IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran L Contoh pembuatan larutan

PENERAPAN IPTEKS PERBANDINGAN ASAM ASETAT DENGAN ASAM FORMIAT SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS. Oleh Rudi Munzirwan Siregar

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN PLASTISITAS AWAL DAN PLASTISITAS RETENSI INDEKS KARET. Rudi Munzirwan Siregar

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Tabel 3. Hasil uji karakteristik SIR 20

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MAKALAH TEKNIK KARAKTERISASI MATERIAL WALLACE RAPED PLASTIMETER

METODE PENELITIAN. Pada penelitian paving block campuran tanah, fly ash dan kapur ini digunakan

I. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah berbutir halus yang. diambil dari Desa Yoso Mulyo, Kecamatan Metro Timur, Metro.

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK...

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Komposit Sistem bahan komposit sangat kompleks, tersusun atas polimer-polimer

BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen

Gravitasi Vol. 14 No.1 (Januari-Juni 2015) ISSN: ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. 1 Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lanau yang berasal dari. Desa Yoso Mulyo, Kecamatan Metro Timur

1 Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung lunak (soft cly) 2 Abu sekam padi diperoleh dari pembakaran sekam padi.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODA 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia Analitik Fakultas matematika dan Ilmu

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

berat jenis mortar, pada campuran dengan perbandingan pasir kecil mengakibatkan kenaikan serapan air, sedang

SNI Standar Nasional Indonesia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang. diambil dari Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro.

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang berasal dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dijadikan tanaman perkebunan secara besaar besaran, karet memiliki sejarah yang

Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Hasil dan Pembahasan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo,

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

Lampiran 1 Sidik ragam sifat arang aktif. Kuadrat tengah. Sumber Keragaman. F hitung

PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN NON PASIR RAMAH LINGKUNGAN

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BABV HASiL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan yang berada pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. PENDEKATAN DESAIN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

Pekanbaru, 20 Juni Penulis

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

HASIL DA PEMBAHASA 100% %...3. transparan (Gambar 2a), sedangkan HDPE. untuk pengukuran perpanjangan Kemudian sampel ditarik sampai putus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan devisa Indonesia. Pada dasarnya karet berasal dari alam yaitu dari getah

Abstrak. Kata kunci : Serat sabut kelapa, Genteng beton, Kuat lentur, Impak, Daya serap air

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya jumlah kendaraan bermotor merupakan konsumsi terbesar pemakaian

LAMPIRAN I DATA ANALISIS. Tabel 7. Data Hasil Cangkang Biji Karet Setelah Dikarbonisasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2014 sampai Juni 2015di

PENGARUH PENGGUNAAN RESIN EPOXY PADA CAMPURAN BETON POLIMER YANG MENGGUNAKAN SERBUK GERGAJI KAYU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Randemen Arang Tempurung Kelapa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN BETON DAN PEMBAHASAN HASIL PENGUJIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

PENGARUH PENAMBAHAN TUMBUKAN LIMBAH BOTOL KACA SEBAGAI BAHAN SUBTITUSI AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BETON

PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai bulan

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

ANALISA PENGARUH PENAMBAHAN ABU SERBUK KAYU TERHADAP KARAKTERISTIK PASIR CETAK DAN CACAT POROSITAS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM 6061 SIDANG TUGAS AKHIR

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Transkripsi:

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Itarakterisasi arang aktif Karakterisasi yang dilakukan terhadap arang aktif tempurung keiapa 100 mesh adalah penentuan kadar air, kadar abu, dan daya serap iodium. Adapun hasil karakterisasi arang aktif tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Hasil karakterisasi arang aktif tempurung keiapa 100 mesh No Analisis Satuan Hasil 1 Kadar air % 5,397 2 Kadar abu % 1,758 3 Daya serap yodium Mg/g 24,743 4.1.2 Hasil karakterisasi pembuatan komposit karet alam- arang aktif tempurung keiapa Karakterisasi yang dilakukan terhadap pembuatan komposit karet alamarang aktif tempurung keiapa meliputi uji plasitisitas retensi indeks (PRI), viskositas mooney, uji tarik, tekan dan spesifik graviti. 4.1.2.1 Karakterisasi Plastisitas Retensi Indeks (PRI) Ini merupakan cara pengujian yang sederhana dan cepat untuk mengukur ketahanan terhadap degradasi oksidasi pada suhu tinggi. Nilai plastisitas komposit dapat dilihat pada grafik dibawah ini: 23

Gambar 4. Hubungan plastisitas retensi indeks terhadap persentase penambahan arang aktif tempurung keiapa 100 mesh 4.1.2.2 Karakterisasi viskositas mooney Hasil karakterisasi dapat dilihat pada grafik dibawah ini: ST c 75 70 65 60 :> 55 70,233 67^966 3dE 0 5 10 15 20 Konsentrasi arang aktif (%) Gambar 5. Hubungan viskositas mooney terhadap persentase penambahan arang aktif tempurung keiapa 100 mesh 23

4.1.2.3 Karakterisasi uji tarik Hasil karakterisasi dapat dilihat pada grafik di bawah ini: 0 0 5 to 15 20 25 Konsentrasi arang aktif (%) Gambar 6. Hubungan kuat tarik terhadap persentase penambahan arang 5. r > <i! aktif tempurung keiapa 100 mesh 4.1.2.4 Karakterisasi uji tekan Hasil karakterisasi dapat dilihat pada grafik dibawah ini: 0.5 0 -I 1 1 < 1 0 5 10 15 20 25 Konsentrasi arang aktif {V4 Gambar 7. Hubungan kuat tekan terhadap persentase penambahan arang aktif tempurung keiapa 100 mesh 24

4.2 Pembahasan 4.2.1 Arang aktif Dalam penelitian dilakukan pembuatan arang aktif yang berasal dari tempurung keiapa. Tujuannya untuk memanfaatkan limbah atau sisa tempurung keiapa yang masih belum optimal pemanfaatannya dan dijadikan sebagai pengisi pada pembuatan komposit karet alam-arang aktif tempurung keiapa. Tempurung keiapa sebelum dilakukan proses karbonisasi terlebih dahulu dikeringkan, agar proses pembakaran lebih mudah. Selanjutnya baru dilakukan proses karbonisasi dan pengayakan dengan ukuran 100 mesh yang dimaksud agar didapat ukuran arang lebih halus dan butiran yang seragam. Pada tabel 1. hasil pengujian karakterisasi arang aktif terlihat bahwa kadar air, kadar abu, memenuhi standar mutu arang aktif (SII No. 06-3730-1995) yaitu 5,393% dan 1,76% sedangkan nilai standar yang ditetapkan maksimum 15% dan 10%. Sementara itu, daya serap terhadap yodium masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh aktivator Na2C03 yang kurang cocok digunakan pada tempurung keiapa yaitu sebesar 24,743 mg/g. Adapun standar yang ditetapkan adalah minimal 750 mg/g. 4.2.2 Plastisitaas Retensi Indeks (PRI) Nilai PRI pada material menunjukkan ketahanan terhadap degradasi dan oksidasi pada suhu tinggi. Semakin tinggi nilai PRI semakin tinggi pula ketahanan terhadap degradasi dan oksidasi. Pada pengujian plastisitas, material terlebih dahulu digiling mengunakan mesin dua roll dengan ketebalan 1,6-1,8 mm. Selanjutnya dilakukan pemotongan dengan alat Wallace punch sebanyak 6 buah. Tiga cuplikan pertama dilakukan pengujian plastisitas diawal, sedang tiga cuplikan lainnya setelah pengusangan pada suhu 140 C selama 30 menit. Nilai plastisitas didapat dengan membandingkan plastisitas sebelum dan sesudah pengusangan, pengukurannya menggunakan Wallace plastimeter dan dilapisi dengan kertas sigaret. Gambar 4. menunjukkan pengaruh penambahan arang aktif terhadap plastisitas komposit karet alam. Penambahan konsentrasi arang aktif 5%, 10%, 26

15% dan 20% pada material justru menurunkan nilai plastisitasnya yaitu sebesar 65,631, 58,999, 58,409, dan 58,900 sedangkan material standar karet mumi SIR 20 sebesar 76,315. Pada pengujian material, penurunan nilai plastisitas menjadi signifikan hingga konsentrasi arang aktif 10%. Selanjutnya dari konsentrasi 10%- 20% tidak menunjukkan perbedaan nilai yang berarti. Penurunan nilai plastisitas ini disebabkan karena arang aktif yang menyatu dan mengisi pori-pori karet sehingga berfungsi sebagai pengotor. Semakin tinggi kadar kotoran maka nilai plastisitasnya akan semakin rendah. Nilai plastisitas juga tergantung pada jenis karet yang digunakan. Nilai plastisias dapat bersifat reversibel dan tidak reversibel. Nilai reversibel akan terjadi bila kehilangan zat anti oksidan alam sedangkan tidak reversibel terjadi karena proses penyimpanan yang tidak baik. Semakin tinggi plasitis material maka kecepatan untuk berdeformasi lebih rendah. Pada proses pengolahan karet penurunan nilai PRI dapat ditemukan pada waktu penindihan selama peyimpanan sehingga terjadi perubahan bentuk. 4.2.3 Viskositas mooney Viskositas mooney diuji dengan menggunakan alat mooney viskometer. Prinsip kerjanya memutarkan sebuah rotor yang berbentuk selinder didalam karet/ komposit tersebut pada suhu loo'^c dan waktu pengukuran selama 4 menit. Material komposit yang berukuran 10x10 cm terlebih dahulu dilakukan penggilingan dengan ketebalan standar pengujian viskositas mooney (1,65 mm), lembaran karet dan komposit dengan ketebalan standar tersebut kemudian dipotong sesuai ukuran stator menggunakan alat pemotong khusus. Cuplikan diambil dan dilakukan pengujian viskositas mooney, dengan meletakkan cuplikan pada bagian atas dan bawah stator. Selama 4 menit nilai viskositas mooneynya ditentukan dengan selang 30 detik dimulai setelah menit petama. Gambar 5. menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi arang aktif mempengaruhi nilai viskositas mooney komposit. Semakin tinggi penambahan konsentrasi arang aktif semakin menurunkan nilai viskositas mooneynya. 2^

Penambahan konsentrasi arang aktif 5%, 10% 15% dan 20 % menberikan nilai viskositasnya mooneynya sebesar 65,666, 70,233, 67,966 dan 64,180. Nilai viskositas mooney yang menurun menunjukkan semakin pendeknya rantai, berat molekul dan derajat ikatan silang yang terjadi pada komposit. Hal ini dapat pula dibuktikan dengan semakin melunak dan melekatnya komposit pada stator sewaktu proses pengujian viskositas mooney dilakukan. Poliisopren merupakan polimer yang terkandung didalam karet alam. Panjangnya rantai poliisoprena karet akan menyebabkan sulitnya terjadi pelepasan rantai monomer sebagian atau seluruhnya. Secara keseluruhan viskositas akan semakin tinggi, akibatnya akan terjadi deformasi yang kecil dan bahan tersebut umumnya akan memiliki elastisitas yang tinggi. Sebaliknya jika rantai poliisopren pendek maka dengan sendirinya akan mudah terjadi pelepasan rantai monomer sebagian atau seluruhnya dan viskositas rendah. Terlepasnya ikatan dalam atau diantara poliisoprena terjadi seperti terlepasnya benang-benang yang telah dirajut. 4.2.3 Uji tarili Kuat tarik komposit sangat dipengaruhi oleh lekatan antara material utama dan bahan pengisi. Nilai kuat tarik didapat melalui pengujian tarik. Material komposit sebelum dilakukan pengujian terlebih dahulu ditentukan luas penampangnya. Pengujian dilakukan dengan menarik benda uji yang luasnya telah ditentukan tersebut hingga material terputus. Gaya yang dibutuhkan oleh material hingga terputus merupakan gaya maksimum. Kuat tarik didapat dari rata-rata tiga buah benda uji berbentuk balok dengan luas permukaan 240 mm^. Nilai kuat tarik dapat diplot dalam bentuk grafik seperti gambar 3. ^ ' ' ' Gambar 3. menunjukkan bahwa variasi penambahan konsentrasi arang aktif sebesar 5% merupakan kuat tarik tertinggi, yaitu 0,319 N/mm^. sedangkan variasi penambahan konsentrasi arang aktif 20% merupakan kuat tarik terendah, yaitu 0,222 N/mm^. Kurva hubungan kuat tarik dengan persentase penambahan konsentrasi arang aktif memiliki kecenderungan menurun, setelah variasi penambahan konsentrasi arang aktif 5%.

Karet mumi atau Icontrol, memiliki kuat tarik yang cukup tinggi. Kuat tarik terjadi disebabkan oleh terlepasnya seluruh atau sebagian ikatan rantai poliisoprena karet dari satu monomer dengan monomer lain sehingga terjadi tindih-menindih. Saling tindih menindih ini akan menyebabkan lingkungan yang memadat dan mengkristal, juga dapat disebabkan oleh tekanan yang tinggi sehingga kuat tarik menjadi tinggi pula. Penambahan konsentrasi arang aktif pada komposit karet menyebabkan peningkatan kuat tarik yang dihasilkan lebih tinggi, ini disebabkan daya lekat antara karet dan arang aktif semakin kuat. Sehingga terjadi interaksi dan kontak fisik karena sifat elastisitas dan sifat perekat yang dimilki karet itu sendiri. Terdistribusinya arang aktif dengan baik hingga kepori-pori karet menyebabkan arang terikat kuat dan tersimpan sebagai butiran kedalam material. Hal ini menyebabkan interaksi fisik yang kuat dan gaya adesi antara karet-arang aktif lebih besar sehingga nilai kuat tariknya pun tinggi. Penambahan konsentrasi arang aktif yang terlalu banyak dapat pula berpengaruh kurang baik terhadap komposit. Hal ini disebabkan oleh kejenuhan dan penyebaran arang aktif yang tidak merata, sehingga ini menyebabkan timbulnya dislokasi pada butiran arang aktif dan menyebabkan kuat tarik melemah, deformasi material pun mudah terjadi. 4.2.4 Uji tekan Kuat tekan material komposit dipengaruhi oleh komposisi bahan pembentuknya, kekuatan masing-masing bahan pembentuk dan proses lekatan antara material utama dan pengisi. Kuat tekan komposit lebih besar bila dibandingkan dengan kuat tariknya, oleh sebab itu kuat tekan inilah yang paling mempengaruhi mutu suatu bahan komposit. ' Kuat tekan didapat dari rata-rata tiga buah benda uji berbentuk balok berukuran 70 x 70 mm. Hasil kuat tekan dari rancangan campuran komposit menggunakan variasi konsentrasi arang aktif tempurung keiapa 5%, 10%, 15%, dan 20% diperoleh nilai kuat tekan komposit masing-masing 2,725 N/mm^, 2,302 29

N/mm", 1,823 N/mm^ dan 2,725 N/mml Hasil kuat tekan diplot dalam bentuk grafik seperti gambar 3. Gambar 3. menunjukkan bahwa variasi penambahan konsentrasi arang aktif 15% merupakan kuat tekan komposit terendah, yaitu sebesar 1,828 N/mm^. Kurva hubungan kuat tekan komposit dengan persentase penambahan konsentrasi arang aktif menunjukkan kecenderungan yang menurun seperti yang telihat pada kuat tarik. Penambahan konsentrasi arang aktif pada pembuatan komposit menyebabkan nilai kuat tekan lebih rendah. Ini disebabkan karena kejenuhan poripori karet dan distribusi arang aktif yang tidak merata, akibatnya terjadi dislokasi butiran arang arang aktif Semakin tinggi dislokasi dan cacat material komposit menyebabkan kuat tekan semakin rendah. Ikatan karet dengan arang tidak lebih besar, interaksi antara keduanya bahkan samakin mengecil ini memudahkan material untuk teruarai dan berdeformasi. Akibatnya nilai kuat tekan juga melemah atau menurun. Hal lain yang menyebabkan kuat tekan menurun juga bisa dipengaruhi oleh ukuran butiran arang aktif yang cenderung sama. Tidak berbedanya ukuran butiran arang aktif juga dapat menyebabakan permukaan yang tidak rata dan porositas material pun hampir sama pula. Kemungkinan dislokasi meningkat juga cacat materialnya semakin tinggi. Berbedanya ukuran butiran arang dapat pula memungkinkan meningkatnya kuat tekan material. Ini disebabkan oleh perbedaan ukuran butiran memungkin pori-pori karet terisi sempuma sehingga menyebabkan dislokasi yang tidak berlebihan, deformasi material juga cenderung menurun. 4.2.5 Spesifik graviti Spesifik graviti didapat dengan membandingkan berat material diudara dan didalam air. Spesifik graviti sangat tergantung pada jenis material dan komposisi material pembentuknya. Pada gambar 5. penambahan konsentrasi arang aktif cenderung mengalami peningkatan. Variasi penambahan arang aktif 5% mempunyai nilai spesifik graviti 30

sebesar 6,4535. Pada penambahan konsentrasi 15% nilai spesifik graviti meningkat sebesar 9,414 dan merupakan nilai maksimum. Spesifik graviti menunjukkan hubungan penambahan konsentrasi arang aktif terhadap material justru meningkatkan nilai spesifik gravitinya. Pada umumnya material komposit yang diinginkan adalah material yang keras, kaku dan ringan sesuai dengan sifat keistimewaan komposit. Namun dalam pengujian ini penambahan konsentrasi arang aktif seiiring pula dengan penambahan nilai spesfik gravitinya. Peningkatan nilai spesifik graviti ini disebabkan oleh bertambahnya masa atau berat material didalam air, akibat pertambahan konsentrasi. 3f