BAB I PENDAHULUAN. adalah adanya Klub Jusma Table Tennis School. Klub ini melahirkan pemain. terus-menerus dan bertahap di Yogyakarta.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tenis Meja merupakan salah satu cabang olahraga yang digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat pada zaman sekarang umumnya disibukkan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. serta raket dan bola sebagai alatnya. Sedangkan menurut Depdiknas (2003:

PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMAMPUAN KETEPATAN FORE HAND, BACKHAND DRIVE DALAM PERMAINAN TENIS MEJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN PENILAIAN TEKNIK SERVIS BACKSPIN FOREHAND DAN BACKHAND ATLET TENIS MEJA YUNIOR KLUB JUSMA TABLE TENNIS SCHOOL YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. permainan tenis meja dikenal bangsa Indonesia kira-kira pada tahun 1930.

BAB I PENDAHULUAN. benar, diperlukan beberapa teknik dan taktik jitu. Dengan teknik dan taktik yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang menggeluti olahraga tenis lapangan atau menjadi sumber mata

BAB I PENDAHULUAN. tenis lapangan jarang digemari oleh masyarakat di pelosok-pelosok daerah.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menyenangkan dan sangat menggairahkan, tidak ada batasan. menunjang permainan tenis menjadi lebih baik.

Indra Safari. Kata Kunci: teknik dasar, menggunakan net dan tanpa menggunakan net

BAB I PENDAHULUAN. siswa dalam hal melakukan gerak, contoh dalam olahraga tenis meja. Permainan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagai lapangan yang dibatasi oleh jaring (net) yang menggunakan bola

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia dewasa ini. Dalam era modernisasi tenis lapangan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH:

HERU PAMUNGKAS 1) H. ABDUL NARLAN 2)

Vol 1 No 1 Desember 2017 ISSN

PENGEMBANGAN MODEL LATIHAN PUKULAN LOOP DRIVE FOREHAND TENIS MEJA DI PTM TRI DHARMA MALANG

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Mahasaiswa Lulusan Program Studi Penjaskesrek Tahun 2013

S K R I P S I. Oleh : HARIS KURNIAWAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak. perkembangan jiwa anak (Agus Margono, dkk., 2011).

MODEL LATIHAN SERVIS FOREHAND TENIS MEJA UNTUK ATLET PEMULA USIA 12 TAHUN KE BAWAH

BAB I PENDAHULUAN. Tenis Lapangan merupakan salah satu jenis olahraga yang populer dan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hobby dan kesenangan sehingga bisa menghilangkan stress.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya. Cabang olahraga ini banyak dilakukan oleh anak-anak, remaja, orang

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

PENYUSUNAN DRIVE STROKES TEST DALAM PERMAINAN TENIS MEJA UNTUK MAHASISWA PGSD PENDIDIKAN JASMANI FIK UNY

BAB I PENDAHULUAN. internasional dan membangkitkan rasa kebangaan nasional. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara untuk mencapai kemajuan dan keberhasilan dalam pembinaan

2015 PERBANDINGAN FOREHAND DRIVE ANTARA SKILLED DAN UNSKILLED DALAM CABANG OLAHRAGA TENIS LAPANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dian Nurul Ichsan, 2013

TINGKAT KETERAMPILAN FOREHAND STROKE DAN BACKHAND STROKE SISWA KELAS VIII PESERTA EKSTRAKURIKULER TENIS MEJA SMP N 1 PUNUNG KABUPATEN PACITAN

BAB I PENDAHULUAN. populer juga permainan yang menyenangkan dan menggairahkan, Tidak adanya

BAB I PENDAHULUAN. kota hingga desa hampir selalu ada sarana bermain tenis meja. Sekarang ini,

HUBUNGAN FOOTWORK DAN PUKULAN DENGAN KEMAMPUAN BERMAIN TENIS MEJA MAHASISWA UKM TENIS MEJA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SKRIPSI

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar. Sarjana Pendidikan OLEH : TIURMA JUNITA ARUAN NIM.

SKRIPSI. Oleh: Tatag Widiantoro NIM

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. banyak digemari orang, dari usia anak-anak sampai orang dewasa bahkan

Permainan tenis meja masuk di Tanah Air kurang lebih pada tahun Olahraga ini dibawah oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki banyak penggemar di Indonesia. Perkembangan Bola Voli di

PENGARUH LATIHAN DISTRIBUTE PRACTICE DAN MASSED PRACTICE TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN FOREHAND TENIS MEJA PADA MAHASISWA PUTRA

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Journal of Physical Education and Sports

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. Istilah kata ping pong merupakan nama resmi dari tenis meja untuk Republik Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran. dalam pembinaan dan peningkatan olahraga khususnya cabang bolavoli.

TINGKAT KEMAMPUAN KETEPATAN FOREHAND STROKE DAN BACKHAND STROKE

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS. Tenis meja atau sering di sebut dengan ping pong merupakan sebuah merek

TINGKAT KEMAMPUAN PUKULAN FOREHAND DRIVE

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

SILABI MATA KULIAH. A. Identitas Mata Kuliah. Nama Mata Kuliah : Tenis Meja Kode Mata Kuliah : IOF 109. Program Studi : PJKR Prasyarat : -

HUBUNGAN PUKULAN FOREHAND,

PENGARUH LATIHAN MULTIBALL

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini yaitu olahraga Tenis lapangan. Tenis lapangan merupakan salah satu

PENGUKURAN SIKAP SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER TENIS MEJA

TENIS MEJA. Materi Tenis meja Kelas X 1 Tahun 2015 design by Bramasto

Oleh : Rony Dwi Saputro, Universitas Negeri Yogyakarta,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEOROTIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping itu masih ada bermacam-macam tujuan lain. Ada orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu ke waktu baik tingkat daerah propinsi maupun nasional dan internasional. Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN PUKULAN TOP SPIN DAN FLAT TERHADAP AKURASI BACKHAND GROUNDSTROKE TENIS LAPANGAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. maupun kesiapan masyarakat pada umumnya, dalam menghadapi masa

PENGARUH LATIHAN MULTIBALL TERHADAP KEMAMPUAN KETEPATAN FOREHAND DRIVE PADA MAHASISWA UKM TENIS MEJA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SKRIPSI

PENGARUH LATIHAN MULTIBALLTERHADAP KETEPATAN PUKULAN FOREHAND DRIVEPADA SISWA EKSTRAKURIKULER TENIS MEJA SMP

BAB I PENDAHULUAN. diakui bahwa peminat olahraga ini sebagian besar adalah orang-orang dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini perlu mendapatkan perhatian yang besar, baik untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rukita Ramdan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pada dewasa ini olahraga tenis sudah tak asing lagi dimasyarakat. Olahraga

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya yang bermain bulutangkis baik di ruangan tertutup (indoor)

KEMAMPUAN PUKULAN FOREHAND DAN BACKHAND DALAM PERMAINAN TENIS MEJA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KRAPYAK KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kata Kunci: Kelincahan, Koordinasi Mata Tangan, Kecepatan, Power Lengan, Ketepatan Forehand Drive

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DENGAN METODE DISTRIBUTED

PENGARUH METODE LATIHAN MULTI BALL TERHADAP KETERAMPILAN DRIVE TENIS MEJA SISWA SD NEGERI 15 LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN JURNAL

BAB II LANDASAN TEORITIS

HUBUNGAN PUKULAN FOREHAND

1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PERMAINAN BERKOMPETISI TERHADAP KEMAMPUAN BERMAIN TENIS MEJA (Studi Pada Siswa Putra Ekstrakurikuler Tenis Meja SMAN 1 Gresik)

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. karet) dan bola sebesar jeruk nipis. Ditengah-tengah meja terbentang tegak lurus

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Hampir semua negara menaruh perhatiannya terhadap olahraga. Hal ini

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. 2.1 Kajian Teori Hakikat Tenis Meja Tenis meja adalah olahraga permainan yang menggunakan meja sebagai

PENGEMBANGAN ALAT BANTU RETURN BOARD UNTUK FOREHAND TOPSPIN TENIS MEJA

BAB 1 PENDAHULUAN. Bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang terkenal di Indonesia.

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas

Kata kunci : Pengaruh Latihan Medicine Ball, Kekuatan, Kemampuan Akurasi Groundstroke.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat disimpulkan bahwa kemampuan pukulan forehand dan backhand siswa

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Munculnya klub-klub

Competitor, Nomor 2 Tahun 4, Juni 2012

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan tenis meja di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai banyak digemari oleh masyarakat, terbukti bertambah banyak klub dan banyak lahir pemain-pemain baru yang berbakat menjadi perhatian dari para pembina atlet di Yogyakarta. Salah satu yang menjadi perhatian masyarakat Yogyakarta adalah adanya Klub Jusma Table Tennis School. Klub ini melahirkan pemain yang berbakat dan berprestasi akibat dari hasil pembinaan secara kontinyu, terus-menerus dan bertahap di Yogyakarta. Tomoliyus (wawancara 12 Maret 2012) menyatakan bahwa untuk mencapai prestasi diperlukan pembinaan pemain tenis meja di Klub ini. Agar pembinaan berjalan dengan baik membutuhkan peralatan dan fasilitas, pelatih yang bersertifikat, evaluasi teknik, fisik, mental, dana, metode latihan yang efektif, program latihan fiisik, mental dan teknik yang baik, dan pemanduan bakat. Fasilitas dan peralatan pembinaan tenis meja di Klub menjadi bagian penting di dalam pembinaan atlet tenis meja. Klub harus mempunyai meja, bola, perangkat net, dan bet yang sesuai dengan banyaknya pemain tenis meja. Klub Jusma Table Tennis School di Yogyakarta menyediakan fasilitas dan peralatan yang kurang memadai. Klub ini kekurangan meja, bola, dan tidak tersedianya bet bagi pemain yang kurang mampu. Kenyataan tersebut muncul 1

karena tidak terdapat identifikasi oleh pengelola klub dan pelatih terhadap fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan. Pelatih-pelatih tenis meja di klub ini memiliki kemampuan melatih yang kurang baik. Prinsip dasar melatih harus dimiliki oleh setiap pelatih supaya atlet dapat mencapai prestasi puncak. Beberapa pelatih di Klub ini belum memahami prinsip dasar melatih dan hanya memiliki kemampun bermain tenis meja dengan baik. Seperti halnya dalam melakukan latian servis, pelatih tidak menjelaskan fungsi dan efektivitas servis. Sehingga atlet hanya dapat melakukan servis tanpa memahami fungsi dari servis itu sendiri. Pelatih juga belum memahami cara melatih kondisi fisik dan mental, merencanakan program latihan, dan pemenuhan gizi atlet yang dibutuhkan dalam tenis meja. Akibatnya atlet akan mengalami gangguan kesehatan secara fisik dan mental di masa tua. Oleh sebab itu, diperlukan pengembangan ilmu dari setiap pelatih dengan mengikuti seminar-seminar kepelatihan. Dalam sebuah latihan diperlukan adanya penilaian dan evaluasi teknik yang sudah diajarkan. Sehingga atlet mengetahui seberapa kemampuan dan dapat melakukan pengembangan setelah dievaluasi kesalahan.menurut Larry Hodges (1993: 11), ada beberapa teknik dalam permainan tenis meja yaitu: drive, topspin, smash, block, flick, lob, push, chop, servis, flat hit, drop shot. Dari beberapa teknik tersebut tidak semua atlet menguasai pukulan dengan baik, karena setiap atlet memiliki kelebihan dan kekurangannya masingmasing. Pelatih dituntut untuk memaksimalkan kemampuan atlet, dengan menilai dan mengevaluasi. Akan tetapi belum ada penilaian teknik disetiap 2

Persatuan Tenis Meja (PTM) di Yogyakarta. Belum ada catatan tentang peningkatan atlet dan program latihan yang jelas. Beberapa pelatih tenis meja di Klub ini, menyimpulkan bahwa kemampuan teknik permainan tenis meja yang kurang dikuasi oleh oleh pemain adalah kemampuan teknik servis backspin dan topspin. Menurut pelatih tenis meja klub Jusma Table Tennis School Yanis Yoga (wawancara 11 maret 2012) mengatakan bahwa kemampuan servis backspin dan topspin mengalami kemerosotan hampir 50%. Berdasarkan observasi dari peneliti pembinaan latihan fisik yang dilakukan pada Klub Jusma juga belum ada penilaian dan evaluasi yang jelas. Pelatih tidak mengetahui banyak fungsi dari latihan fisik tersebut. Hampir tidak ada perbedaan latihan daya tahan, latihan kekuatan, dan latihan kelincahan. Pelatih hanya memahami apabila seorang atlet mengalami cidera, latihan fisik itu berlebihan. Padahal latihan fisik yang berlebihan itu belum tentu atlet sampai cidera, tergantung cara mengajarkan dan mengetahui faktor penyebab cidera itu sendiri. Atlet pemula atau yunior di dalam latihan harus dilakukan dengan sistem yang benar dan harus memperhatikan aspek-aspek penunjang yang diperlukan. Apabila sistem dalam latihan dan aspek penunjang kurang mendapat perhatian secara serius, kemungkinan besar calon atlet tersebut banyak mengalami masalah. Maka seorang pelatih harus benar-benar menguasai dari segi fisik, teknik, taktik, dan psikologis (mental). Sampai saat ini pelatih masih banyak menekankan latihan pada atletnya hanya pada fisik, 3

teknik, dan taktik saja, sedangkan faktor psikologis sama sekali tidak tersentuh. Menurut R. Feizal yang dikutip oleh Suryanto (2000: 19) dalam bertanding atlet akan menggunakan mentalnya sebesar 80%, sedangkan taktik danstrategi hanya 20%. Oleh karena itu pelatihan mental pada saat mendekati pertandingan/kompetisi harus diprioritaskan. Dana pembinaan tenis meja di Klub Jusma belum bisa dikatakan cukup. Karena peralatan tenis meja untuk atlet sekarang tergolong mahal. Atlet harus membeli karet, kayu, dan lem untuk dapat bermain tenis meja. Itu semua dapat menghabiskan biaya yang cukup banyak. Apalagi untuk pemain profesional dibutuhkan peralatan-peralatan yang memadai dan harga dari peralatan tersebut bisa mencapai jutaan. Sedangkan dana yang dikeluarkan untuk pembinaan sangat minim untuk mendukung berbagai program pembinaan. Di dalam permainan tenis meja terdapat lima metode latihan yang masing-masing terdapat keuntungan dan kerugiannya. Metode latihan dengan berlatih dengan pelatih, berlatih dengan pemain lain, berlatih sendiri, multiball, dan menggunakan mesin pelempar bola.(larry Hodges, 1993: 55). Namun, banyak pelatih hanya menggunakan metode berlatih dengan pelatih, berlatih dengan pemain lain dan dengan metode multiball. Metode berlatih sendiri menjadi jarang dilakukan oleh atlet karena sudah kelelahan dengan beban latihan yang diberikan. Sedangkan metode mesin masih sangat jarang karena keterbatasan dana dalam membeli mesin. Kelima metode tersebut menjadi bagian penting dalam pembinaan tenis meja Daerah Istimewa Yogyakarta 4

Berdasarkan observasi dari peneliti untuk mencapai tujuan yang diharapkan, setiap pelatih harus menyusun atau merencanakan program latihan. Pentingnya perencanaan program latihan antara lain dapat menentukan arah yang akan dicapai dengan jelas, dapat mencapai efisiensi dan efektivitas, memudahkan dalam mengidentifikasi hambatan-hambatan dalam mencapai tujuan, dan sebagai alat kontrol apakah tujuan sudah tercapai atau belum. Kebanyakan pelatih kurang memprogram latihan dengan baik. Pelatih hanya memprogram latihan yang bersifat monoton dan tidak mendata untuk evaluasi latihan. Penyebabnya dikarenakan pelatih tidak memahami pentingnya perencanaan program latihan. Sejauh ini penilaian tentang teknik pukulan dan servis sudah banyak, akan tetapi penilaian khusus untuk teknik servis backspin, topspin, maupun sidespin belum ada. Menurut Larry Hodges (2007: 51), terdapat beberapa tes dalam mengukur kemampuan servis di dalam tenis meja. Tes servis topspin, tes servis backspin, tes ketepatan servis, tes ketepatan sisi ke sisi, dan tes permainan ketepatan servis. Tes servis dilakukan dengan cara meletakkan target kecil di atas meja, seperti menutup kendi atau pecahan bola. Meletakkan target itu beberapa inci dari sudut meja yang terjauh untuk servis topspin dan meletakkan target di bagian tengah meja untuk servis backspin. Kemudian melakukan tes servis forehand dan backhand topspin dan forehand dan backhand backspin. Sasaran yang dicapai memukul target sebanyak lima kali dengan empat buah tipe servis. Tes tersebut merupakan tes ketepatan servis topspin dan backspin. Hasil yang diperloleh akan dijumlahkan dan terdapat 5

kategori sangat baik, baik, kurang, dan sangat kurang. Di dalam tes ini, tetap dikembangkan unsur spin. Di dalam tes tersebut spin tidak dikembangkan secara jelas teknik yang penting supaya memperoleh bola spin. Sehingga dari segi penilaian teknik tidak bisa dilakukan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan untuk membuat penilaian tentang teknik servis di dalam tenis meja. Tes servis topspin dan backspin dapat dikembangkan menjadi tes kemampuan teknik servis topspin dan backspin. Terdapat tes servis topspin dan backspin dilakukan dengan cara atlet hanya diminta melakukan servis selama 30 kali dan dihitung berapa jumlah yang gagal. Tes tersebut dapat dikembangkan dengan cara melakukan servis tetapi pelatih menilai bagianbagian penting teknik servis dalam tenis meja. Indikator dan deskripsi sebenarnya sudah ada, tetapi penilaian secara khusus untuk teknik servis tersebut belum ada. Berdasarkan masalah-masalah tersebut menggugah penulis untuk mencari solusinya agar pembinaan prestasi tenis meja di Yogyakarta berjalan dengan lancar dan tercapai prestasi yang optimal. Adapun solusinya adalah dengan cara melakukan penelitian dan pengembangan. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Pelatih tenis meja Daerah Istimewa Yogyakarta banyak yang belum memahami prinsip dasar melatih. 6

2. Belum ada instrumen penilaian tentang kemampuan teknik servis sidespin dan topspin, drive dan chop forehand dan backhand dalam tenis meja. 3. Belum ada instrumen penilaian teknik yang valid dan reliabel dalam permainan tenis meja 4. Pembinaan latihan fisik yang dilakukan pada Persatuan Tenis Meja (PTM) di Yogyakarta juga belum ada penilaian dan evaluasi yang jelas. 5. Terdapat kekurangan dana dalam pembinaan tenis meja di Yogyakarta. C. Pembatasan Masalah Permasalahan yang terkait dengan permainan tenis meja sangat luas. Oleh sebab itu, agar pembahasan menjadi lebih fokus dan dengan mempertimbangkan segala keterbatasan dana, waktu, dan kemampuan penulis, maka objek penelitian ini adalah pengembangan instrumen penilaian kemampuan teknik servis backspin forehand dan backhand. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimanakah cara mengembangkan instrumen penilaian yang valid dalam teknik servis backspin forehand dan backhand dalam permainan tenis meja? 7

E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan instrumen penilaian yang valid dalam mengakses teknik servis backspin forehand dan backhand dalam permainan tenis meja. F. Spesifikasi Produk yang Diharapkan Hasil penelitian dan pengembangan diharapkan mendapat produk berupa instrumen penilaian teknik servis backspin forehand dan backhand dalam permainan tenis meja yunior yang valid dan reliabel. Instrumen penilaian teknik servis backspin meliputi pedoman observasi, lembar tugas, dan lembar observasi serta penskorannya. Lembar tugas berisi teknik servis backspin forehand dan backhand. Lembar observasi berisikan indikatorindikator dan kriteria serta penskorannya. 8