Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang. berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini

dokumen-dokumen yang mirip
Hasil dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara

TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu nama

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SUMBERDAYA ALAM WILAYAH PESISIR

VI. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan salah satu peran penting mangrove dalam pembentukan lahan baru. Akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KERUSAKAN EKOSISTEM

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai

TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove diduga berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan pantai, penyerap polutan, habitat burung (Bismark, 1986). Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke arah laut

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Mangrove/bakau adalah tanaman alternatif terbaik sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera Utara 7300 ha. Di daerah-daerah ini dan juga daerah lainnya, mangrove

Avicenia sp. ( Api-Api ) Rhizophora sp( Bakau ) Nypa sp. ( Nipah ) Bruguiera sp. ( Lacang ) Sonneratia sp. ( Pedada )

BAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Analisis vegetasi hutan mangrove mulai dari pohon, pancang dan semai berdasarkan

ZONASI TUMBUHAN UTAMA PENYUSUN MANGROVE BERDASARKAN TINGKAT SALINITAS AIR LAUT DI DESA TELING KECAMATAN TOMBARIRI

Latar Belakang (1) Ekosistem mangrove Produktivitas tinggi. Habitat berbagai organisme makrobentik. Polychaeta

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

1. Pengantar A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Mangrove Mangrove berasal dari kata mangue (Portugis) yang berarti bakau dan kata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Dudepo merupakan salah satu pulau kecil berpenduduk yang berada

TINJAUAN PUSTAKA Vegetasi Pantai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktor utama yang mampu menunjang keberhasilan

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB I PENDAHULUAN. Hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas

BAB I PENDAHULUAN. Potensi wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi. pembangunan adalah sebagai berikut ; pertama, sumberdaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknik Restorasi Mangrove

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung pada awal Agustus sampai Desember 2005.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove dilaporkan berasal dari kata mangal yang menunjukkan

Teknologi penanaman jenis mangrove dan tumbuhan pantai pada tapak khusus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya. Zona 1 merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. daratan dengan ekosistem lautan. Oleh karena itu, ekosistem ini mempunyai

I. PENDAHULUAN. pantai yang mempunyai arti strategis karena merupakan wilayah terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

TINJAUAN PUSTAKA. air laut dan didominasi oleh spesies pohon atau semak yang mampu tumbuh

Perkembangan Hutan Mangrove di Muara Kali Porong Tahun

TINJAUAN PUSTAKA. Mangrove merupakan salah satu ekosistem langka dan khas di dunia,

KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem mangrove adalah ekosistem yang unik karena terjadi perpaduan

I. PENDAHULUAN. Menurut Tomlinson(1986), mangrove merupakan sebutan umum yang digunakan

TINJAUAN PUSTAKA. komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai panjang garis pantai lebih kurang 114 km yang membentang

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Mangrove tumbuh terutama pada tanah lumpur, namun berbagai jenis. mangrove juga dapat tumbuh di tanah berpasir atau berkoral yaitu

sangat penting saat ini. Fakta akan pentingnya ekosistem mangrove dan ancaman yang

PROPOSAL PENELITIAN PENYIAPAN PENYUSUNAN BAKU KERUSAKAN MANGROVE KEPULAUAN KARIMUNJAWA

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V, No. 1 : (1999)

TINJAUAN PUSTAKA. Regenerasi mangrove secara alami dapat berlangsung lambat, karena

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

TINJAUAN PUSTAKA. komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar

Analisis Vegetasi Mangrove di Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

2.2. Struktur Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

TINJAUAN PUSTAKA. komunitas yang hidup didalam kawasan yang lembab dan berlumpur serta

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat. Selain keunikannya, terdapat beragam fungsi yang dapat dihasilkan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa ini memberikan tanggung jawab yang besar bagi warga Indonesia untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove diduga berasal dari bahasa Melayu manggi - manggi,

Penentuan batas antar komunitas tidak mudah Zona transisi dengan lingkungan tertentu Proses perubahan secara gradual struktur komunitas disebut

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dan luasan yang terbatas, 2) Peranan ekologis dari ekosistem hutan

TINJAUAN PUSTAKA. dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi

STRUKTUR KOMUNITAS VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUBSTRAT DI MUARA HARMIN DESA CANGKRING KECAMATAN CANTIGI KABUPATEN INDRAMAYU

Gambar 2.1 Pembentukan gametofit jantan (Sumber Fahn, 1991)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Perencanaan Lanskap. berasal dari kata land dan scape yang artinya pada suatu lanskap terdapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Umumnya mangrove dapat ditemukan di seluruh kepulauan Indonesia, mangrove terluas

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

Struktur Dan Komposisi Vegetasi Mangrove Di Pulau Mantehage

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis, ekologis, maupun biologis. Fungsi fisiknya yaitu sistem perakaran

TINJAUAN PUSTAKA. mengatakan bahwa istilah tersebut kemungkinan merupakan kombinasi dari

Transkripsi:

II. TINJAIJAN PliSTAKA Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini umumnya tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal yang cukup mendapat ahran air, dan terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat. Hutan mangrove ini banyak ditemukan di pantai-pantai teluk yang dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai yang terlindung (Bengen, 2001). Seabagai daerah peralihan antara laut dan darat, ekosistem mangrove mempunyai gradient sifat lingkungan yang tajam. Pasang surut air laut menyebabkan terjadmya fluktuasi beberapa factor lingkungan yang besar, terutama suhu dan salinitas. Oleh karena itu hanya jenis tumbuhan dan hewan yang memiliki tlleransi yang besar terhadap perubahan ekstrim factor-faktor itulah yang dapat bertahan dan berkembang di hutan mangrove (Kartawinata et a/., 1999). Penyebaran vegetasi mangrove ditentukan oleh berbagai faktor lingkungan, salah satu diantaranya adalah salinitas. Berdasarkan salinitas kita mengenal zonasi hutan mengrove sebagai berikut (De Haan dalam Bengen, 2001): (A) Zona air payau hingga air laut dengan salinitas pada waktu terendam air pasang berkisar antara 10-30 o/oo, (AI) Area yang temadam sekali atau dua kali sehari selama 20 ahri dalam sebulan, hanya Rhizophora mucronata yang masih dapat tumbuh

5 (A2) Area yang terendam 10-19 kali perbulan ditemukan Avicennia {A. alba, A. marina), Saneralia sp dan do mi nan Rhizophora sp. (A3) Area yang terendam kurang dari sembilan kali setiap bulan ditemukan Rhizophora sp dan Hruguiera sp (A4) Area yang terendam hanya beberapa dalam setahun Bruguiera gymnorrhiza dominan dan Rhizophora apiculala masih dapat hidup (B) Zona air tawar hingga air payau, dimana salinitas berkisar antara 0-10 o/oo (Bl) Area yang kurang lebih masih di bawah pengaruh pasang surut, asosiasi Nypa (B2) Area yang terendam secara musiman Hibiscus dominan. Rhizophora apiculata biasanya dijumpai di tempat berlumpur seperti muara dimana areanya 10-19 kali sebulan. Namun pada daerah yang hanya terendam beberapa kali dalam setahunpun R. apiculata masih bertahan hidup. Jenis mangrove tertentu, seperti bakau {Rhizophora sp) memiliki daur hidup yang khusus, diawali dan benih yang ketika masih pada tumbuhan induk berkecambah dan mulai tumbuh di dalam semaian tanpa istirahat. Selama masa itu, semaian memanjang dan distribusi beratnya berubah, sehingga menjadi lebih berat daripada bagian terluar dan akhimya lepas. Selanjutnya semaian ini jatuh dan pohon induknya, masuk ke perairan dan mengapung di permukaan air. Semaian ini kemudian terbawa aleh aliran air ke peraiaran pantai yang cukup dangkal, dimana ujung akamya mencapai dasar perairan, untuk selanjutnya akan dipancangkan secara bertahap tumbuh menjadi pohon (Bengen, 2001). Xylocarpus granatum dapat dijumpai pada tempat yang salinitasnya relatif rendah dan permukaan tanahnya tinggi. Tipe bijinya normal, ukuran diameter

6 buahnya 5-20 cm, dimana terdapat 6-16 biji di dalamnya. Musim berbunganya sepanjang tahun dalam interval 3-4 bulan. Musim buahnya dari bulan Juli sampai Agustus dan dari Nopember sampai Desember. Biji menjadi matang 10 bulan dari saat berbunga (Tanighuci et a/, 1999). Selanjutnya ditambahkan bahwa buah X. granatum yang telah matang dicirikan dengan kulitnya yang retak dan bijinya berwama coklat. Buah yang matang terapung di air dan benihn akan keluar dengan sendirinya setelah kulitnya pecah. Hogarth (1999) menyatakan bahwa seluruh mangrove menyebarkan keturunannya melalui air. Suatu perbedaan dari kebanyakan mangrove adalah menghasilkan propagul yaitu suatu istilah karena kebanyakan buah mangrove yang lepas dari pohon induknya adalah berupa semaian, tidak berupa biji atau buah. Propagul akan berkembang dan akar akan keluar ketika kesempatan yang baik ada. Mangrove yang bereproduksi secara konvensional, yaitu menghasilkan buah yang masif di antaranya adalah Xylocarpus dengan berat lebih dari 3 kg dan berisi lebih dari 20 biji. Tomlinsom (1986) menyatakan bahwa pembentukan dan kelulushidupan semaian secara langsung mempengaruhi pola distribusi dan kelimpahan. Pengaruh faktor biotik dan abiotik pada pembentukan semaian dan awal kehidupan mangrove telah dikaji untuk memahami pola zonasi mangrove dan kelimpahan mangrove. Chapman (1976) menyatakan bahwa penyebaran biji dan keberhasilan pembentukan dari propagul dipengaruhi oleh pasang surut. Propagul Rhizophora umumnya mengapung untuk beberapa lama, yang pada awalnya akan mengapung secara horizontal dan setelah beberapa waktu akan

7 mengapung secara vertikal. Akar pertama kali muncul setelah 10 hari dan propagul biasanya akan tenggelam. Sesaat setelah terbentuk, semaian mangrove toleran lerhadap salinitas yang tinggi. Ada sedikit bukti bahwa propagul mangrove menyebar dalam jarak yang jauh dari pohon induknya (Hogarth, 1999 dan Tomascik et al, 1997). Propagul yang tidak berhasil berakar setelah 30 hari akan mengapung kembali secara horizontal dan dapat bertahan hidup selama satu tahun atau lebih (Rabinowthz dalam Hogarth, 1999). Pola zonasi hutan mangrove secara umum berkaitan dengan sifat penyebaran dari semaian, dimana penyebarannya ditentukan utamanya oleh panjang dan aksi gelombang (Rabinowthz ^fcr/aw Hogarth, 1999). Smith dalam Hogarth (1999) menyatakan bahwa propagul atau semaian mangrove juga merupakan sumber makanan utama bagi mayoritas kepiting genus Sesarmid di Australia dan Malaysia, dimana umumnya propagul telah rusak dalam beberapa hari setelah terlepas dari pohon induk. Propagul yang terlepas hanya sebagian yang dapat bertahan hidup dari serangan karena sebelum terlepas telah diserang oleh serangga dan penyebab kematian lainnya. McGuinness (2003) menyatakan bahwa proses sebelum dan sesudah perkembangan propagul seperti penyebaran, predasi, persaingan dan factor-faktor lain berdampak pada distribusi dan kelimpahan lintasan zona intertidal hutan mangrove. Clarke dan Allaway (1993) menyatakan bahwa pertumbuhan dan kelangsungan hidup semaian dan anakan Avicennia marina berkaitan dengan salinitas, cahaya dan sedimen.

8 Arus atau pergerakan air sangat penting bagi kelulushidupan mangrove yang membawa nutrien ke estuaria dari lahan atas. Pasang surut membawa detritus, arus air membawa oksigen terlarut ke sistem perakaran dan siklus nutrien dalam ekosistem (FAO, 1994). Hogarth (1999) menyatakan bahwa mangrove mempunyai respon yang berbeda terhadap ph tanah, komposisi sedimen dan lingkungan yang kurang oksigen. Adaptasi vegetasi mangrove dalam mengatasi kondisi lingkungan yang kritis dan bertluktuatif adalah sebagai berikut (Bengen e( a/., 2001): 1. Adaptasi terhadap kadar oksigen rendah Pohon mangrove memiliki bentuk perakaran yang khas : I) bertipe cakar ayamyang mempunyai pneumatofora (misalnya Avicennia spp, Xylocarpus spp dan Sonneratia spp untuk mengambil oksigen dari udara dan 2) bertipe penyangga/tongkat yang mempunyai lentisel (misalnya : Rhizophora spp) 2. Adaptasi terhadap kadar garam tinggi a. Memiliki sel-sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan garam b. Berdaun tebal dan kuat yang banyak mengandung air untuk mengatur keseimbangan garam c. Daunnya memiliki sturktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan 3. Adaptasi terhadap tanah yang kurang stabil dan adanya pasang surut Mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk jaringan horizontal yang lebar. Disamping untuk memperkokoh pohon, akar tersebut juga berfungsi untuk mengambil unsur hara dan menahan sedimen.

9 Wals dalam Dawes (1981) menyatakan bahwa ada lima syarat perkembangan ekstensif hutan mangrove yang meliputi, 1. Suhu tropis dengan rata-rata suhu lebih dari 20 "C dan variasi temperature musiman tidak lebih dari 5 "C, 2. Tanah alluvial yang halus, biasanya mangrove terdapat pada delta pantai atau estuaria dan substrat terdiri dari lumpur, lumpur halus dan liat serta mengandung bahan organik yang tinggi, 3. Pantai yang teriindung dari gelombang besar dan aksi pasang surut, 4. Lingkungan bersalinitas tingghi dan 5. Perbedaan pasang besar.