BAB I PENDAHULUAN. mencapai 48 partai politik peserta Pemilu Sistem multipartai ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat

RINGKASAN PUTUSAN. 2. Materi pasal yang diuji: a. Nomor 51/PUU-VI/2008: Pasal 9

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-

Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan. Penetapan Caleg Terpilih (3)

URGENSI MENYEGERAKAN PEMBAHASAN RUU KITAB HUKUM PEMILU Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 17 Juli 2016; disetujui: 15 September 2016

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan.

IMPLIKASI PEMILIHAN UMUM ANGGOTA LEGISLATIF DAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN SECARA SERENTAK TERHADAP AMBANG BATAS PENCALONAN PRESIDEN

PENGGUNAAN HAK RECALL ANGGOTA DPR MENURUT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MPR, DPR, DPD, DAN DPRD (MD3) FITRI LAMEO JOHAN JASIN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu ujung tombak dalam mewujudkan demokrasi. Hal ini

Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan. Penetapan Caleg Terpilih (1)

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. perbincangan yang hangat, sebab dalam Undang-Undang ini mengatur sistem

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017

ANALISIS YURIDIS PARLIAMENTARY THRESHOLD DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan

BAB V PENUTUP. 1. Penentuan Ambang Batas Parlemen (Parliamentary Threshold) untuk. Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya

PUTUSAN Nomor 130/PUU-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold

BAB II PEMBAHASAN. A. Pengaturan Mengenai Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia

Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia

I. PARA PEMOHON 1. Dr. Andreas Hugo Pareira; 2. H.R. Sunaryo, S.H; 3. Dr. H. Hakim Sorimuda Pohan, selanjutnya disebut Para Pemohon.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 18/PUU-IX/2011 Tentang Verifikasi Partai

BAB V PENUTUP. penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. yang pada masa ini hampir secara global dianut adalah asas demokrasi. Pada

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan menurut UUD. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

Ringkasan Putusan. 1. Pemohon : HABEL RUMBIAK, S.H., SPN. 2. Materi pasal yang diuji:

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

RINGKASAN PUTUSAN.

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at

Demokrat Peduli, Serap Aspirasi, dan Beri Solusi Untuk Kesejahteraan Rakyat

I. PENDAHULUAN. pendidikan, pekerjaan, dan politik. Di bidang politik, kebijakan affirmative

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RINGKASAN PUTUSAN. Perkara Nomor 17/PUU-V/2007 : Henry Yosodiningrat, SH, dkk

GBHN = Demokrasi Mayoritas Muchamad Ali Safa at 1

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh : Nama : Adri Suwirman.

Ringkasan Putusan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Pasal 1 Ayat 2 Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia. mana semua warga negara memiliki hak, kewajiban, kedudukan dan

KEWENANGAN DPD DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

I.PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD Tahun 1945) menyatakan

12 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 mengandung empat pokok pikiran yang meliputi suasana dari

ASPEK SOSIOLOGIS POLITIK KEDAULATAN RAKYAT DALAM UUD NRI TAHUN Oleh: Dr. Suciati, SH., M. Hum

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

I. PARA PEMOHON 1. Dr. Andreas Hugo Pareira; 2. H.R. Sunaryo, S.H; 3. Dr. H. Hakim Sorimuda Pohan, selanjutnya disebut Para Pemohon.

-2- demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mesk

DAFTAR PUSTAKA. Asshiddiqie, Jimly, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945, (Yogyakarta: FH UII Press, 2005).

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 53/PUU-XV/2017 Verifikasi Partai Peserta Pemilu serta Syarat Pengusulan Presiden dan Wakil Presiden

AMBANG BATAS PARLEMEN (PARLIAMENTARY THRESHOLD) DAN ASAS DEMOKRASI

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BERDASARKAN SISTEM PRESIDENSIL

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 89/PUU-XIV/2016 Bilangan Pembagi Pemilihan

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. telah menggariskan beberapa prinsip dasar. Salah satu prinsip dasar yang

PUTUSAN Nomor 107/PUU-VII/2009 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 55/PUU-X/2012 Tentang Persyaratan Partai Politik Peserta Pemilu

DESAIN SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL YANG EFEKTIF

BAB V KESIMPULA DA SARA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Pointers Hakim Konstitusi Prof. Dr. Arief Hidayat, S.H.,M.S. Dalam Acara

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 51/PUU-VIII/2010 Tentang Pengujian UU No. 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

DAFTAR PUSTAKA. Arbisanit. Partai, Pemilu dan Demokrasi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997).

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

TINJAUAN YURIDIS HAK RECALL OLEH PARTAI POLITIK DALAM SISTEM PEMILU PROPORSIONAL TERBUKA NASKAH PUBLIKASI

Mewujudkan Pemilu 2014 Sebagai Pemilu Demokratis

MAHKAMAH KONSTITUSI. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 19 Juni 2008

POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI)

Jakarta, 12 Juli 2007

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Bari Azed, Sistem-Sistem Pemilihan Umum, Suatu Himpunan Pemikiran, Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2000.

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

RechtsVinding Online. RUU tentang Penyelenggaraan Pemilu. bersikap untuk tidak ikut ambil bagian. dalam voting tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia berdasar ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XV/2017. I. PEMOHON 1. Hadar Nafis Gumay (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I);

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 142/PUU-VII/2009 Tentang UU MPR, DPR, DPD & DPRD Syarat menjadi Pimpinan DPRD

II. TINJAUAN PUSTAKA. kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

BAB IV ANALISIS TENTANG KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA MENURUT MAHFUD MD

BAB I PENDAHULUAN. negara di berikan kebebasan untuk berserikat, berkumpul, serta mengeluarkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar

PUTUSAN. Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 109/PUU-XIV/2016 Jabatan Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan prasyarat penting dalam negara. demokrasi. Dalam kajian ilmu politik, sistem Pemilihan Umum diartikan sebagai

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 44/PUU-XV/2017

PEMILIHAN UMUM. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008

TELAAH TERHADAP PRESIDENTIAL THRESHOLD DALAM PEMILU SERENTAK 2019

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang telah mengalami beberapa masa kepemimpinan yang memiliki perbedaan karakteristik perlakuan hak politik setiap warga negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Pada era orde lama partai politik mengalami pasang surut kebebasan dan kejayaannya, pada periode demokrasi liberal parlementer pembentukan partai politik sangat longgar akibat dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1946. Kemudian pada era demokrasi terpimpin, Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1946 dicabut dan digantikan dengan keluarnya Penpres No. 7 Tahun 1959 yang pada intinya memuat penyederhanaan sistem kepartaian. 1 Setelah memasuki orde baru, sistem kepartaian Indonesia mengalami kondisi stagnan dengan hanya 3 Organisasi Peserta Pemilu yaitu PDI, Golongan Karya, dan PPP. Setelah runtuhnya orde baru, Indonesia memasuki era reformasi dengan sistem multipartai terlihat dari dinamisnya kemunculan partai politik mencapai 48 partai politik peserta Pemilu 1999. Sistem multipartai ini dimaksudkan untuk menjamin semua partai politik dapat berpartisipasi dalam demokrasi. Sistem multipartai ini diimbangi dengan adanya pembatasan jumlah partai politik yang dapat mengikuti Pemilu selanjutnya dengan mekanisme 1 H. A. Mukthie Fadjar, Partai Politik dalam Perkembangan Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Penerbit In-TRANS Publising, Malang, 2008, h. 32. 1

2 electoral threshold (ET). Dalam penyederhanaan partai politik, Indonesia mengenal 2 sistem yaitu electoral threshold (ET) dan parliamentary threshold (PT). ET adalah persentase perolehan suara tertentu sebagai prasyarat untuk ikut Pemilu yang akan datang. Sedangkan PT adalah persentase perolehan suara untuk bisa memperoleh kursi di parlemen pada Pemilu yang bersangkutan. 2 Dalam Pemilu tahun 1999, partai-partai politik yang tidak memenuhi kursi 2% di parlemen tidak dapat mengikuti Pemilu 2004. Kemudian pembatasan berlanjut dan meningkat menjadi 3% kursi diparlemen untuk dapat mengikuti Pemilu 2009 dengan payung hukum UU No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilu. 3 Kemudian kebijakan ET diikuti dengan terbitnya UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilu juga memberikan batasan bagi partai politik untuk dapat mengikuti Pemilu 2009 dengan ketentuan parliamentary threshold (PT) sebesar 2,5%. Namun dalam aturan peralihannya Pasal 316 huruf (b) memberikan kelonggaran bagi partai politik peserta Pemilu yang tidak memenuhi ET 3% dapat mengikuti Pemilu 2009 asal mempunyai satu kursi di DPR. 4 Kemudian setelah Pemilu 2009, kebijakan PT melalui UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilu meningkat menjadi 3,5% dan berlaku nasional. Sebenarnya threshold adalah konsep netral mengenai batasan perolehan suara partai. Lazimnya objek threshold adalah parlemen sehingga populer istilah parliamentary threshold (PT). Threshold merupakan instrumen untuk tidak hanya mengurangi laju pertumbuhan partai tapi juga mempersempit rentang ideologis 2 Joko J. Prihatmoko, Mendemokratiskan PEMILU dari Sistem Sampai Elemen Teknis, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008, h. 149. 3 Erfandi, Parliamentary Threshold dan HAM dalam Hukum Tata Negara Indonesia, Penerbit SETARA Press, Malang, 2014, h. 132. 4 Ibid., h. 133.

3 partai. Banyaknya partai di parlemen berimplikasi tiadanya mayoritas di parlemen yang berguna bagi pemerintah dalam mendukung kebijakan yang efektif. Parliamentary threshold dapat dipahami sebagai ikhtisar menyederhanakan partai sekaligus menstabilkan pemerintahan. 5 Mekanisme ini untuk menghindarkan banyaknya partai-partai pecahan di lembaga perwakilan. Secara prinsip penerapan parliamentary threshold sebagai kebijakan penyederhanaan partai politik sangat berhubungan erat dengan demokrasi. Demokrasi adalah kekuasaan pemerintahan oleh dari dan untuk rakyat. 6 Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dalam suatu negara dimana semua warga negara secara memiliki hak, kewajiban, kedudukan, dan kekuasaan yang baik dalam menjalankan kehidupannya maupun dalam berpartisipasi terhadap kekuasaan negara, dimana rakyat berhak ikut serta dalam menjalankan negara atau mengawasi jalannya kekuasaan negara, baik secara langsung misalnya melalui ruang publik (public sphere) maupun melalui wakil-wakilnya yang dipilih secara adil dan jujur dengan pemerintahan yang dijalankan semata-mata untuk kepentingan rakyat, sehingga sistem pemerintahan dalam negara tersebut berasal dari rakyat, dijalankan oleh rakyat, untuk kepentingan rakyat (from the people, by the people, to the people). 7 Bahkan Jimly Asshiddiqie menjelaskan hubungan prinsip-prinsip hukum dengan demokrasi: 8 5 Joko J. Prihatmoko, Op.Cit., h. 153. 6 Harris Soche, Supremasi Hukum dan Prinsip Demokrasi di Indonesia, Penerbit PT. Hanindita, Yogyakarta, 1985, h. 17. 7 Munir Fuady, Konsep Negara Demokrasi, Penerbit PT. Refika Aditama, Bandung, 2010, h. 2. 8 Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2011, h. 132-133.

4 salah satunya: Perkembangan prinsip-prinsip negara hukum dipengaruhi oleh semakin kuatnya penerimaan paham kedaulatan rakyat dan demokrasi dalam kehidupan bernegara menggantikan modelmodel negara tradisional. Prinsip-prinsip negara hukum (nomocratie) dan prinsip-prinsip kedaulatan rakyat (democracy) dijalankan secara beriringan sebagai dua sisi dari satu mata uang. Paham negara hukum yang demikian dikenal dengan negara hukum yang demokratis (democratische rechtsstaat) atau dalam bentuk konstitusional disebut constitutional democracy. Hukum dibangun dan ditegakkan menurut prinsip-prinsip demokrasi. Hukum tidak boleh dibuat, ditetapkan, ditafsirkan, dan ditegakkan dengan tangan besi berdasarkan kekuasaan semata (machtsstaat). Sebaliknya, demokrasi haruslah diatur berdasar hukum. Perwujudan gagasan demokrasi memerlukan instrumen hukum untuk mencegah munculnya mobokrasi yang mengancam pelaksanaan demokrasi itu sendiri. Amien Rais menulis bahwa minimal ada sepuluh kriteria demokrasi yaitu Kelima, kebebasan. Ada 4 kebebasan yang sangat penting yang dapat menunjukkan derajat demokrasi suatu negara, yaitu kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan pers, kebebasan berkumpul, dan kebebasan beragama. Empat kebebasan ini sering dianggap sebagai hak-hak terpenting dari Hak Asasi Manusia (HAM). 9 Apabila parliamentary threshold dikaitkan dengan asas demokrasi maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keduanya saling berhubungan karena demokrasi mencerminkan pemerintahan oleh rakyat yang tercermin dari partisipasi aktif penyaluran hak politik rakyat. Dalam perjalanannya parliamentary threshold dalam UU No. 8 Tahun 2012 mengalami hambatan dan penolakan khususnya dari partai-partai kecil yang tidak memiliki dukungan signifikan dari rakyat. Hambatan ini terbukti dengan diajukannya uji materi mengenai pasal 8 ayat (1) dan ayat (2), serta pasal 208 UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD oleh PKNU, 9 Moh. Mahfud MD, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, Penerbit Gama Media, Yogyakarta, 1999, h. 184.

5 PBB, PDS, dkk. Terkait uji materi tersebut kemudian MK mengeluarkan Putusan Nomor. 52/PUU-X/2012 yang menyatakan bahwa pasal 8 ayat (1) dan (2), 17 ayat (1), 208 serta pasal 209 ayat (1) dan (2) UU Pemilu bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat serta hanya berlaku untuk pemilihan DPR. 10 Dalam penelitian ini penulis hendak mengkaji parliamentary threshold sebagai bentuk kebijakan penyederhanaan partai politik. Seperti telah penulis jelaskan di atas, parliamentary threshold bersinggungan dengan asas demokrasi. Dalam penelitian ini tesis penulis adalah parliamentary threshold secara hakikat bertentangan dengan asas demokrasi karena berakibat pada hilangnya suara rakyat meskipun secara jumlah suara minoritas yang hilang sangat kecil. Minoritas dalam hal ini bermaksud untuk menjelaskan keterwakilan dari segi jumlah suara yang diperoleh seorang caleg yang memenuhi BPP tergolong lebih kecil dibandingkan caleg yang diusung oleh partai yang lolos PT, akan tetapi caleg tersebut memenuhi BPP meskipun partai yang mengusungnya tidak mencapai PT. Artinya, partai politik yang suaranya tidak mencapai PT tidak boleh disingkirkan. Tesis penulis di atas diperkuat oleh pendapat Hakim Konstitusi M. Akil Mochtar dalam dissenting opinion sebagai berikut: 11 Bahwa penerapan parliamentary threshold dalam sistem Pemilu Indonesia melanggar prinsip keterwakilan (representativeness) sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum (legal uncertanty) dan ketidakadilan (injustice) bagi anggota partai politik, yang sudah lolos pada suara di Pemilu legislatif tetapi partainya terhambat untuk memperoleh kursi di parlemen yang diakibatkan berlakunya parliamentary threshold. untuk DPRD. 10 Yang tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat ini adalah PT 3,5% yang ditujukan 11 Dissenting opinion Hakim Konstitusi M. Akil Mochtar dalam Putusan Nomor 52/PUU-X/2012 terhadap Pasal 208 UU Nomor 8 Tahun 2012.

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi inti dari permasalahan ini adalah: Apakah penerapan parliamentary threshold pada UU Pemilu Legislatif dalam rangka penyederhanaan partai politik telah mencerminkan keterwakilan minoritas sebagai asas demokrasi? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis ketepatan penerapan parliamentary threshold dalam rangka penyederhanaan partai politik pada UU Pemilu Legislatif. Dasar penilaian ketepatan penerapan parliamentary threshold tersebut adalah asas demokrasi. Asas demokrasi adalah prinsip yang memberikan perlindungan penuh terhadap minoritas dimana pembentuk undang-undang maupun pemerintah tidak dapat merampas maupun mengurangi hak rakyat. Oleh karena itu, maka tujuan penelitian ini dirinci lebih lanjut sebagai berikut: 1. Menjelaskan asas demokrasi di mana posisi kelompok minoritas harus dilindungi, termasuk keterwakilan politiknya. 2. Menjelaskan bahwa penerapan parliamentary threshold dalam UU Pemilu Legislati tidak mencerminkan keterwakilan minoritas sebagai asas demokrasi sehingga tidak dapat dibenarkan.

7 D. Manfaat Penelitian Melalui skripsi ini, penulis akan menyatakan asas demokrasi yang menjamin keterwakilan minoritas yang dituangkan UUD NRI 1945 sebagai pedoman terhadap penerapan parliamentary threshold dalam rangka penyederhanaan partai politik. E. Metode Penelitian Penelitian yang hendak dilakukan oleh penulis adalah penelitian hukum (legal research). Peter Mahmud Marzuki mengatakan bahwa: Penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. 12 Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan kasus (case approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Pendekatan perundang-undangan karena bahan hukum yang digunakan adalah UUD NRI 1945, UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD, dan UU No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD. Pendekatan kasus karena penulis akan merujuk pada putusan-putusan MKRI terkait parliamentary threshold. Pendekatan konseptual dalam penelitian ini karena merujuk pada pandangan sarjana dan doktrin hukum. Ketiga pendekatan ini penulis gunakan untuk memberikan kedudukan yang tepat bagaimana seharusnya asas demokrasi dijadikan pedoman terkait penerapan parliamentary threshold. 12 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Penerbit Kencana, Jakarta, 2006, h. 35.

8 F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini dibagi menjadi 4 bab, yaitu: I. Bab I PENDAHULUAN Penulis hendak menguraikan mengenai latar belakang masalah yakni alasan pemilihan judul, gambaran permasalahan penelitian yang berkaitan dengan penerapan parliamentary threshold, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan metode penelitian. II. Bab II ASAS DEMOKRASI SEBAGAI PERLINDUNGAN MINORITAS Penulis hendak menguraikan mengenai asas demokrasi secara teoritis sebagai perlindungan minoritas terutama keterwakilan minoritas secara politik, dengan mengacu pada pendapat-pendapat ahli hukum. III. Bab III AMBANG BATAS PARLEMEN (PARLIAMENTARY THRESHOLD) DAN ASAS KETERWAKILAN MINORITAS Dalam bab ini, penulis akan menilai bahwa penerapan parliamentary threshold telah menyalahi asas keterwakilan minoritas dengan mengacu pada pemikiran-pemikiran teoritis. IV. Bab IV PENUTUP Dalam bab ini, hendak menguraikan tesis penulis bahwa parliamentary threshold secara hakikat bertentangan dengan asas demokrasi karena berakibat pada hilangnya suara rakyat meskipun secara jumlah suara minoritas yang hilang sangat kecil.