BAB I PENDAHULUAN. 2005, hlm. 37. hlm. 2.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan profesional. Namun kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari. sulit kita dijumpai seorang guru yang profesional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. CV.Pustaka Setia. Bandung, hlm

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung, Pustaka Setiya, 2011, hlm. 71. Ibid, hlm

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA Ana Susana SMK 1 Kawung Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, Jakarta, 2010, hlm Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1997, hlm Engkoswara & Aan komariah, Administrasi Pendidikan, Alfabeta: Bandung, 2012, hlm. 92.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Apalagi di zaman modern sekarang semakin banyak masalah- masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERAN GURU DALAM MENDIDIK SISWA BERDASARKAN PSIKOLOGI. Juwanda Jurdiksatrasia Unswagati Cirebon. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. pertama sesudah orang tua dalam memberikan bimbingan kepada anak didik,

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB I PENDAHULUAN. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm 104.

BAB I PENDAHULUAN. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal.

BAB I PENDAHULUAN. E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2013, hlm. 20.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 73.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia,Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, Hal. 6 2 Ibid, Hal.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Pasal 1 2 Asep Jihad, Evaluasi Pembelajaran, Multi Pressindo, Yogyakarta, 2012, hlm Ibid,hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2014, Hlm Silfia Hanani, Sosiologi Pendidikan Keindonesiaan, AR-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). relevan sehingga berpengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. dan lingkungan baik lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam. saling melengkapi dan memperkaya pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat menciptakan perubahan perilaku anak baik cara berfikir maupun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2014, Cet Pertama, hlm Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan (Asas & Filsafat Pendidikan), Arruz Media,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan wadah bagi anak untuk belajar memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Press,Yogayakarta, 2003, hlm. 9. Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm.8-9.

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata. mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan tersebut adalah pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45.

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN. Standar Nasional Pendidikan pasal 3 menyebutkan, bahwa: 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. Kencana, Jakarta, 2006, hlm Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Sinar

BAB I PENDAHULUAN Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : Logos. Wacana Ilmu, 2009), hlm. 140.

BAB I PENDAHULUAN. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, PT Bumi Aksara, Jakarta, hlm. 80.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan(Dengan Pendekatan Baru), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. hlm Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan pendidikan Integratif di Sekolah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Abdurrahmabn Mas ud.et.al, Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4 2

Jamal Ma mur Asmani, Tips menjadi guru inspiratif kreatif dan inovatif, Diva Press, Jogjakarta, hlm.161

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2012, hal iii

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia. Menurut

dapat tercapai jika peserta didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan peserta didik di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi Pendidikan Jasmani (Penjas) menurut Harold M. Barrow dalam

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosda Karya, 2013) hlm. 16. aplikasinya (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2009) hlm, 13

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan negara, maka hampir seluruh negara di dunia ini menangani secara

Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm. 1 Faturrahman, Ibid, hlm. 15 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Zainal Aqib, Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H Ba adillah Press, Jakarta, 2002, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Desember Diakses pada tanggal 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan berdasarkan pada kebutuhan dan perkembangan lingkungannya,

BAB I PENDAHULUAN. Anwar Hafid dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 56.

BAB I PENDAHULUAN. Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 5.

Pendidikan merupakan unsur yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Hakikat

BAB I PENDAHULUAN. oleh organisasi masyarakat atau yayasan yang berbadan hukum 1. Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dimana-mana. Kualitas pendidikan, di samping menjadi fokus kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogis, PT. Rinneka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah proses diartikan sebagai proses transformasi

BAB I PENDAHULUAN. Rineka Cipta, 2009), hlm Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 29

BAB I PENDAHULUAN. Kisbiyanto, Ilmu Pendidikan, Nora Media Enterprise : Kudus, Cet. 1, 2010, hal. 35.

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN. Jogjakarta, 2013, hlm Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, Cv Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 168.

BAB I PENDAHULUAN. Prenada Media Group, 2012), hlm Abdul Kadir, dkk., Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses kegiatan yang disengaja atas input siswa untuk menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai tujuan yang ditetapkan atau bimbingan atau pertolongan yang diberikan pada anak oleh orang dewasa secara sengaja agar anak menjadi dewasa. Kedewasaan anak ditentukan oleh kebudayaannya. Anak lahir dalam keadaan tidak berdaya dan orang dewasa membekalinya agar mampu mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan diri. 1 Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dann indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting di antara komponen-komponen pendidikan lainnya. Dapat dikatakan bahwa segenap komponen dari seluruh kegiatan pendidikan dilakukan semata-mata terarah kepada atau ditujukan untuk pencapaian tujuan tersebut. 2 Tujuan pendidikan bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai yang sifatnya abstrak. Tujuan demikian bersifat umum, ideal, dan kandungannya sangat luas sehingga sangat sulit untuk dilaksanakan di dalam praktek. Sedangkan pendidikan harus berupa tindakan yang ditujukan kepada peserta didik dalam kondisi tertentu, tempat tertentu, dan waktu tertentu dengan menggunakan alat tertentu. 3 Guru sebagai komponen penting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran. 4 Dan guru juga memiliki 1 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hlm. 19. 2 Umar Tirtaraharja dan S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hlm. 37. 3 Ibid, hlm. 38. 4 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara, Jakarta, 2011, hlm. 2. 1

2 komponen yang paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membentuk kompetensi peserta didik menjadi yang lebih baik. Peningkatan mutu atau kualitas pembelajaran dalam kegiatan proses belajar mengajar (proses pembelajaran) akan berjalan dengan lancar apabila guru berhasil mengelola kelasnya. Kualitas pembelajaran dapat dikatakan sebagai gambaran mengenai baik-buruknya hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Sekolah dianggap bermutu atau berkualitas bila berhasil mengubah sikap, prilaku, dan ketrampilan peserta didik yang dikaitkan dengan tujuan pendidikannya serta proses pembelajaran yang berlangsung hingga mendapatkan hasil. Seorang guru harus bisa membimbing, mengarahkan, dan menciptakan kondisi belajar siswa. Untuk mencapai hal tersebut, ia harus berusaha mengurangi metode ceramah dan mulai mengembangkan metode lain yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Hal ini karena belajar aktif dapat dilihat dari dua segi, yaitu dari segi siswa yang berarti bahwa belajar aktif merupakan proses kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka belajar. Aktivitas ini dapat berupa aktivitas fisik, mental maupun keduanya. Ada juga yang lebih menekankan pada keaktifan mental meskipun untuk mencapai maksud ini dipersyaratkan keterlibatan langsung berbagai keaktifan fisik. Guru yang mampu mengajar dengan baik tentu akan menghasilkan kualitas siswa yang baik pula. Pendidikan tentu tak sekadar menyampaikan materi pelajaran, tapi juga mentransfer nilai-nilai moral. James M. Cooper menegaskan, A teacher is person charged with the reasonability of helping others to learn and to behave in new different ways. Seorang guru membutuhkan keterampilan mengajar yang lebih dibanding dengan orang yang bukan guru. Guru harus kaya metode dan strategi mengajar. 5 5 Rudi Hartono, Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid, Diva Press, Jogjakarta, 2013, hlm. 8.

3 Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. atau strategi pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa startegi pembelajaran itu meliputi perencanaan, pemilihan metode, perumusan kegiatan belajar mengajar, pemilihan materi dan prosedur pembelajaran. Prinsip the law of exercise-nya Thorndike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar yang mengatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Transfer belajar merupakan masalah yang sangat penting dalam pendidikan, secara praktis semua program pendidikan dibangun atas dasar bahwa semua manusia mempunyai kemampuan untuk mentransfer apa yang mereka pelajari dari situasi kesituasi yang lain. Menurut Thorndike atau latihan belajar memiliki unsur yang tidak terbatas mengenai isi bahan pelajaran saja, tetapi termasuk juga sikap mengajar, cara mengajar dan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses belajar. 6 Kemampuan kognitif adalah penampilan yang dapat diamati dari aktivitas mental (otak) untuk memperoleh pengetahuan melalui pengalaman sendiri. Pengaturan aktivitas mental dengan menggunakan kaidah dan konsep yang telah dimiliki yang kemudian direpresentasikan melalui tanggapan, gagasan dan lambang. Perkembangan kognitif atau inteligensi berlangsung sangat pesat sampai masa remaja. Setelah itu cenderung berangsur menurun kepesatannya. Puncak perkembangan kognitif manusia pada umumnya tercapai dipenghujung masa remaja akhir. 7 Biasanya permasalahan yang kita jumpai dalam pengajaran atau pembelajaran adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara baik agar siswa dapat memahami betul materi tersebut sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efesien. Peserta didik ini memiliki kemampuan pengetahuan yang berbedabeda. Yaitu kurangnya kemampuan dalam memahami suatu materi pelajaran. 6 Mustaqim dan Abdul Wahid, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm.100. 7 Sudarwan Danim dan Khairil, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, Alfabeta, Bandung, 2011, hlm. 77.

4 Dengan itulah guru harus menerapkan atau menggunakan hukum belajar the law of exercise yaitu pengulangan latihan. Apabila hukum tersebut dilakukan secara terus-menerus siswa akan semakin paham dengan materi yang telah diajarkan guru. Sehingga kemampuan yang dimiliki peserta didik akan meningkat. Dan guru itu harus memiliki strategi yang cocok dengan kemampuan siswa agar siswa bisa lebih paham. Karena guru adalah variabel bebas yang mempengaruhi kualitas pengajaran. Kompetensi profesional yang dimiliki guru sangat dominan memengaruhi kualitas pembelajaran. Salah satu bidang studi yang diajarkan di MTs adalah fiqih. Fiqih secara umum merupakan salah satu bidang studi islam yang banyak membahas tentang hukum yang mengatur pola hubungan manusia dengan tuhannya, antara manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya. Melalui bidang studi fiqih ini diharapkan siswa tidak lepas dari jangkauan norma-norma agama dan menjalankan aturan syariat Islam. Fungsi mata pelajaran fiqih ini agar peserta didik mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, sebagai pedoman hidup bagi kehidupan pribadi dan sosial, dan melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar sehingga dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya. Demi tercapainya tujuan Pendidikan Agama Islam, yang fiqih masuk di dalamnya, di lembaga formal, perlu diperhatikan rangkaian proses yang terorganisir. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam menjadi titik awal transformasi Pendidikan Agama Islam. Selanjutnya dalam proses pembelajaran perlu adanya perencanaan sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Di dalam perencanaan akan diketahui bagaimana desain pembelajaran nantinya. Setelah proses pembelajaran terlaksana, selanjutnya adalah evaluasi, guna mengetahui seberapa besar transformasi pendidikan agama Islam berhasil, baik sisi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat tema penerapan the law of exercise untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa

5 dalam pembelajaran Fiqih. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis mengangkat judul Analisis Strategi Guru Dalam Penerapan The Law Of Exercise Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih Di MTs N 2 Kudus Tahun Pelajaran 2016/2017. B. Fokus Penelitian Berdasarkan judul yang peneliti angkat, agar penelitian ini lebih terfokus, terarah, dan tidak melebar kepada pembahasan yang tidak ada kaitannya dengan pembahasan, maka dianggap perlu membatasinya. Adapun penelitian ini difokuskan pada analisis strategi guru dalam penerapan the law of exercise untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs N 2 Kudus tahun pelajaran 2016/2017. C. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka secara lebih rinci permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana langkah-langkah strategi guru dalam penerapan the law of exercise pada mata pelajaran fiqih di MTs N 2 Kudus? 2. Bagaimana langkah-langkah strategi guru dalam penerapan the law of exercise untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs N 2 Kudus? 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat strategi guru dalam penerapan the law of exercise untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs N 2 Kudus? D. Tujuan Penelitian Agar penelitian ini mendapatkan hasil yang diharapkan, maka perlu diterangkan tujuan yang hendak dicapai, adapun tujuan dalam melaksanakan penelitian ini adalah :

6 1. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah strategi guru dalam penerapan the law of exercise pada mata pelajaran fiqih di MTs N 2 Kudus. 2. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah strategi guru dalam penerapan the law of exercise untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs N 2 Kudus. 3. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat strategi guru dalam penerapan the law of exercise untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs N 2 Kudus. E. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang akan memberikan konstribusi antara lain: 1. Secara Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan memiliki nilai teoritis yang dapat menambah informasi dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, khususnya mengenai analisis strategi guru dalam penerapan the law of exercise untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs N 2 Kudus. b. Sebagai bahan dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai analisis strategi guru dalam penerapan the law of exercise untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs N 2 Kudus. 2. Secara Praktis a. Bagi Guru Penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi dari strategi guru dalam penerapan the law of exercise untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs N 2 Kudus. b. Bagi Lembaga Lembaga pendidikan baik formal, informal maupun non formal, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam membuat suatu program kegiatan strategi guru dalam penerapan the law

7 of exercise untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs N 2 Kudus. c. Bagi Peneliti Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pengalaman peneliti yang berkaitan dengan strategi guru dalam penerapan the law of exercise untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Selain itu, peneliti dapat menerapkan serta mengembangkan cara tersebut dalam pembelajaran. d. Bagi orang tua dan masyarakat Menambah wawasan dan pengetahuan, sehingga bisa tahu mengenai cara meningkatkan kemampuan kognitif bagi anak-anak mereka.