BAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan.

dokumen-dokumen yang mirip
Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

Apa itu CTL? M n e g n a g p a a p a h a h r a us u s C TL

II KAJIAN PUSTAKA. hasil belajar siswa meningkat (Wardani, 2008:1.4) Dalam proses pembelajaran apabila penguasaan siswa terhadap materi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning)

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

Pembelajaran Matematika Sekolah dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

FIELD STUDY: PEMBELAJARAN CONTECTUAL TEACHING LEARNING (CTL) UNTUK MATERI-MATERI FISIOGRAFIS 1

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA

LEMMA VOL I NO. 2, MEI 2015

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

YUNICA ANGGRAENI A

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Atik Sukmawati, 2013

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUALSISWA KELAS IV SDI RAI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

PEMBELAJARAN MENULIS BERBASIS PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Oleh: Ary Kristiyani. Proses belajar-mengajar merupakan kegiatan utama sekolah.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

ZULFA SAFITRI A54F100040

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda

INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2

Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata mampu. yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya,

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

tengah dikembangkan pendekatan pembelajaran dengan nama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, perubahan

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG ARTIKEL

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

BAB II PEMBELAJARAN CONTEXTUAL, PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN PECAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Ekonomi

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENGUASAAN KONSEP-KONSEP FISIKA. M. Gade ABSTRAK

Drs. H. MAHDUM MA, M.Pd. Dosen Bahasa Inggris FKIP UNRI Hp , Fax: (0761)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rasa puas ini (atau lebih tepat barangkali. membangkitkan rasa ingin tahu lebih lanjut yang memerlukan pemuas.

Metodik Didaktik Vol. 10, No. 1, Juli 2015

BAB I PENDAHULUAN. muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi

Dasar-dasar Pembelajaran Fisika

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

BAB V. Pembahasan Penelitian. PGRI 3 Tulungagung sebelum melakukan pembelajaran Contextual Teaching

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1

TITIK ARIYANI HALIMAH A

BAB V PEMBAHASAN. mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk tabel yang menggambarkan. matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Sumbergempol.

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

Staf Pengajar pada Jurusan Pendidikan Sejarah, FIS, UNY.

BAB I PENDAHULUAN. dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya

BAB II KAJIAN TEORI. dalam konteks pembelajaran di kelas menyatakan bahwa Partisipasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan pendekatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING Romi Afrizal

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL KOMPONEN QUESTIONING DAN LEARNING COMMUNITY UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

Winaika Irawati Universitas Negeri Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan wadah mencerdaskan kehidupan bangsa sebab

Transkripsi:

8 BAB II KAMAN PUSTAKA A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah Manusia. Meningkatkan kemampuan siswa merupakan upaya meningkatkan kemampuan yang dimiliki siswa dalam memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi. Depdikbud (1989) menjelaskan, "Peningkatan mempunyai arti mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan." Berdasarkan pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa siswa sebenarnya sudah memiliki kecakapan akan tetapi kecakapan atau kemampuan yang dimiliki belum maksimal sehingga perlu adanya peningkatan atau menjadikan lebih baik. Peningkatan yang diharapkan tidak hanya sekedar di berikan penjelasan tetapi siswa diajak berpartisipasi aktif dalam pemelajaran dalam mengamati, melakukan, menganalisa, berdiskusi, menemukan, dan sebagainya sehingga benar-benar kemampuan yang dimiliki meningkat sesuai harapan. Depdilkbud (1989). Menjelaskan, "Pemahaman adalah cara memahami, sedangkan peredaran darah adalah proses beredamya darah dari jantung ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung dan peredaran darah dari jantung ke paruparu kembali kejantung. Pemahaman merupakan cara memahami sesutau. Adapun yang dimaksud pemahaman dalam penelitian ini adalah cara memahami peredaran darah pada manusia termasuk hal-hal yang berhubungan dengan alat peredaran darah,

9 penyakit yang dapat mengganggu peredaran darah, dan bagaimana cara menjaga agar darah dan peredarannya tetap sehat. B. Pembelajaran Kontekstual. 1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual Depdikbud (1989:458) menjelaskan, "Konteks adalah situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian." Nur Mukminatien (2006:3) menjelaskan," Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang ada keterkaitannya antara topik atau pokok bahasan di kelas dengan kehidupan nyata. Tajuddin Thalabi (2006:1) menjelaskan: "Pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan materi dengan konteks kehidupan sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga pembelajar memiliki pengetahuan atau kecakapan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan atau konteks permasalahan lainnya". Sardiman (2003:221) menjelaskan: "Pendekatan pembelajaran kontekstual atau lebih dikenal dengan sebutan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi nyata siswa yang dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapan dalam kehidupan para siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat". Berdasarkan pendapat para ahli pendidikan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran dengan situasi yang nyata dalam kehidupan sehari-hari secara pribadi, sosial, maupun kultural sehingga pembelajaran lebih bermakna.

10 Berangkat dari konsep ini diharapkan hasil pembelajaran akan lebih mengena pada siswa. Proses pembelajaran akan berlangsung secara alamiah dalarn bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Pendekatan pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dan bagaimana cara mencapainya. Diharapakan siswa sadar bahwa yang dipelajari itu akan berguna bagi kehidupannya. Dengan demikian siswa akan memposisikan dirinya sebagai pihak yang memerlukan bekal untuk masa depannya. Tugas guru dalarn kelas dengan pendekatan pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa untuk mencapai tujuannya. Artinya guru lebih banyak berurusan dengan strategi pembelajaran daripada memberikan informasi. Selain itu tugas guru adalah mengelola kelas agar kelas menjadi kondusif untuk belajar siswa. Jadi pengetahuan atau ketrampilan itu akan ditemukan oleh siswa sendiri, bukan apa kata guru. 2. Komponen-komponen Pembelajaran Kontekstual. Hanley dalarn Nur Mu'minatien (2006:3) memperkenalkan, "Ada tujuh elemen/aspek dalam pemeblajaran kontektual yaitu Inquiry, Questioning, Constructivism, Learning Community, Authentic Assessment, Modeling, Reflection". Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan dari masing-masing komponen yaitu:

11 a. Inquiry (menemukan) Inquiry adalah siklus proses dalam membangun pengetahuan/ konsep yang bermula dari observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori. Adapun langkah-langkah dalam menemukan antara lain: 1) Merumuskan masalah 2) Mengamati atau melakukan observasi, termasuk membaca buku, dan mengumpulkan informasi. 3) Menganalisis dan menyajikan hasil karya dalam tulisan, laporan, gambar, tabel, dan sebagainya. 4) Menyajikan, mengkomunikasikan hasil karyanya di depan guru, teman sekelas atau audien yang lain. b. Questioning (bertanya) Questioning adalah kegiatan bertanya yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk mengaktifkan, mengarahkan, membimbing, dan mengevaluasi cara berpikir siswa. Sedangkan pertanyaan siswa yang digunakan selama belajar merupakan wujud keingintahuan mereka terhadap suatu hal. Kegiatan yang menuntut siswa untuk bertanya disebut inquiry-based activities, yaitu kegiatan yang dilakukan berdasarkan pertanyaan siswa. Pengetahuan yang dimiliki seseorang, umumnya tidak lepas dari aktivitas bertanya. Bertanya merupakan salah satu strategi penting dalam pembelajaran kontekstual. Bagi siswa bertanya menunjukkan ada

12 perhatian terhadap materi yang dipelajari dan ada upaya untuk menemukan jawabannya sebagai bentuk pengetahuan. Bagi guru bertanya adalah upaya mengaktifkan siswa. Dalam proses pembelajaran kontekstual, kegiatan bertanya berguna untuk: 1) Menggali informasi 2) Mengecek pemahaman siswa 3) Membangkitkan respon para siswa. 4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa 5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa. 6) Menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru 7) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa. 8) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa. c. Constructivism (konstruktivisme) Constructivism merupakan suatu aliran pembelajaran yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman barn yang didasarkan pada pengetahuan terdahulu. Teori atau aliran ini merupakan landasan bagi pendekatan pembelajaran kontekstual. Pengetahuan riil bagi siswa adalah suatu yang dibangun atau ditemukan oleh siswa itu sendiri. Jadi pengetahuan itu bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang diingat siswa, tetapi siswa merekonstruksi pengetahuan itu dan kemudaianmemberi makna melalui pengalaman nyata. Dalam hal ini siswa dilatih untuk memecahkan

13 masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergulat dengan ide-ide kemudian mampu merekonstruksikannya. Atas dasar pertimbangan itu, maka proses pembelajaran kontekstual hendaknya dikelola menjadi proses merekontruksi bukan menerima informasi atau pengetahuan dari guru. Dalam hal ini siswa akan membangun sendiri pengetahuannya melalui keterlibatan secara aktif dalam proses pembelajaran. d. Learning Community (Masyarakat BelajarlKelompok Belajar) Learning Community berupa kelompok belajar atau sekelompok komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Hasil belajar diperoleh dari sharing dengan teman, antar kelompok, dan antara yang tahu kepada yang belum tahu. Semua orang yang ada di kelas, di luar kelas, di sekitar dan diluar sekolah semua adalah anggota masyarakat belajar. Penggunaan pendekatan pembelajaran kontekstual di dalam kelas hendaknya guru melaksanakan pembelajaran secara berkelompok. Siswa dibagi beberapa kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai dapat dijadikan sebagai tutor sebaya yaitu memberi tahu temannya yang belum tahu, yang cepat menangkap dan mendorong temannya yang lambat. Inilah beberapa hal yang sebenarnya terkait dengan cooperative learning.

14 Pengembangan learning community, akan senantiasa mendorong terjadinya proses komunikasi multi arah. Masing-masing pihak yang melakukan kegiatan belajar dapat menjadi sumber belajar. Beberapa hal yang dapat diwujudkan untuk mengembangkan learning community di kelas, antara lain: 1) Pembentukan kelompok kecil 2) Pembentukan kelompok besar 3) Mendatangkan ahli di kelas (tokoh olah ragawan, dokter, bidan desa, petani, polisi, tukang kayu, pengurus koperasi dan lain-lain) 4) Bekerja dengan kelas sederajat. 5) Bekerja kelompok dengan kelas atasnya 6) Bekerja dengan masyarakat. e. Authentic Assessment (penilaian yang autentik) Authentic assessment merupakan alternatif prosedur penilaian yang menuntut siswa untuk benar-benar menunjukkan kemampuannya secara nyata (kegiatan yang menuntut siswa untuk menerapkan pengetahuannya dalam performansi yang dapat diamati). Penilaian adalah proses pengumpulan data yang memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa mengetahui bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar. Gambaran proses dan kemajuan belajar siswa perlu diketahui sepanjang proses pembelajaran. karena itu penilaian

15 tidak hanya dilakukan pada akhir periode, semester atau akhir tahun sekolah saja. Penilaian itu bukan untuk mencari informasi tentang hasil belajar siswa tetapi bagaimana prosesnya. Hal ini relevan dengan pengertian pembelajaran yang benar, yaitu ditekankan pada upaya membantu siswa bagaimana mampu mempelajari, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. oleh karena itu data yang dikumpulkan hendaknya diperoleh dari kegiatan nyata yangdikerjakan atau dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Secara rinci pelaksanaan penilaian autentik itu dapat disebutkan sebagai berikut: 1) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran. 2) Dapat digunakan sebagai nilai formatif atau sumatif 3) Yang diukur ketrampilan dan performan, bukan mengingat fakta. 4) Berkesinambungan 5) Terintegrasi. 6) Dapat digunakan sebagai feed back. Bentuk-bentuk kegiatan penilaian sebagai dasar untuk menilai prestasi dan kompetensi siswa antara lain kegiatan dan laporan, pekerjaan Rumah (PR), kuis, presentasi dan penampilan, demonstrasi, karya wisata, karya tulis, jurnal, asil tes tulis.

16 f. Modeling (pemodelan) Kegiatan modeling adalah kegiatan mendemonstrasikan suatu perbuatan agar siswa dapat mencontoh atau belajar, atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu perlu adanya model yang perlu ditiru. Model dalam hal ini bisa berupa cara mengoperasikan, cara melempar dalam olah raga, contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa asing, atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Misalnya seornag siswa dapat ditunjuk memberikan contoh temannya cara melafalkan sesuatu kata dalam bahasa arab. Atau beberapa siswa bermain drama dengan memerankan tokoh-tokoh dalam, cerita peristiwa sejarah. Permainan drama ini disaksikan oleh siswa yang lain. g. Reflecktion (refleksi) Reflection adalah kegiatan yang menuntut siswa untuk melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang sudah diketahui, dan yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempumaan/ perbaikan. Kegiatan refleksi dilakukan agar siswa mengendapkan apa-apa yang baru saja dipelajari sebagai struktur pengatahuan yang baru dan merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi

17 dirancang setiap akhir pembelajaran. Guru menyiapkan waktu untuk memberikan kesempatan bagi para siswa melakukan refleksi. Wujud dari kegiatan refleksi dikelas antara lain: 1) Pertanyaan langsung kepada siswa tentang apa-apa yang diperoleh setelah melakukan pembelajaran. 2) Catatan atau jurnal yang ada di buku siswa. 3) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu. 4) Diskusi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan hari itu. 5) Hasil karya pembelajaran saat itu. C. Media Model Alat Peredaran Darah. Media adalah alat, sedangkan model adalah tiruan. (Depdikbud 1989). Alat peredaran darah adalah hal-hal yang berkaitan dengan peredaran darah manusia, dalam hal ini adalah jantung dan pembuluh darah. Model alat peredaran darah ini dibuat sendiri oleh penulis dalam rangka memudahkan siswa untuk mengamati bagaimana proses peredaran darah pada manusia. Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan media model alat peredaran darah tersebut antara lain: Alat (gunting, amplas, hammer, ergaji triplek, tang / kakatua, kuas, pidol) sedangkan yang termasuk bahan adalah 2 meter selang transparan, lem plastik, pembagi aliran, triplek 40cm X 30 Cm, cat / kertas berwarna, klem dan paku kecil, kayu, pompa air untuk akuarium. Alat-alat tersebut kemudian dirakit sedemikian rupa sehingga membentuk model alat peredaran darah pada manusia, seperti gambar di bawah ini.

18 Gambar 1 Gambar alat Peredaran Darah D. Implementasi Pembelajaran Kontekstual dan Media Model Alat Peredaran Darah dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Peredaran Darah. Pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran dengan situasi yang nyata dalam kehidupan sehari-hari secara pribadi, sosial, maupun kultural sehingga pembelajaran lebih bermakna. Peredaran darah manusia merupakan proses mengalirnya darah dalam tubuh manusia. Peredaran darah manusia diawali dari jantung menuju seluruh tubuh kembali ke jantung dan dari jantung ke paru-paru kembali ke jantung. Untuk memahami hal tersebut siswa perlu adanya media yang sesuai, sebab tingkat perpikir siswa MI perlu adanya media sebagai jembatan dalam memahami konsep-konsep yang dipelajari.

19 Media yang digunakan dalam pembelajaran peredaran darah pada awalnya adalah gambar, tetapi penggunaan media ini, siswa belum dapat memahami materi pembelajaran secara maksimal sehingga perlu adanya media pembelajaran lain yang lebih sesuai. Media yang lebih sesuai adalah model alat peredaran darah. Model adalah alat tiruan dari bentuk aslinya. Demikian juga model peredaran darah yang digunakan adalah bentuk tiruan dari yang sesungguhnya. Sebagai implementasi dari pembelajaran kontekstual dalam pemahaman peredaran darah manusia adalah siswa dibentuk beberapa kelompok untuk mengamati model alat peredaran darah yang disajikan guru. Setelah mengamati, berdasarkan kemampuan dan pengalaman yang telah dimiliki, siswa melakukan diskusi kelompok, tanya jawab antara anggota kelompok, dan mengisi lembar kerja yang diberikan guru. Masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, sementara kelompok lain menanggapi. Dengan bimbingan guru siswa membuat kesimpulan, dan kemudian mencatatnya dalam buku catatan masing-masing. Langkah selanjutnya guru memberikan penilaian hasil belajar siswa dan refleksi terhadap apa yang telah dipelajari sehingga mengetahui apakah materi pembelajaran telah dikuasai siswa atau belum. Berdasarkan gambaran dalam uraian tersebut di atas dapat diprediksikan bahwa cara meningkatkan pemahaman siswa tentang peredaran darah manusia dengan melalui pembelajaran kontekstual dan menggunakan media model alat peredaran darah pada manusia.