L.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengendalian hama dan penyakit melalui insektisida

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. diperkirakan, pengendalian hama pun menjadi sulit dilakukan.

I. TINJAUAN PUSTAKA A. Padi

SKRIPSI. PEMANFAATAN EKSTRAK BIJI TERONG BELANDA (Cyphomandra betacea Sendtn) SEBAGAI PEWARNA ALAMI ES KRIM

PENDAHULUAN. yang berasal dari bagian biji pada kebanyakan tanaman lebih banyak. diantaranya adalah daun singkong (Manihot utilisima).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

Transkripsi:

UJI TOKSISITAS EKSTRAK BIJI KLUWAK (Pangium edule Reinw.) SEBAGAI MOLUSKISIDA KEONG MAS (Pomacea caniculata Lamarck, 1804.) PADA TANAMAN PADI Toxicity test of kluwak s (Pangium edule Reinw.) extract as molluscides to golden snail (Pomacea canaliculatalamarck, 1804.) in rice paddy field Marisda Sulistianingsih, A. Wibowo Nugroho Jati, Felicia Zahida Fakultas Teknobiologi Universitas Atmajaya Yogyakarta Email :isdha_luvjc@yahoo.co.id ABSTRAK Keong mas merupakan salah satu hama padi yang sangat mengganggu dan menurunkan produktivitas panen petani, karena merupakan hewan yang bereproduksi secara cepat dann tak terkontrol. Salah satu upaya pemberantasan keong mas yaitu dengan moluskisida sintetis, namun dapat membahayakan kesehatan dan tidak ramah lingkungan. Ekstrak biji kluwak memiliki potensi sebagai moluskisida alami.penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak biji kluwak yang diambil dari Toraja, Sulawesi selatan dengan cara penyemprotan memiliki toksisitas terhadap berbagai tingkatan umur. Selain itu untuk mengetahui LC100-24jam ekstrak biji kluwak terhadap keong mas pada berbagai tingkatan umur, dan mengetahui konsentrasi ekstrak biji kluwak yang paling efektif dalam membunuh keong mas pada berbagai tingkatan umur. Rancangan percobaan dalam penelitian ini adalah RAL faktorial dengan variasi 3 konsentrasi dan 4 tingkatan umur keong mas. Kontrol positif (Siputox) dan control negatif (Aquades). Masing-masing berisi 10 ekor keong mas dan dilakukan 5 kali ulangan. Hasil yang diperoleh ada perbedaan toksisitas moluskisida. Pada jam ke-24 variasi umur berbeda nyata antara umur 42 hari (93,67%) dengan 2 hari (100%), 14 hari (100%) dan 30 hari (100%). Pada variasi ekstrak tidak ada perbedaan nyata antara ekstrak dengan konsentrasi 10 ppm dan 20 ppm (100%) tetapi keduanya berbeda nyata dengan 30 ppm (95,25%). Hasil probit LC100-24jam didapatkan pada konsentrasi 1,36 ppm. Hasil Fitokimia alkaloid (2,69 ppm), tannin (16,0 ppm), flavonoid (1,23 ppm), sianida (122,7569 ppm). Kata kunci : biji kluwak Toraja, toksisitas, moluskisida, uji fitokimia.

PENDAHULUAN Tanaman padi merupakan tanaman pangan pokok yang penting dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jika produktivitas padi menurun maka akan berdampak negatif bagi sektor-sektor pertanian lainnya dan mempengaruhi ketersediaan beras di suatu daerah. Salah satu hal yang mempengaruhi produktivitas tanaman padi yaitu hama. Hama tanaman padi yang diketahui saat ini yaitu hama yang disebabkan oleh virus, bakteri, wereng dan salah satunya adalah keong mas. Keong mas merupakan hama bagi tanaman padi yang menyerang daun muda atau bibit tanaman padi. Keong mas akan menyerang tanaman padi pada stadium vegetative sampai tanaman akan memasuki umur 35 hari (Sadeli dkk, 1997). Daya rusak hama ini sangant tinggi karena seekor keong mas mampu menghabiskan satu rumpun tanaman padi umur 3 minggu dalam waktu 10-15 menit (Soejitno dkk, 1993). Kedudukan taksonomi keong mas menurut Cowie (2007); (Djajasasmita, 1999) adalah sebagai berikut: Filum : Molluska Kelas : Gastropoda Ordo : Mesogastropoda Famili : Ampullariidae Genus : Pomacea Spesies : Pomacea canaliculata Lamarck, 1804 (Dharma, 2005). Keong mas termasuk spesies asing yang paling cepat berkembang dan paling merugikan. Kerugian yang disebabkan keong mas bukan hanya menurunnya hasil

panen padi, tetapi juga bertambahnya biaya pengendalian seperti pestisida kimia yang digunakan untuk membasmi keong mas. Keong mas juga dapat dikonsumsi sebagai lauk pauk karena kandungan gizinya cukup tinggi, terutama kalsium. Pemberantasan keong mas dengan pestisida dikhawatirkan dapat membahayakan kesehatan manusia sehingga perlu dicari alternative lain dalam pemberantasan keong mas. Melihat masalah di pasar maka para peneliti mencari solusi untuk membuat pestisida nabati yang efektif untuk digunakan sebagai moluskisida. Meskipun di pasar sudah banyak beredar pestisida nabati, namun sampai saat ini belum ditemukan pestisida nabati yang efektif untuk hama keong mas. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengatasi masalah tersebut.salah satu tanaman yang dinilai memiliki potensi sebagai moluskisida yaitu kluwak (Pangium edule Reinw.). Kedudukan taksonomi kluwak menurut warintek (2006), adalah sebagai berikut : Divisi Sub divisi Kelas Bangsa Marga Jenis : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Cislales : Pangium : Pangium edule Reinw. Semua bagian tanaman kluwak berpotensi untuk digunakan sebagai pestisida nabati (Moluskisida). Namun kandungan sianida dalam biji kluwak merupakan salah

satu kandungan yang dinilai paling toksik dibandingkan dengan kandungan lain dari tanaman kluwak. Selain itu biji kluwak dinilai aman, murah dan mudah diperoleh. Pemanfaatan tanaman kluwak sebagai moluskisida sudah pernah dilakukan oleh (Yuningsih dan Kartika, 2007). Metode yang digunakan oleh (Yunita dan Kartika, 2007) adalah metode perendaman yang dianggap masih kurang aplikatif jika diterapkan di Lapangan, sehingga pada penelitian ini akan digunakan metode penyemprotan terhadap keong mas pada berbagai tingkatan umur yang diduga disebabkan oleh senyawa sianida. BAHAN DAN METODE Biji kluwakyang diperoleh langsung dari pohon Kluwak di Sulawesi Selatan, dibersihkan dahulu dari daging buah dan cangkang daging biji.setelah itu isi biji kluwak dicincang. Ekstraksi biji kluwak dilakukan dengan cara maserasi selama 24 jam. Sebanyak 500 gram daging biji kluwak segar yang dicincang dilarutkan dalam 500 ml aquades, kemudian disaring dengan kain tipis untuk memisahkan filtratnya (Yuningsih, 2007). Hewan uji yang digunakan adalah keong mas (Pomacea caniculata Lamarck.) berumur 2 hari, 14 hari, 30 hari, dan 42 hari. Bahan lain yang digunakan yaitu siputox dan aquades.

Pemeliharaan Keong Mas Keong mas diambil dari empang warga kemudian dipelihara dikolam kebun Universitas Atma Jaya. Selanjutnya keong mas jantan dan betina ditempatkan disatu wadah. Dalam penelitian ini keong mas dimasukkan kedalam baskom (Diameter 6 cm dan tinggi 10 cm). keong mas jantan dan betina dibedakan dengan melihat operculum masing-masing keong mas. Menurut penelitian DA-PhilRice (2001) operculum yang cekung menandakan keong mas betina dan operculum yang cembung menandakan keong mas jantan. Induk keong mas memiliki panjang cangkang sebesar 5,1 cm dan lebar cangkang sebesar 4,5 cm. Jumlah keong mas yang baru bertelur berkisar 460 butir. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh DA-PhilRice (2003) dan Joshi (2005), yang menyebutkan jumlah telur keong mas berkisar 50-500 butir dalam sekali bertelur. Selanjutnya telur diinkubasi didalam toples dan setelah menetas dipindahkan kebaskom (Diameter 12 cm dan tinggi 10 cm), setelah berumur 3 hari keong mas dipindahkan ke baskom yang lebih besar (Diameter 10 cm dan tinggi 40 cm). Faktor yang mempengaruhi kematian keong mas selama pemeliharaan yaitu kelembaban. Keong mas membutuhkan tanaman sebagai tempat berlindung agar tubuhnya tetap lembab, anakan keong mas yang baru menetas selalu menempel pada dinding wadah baskom yang digunakan untuk memelihara keong mas. Cangkang

anakan keong mas sudah mulai terbentuk sejak penetasan dan akan semakin mengeras seiring lama keong mas tersebut. Faktor lain yang menyebabkan kematian keong mas saat dipelihara adalah jika wadah yang digunakan permukaannya sempit, karena sifat dasar keong mas mampu berjalan dan berpindah tempat sejauh 5 meter, proses dan siklus hidup dari keong mas pada saat pemeliharaan yang dilakukan oleh peneliti adalah keong mas diambil dari empang yang berlokasi di Kledokan dan juga ada keong mas yang diambil dari sawah milik warga, yang digunakan untuk uji pendahuluan dan uji sebenarnya. Induk Keong mas yang diambil, sebelumnya dipelihara pada kolam kebun milik Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Ekstraksi Biji yang telah dipotong-potong kemudian ditimbang sebanyak 500 gram dan dicampur dengan 500 ml aquades (Konsentrasi larutan 100%, b/v) kemudian dimaserasi selama 24 jam dan botol tempat ekstrak ditutup dan dilapisi dengan aluminium foil. Kemudian dilakukan uji fitokimia. Pembuatan larutan ekstrak dengan variasi konsentrasi 10, 20, 30 ppm. 100 ppm (378 ml aquades + 122 ml ekstrak), 50 ppm (439 ml aquades + 61 ml ekstrak), 40 ppm (449 ml aquades + 51 ml ekstrak), 30 ppm (459 ml aquades + 41 ml ekstrak), 20 ppm (469 ml aquades + 31 ml ekstrak), 10 ppm (521 ml aquades + 21 ml ekstrak).

Ekstrak yang semula berwarna putih, berubah menjadi kecoklatan.hal tersebut menunjukkan bahwa ada beberapa metabolit sekunder yang terlarut dalam air sehingga terbentuklah ekstrak biji kluwak. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Fitokimia Uji fitokimia bertujuan untuk menentukan kandungan senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak biji kluwak.senyawa aktif yang diuji adalah senyawa aktif yang diduga menyebabkan adanya aktivitas moluskisida diantaranya adalah hydrogen sianida (HCN)/ glikosida sianogenik, alkaloid, tannin, dan saponin. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian kuantitatif untuk sianida, alkaloid, flavonoid, dan tannin sehingga dapat diketahui seberapa banyak kandungan senyawa aktif tersebut pada ekstrak biji kluwak. Saponin hanya diuji secara kualitatif karena belum ada metode yang benarbenar valid untuk menentukan kandungan saponin dalam suatu sampel.analisis kuantitatif senyawa sianida dalam penelitian ini dilakukan menggunakan metode spektrofotometer, lain halnya dengan analisis kualitatif tannin dan flavonoid (Harborne, 1996), dan alkaloid (Harborne, 1996) menggunakan metode KLT.

Table 1.Hasil analisis kualitatif saponin, alkaloid, flavonoid, dan tannin dalam ekstrak murni biji kluwak. Senyawa aktif Hasil uji Standar Alkaloid Positif Quinine Saponin Positif Steroid Flavonoid Positif Quercetin Tannin Positif Asam tanat Tabel 2. Hasil analisis kuantitatif saponin, alkaloid, flavonoid, dan tannin dalam ekstrak murni biji kluwak Senyawa aktif Kadar Standar Alkaloid 2,69 ppm Quinine Flavonoid 1,23 ppm Quercetin Tannin 16,0 ppm Asam tanat Sianida 122,7569 KCN 1. Uji Pendahuluan Dalam penelitian ini uji pendahuluan dilakukan dengan menggunakan pelarut methanol tanpa ekstrak biji kluwak dan hasil yang diperoleh keong mas berubah warna menjadi kekuningan dan menyebabkan keong mas mati sehingga dapat disimpulkan methanol tidak tepat jika digunakan sebagai pelarut karena bersifat toksik. Dalam uji pendahuluan ini, hewan uji yang digunakan adalah keong mas yang berumur 2 hari, 14 hari, 30 hari, dan umur keong mas yang diperkirakan sekitar 120 hari dengan ciri cangkang yang sudah mengeras dengan ukuran cangkang yang sama (diambil langsung dari sawah). Keong mas ini digunakan karena dibutuhkan keong

mas yang berumur 42 hari, namun keong mas telah mati sebelum mencapai umur 42 hari sehingga diambil keong mas dari sawah yang umurnya diperkirakan 120 hari. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu keong mas dengan cangkang yang sudah mengeras akan lebih sulit mati dibandingkan dengan keong mas yang cangkangnya masih lunak dan transparan. Penyemprotan ekstrak biji kluwak dilakukan dihari yang sama yaitu tanggal 31 Maret untuk uji pendahuluan dan 14 April untuk uji sebenarnya. Penyemprotan dilakukan pada hari yang sama agar hasil tidak bias dan memudahkan dalam pengamatan waktu keong mas mati. Keong mas ditempatkan pada wadah petri yang ditutupi kain kasa agar keong mas tidak keluar dari cawan petri. Uji Toksisitas Uji toksisitas bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak biji dalam 3 macam variasi konsentrasi mempunyai aktivitas moluskisida terhadap 4 variasi tingkatan umur keong mas. Pengujian ini dilakukan dengan cara menyemprot keong mas dengan ekstrak kluwak, kemudian diamati waktu saat keong mas tersebut mati. Tanda-tanda keong mas mati dapat diketahui seperti pada uji pendahuluan yaitu keong mas tidak bergerak ketika diamati dengan mata telanjang, serta warnanya agak menguning. Hasil kontrol negatif (Aquades) tidak menunjukkan pengaruh terhadap mortalitas keong mas. Lain halnya dengan control positif yang menyebabkan mortalitas pada keong mas dalam waktu kurang dari 1 jam. Kontrol positif yang

digunakan yaitu siputox dengan bahan dasar methaldehyde 5%.Siputox adalah moluskisida sintetis dengan mekanisme kerja menyerang permukaan kulit keong mas.dengan demikian toksisitas siputox lebih tinggi dibandingkan ekstrak biji kluwak. Pada uji sebenarnya umur keong mas yang digunakan yaitu 2 hari, 14 hari, 30 hari dan 42 hari. Syarat pemilihan hewan uji yaitu jumlah hewan, kondisi kesehatan hewan, luas permukaan badan, kapasitas organ, dan ukuran hewan uji.lain halnya dengan penelitian Yuningsih (2007) yang mengacu pada berat badan keong mas. Pada uji sebenarnya konsentrasi ekstrak yang digunakan yaitu 10 ppm, 20 ppm, dan 30 ppm, konsentrasi ini digunakan karena mengacu pada penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2007). Pelarut dan metode maserasi yang digunakan mengikuti penelitian Saputra (2001). 1. Analisis Probit Hasil mortalitas yang didapat dari percobaan yang dianalisis dengan probit untuk mengetahui perkiraan konsentrasi toksisitas ekstrak biji kluwak berpengaruh terhadap keong mas. Toksisitas suatu senyawa atau zat ditetapkan dengan menggunakan analisa probit dilihat pada LC100-24jam adalah suatu besaran yang diturunkan secara statistic yang berguna untuk menyatakan dosis tunggal suatu senyawa yang diperkirakan dapat mematikan atau menimbulkan efek toksik pada 100% hewan uji yang dipakai dalam waktu 24 jam (Arien et al., 1993).

Untuk dapat mengetahui beberapa tepatnya konsentrasi toksik dari ekstrak biji kluwak maka hasil mortalitas keong mas yang didapat setelah dianalisis dengan probit. Nilai LC100-24jam berarti konsentrasi terendah dari suatu senyawa atau zat yang dapat mematikan 100% dari hewan uji yang digunakan dalam waktu 24 jam. Nilai LC100-24jam pada penelitian ini adalah 1,36 ppm, karena pada konsentrasi ini keong mas yang digunakan pada penelitian untuk semua ulangan mortalitas 100%. 2. Analisis Anava Analisis Anava digunakan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variasi terhadap hewan uji, untuk mengetahui adanya beda nyata antar perlakuan atau apakah ada hubungan yang significan antara dua variasi yang dalam kasus ini akan diuji apakah ada interaksi antara konsentrasi dan umur. Hasil Anava pada jam ke-3 menunjukkan baik dari jenis umur keong mas, ekstrak kluwak dan kontrol, maupun interaksi keduannya menunjukkan nilai signifikansi diatas 0,05. Hal ini berarti menunjukkan hal tersebut tidak memiliki beda nyata dengan tingkat kepercayaan diatas 95%. Selanjutnya setelah hasil Anava diketahui dan hasil yang diperoleh tidak menunjukkan adanya letak beda nyata sehingga uji ini tidak dilanjutkan dengan uji DMRT. Hasil Anava dapat dilihat pada Lampiran 16. Hasil Anava pada jam ke-9 dan jam ke-12 menunjukkan baik dari jenis umur keong mas, ekstrak kluwak dan kontrol, maupun interaksi keduannya menunjukkan

nilai signifikansi melebihi 0,05. Hal ini berarti menunjukkan hal tersebut, tidak memiliki beda nyata dengan tingkat kepercayaan diatas 95%. Hasil yang diperoleh, jenis umur keong mas dan konsentrasi tidak memiliki beda nyata karena melebihi 0,05. Hasil Anava dapat dilihat pada Lampiran 19 dan 22. Hasil Anava pada jam ke-24 dapat dilihat pada Tabel 26 dan setelah diketahui hasil Anava, uji ini dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test untuk melihat letak beda nyata antara tiap perlakuan. Hasil uji DMRT dapat dilihat pada Tabel 27 dan 28. Pada jam ke-24 variasi umur berbeda nyata antara umur 42 hari (93,67%) dengan 2 hari (100%), 14 hari (100%) dan 30 hari (100%). Pada variasi ekstrak tidak ada perbedaan nyata antara ekstrak dengan konsentrasi 10 ppm dan 20 ppm (100%) tetapi keduanya berbeda nyata dengan 30 ppm (95,25%). Persentase kematian ke-24 jam dapat dilihat pada Gambar 13. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil pengujian aktivitas moluskisida ekstrak biji kluwak terhadap keong mas, dapat disimpulkan hasil dari penelitian sebagai berikut : 1. Ekstrak biji kluwak 10 ppm, 20 ppm, dan 30 ppm yang diberikan dengan cara penyemprotan memiliki toksisitas terhadap keong mas pada berbagai tingkatan umur. 2. LC-24jam pada konsentrasi 1,360 ppm ekstrak biji kluwak berpengaruh terhadap mortalitas keong mas pada berbagai tingkatan umur.

3. Konsentrasi ekstrak biji kluwak yang paling efektif dalam membunuh keong mas pada berbagai tingkatan umur adalah 10 ppm. B. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan guna untuk mengetahui pengaruh bagi organisme bukan sasaran dan pengaruh ketanaman padi itu sendiri (Fitotoksik). 2. Perlu penelitian tentang turunan/ jenis sianida, alkaloid dan saponin apa yang terkandung didalam biji kluwak. Ucapan Terima Kasih Penulis berterima kasi kepada berbagai pihak yang telah mendukung penyusunan naskah ini, Yaitu : 1. Drs. A. Wibowo Nugroho Jati, M.S., sebagai dosen pembimbing utama yang telah mendidik dan membimbing penulis, dengan sabar dalam penelitian ini. 2. Dosen pembimbing pendamping, Dr. Felicia Zahida M. Sc., yang telah memberi banyak waktu untuk memberi masukan dan semangat dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA Ariens, E.J. Toksikologi Umum Pengantar. Terjemahan J.R. Wattimena. Gadjah Mada Univ. Press. Yogyakarta. 1986. Cowie, R,H. 2007. What are Apple Snails Confused Taxonomy and some Preliminary Resolution. In Joshi R.C and L.S. Sebastian (Ed.), Global advances in Ecology and Management of Golden apple Snail.Phil Rice, Ingnieria DICTUC and FAO.3-23. [DA-PhilRice] Departement of Agricultural-The Philippine Rice Research Institute. 2001. Management Option for The Golden Apple Snail. MAligaya : Departement of Agriculture- The Philipphine Rice Research Institute. Dharma, B. 2005.Recent & Fossil Indonesian Shells.Conchbooks. Hackenhein Germany.P. 423. Djajasasmita, M. 1999. Keong dan Kerang Sawah.LIPI-Seri Panduan Lapangan.Puslitbang Biologi-LIPI. Halaman : 20. Harborne J.B. 1984. Phytochemical methods.ed ke-2.chapman and Hall. New York. Joshi, R.C. 2005.Managing InvasiveAlien Molusc Spesies in Rice.Mini Review.IRRN. 2;5-13. Sadeli, S. Budiman, S. Djoko, R.D. Mei, dan Dimyanti, A. 1997. Petunjuk Teknis Usaha Tani Padi Tanam Benih Langsung (TABELA).BPTP Lembang. Saputra, T.K. 2001.Potensi Daging Biji Picung (Pangium edule Reinw.) sebagai Fungisida Botani Terhadap Fusarium solani secara In vitro [skripsi].bogor ; Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Soejitno, J., Soekirno, Sunendar K, Mahrub, E. Rauf, A. Kusmayadi A, Suparyono dan Hikmat, A. 1993. Hama Penyakit Padi dan Usaha Pengendaliannya.Tim Task Force PHT Padi.Program Nasional PHT/Bappenas h. 87-91. Warintek. 2006. Klasifikasi. http://warintek.progressio.or.id/. 20 Februari 2014.

Yuningsih, damayanti, dan Firmansyah, R. 2005.Efektifitas Ekstrak Biji Kemalakian (croton tiglium) terhadap Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck.) sebagai Moluskisida Botani dalam Upaya Pengganti Moluskisida Sintetik. Balai Penelitian Veteriner. PO Box 151. Bogor 16114. Yuningsih & Kartika, G. 2007. Efektivitas Ekstrak Biji Picung (Pangium edule Reinw.) terhadap Mortalitas Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck.). Berita Biologi. 8 (4) : 307-310. Yunita, F.C. 2004. Ekstraksi daging Biji Picung (Pangium edule Reinw.) dan Uji Toksisitas terhadap Artemia salina Leach. [skripsi]. Bogor : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.