BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan salah satu komponen penting dalam perwujudan masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewi Melati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman remaja dalam berhubungan dengan orang lain. Dasar dari konsep diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Zaman modern dalam era globalisasi berlangsung sangat pesat, praktis dan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, namun cenderung rasa penasaran itu berdampak negatif bagi remaja,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang memasuki sekolah menengah pertama pada umumnya berada

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fahmi Dewi Anggraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Usia siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) pada umumnya berusia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

2015 PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI BERDASARKAN PROFIL

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik artinya orang tersebut memiliki kecerdasan emosional. Bar-On (1992,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. yakni tingginya angka korupsi, semakin bertambahnya jumlah pemakai narkoba,

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN PERILAKU KENAKALAN REMAJA SISWA KELAS VII SMPN 2 PAGERWOJO TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hadi Wiguna Kurniawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang sangat populer untuk

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan berlanjut menjadi orang tua merupakan proses yang dilalui oleh setiap manusia secara berkesinambungan dalam hidupnya. Setiap masa perkembangan memiliki ciri atau karakteristik masing-masing, juga memiliki permasalahan yang berbeda-beda. Masa remaja sering diidentifikasikan dengan masa yang rawan, menimbulkan kekhawatiran bagi para orang tua, dan sering menjadi bahan pembahasan dalam masalahmasalah yang muncul pasa saat ini. Bagi remaja sendiri, masa ini merupakan masa yang sangat menyenangkan, walaupun di sisi lain terdapat remaja yang merasa tidak bahagia dalam menjalani masa remajanya. Masa remaja adalah masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Menurut Yusuf (2004), pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai maupun perasaanya. Dalam pencapaian tugas perkembangan remaja yaitu mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya baik dengan pria maupun wanita mendorong remaja untuk berperan dan berhubungan dengan lebih akrab terhadap lingkungannya, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat. Kondisi demikian menuntut remaja memiliki kemampuan penyesuaian diri. Perkembangan remaja terjadi dalam konteks sosial yang meliputi keluarga, kelompok teman sebaya dan masyarakat tempat remaja itu hidup. Dalam proses perkembangannya, remaja akan selalu berinteraksi dengan situasi-situasi sosial yang mengharuskan remaja untuk melakukan penyesuaian sosial. Selain itu, remaja pun dituntut untuk dapat melakukan penyesuaian pribadi sehingga segala potensi yang dimiliki dapat berkembang optimal. Remaja dapat mengenal, memahami dan menerima dirinya sendiri, kemudian mengarahkan dirinya dan

2 pada akhirnya dapat mengaktualisasikan dirinya. Kedua aspek inilah yang tercakup dalam proses penyesuaian diri. Masa remaja ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat baik dari segi fisik, psikis dan sosialnya. Secara sosial, keterikatan/pengaruh terhadap teman sebaya sangat kuat. Keadaan seperti ini menjadikan remaja memiliki kelompok tersendiri, seolah-olah mereka dengan sesamanya saling memahami, mereka mulai menjauh dari orang tua, karena merasa orang tua kurang memahami dirinya. Remaja lebih memilih memecahkan masalahnya dengan teman sebayanya dari pada dengan orang tua atau gurunya. Masalah yang sangat seriuspun biasanya akan dibahas dengan teman sebayanya. Kedekatan antara teman sebaya dapat mejadi alternatif untuk menfasilitasi layanan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan penyesuaian diri siswa. Penyesuaian diri yang baik akan menjadi salah satu bekal penting karena akan membantu remaja pada saat masuk dalam masyarakat luas. Sebaliknya, remaja yang kurang dapat menyesuaikan diri akan menghambat perkembangan remaja tersebut, menghambat kreativitasnya dalam menjalani masa remajanya dan kurang maksimal dalam berprestasi di sekolah. Penyesuaian diri merupakan prasyarat penting bagi terciptanya kesehatan mental remaja. Banyak remaja yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena tidak mampu menyesuaikan diri (Mu tadin: 2002). Menurut Kartono (1980), semua tingkah laku manusia pada hakikatnya merupakan respon penyesuaian diri. Dengan demikian penyesuaian diri memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia, khususnya pada fase remaja. Remaja yang mampu menyesuaikan diri dengan baik, dapat hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkungannya, maka remaja tersebut akan merasa puas terhadap diri sendiri dan lingkungan. Remaja tersebut akan merasa bahagia karena ia tidak merasa tertekan dengan situasi tempat ia berada, merasa mendapatkan suatu ketenangan jiwa, menerima dirinya dan orang lain, mempunyai tujuan yang nyata, sehingga mampu mengendalikan diri dan bertanggung jawab.

3 Menurut Hurlock (1992), proses penyesuaian diri dapat menimbulkan masalah dan dilema bagi remaja. Di satu sisi remaja dituntut patuh pada orang tua dan guru, di sisi lain mereka dituntut untuk berperilaku conform dengan teman sebaya agar dapat diterima dalam kelompoknya. Di antara kedua tuntutan tersebut sering kali tidak sejalan, akibatnya sering kali timbul konflik antara remaja dengan orang tua atau otoritas yang ada. Apabila dilihat dari hal tersebut, tampaknya penyesuaian diri bukan hal yang mudah untuk dicapai oleh remaja. Kesulitan siswa dalam penyesuaian diri sering dijumpai di sekolah dan ditampilkan dalam berbagai bentuk perilaku, seperti tidak dapat mengontrol emosi, mencari rasa aman pada berbagai bentuk mekanisme psikologis (seperti rasionalisasi, proyeksi, egosentris, dan sebagainya), merasa kecewa, perasaan rendah diri, mengisolasi diri dan sulit bekerja sama dalam situasi kelompok. Seringkali permasalahan tersebut akhirnya menjadi permasalahan yang biasa dan diangap wajar terjadi di sekolah-sekolah. Selain itu, terdapat juga beberapa hal yang mengindikasikan adanya penyesuaian diri yang salah dan dianggap membahayakan remaja. Berbagai macam penyesuaian diri yang salah misalnya, perkelahian secara perorangan atau kelompok, mabuk-mabukan, pencurian, penganiayaan dan penyalahgunaan obatobatan seperti narkotika dan perilaku seksual yang dilakukan di luar pernikahan atau menyimpang menjadi fenomena mengerikan di kalangan remaja. Hasil survey dari Federasi Kesehatan Mental Indonesia/Fekmi (2005), menunjukkan bahwa 47,7% remaja sering merasa cemas, 84% merasakan cemas yang berulang, 70,3% sering berfikir yang tidak-tidak dan mengaku sering mengalami mimpi buruk, 79% remaja mencemaskan penampilan, 31% menggunakan obat penenang, 54% mengaku pernah berkelahi, 87% berbohong, dan 8,9% pernah mencoba narkoba. Boyke Dian (Ipah, 2005) mengemukakan terdapat sekitar 6-20% para siswa SMU dan mahasiswa pernah melakukan hubungan seks di luar nikah. Di Jakarta, pada tahun 2000 diketahui ada lebih dari 166 SMTP dan 172 SLTA yang menjadi pusat peredaran narkotika dengan lebih dari 2000 siswa terlibat di dalamnya.

4 Hasil survey dan penelitian tersebut menunjukkan adanya penyesuaian diri yang menyimpang pada remaja. Semakin maraknya problema yang dialami remaja merupakan indikasi bahwa remaja banyak mengalami penyesuaian diri yang menyimpang. Hal tersebut dapat menyebabkan dampak yang tidak baik pada diri remaja apabila tidak segera ditangani. Guru BK/Konselor dapat membantu siswa yang memiliki masalah dalam penyesuaian diri. Sebagaimana yang dipaparkan dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tugas konselor atau guru pembimbing adalah membantu siswa dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan perencanaan masa depan. Terdapat berbagai layanan yang dapat digunakan untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa, salah satu layanan yang dapat digunakan yaitu dengan bimbingan teman sebaya. Penggunaan layanan bimbingan teman sebaya ini dapat meningkatkan penyesuaian diri siswa. Layanan bimbingan teman sebaya diharapkan dapat memenuhi kebutuhankebutuhan remaja dalam pencapaian tugas-tugas perkembangannya, sehingga dapat menghindarkan remaja dari penyesuaian diri yang salah. Salah satu upaya yang harus dilakukan untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah adanya peningkatan kualitas bimbingan dan konseling itu sendiri. Peningkatan kualitas bimbingan dan konseling dapat dilakukan melalui penyusunan program bimbingan teman sebaya yang lebih diarahkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Berdasarkan paparan di atas, kedekatan antar teman sebaya dipandang efektif sebagai salah satu bentuk kegiatan dalam penerapan layanan bimbingan dan konseling. Dalam hal ini kedekatan teman sebaya dapat membantu siswa meningkatkan penyesuaian dirinya. Pelaksanaan kegiatan bimbingan teman sebaya (peer guidance), yaitu bimbingan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa lainnya. Dalam kegiatan bimbingan teman sebaya terdapat interaksi dan muncul dinamika kelompok yang akan membantu peserta didik untuk lebih terbuka dan menerima hal-hal yang telah disepakati oleh kelompok. Pengalamanpengalaman individu dari hasil berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan

5 yang lebih luas akan menyebabkan perubahan yang positif pada diri individu dan pada gilirannya dapat meningkatkan percaya diri siswa dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Selain itu, dalam kegiatan bimbingan teman sebaya akan terjadinya interaksi antara ketua dengan anggota kelompok atau antara angota dengan anggota kelompok lainnya, sehingga terjadi interaksi yang menimbulkan saling percaya untuk mengungkapkan pendapat, ide-ide dari anggota kelompok yang menimbulkan pemikiran atau pengalaman baru yang dapat memperkuat keyakinan pada diri seseorang bahwa ia mampu. Bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan penyesuaian diri remaja didasarkan pada gambaran mengenai kondisi penyesuaian diri remaja. Dengan demikian bimbingan teman sebaya dirasakan dapat lebih tepat guna dan sasaran untuk meningkatkan penyesuaian diri remaja. SMA Negeri 11 Bandung merupakan sekolah yang senantiasa meningkatkan kualitas dan kuantitasnya. Oleh karena itu, segala potensi yang ada pada diri siswa terus-menerus dikembangkan, baik intelektualitas maupun penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Salah satunya melalui pemberian layanan bimbingan yang ditujukan untuk membantu siswa mengembangkan individu secara utuh dan menyeluruh, yaitu segala aspek tugas perkembangan yang harus dicapai. Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara dengan guru BK/Konselor di SMA Negeri 11 Bandung pada saat melakukan observasi, masih ditemukan adanya siswa-siswa yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri terutama siswa-siswa yang baru masuk di kelas X. Terdapat beberapa masalah yang sering kali muncul, seperti kesulitan untuk konsentrasi dalam belajar ketika menghadapi berbagai masalah, perasaan minder untuk bergaul dengan yang lebih pintar, tidak mampu mengontrol emosi, sering merasa cemas, dan kesulitan untuk menyelesaikan konflik dengan teman. Oleh karena itu diperlukan adanya bimbingan teman sebaya dalam proses bimbingan di SMA Negeri 11 Bandung yang selama ini masih belum optimal.

6 Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah yang diteliti berjudul Program Bimbingan Teman Sebaya untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Manusia bersifat dinamis, semua aspek berkembang terus menerus sepanjang rentang kehidupannya. Karena itulah, penyesuaian diri juga merupakan proses yang dinamis. Derlega & Janda (1978: 28) mengemukakan Adjustment is a lifelong process, and people must continue to meet and deal with the stresses and challenges of life in order to achieve a healthy personality. Proses penyesuaian diri akan berlangsung terus menerus sepanjang rentang kehidupan manusia. Derlega & Janda (1978: 28-37) mengungkapkan individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik ialah yang mampu: (1) mengamati sesuatu secara realistis; (2) memanfaatkan pengalaman dan merencanakan masa depan; (3) bekerja secara berarti; (4) melakukan hubungan sosial secara akrab; (5) mengekspresikan emosi secara tepat; dan (6) melihat diri secara positif. Karakteristik penyesuaian diri yang sehat tersebut, tentunya memberikan rasa kebahagiaan bagi remaja. Winarno & Thomas (1980) menggunakan rumusan yang sama untuk istilah kebahagiaan, keseimbangan mental dan penyesuaian diri. Manusia yang bahagia adalah manusia yang memiliki keseimbangan mental yang terbaik dan manusia yang berhasil dalam penyesuaian diri terhadap hidupnya. Teman sebaya mempunyai peranan penting bagi remaja, karena remaja sering menempatkan teman sebaya dalam posisi prioritas dibandingkan dengan orangtua atau guru dalam menyatakan perasaannya. Hubungan sosial diantara remaja atau kelompok sebaya ini dapat memberikan pengaruh yang positif bagi perkembangannya. Dengan demikian, salah satu upaya yang dapat diberikan untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa adalah melalui bimbingan teman sebaya.

7 Rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana gambaran umum kemampuan penyesuaian diri siswa Kelas X di SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013? 2. Bagaimana rancangan program bimbingan teman sebaya yang secara hipotetik tepat untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri siswa Kelas X di SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah sebagai berikut. 1. Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian adalah memperoleh rumusan program bimbingan teman sebaya yang secara hipotetik tepat untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri siswa. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut. a. Mendeskripsikan gambaran umum kemampuan penyesuaian diri siswa Kelas X di SMA Negeri 11 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. b. Mendeskripsikan gambaran siswa yang sesuai untuk pembimbing teman sebaya. c. Mendeskripsikan gambaran mekanisme/prosedur bimbingan teman sebaya yang sesuai dengan kondisi sekolah. d. Mendeskripsikan gambaran rumusan pelatihan pembimbing teman sebaya. D. Manfaat/Signifikansi Penelitian Hasil penelitian diharapkan bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis. 1. Secara Teoretis Secara teoretis penelitian diharapkan dapat memperkaya pengetahuan serta keilmuan bimbingan dan konseling, khususnya mengenai program bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa.

8 2. Secara Praktis a. Bagi guru BK/Konselor, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan layanan bimbingan teman sebaya di SMA, khususnya dalam mengembangkan kemampuan penyesuaian diri siswa. b. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan dalam penelitian selanjutnya, khususnya dalam meneliti penyesuaian diri di kalangan siswa dan layanan bimbingan teman sebaya yang digunakan. E. Struktur Organisasi Skripsi Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu: bab I pendahuluan, yang berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab II kajian pustaka yang berisi kajian teori mengenai program bimbingan teman sebaya dan penyesuaian diri sebagai kerangka berpikir dalam pembahasan, serta penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti. Bab III metode penelitian, yang berisi lokasi dan subjek penelitian, desain dan metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas instrumen, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, penyusunan program bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa, dan prosedur penelitian. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan yang berisi pengolahan atau analisis data serta pembahasan atau analisis temuan. Bab V kesimpulan dan saran, yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian.