BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.

dokumen-dokumen yang mirip
KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimana pada masa tersebut merupakan periode peralihan dan perubahan. Hurlock

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nirma Shofia Nisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri. Proses pencarian jati

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang besar, dan masing-masing individu itu sendiri harus memulai dan mencoba

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

Bab 1. Pendahuluan. Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. konsisten dan kehadiran orang tua untuk mendukung dan mendampingi

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. Sepanjang masa hidupnya, manusia mengalami perkembangan dari sikap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEMANDIRIAN REMAJA AKHIR PUTERI PASCA KEMATIAN AYAH

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki arti tersendiri di dalam hidupnya dan tidak mengalami kesepian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja merupakan masa perubahan dari yang semula anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena sudah menjadi masalah nasional dan bahkan internasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun pertama kuliah di Perguruan Tinggi. Usia mahasiswa berkisar tahun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Pendahuluan. Masa remaja secara psikologi merupakan masa peralihan dari masa anak

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan pelajar yang paling tinggi levelnya. Mahasiswa di

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN KEMANDIRIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu

Perbedaan Kemandirian antara Anak Sulung, Anak Tengah dan Anak Bungsu pada Siswa SMU Mulia Pratama Medan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan. maupun karyawan (Menurut Sukmadinata, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEMANDIRIAN. dapat menjadi otonom dalam masa remaja. Steinberg (dalam Patriana, 2007:20)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak

DESKRIPSI PERILAKU KEMANDIRIAN ANAK KELOMPOK B DI TK ASYIYAH BUSTANUL ATFAL HUIDU UTARA KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO JURNAL

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencari pengalaman hidup serta ingin menuntut ilmu yang lebih tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Erikson pada tahap anak usia 3-5 tahun (preschool age), anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB IV ANALISIS DATA. menjelaskan dan memastikan kebenaran temuan penelitian. Analisis data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu periode pendidikan yang lebih tinggi setelah masa Sekolah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu dan sesuai perkembangan selanjutnya, seorang anak perlahan-lahan akan melepaskan diri dari ketergantungannya pada orangtua dan orang-orang disekitarnya yang bertujuan belajar untuk mandiri. Hal ini merupakan suatu proses alamiah oleh suatu makhluk hidup, tidak terkecuali manusia. Mandiri merupakan kemampuan individu untuk tidak tergantung pada orang lain serta bertanggung jawab atas apa yang dilakukanya. Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang terkait dengan aspek kepribadian yang lain dan harus dilatih sedini mungkin agar dalam perkembangannya dapat sesuai dengan tugas perkembangannya. Kemampuan untuk mandiri tidak dapat terbentuk dengan sendirinya. Kemampuan tersebut diperoleh dengan kemauan dan dorongan dari orang di sekitar subjek. Steinberg (2002) menyatakan kemandirian merupakan kemampuan individu dalam bertingkah laku, merasakan sesuatu, dan mengambil suatu keputusan berdasarkan kehendak sendiri. Peningkatan tanggung jawab, kemandirian, dan menurunnya tingkat ketergantungan remaja terhadap orang tua, adalah salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi siswa pada periode remaja. Sehingga ketika tidak adanya kemandirian pada remaja akan menghasilkan berbagai macam problem perilaku, misalnya; rendahnya 1

2 harga diri, pemalu, tidak punya motivasi sekolah, kebiasaan belajar yang jelek, perasaan tidak aman, dan kecemasan. Kondisi yang membuat dilema pada remaja adalah di satu sisi remaja ingin melepaskan ketergantungannya pada orang tua, namun di sisi lain remaja masih membutuhkan kenyamanan dan perlindungan dari orang tua. Dilema yang terjadi pada orang tua di satu sisi orang tua ingin mendidik anaknya untuk lebih mandiri, namun di sisi lain ada kekhawatiran karena remaja belum memiliki cukup pengalaman dalam menghadapi dunia orang dewasa (Yusuf, 2002). Orang yang mandiri akan memperlihatkan perilaku yang eksploratif, mampu mengambil keputusan, percaya diri dan kreatif. Selain itu juga mampu bertindak kritis, tidak takut berbuat sesuatu, mempunyai kepuasan dalam melakukan aktifitasnya, percaya diri, dan mampu menerima realitas serta dapat memanipulasi lingkungan, mampu berinteraksi dengan teman sebaya, percaya diri, terarah pada tujuan, dan mampu mengendalikan diri (Monks dkk, 2006). Dewasa ini kajian terhadap isu perkembangan kemandirian pada remaja akan sangat menarik karena fenomena perkembangan kemandirian pada masyarakat, terutama kultur masyarakat timur seperti di Indonesia, sering disalahtafsirkan. Misalnya perilaku kemandirian terkadang ditafsirkan sebagai pemberontakan (rebellion) karena pada kenyataannya remaja yang memulai mengembangkan kemandirian seringkali diawali dengan memunculkan perilaku yang tidak sesuai dengan aturan keluarga. Akibatnya orangtua kurang toleran terhadap proses perolehan kemandirian yang dilakukan remaja. Tetapi dalam situasi lain orangtua

3 ternyata menginginkan remaja memiliki kemandirian, bahkan mereka berharap saat dewasa nanti tidak lagi bergantung kepada orangtua. Berdasarkan pertanyaan yang telah diajukan oleh peneliti terhadap 80 siswa sekolah menengah atas (SMA) di Boyolali pada bulan Maret tahun 2013, didapatkan hasil bahwa terdapat tanda-tanda yang belum menunjukkan perilaku mandiri, hal ini dapat dilihat dari hasil survey yang dilakukan oleh peneliti bahwa terdapat sekitar 55% remaja ketika mendapat masalah subjek lebih memilih untuk curhat pada orangtua dari pada curhat dengan teman sebaya, 91,25% remaja ketika menentukan jurusan IPA/IPS maupun jurusan kuliah harus terlebih dahulu bermusyawarah dengan orangtua, 55% remaja sulit untuk menolak permintaan teman yang mengajak bermain, meskipun saat itu subjek sedang belajar. Dari hasil survey, remaja perempuan sulung memiliki prosentase tinggi sekitar 55,7% lebih menunjukkan belum adanya perilaku mandiri dibandingkan dengan remaja laki-laki sulung, remaja laki-laki bungsu,dan remaja perempuan bungsu. Remaja laki-laki sulung memiliki prosentase gejala ketidakmandirian sekitar 52,5%, remaja laki-laki bungsu sekitar 48,3%, remaja perempuan bungsu sekitar 52,5%, sehingga remaja perempuan sulung memiliki gejala perilaku ketidakmandirian dengan prosentase tertinggi Berdasarkan fenomena perkembangan kemandirian diatas, tidak mudah bagi remaja dalam pencarian kemandirian, sebab usaha untuk memutuskan ikatan yang telah berkembang dan dinikmati dengan penuh rasa nyaman selama masa kanakkanak seringkali menimbulkan reaksi yang sulit dipahami bagi kedua belah pihak, yaitu remaja dan orangtua. Remaja sering tidak mampu memutuskan simpul-simpul

4 ikatan emosional kanak-kanaknya dengan orangtua secara logis dan objektif. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa sikap anak yang cenderung masih sangat bergantung dengan orang tua yang seharusnya pada masa perkembangan remaja sudah dapat memutuskan sendiri. Contohnya saja seperti survey yang telah dilakukan dalam hal memutuskan untuk memilih jurusan kelas, dalam hal ini seharusnya anak sudah dapat memutuskan sendiri terkait dengan kemampuannya di bidang akademik Ketidakmandirian remaja seperti yang dinyatakan di atas tentu merupakan suatu masalah bagi orang tuanya. Apalagi tidak semua orang tua memiliki kondisi yang mendukung hal tersebut. Terutama jika dilihat dari segi kondisi ekonomi atau pekerjaan orang tuanya. Bagi mereka yang orang tuanya memiliki banyak waktu mungkin bukan hal yang sulit untuk dapat memberikan banyak waktu bagi mereka. Bagi kondisi yang orang tuanya tidak memiliki banyak waktu seperti misalnya jika orang tuanya adalah seorang buruh yang pagi-pagi harus sudah bersiap-siap pergi bekerja, menyiapkan sarapan dan sebagainya, sedangkan anaknya yang seharusnya sudah dapat menyiapkan keperluanya sendiri justru masih bergantung padanya. Maka hal tersebut dapat menambah beban bagi orangtua. Melihat kenyataan ini masalah kemandirian remaja merupakan permasalahan yang penting untuk dipecahkan dan dicari solusinya. Usia remaja memang merupakan usia yang masih begitu rentan dengan segala pengaruh yang ada disekitarnya. Apalagi remaja secara psikologis, tengah berada pada masa pencarian jati diri. Hal ini terjadi karena masa remaja adalah masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa.

5 Diharapkan remaja memiliki kemandirian. Karena dengan demikian, banyak hal positif yang bisa diperoleh oleh para remaja tersebut, yaitu tumbuhnya rasa percaya diri, tidak tergantung pada orang lain, tidak mudah dipengaruhi, dan bertambahnya kemampuan berfikir secara objektif (Mu tadin, 2002). Kenyataannya, tidak semua remaja mandiri. Ketidakmandirian remaja ini tercermin dalam perilaku mereka dalam pergaulan dengan teman sebaya. Para remaja tersebut cenderung merasa tergantung pada teman sebaya yang ada dalam kelompoknya, ia tidak dapat memutuskan segala sesuatunya sendiri, misalnya dalam pemilihan jurusan atau fakultas ketika masuk sekolah atau perguruan tinggi, banyak remaja yang masih tidak dapat memutuskan sendiri universitas atau jurusan mana yang akan dipilihnya. Bahkan masih banyak ditemui orangtua yang sangat memaksakan kehendaknya untuk memasukkan putra-putrinya kejurusan yang mereka kehendaki meskipun anaknya sama sekali tidak berminat untuk masuk ke jurusan tersebut (Mu tadin, 2002). Masalah yang dihadapi anak dapat dengan mudah diatasi dengan adanya campur tangan dari orangtua, namun dengan cara seperti itu tidak akan dapat membantu anak untuk menjadi mandiri. Cara tersebut membuat anak terbiasa lari kepada orangtua dan terbiasa tergantung pada oranglain untuk membantu dalam halhal kecil sekalipun. Di sisi lain sebenarnya orangtua dapat membantu anak remajanya untuk mencapai kemandirian melalui peningkatan kebebasan dan tanggung jawab secara bertahap, yakni dimulai dengan hubungan orangtua dan anak yang berkualitas, saling mendukung, saling percaya dengan alokasi waktu yang

6 memadai sejak anak masih kecil sampai memasuki masa remaja awal (Widyarini, 2009). Banyak faktor yang mempengaruhi kemandirian diantaranya yaitu jenis kelamin dan urutan kelahiran. Laki-laki lebih mandiri dari perempuan. Perbedaan tersebut bukan karena faktor lingkungan semata akan tetapi karena orang tua dalam memperlakukan anak dalam kehidupan sehari-hari lebih cenderung memberikan perlindungan yang besar pada anak perempuan (Masrun dkk, 2000). Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suninder Tung dan Rupan Dhillon (2006) yang menunjukkan bahwa remaja laki-laki lebih mandiri dari perempuan. Hal tersebut dikarenakan perlakuan yang berbeda dari orangtua pada anak laki-laki dan perempuan. Perlakuan orangtua berbeda terhadap anak dengan urutan kelahiran yang berbeda (Bigner, 1979). Perbedaan ini juga mempengaruhi perbedaan tingkat kemandirian antar anak dengan masing-masing urutan kelahiran. Ada anggapan dimasyarakat bahwa anak bungsu selalu dimanja oleh orangtuanya sehingga menjadikannya kurang mandiri. Sementara anak sulung cenderung lebih mandiri karena dianggap sebagai panutan bagi adiknya. Anggapan ini sesuai dengan penelitian Rahmawati (2005) yang menunjukkan bahwa kemandirian remaja sulung masuk dalam kategori tinggi, sedangkan kemandirian remaja bungsu masuk dalam kategori sedang. Penelitian lain dilakukan oleh Choir (2010) menguji perbedaan kemandirian remaja sulung dan bungsu yang duduk di kelas XI SMA dan membuahkan hasil yang sama, yaitu ada perbedaan kemandirian ditinjau dari urutan kelahirannya.

7 Berdasarkan latar belakang diatas yang telah dikemukakan, bahwa kemandirian menjadi masalah dalam dunia remaja. Mengenai masalah faktor urutan kelahiran dan jenis kelamin perlu diperhitungkan, karena diketahui bahwa adanya perbedaan perlakuan orangtua kepada anak sulung, anak bungsu dan jenis kelamin. Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalahnya sebagai berikut Apakah ada perbedaan kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran dan jenis kelamin untuk menjawab pertanyaan tersebut peneliti mengajukan judul Kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran dan Jenis Kelamin. B. Tujuan Penelitian Penelitin ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Perbedaan kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran dan jenis kelamin 2. Perbedaan kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran 3. Perbedaan kemandirian ditinjau dari jenis kelamin C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran dan jenis kelamin 2. Manfaat praktis a. Bagi subjek Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta informasi bagi subjek penelitian khususnya kaitannya kemandirian ditinjau dari urutan

8 kelahiran dan jenis kelamin, sehingga subjek dapat menyadari bahwa kemandirian berperan penting dalam perkembangan kehidupan manusia. b. Bagi ilmuwan psikologi Diharapkan dapat memberi masukan bagi perkembangan psikologi khususnya psikologi pendidikan yang berkaitan dengan kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran dan jenis kelamin. c. Bagi peneliti selanjutnya Hasil peneliti ini dapat dijadikan sebagai informasi ataupun referensi dalam pengembangan ilmu psikologi pendidikan dan perkembangan khususnya berkaitan dengan kemandirian ditinjau dari urutan kelahiran dan jenis kelamin.