BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemilik (principals) dengan pihak lain, yaitu manajer (agent). Dalam kontrak,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akuntansi dikenal sebagai bahasa bisnis. Dalam hal bisnis, terdapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian audit menurut Arens et al (2008 : 4) adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya efek globalisasi membuat Negara menyelaraskan serta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002) ada 8 prinsip. dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah k ti e g n e m r a d e k es na k u b M, O ZC LI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Salah satunya dilakukan dalam penyajian laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan memberikan gambaran dan informasi posisi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan telah menjadi financial supermarket dengan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha yang semakin kompetitif (Nirmala dan Cahyonowati, 2013).

BAB II LANDASAN TEORI. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi memiliki dua fungsi dasar yang saling melengkapi, yaitu : untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan organisasi formal yang beroperasi dengan menjual atau

BAB I PENDAHULUAN. Bagi para pengguna laporan keuangan, profesi akuntan publik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik adalah profesi yang bertanggung jawab

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:

BAB 1 PENDAHULUAN. diperdagangakan di bursa saham, mayoritas perusahaan besar lainnya, serta

BAB II LANDASAN TEORI. akuntan. Ada beberapa pengertian auditing atau pemeriksaan akuntan menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan pemakai laporan keuangan mengharapkan agar auditor dapat

BAB I PENDAHULUAN. profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian bebas dan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam system akuntansi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. ekonomi yang dilakukan seseorang atau kelompok yang independen dan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (KAP) untuk mengaudit laporan keuangannya. untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan. Para pengguna

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan kepada pihak luar, dimana pihak luarpun memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, ada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2011:9) adalah suatu proses sistematik

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan akuntan. (Arens dan Loebbecke, 1996:4). keputusan. Para pemakai laporan keuangan selalu memeriksa dan mencari

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua

Standar Auditing & Kode Etik

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan profesi auditor berbanding sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan terbentuknya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015,

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari tindakan mencari keterangan tentang apa yang dilaksanakan dalam suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. berdasarkan standar auditing yang berlaku umum. Berdasarkan definisi

BAB I PENDAHULUAN. relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. eksternal perusahaan. (Singgih dan Bawono 2010). sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak

BAB I PENDAHULUAN. bersifat kuantitatif dan diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menjelaskan independensi. Teori tersebut menyatakan bahwa perilaku ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas audit termasuk salah satu jasa yang sulit untuk diukur secara

BAB I PENDAHULUAN. dikelolanya. Berbagai cara digunakan manajemen perusahaan, tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

ETIKA PROFESI FAKLULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA. Disusun Oleh : : Eko Aprianto Nugroho NPM :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004) mendefinisikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Lauw, et. al (2012) dengan judul Pengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara maka akan semakin kompleks masalah bisnis yang terjadi. Oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat bertahan dalam proses seleksi alam ini. non keuangan, bagi para stockholder (pemegang saham) dan stakeholder

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori Keagenan (Agency Theory) menjelaskan adanya konflik antara manajer

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kantor Akuntan Publik bertanggung jawab pada audit atas laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini merupakan tinjauan atas berbagai referensi, literatur, jurnal-jurnal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan audit laporan keuangan dalam suatu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan. pihak luar untuk memberikan pe nilaian atas laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena yang dihadapi dunia pengauditan global beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable).

BAB 1 PENDAHULUAN. dari kompetitor atau perusahaan lain. Laporan keungan diperlukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan dituntut untuk dapat mengelola perusahaannya secara lebih

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam suatu perusahaan, pihak manajemen diberikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoretis 2.1.1 Implementasi IFRS Laporan keuangan adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan oleh para investor atau pemegang saham yang berkepentingan terhadap nasib investasinya. Laporan keuangan harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan yang diterima secara umum atau generally accepted accounting principles (GAAP). Sifat generally accepted memiliki pengertian diterima oleh suatu kelompok pengguna laporan keuangan yaitu para stakeholder. Namun arus globalisasi semakin deras telah menghilangkan batas-batas geografis dalam melakukan investasi dan perdagangan dan mengarah kepada pembentukan satu sistem keuangan dan pasar modal global. Standar standar akuntansi dan pelaporan keuangan yang digunakan pada setiap negara belum tentu sama karena itu dibutuhkan standar akuntan keuangan yang seragam secara internasional maupun global. Sehingga GAAP bukan lagi kepanjangan dari generally accepted accounting principles,melainkan atau globally accepted accounting principles. Harmonisasi atas standar standar akuntansi dan pelaporan keuangan di seluruh dunia mutlak dilakukan sebelum membentuk standar akuntansi keuangan global.

Ide pembentukan atau menyusun standar akuntansi dan pelaporan keuangan global ada sejak dekade 70-an dengan membentuk standard setter. Pada akhir dekade 60-an perwakilan lembaga lembaga profesional akuntansi membentuk accountants International Study Group (AISG). Lembaga ini bertujuan melakukan kajian terhadap kemungkinan melakukan harmonisasi standar akuntansi dan auditing. Pada tahun 1972 perwakilan AISG bertemu kembali untuk membahas proposal pembentukan international Accounting Standard Committee (IASC). Pada tahun 1973, lahirlah IASC dengan International Accounting Standard (IAS) sebagai produknya. Pada tahun 2000, IASC melakukan restrukturisasi kelembagaan dengan dibentuknya IASC Foundation (IASCF) yang membawahi International Financial Reporting Interpretation Committee (IFRIC). IASB kemudian mengeluarkan International Financial Reporting Standards (IFRS) sebagai standar akuntansi dan pelaporan keuangan baru yang diberlakukan di samping IAS yang sudah ada. Harmonisasi standar akuntasi dan pelaporan keuangan telah dianggap sebagai suatu hal yang mendesak yang harus dilakukan oleh setiap negara termasuk Indonesia sebagai negara berkembang. 2.1.1.1 Manfaat Implementasi IFRS Menurut Rudy Suryanto, SE, M.Acc, Akt diterapkannya IFRS dalam pencatatan keuangan di Indonesia adalah untuk memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dikenal secara internasional dan akan berdampak pada pembelajaran studi akuntansi di Indonesia.

Manfaat utama yang diperoleh dari harmonisasi standar akuntasi dan pelaporan keuangan adalah adanya pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan oleh pengguna laporan keuangan yang berasal dari berbagai negara. Hal ini tentunya memudahkan suatu perusahaan menjual sahamnya secara lintas negara atau lintas pasar modal. Hal ini juga dirasa dapat memberikan efisiensi dalam menyusun laporan keuangan yang menghabiskan sangat banyak dana dan sumber daya setiap tahunnya sebagaimana dialami oleh perusahaan perusahaan multinasional yang sahamnya diperdagangkan di lintas pasar modal. Pengguna standar akuntansi dan pelaporan keuangan juga dapat menambah kepercayaan investor asing terhadap laporan keuangan perusahaan perusahaan nasional. Menurut Ketua Tim Implementasi IFRS-Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Dudi M Kurniawan dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat sekaligus 1. Meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK). Penggunaan standar akuntansi global yang berkualiatas tinggi, dapat dipahami dan diperbandingkan dengan standar akuntansi yang lainnya. 2. Mengurangi biaya standar akuntansi keuangan. Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para analis 3. Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan. Dengan adanya peningkatan kredibilitas dalam kegunaan laporan keuangan mengakibatkan berkurangnya resiko kesalahan. 4. Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan.

Dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan atau pada perusahaan yang sama tetapi dalam periode berbeda, sehingga dapat di lihat perkembangan perusahaan tersebut. 5. Meningkatkan transparansi keuangan. Mempermudah cara membaca keuangan bagi para stakeholder 6. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal. Alokasi penggunaan biaya modal bisa di tekan untuk dapat membuka aktivitas perencanaa, pelaksanaan, dan pengendalian terhadap dana melalui pasar modal. 7. Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan Mengurangi kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan. 2.1.1.2 Tujuan Implementasi IFRS 1. Untuk memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunanaan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dikenal secara internasional. 2. Untuk meningkatkan arus investasi global melalui transparansi serta menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan. 3. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan standar akutansi keuangan yang dikenal secara internasional. 4. Efektif menurunkan biaya modal dengan membuka fund raising melalui pasar modal secara global.

2.1.1.3 Kendala Implementasi IFRS Ada beberapa kendala yang menjadi penghambat penerapan IFRS sebagai standar akuntansi dan pelaporan keuangan di dunia hingga saat ini. Kendala kendala tersebut berkaitan dengan faktor faktor yang akan dijelasakan dibawah ini : 1. Sistem hukum dan politik Setiap Negara memiliki politik dan ekonomi yang bervariasi, sehingga masalah politik dan ekonomi akan selalu menjadi hambatan dalam adopsi IFRS secara utuh dalam suatu Negara. 2. Sistem perpajakan Manajemen perusahaan harus melakukan daftar peraturan perpajakan yang mungkin mengalami benturan dengan IFRS, seperti PMK RI NO 79/PMK.03/2008, tanggal 23 Mei 2008, Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk Tujuan Perpajakan yang berlaku efektif sejak 23 Mei 2008. PMK RI no 79/PMK.03/2008 mengharuskan revaluasi aktiva tetap dikenakan pajak. 3. Nilai nilai budaya korporasi Perbedaan lingkungan budaya korporasi menjadi salah satu masalah penerapan IFRS. Pengakuan publik akan kelengkapan dan ketransparanan laporan keuangan sebuah perusahaan akan meningkatkan tekanan sektor bisnis untuk menyediakan laporan keuangan yang sesuai dengan standar. 4. Sistem pasar modal dan peraturan terkait dengan kepemilikan korporasi Membuka peluang fund raising melalui pasar modal. Efek dari penerapan IFRS bisa mengurangi laba atau sebaliknya justru bisa menambah laba. 5. Kondisi ekonomi dan aktivitas bisnis

Terdapat rekomendasi yang terkait dengan dunia akuntansi antara lain perlu standar akuntansi internasional yang berlaku secara global untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. 6. Teknologi Teknologi berkembang pesat telah mengubah pelaporan keuangan, mengurangi batas jarak fisik dan mampu membuat informasi menjadi tersedia diseluruh Indonesia hanya dengan sekali klik tombol enter dari komputer. Dengan adanya kemajuan ini mengakibatkan banyak investor untuk masuk ke lantai pasar modal di seluruh dunia. Antusias investor tidak terhalangi oleh batasan Negara. Dari keenam faktor di atas, faktor penghambat yang paling sering ditemukan adalah system perpajakan dan hukum yang belum tentu sinkron antara suatu Negara dengan Negara Negara pengapdosi IFRS lainnya. Sebagai contoh, adopsi IFRS sangat sulit dilakukan bagi Negara-negara yang menerapkan system ekonomi syariah dan ekonomi komunis. Indonesia sebagai Negara yang menerapkan system perbankan ganda, yaitu system ekonomi syariah dan system ekonomi kapitalis juga dapat dipastikan akan mengalami kesulitan dalam mengadopsi secara penuh IFRS pada masa yang akan datang. Berdasarkan pengalaman Negara Negara pengadopsi penuh IFRS, adopsi dilakukan dengna dua cara, yaitu dengan cara sekaligus atau dengan pendekatan big bang dan dengan cara gradual. Adopsi penuh dengan cara sekaligus berdampak drastik terhadap laba dan system akuntansi perusahaan. Perusahaan perusahaan di Singapura, Australia dan Selandia Baru yang memilih pendekatan big bang menghadapi koreksi laba besar besaran pada tahun pertama penerapan IFRS.

2.1.2 Teori Auditing Menurut Arens and loebbecke alih bahasa Ilham Tjakrakusuma (2000:1), auditing adalah proses pengumpulan dan pengawasan bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan kompeten. Secara umum auditing merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan criteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2002) Definisi auditing secara umum tersebut memiliki unsur-unsur penting yang diuraikan sebagai berikut (Mulyadi, 2002) : 1. Suatu proses sitematik Auditing merupakan suatu rangkaian langkah atau prosedur yang logis, berkerangka dan terorganisasi. Auditing dilaksanakan dengan suatu urutan langkah yang direncanakan, terorganisasi, dan bertujuan. 2. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif Proses sistematik tersebut ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha, serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-bukti tersebut. 3. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi

Yang dimaksud mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi adalah hasil proses akuntansi. Proses akuntansi ini menghasilkan suatu pernyataan yang disajikan dalam laporan keuangan. 4. Menetapkan tingkat kesesuaian Pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian antara pernyataan dengan kriteria tersebut kemungkinan dapat dikuantifikasikan, kemungkinan pula bersifat kualitatif. 5. Kriteria yang telah ditetapkan Kriteria atau standar yang dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan dapat berupa peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legistalif, anggaran atau ukuran prestasi lain yang ditetapkan oleh manajemen, dan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. 6. Penyampain hasil Penyampaian hasil ini dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit (audit report). 7. Pemakaian berkepentingan Dalam dunia bisnis, pemakai yang berkepentingan terhadap laporan audit adalah para pemakai informasi keuangan, seperti : pemegang saham, manajemen, kreditur, calon investor dan kreditur, organisasi buruh, dan kantor pelayanan pajak.

2.1.3 Pengertian Auditor Dari sudut pandang profesi akuntan publik, auditing adalah pemerikasaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut. (Mulyadi, 2002). 2.1.3.1 Prinsip Auditor Mulyadi (2002) menyampaikan, dalam memberikan jasa audit, seorang auditor harus taat pada Prinsip Etika Profesi Akuntan Indonesia, yaitu : 1. Tanggung jawab profesi Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai professional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan professional dalam setiap kegiatan yang dilakukannya. 2. Kepentingan publik Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme 3. Integritas Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin. 4. Objektivitas

Setiap anggota harus menjaga objektivitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. 5. Kompetensi dan kehati-hatian professional Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk memperhankan pengetahuan dan keterampilan professional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa professional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir. 6. Kerahasiaan Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa professional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban professional atau hukum untuk mengungkapkannya. 7. Perilaku professional Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. 8. Standar teknis Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar professional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan objektifitas.

2.1.3.2 Standar Auditor Selain itu, akuntan publik juga harus berpedoman pada standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporna yang telah disahkan oleh Institut Akuntan Publik dan tertera pada Standar Profesional Akuntan Pulik (SPAP, 2011) S A Seksi 150, yaitu sebagai berikut : a. Standar umum 1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. 2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. b. Standar pekerjaan lapangan 1. Pekerjaan harus direncankan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2. Pemahaman yang memadahi atas struktur pengendalian intern harus dapat diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3. Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui inspeksi, pengamata, pengajuan, pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. c. Standar pelaporan

1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia 2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. 3. Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. 4. Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi auditor sangat penting dan sentral sebagai pihak netral yang memberikan pengesahan atas laporan keuangan yang akan dipakai oleh para pengguna laporan keuangan dan pemegang saham untuk mengambil keputusan. Karena itu tuntutan untuk menghasilkan audit yang berkualitas tidak bisa dilepaskan dari profesi seorang auditor. 2.1.3.3 Kualitas Auditor Kualitas auditor adalah kemampuan professional individu auditor dalam melakukan pekerjaannya. De Angelo (1981) dalam Nizarul dkk (2007) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada system akuntansi klien.

Auditor yang memiliki banyak klien dalam lingkungan yang sama akan memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang resiko audit khusus yang memiliki industri tersebut, tetapi akan membutuhkan pengembangan keahlian lebih daripada auditor pada umumya. Tambahan keahlian ini akan menghasilkan return positif dalam free audit. Sehingga para peneliti memiliki hipotesis bahwa auditor dengan konsentrasi tinggi dalam industri tertentu akan memberikan kualitas yang lebih tinggi (Wooten, 2003 dalam Mirna Dyah, 2007). Auditor dengan kemampuan profesionalisme tinggi akan lebih melaksanakan audit secara benar dan cenderung menyelesaikan setiap tahapan-tahapan proses audit secara lengkap dan mempertahankan sikap skeptisme dalam mempertimbangkan bukti bukti audit yang kurang memadai yang ditemukan selama proses audit untuk memastikan agar menghasilkan kualitas audit yang baik. Selanjutnya menurut De Angelo (1981) dalam Kusharyanti (2003) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan (probability) di mana auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien. Adapun kemampuan untuk menemukan salah saji yang material dalam laporan keuangan perusahaan tergantung dari kompetensi auditor sedangkan kemauan untuk melaporkan temuan salah saji tersebut tergantung pada independensinya. 2.1.3.4 Independensi Independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh akuntan publik. Independen berarti akuntan publik tidak akan mudah dipengaruhi, karena melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum. Akuntan publik tidak

dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Auditor berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik. Dalam Arens dkk (2004) sikap mental independen tersebut meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance). Agoes. S (2004:1) mengklasifikasikan aspek independensi seorang auditor menjadi 3 aspek : 1. Independensi senyatanya (independent in fact), yaitu suatu keadaan di mana auditor memiliki kejujuran yang tinggi dan melakukan audit secara obyektif. 2. Independensi dalam penampilan (independent in appeareance), yaitu pandangan pihak luar terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. 3. Independensi dari sudut keahlian atau kompetensi (independent in competence), hal ini berhubungan erat dengan kompetensi atau kemampuan auditor dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya. Menurut Taylor 1997 (dalam Susiana & Arleen, 2007) menyatakan bahwa ada dua aspek independensi yaitu independensi sikap mental dan independensi penampilan, penelitian ini menguji pengaruh dari independensi terhadap integritas laporan keuangan yang dinyatakan melalui berapa besar fee audit yang dibayarkan klien kepada auditor, jika Kantor Akuntan Publik atau yang disingkat dengan nama KAP menerima fee audit yang tinggi maka KAP akan menghadapi tekanan ekonomis untuk memberikan opini bersih.

2.1.3.5 Kompentensi auditor Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP 2001) menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor, sedangkan standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan seksama (due professional care). Sedangkan Trotter (1986) (dalam Saifuddin, 2004) mendefinisikan bahwa seorang yang berkompeten adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Webster sninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Sri Lastanti (2005) mendefinisikan kompetensi adalah ketrampilan dari seorang ahli. Dimana ahli didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman. Adapun Bedard (1986) dalam Sri lastanti (2005) mengartikan keahlian atau kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama.

2.1.3.6 Akuntabilitas Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan kewajibannya yang akan dipertanggungjawabkan kepada lingkungannya. Dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai profesional setiap auditor harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Tetclock (1984) dalam Mardisar. D dan R. Nelly Sari (2007) mendefinisikan akuntabilitas sebagai bentuk dorongan psikologi yang membuat sesorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannnya. Pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas hasil kerja auditor. Hasil penelitian membuktikan akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas hasil kerja auditor jika pengetahuan audit yang dimiliki tinggi. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahwa kompleksitas pekerjaan yang dihadapi tinggi. Mardisar. D dan R. Nelly Sari (2007), seseorang dengan akuntabilitas tinggi memiliki keyakinan yang lebih tinggi bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh supervisor/manajer/pimpinan dibandingkan dengan seseorang yang memiliki akuntabilitas rendah. Dalam standar umum dikatakan auditor independen harus melaksanakan tugasnya dengan cermat dan seksama. Kecermatan dan keseksamaan menekankan tanggung jawab setiap petugas audit yang bekerja pada suatu kantor akuntan publik. Kecermatan dan keseksamaan menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaannya itu. Jadi kecermatan dan keseksamaan merupakan tanggungjawab setiap auditor. Akuntabilitas (tanggungjawab) yang harus dimiliki auditor,yaitu : tanggungjawab kepada klien dan tanggungjawab rekan seprofesi.

2.1.3.7 Motivasi Motivasi berarti menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun seseorang menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi (Goleman 2001:514). Motivasi yang paling ampuh adalah motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang, Condry dan Chambers dalam Suryani dan Ika (2004). Motivasi kerja adalah sesuatu yang memulai gerakan, sesuatu yang membuat orang bertindak atau berprilaku dalam cara-cara tertentu. Memotivasi orang adalah menunjukkan arah tertentu kepada mereka dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk memastikan bahwa mereka sampai ke suatu tujuan. Bermotivasi adalah keinginan pergi ke suatu tempat berdasarkan keinginan sendiri atau terdorong oleh apa saja yang ada agar dapat pergi dengan sengaja dan untuk mencapai keberhasilan setelah tiba di sana (Michael Armstrong, 1994 dalam Sri lastanti, 2005). Adapun motivasi pada seorang itu tergantung pada kekuatan dari motivasi itu sendiri, seberapa kuat motivasi seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai yang berada di luar individu, sebagai suatu harapan untuk mendapat suatu penghargaan, suatu arah yang dikehendaki oleh motivasi. Reksohadiprodjo (1990) mendefinisikan motivasi sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang didorong oleh suatu kekuasaan dari dalam diri orang tersebut. Kekuatan pendorong

inilah yang disebut motivasi. Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan kerja. 2.1.3.8 Keahlian Auditor Menurut Agung (2007), keahlian adalah kemampuan seseorang dalam mengerjakan sebuah pekerjaan tertentu yang menjadi bidang kerjanya. American Accounting Association dalam Guy, Alderman dan Winters (2002), mendefenisikan audit sebagai suatu proses sistematis yang secara objektif memperoleh dan mengevaluasi bukti yang terkait dengan pernyataan mengenai tindakan atau kejadian ekonomi untuk menilai tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Griffin (2004), audit adalah pengujian independen atas sistem akuntansi, sistem keuangan, dan sistem operasional perusahaan. Menurut Bastian (2007), auditing atau pemeriksaan merupakan proses investigasi independen terhadap beberapa aktivitas khusus. Menurut Simamora (2002), audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Auditor independen diharapkan mahir dalam bidang akuntansi dan auditing. Menurut Jaafar dan Sumiyati (2005), pengertian keahlian audit meliputi keahlian mengenai pemeriksaan maupun penguasaan masalah yang diperiksanya ataupun pengetahuan yang dapat menunjang tugas pemeriksaan. Keahlian tersebut mencakup: merencanakan pemeriksaan, menyusun Program Kerja Pemeriksaan (PKP), melaksanakan Program Kerja Pemeriksaan, menyusun Kertas Kerja Pemeriksaan

(KKP), menyusun Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), mendistribusikan Laporan Hasil Pemeriksaan, memonitor Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP). 2.1.4 Penelitian Sebelumnya 1. Nanang Shondji (2009) Dalam penelitiannya yang berjudul Factors of Auditors Readiness yang mengambil variabel kompetensi, keahlian audit dan pengalaman ini berpengaruh apa tidak terhadap implementasi IFRS, dan menghasilkan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap implementasi IFRS sedangkan keahlian audit dan pengalaman tidak berpengaruh terhadap implementasi IFRS. 2. Aulia Irdiani Putri (2011) Dalam penelitiannya yang berjudul Kesiapan Auditor Atas Kompetensi dan Keahlian Audit Terhadap Implementasi IFRS mengemukakan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap implementasi IFRS dan keahlian audit tidak berpengaruh, penulis menyarankan untuk menambahkan faktor - faktor lain seperti tingkat pendidikan dan lama jabatan. Oleh karena itu peneliti mengambil salah satu saran faktor untuk di teliti. 3. Lilis Ardini (2010) Dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit mengemukakan bahwa variabel kompetensi, independensi, akuntabilitas dan motivasi secara bersama sama berpengaruh terhadap kualitas audit adalah signifikan. Dengan menunjukkan bahwa turunnya kualitas audit dipengaruhi oleh tingkat kompetensi, independensi, akuntabilitas dan motivasi yang dimiliki oleh auditor.

4. Arief Setiawan (2012) Dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Keahlian Audit, Independensi dan Kompetensi Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik mengemukakan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa diduga keahlian audit, independensi dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit, teruji kebenarannya.

2.2 Rerangka Pemikiran Gambar 1 Rerangka Pemikiran Faktor kesiapan auditor terhadap penerapan IFRS di Indonesia, oleh Nanang Shonhadji (2009) mengemukakan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap implementasi IFRS tetapi tidak dengan keahlian audit dan pengalaman Kesiapan auditor atas kompetensi dan keahlian audit terhadap implementasi IFRS oleh Aulia Irdiani Putri (2011) menemukan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap implementasi IFRS IMPLEMENTASI IFRS 2012 AUDITOR pengaruh IMPLEMENTASI IFRS 2012 KOMPETENSI KEAHLIAN AUDIT TINGKAT PENDIDIKAN IMPLEMENTASI IFRS 2012

2.3 Perumusan Hipotesis Menurut Nanang Shondji (2009) kesiapan auditor dalam melaksanakan IFRS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kompetensi auditor. Auditor perlu meningkatkan pengetahuan mereka dengan mengadiri seminar atau pelatihan tentang pelaksanaan IFRS. Pelatihan juga perlu diadakan untuk meningkatkan kemampuan auditor dalam mengetahui bagian dari proses audit IFRS yang masih lemah dan perlu dikembangkan. Auditor perlu memiliki pengetahuan tentang lingkungan kontrol perusahaan yang akan mengimplementasi IFRS karena di tahun 2012 seluruh perusahaan harus menggunakan IFRS dalam mengungkapkan laporan keuangan perusahaan melalui prinsip transparansi dan penilaian professional. Menurut Aulia Irdiani Putri (2011) tidak semua kesiapan auditor memiliki pengaruh terhadap implementasi IFRS di Indonesia tahun 2012. Kesiapan auditor memiliki pengaruh terhadap implementasi IFRS adalah kompetensi. Hal ini dimungkinkan pada kompetensi menujukkan bahwa auditor yang memiliki pengetahuan yang luas apalagi pengetahuan tentang IFRS dan tingkat pendidikan formal yang cukup maka auditor dapat mengimplementasi IFRS di Indonesia tahun 2012. Sedang yang tidak berpengaruh adalah keahlian audit. Hal ini dikarenakan seorang auditor adalah seseorang yang mempunyai pengalaman dan ahli dalam bidang auditing dan akuntansi. Semakin tinggi keahlian audit didalam menerapkan IFRS maka semakin tinggi pula auditor tersebut mengimplementasikan IFRS. Menurut Lilis Ardiani (2010) kompetensi, independensi, akuntabilitas dan motivasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa naik turunnya kualitas audit dipengaruhi oleh tingkat kompetensi, independensi, akuntabilitas dan motivasi yang dimiliki oleh auditor. Kompetensi memiliki pengaruh yang lebih besar dari independensi, akuntabilitas dan

motivasi ini dikarenakan kemampuan dan ketrampilan yang ditunjang dengan pengalaman yang dimiliki auditor merupakan dasar yang dibutuhkan seorang auditor dalam proses audit. Menurut Arief Setiawan (2012) keahlian audit, independensi dan kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit pada kantor akuntan publik di Surabaya. Sama halnya dengan Lilis Ardiani (2010) bahwa seorang auditor selain ahli di bidang auditing juga harus punya kompetensi yang memadai sehingga ia mampu melaksanakan audit dan dapat mengumpulkan bukti kompeten yang akan digunakan auditor sebagai dasar dalam pemberian opini audit yang sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, sehingga dapat memberikan kualitas audit yang dapat dipercaya sesuai dengan harapan para pemakai laporan keuangan. Penelitian ini akan meneliti beberapa variabel dari penelitian sebelumnya untuk mengungkapkan bahwa di tahun 2012 akan dilaksanakan standar IFRS yang dimana akan mempengaruhi kompetensi auditor, keahlian auditor dan tingkat pendidikan auditor yang ada di Indonesia. Maka hipotesis yang akan diujikan dalam penelitian ini adalah : H 1 : Kompentensi auditor berpengaruh signifikan positif terhadap implikasi implementasi IFRS di Indonesia H 2 : Keahlian auditor berpengaruh signifikan negatif terhadap implikasi implementasi IFRS di Indonesia H 3 : Tingkat pendidikan auditor berpengaruh signifikan negatif terhadap implikasi implementasi IFRS di Indonesia