PENGARUH RASIO MEDIA, RESIRKULASI DAN UMUR LUMPUR PADA REAKTOR HIBRID AEROBIK DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK

dokumen-dokumen yang mirip
A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

[Type text] BAB I PENDAHULUAN

DISUSUN OLEH TIKA INDRIANI ( ) DOSEN PEMBIMBING WELLY HERUMURTI, ST, MSc.

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR)

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI SECARA AEROBIC DAN ANOXIC DENGAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

1 Security Printing merupakan bidang industri percetakan yang berhubungan dengan pencetakan beberapa

PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) dengan Proses Aerobik-Anoksik untuk Menurunkan Nitrogen

APLIKASI ROTARY BIOLOGICAL CONTACTOR UNTUK MENURUNKAN POLUTAN LIMBAH CAIR DOMESTIK RUMAH SUSUN WONOREJO SURABAYA. Yayok Suryo P.

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI MINUMAN

PENYISIHAN ORGANIK PADA REAKTOR AEROB

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

PENENTUAN KOEFISIEN BIOKINETIK DAN NITRIFIKASI PADA PROSES BIOLOGIS LUMPUR AKTIF AIR LIMBAH (144L)

ANALISIS KINERJA AERASI, BAK PENGENDAP, DAN BIOSAND FILTER SEBAGAI PEREDUKSI COD, NITRAT, FOSFAT DAN ZAT PADAT PADA BLACK WATER ARTIFISIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI PERBANDINGAN KINERJA MEMBRAN BIOREAKTOR (MBR) DAN SUBMERGED MEMBRAN BIOREAKTOR (SMBR) PADA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) dengan Proses Aerobik-Anoksik untuk Menurunkan Nitrogen

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK

PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO

PENGARUH AERASI DAN PENCAHAYAAN ALAMI TERHADAP KEMAMPUAN HIGH RATE ALGAE REACTOR (HRAR) DALAM PENURUNAN NITROGEN DAN FOSFAT PADA LIMBAH PERKOTAAN

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya

IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR)

Effect of Aeration and Natural Light in Capability of High Rate Algae Reactor (HRAR) for Organic Matter Removal of Domestic Urban Wastewater

KINERJA DIGESTER AEROBIK DAN PENGERING LUMPUR DALAM MENGOLAH LUMPUR TINJA PERFORMANCE OF AEROBIC DIGESTER AND SLUDGE DRYER FOR SEPTAGE TREATMENT

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

BAB I. PENDAHULUAN. bioetanol berbasis tebu, baik yang berbahan baku dari ampas tebu (baggase), nira

Tembalang, Semarang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI MINUMAN RINGAN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

BAB 5 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN PROSES FILM MIKROBIOLOGIS (BIOFILM)

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

INTEGRASI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI BENANG DAN TEKSTIL MELALUI PROSES ABR DAN FITOREMOVAL MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

OLEH : WARSIDI SUDARMA ( ) PASCA SARJANA TEKNIK LINGKUNGAN ITS

PROSIDING SNTK TOPI 2012 ISSN Pekanbaru, 11 Juli 2012

Anis Artiyani Dosen Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

PENGOLAHAN AIR LIMBAH KADAR GARAM TINGGI DENGAN SISTEM LUMPUR AKTIF (The Treatment Of High Salinity Waste Water With Activated Sludge System

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)

Desain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Pusat Pertokoan Dengan Proses Anaerobik, Aerobik Dan Kombinasi Aanaerobik Dan Aerobik

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Lumpur Aktif (Activated Sludge)

;l-0ad 0\'7\ F =F/TlN

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

BAB I. PENDAHULUAN. Statistik (2015), penduduk Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,4 %

UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

EFEK AERASI DAN KONSENTRASI SUBSTRAT PADA LAJU PERTUMBUHAN ALGA MENGGUNAKAN SISTEM BIOREAKTOR PROSES BATCH

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN PROSES LUMPUR AKTIF YANG DIISI DENGAN MEDIA BIOBALL

KINERJA MEMBRAN TERENDAM DENGAN PENAMBAHAN KARBON AKTIF SEBAGAI SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK

PENURUNAN KADAR COD AIR LIMBAH INDUSTRI PERMEN DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR LUMPUR AKTIF

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) F-254

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK RUMAH SUSUN WONOREJO SECARA BIOLOGI DENGAN TRICKLING FILTER

PENURUNAN KADAR COD AIR LIMBAH INDUSTRI PERMEN DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR LUMPUR AKTIF. Titiresmi

Pengaruh Cell Residence Time (Crt) Terhadap Kualitas Efluent Pada Pengolahan Limbah Cair Sintetik Tapioka

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DEGRADASI BAHAN ORGANIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN DENGAN VARIASI WAKTU TINGGAL

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

PROSES PEMBENIHAN (SEEDING) DAN AKLIMATISASI PADA REAKTOR TIPE FIXED BED

PENGANTAR PENGOLAHAN AIR LIMBAH (1) Prayatni Soewondo, Edwan Kardena dan Marisa Handajani Prodi Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Bandung 2009

Gambar IV.21 Hubungan kondisi pengudaraan dan effluen S COD untuk ketiga reaktorr

REMOVAL COD DAN TSS LIMBAH CAIR RUMAH POTONG AYAM MENGGUNAKAN SISTEM BIOFILTER ANAEROB

PENGARUH HRT DAN BEBAN COD TERHADAP PEMBENTUKAN GAS METHAN PADA PROSES ANAEROBIC DIGESTION MENGGUNAKAN LIMBAH PADAT TEPUNG TAPIOKA

Penyisihan Kandungan Padatan Limbah Cair Pabrik Sagu Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Pada Kondisi Start-up

Pendahuluan. Prinsip Dasar. RBC (Rotating Biological Contractor) Marisa Handajani. Ukuran standar: Putaran 1,0-1,6 rpm

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

Bab I Pendahuluan. Tabel I.1. Perkembangan Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Kakao di Indonesia. No Tahun Luas Areal (Ha)

OXIDATION DITCH ALGA REACTOR DALAM PEGOLAHAN ZAT ORGANIK LIMBAH GREY WATER

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT DENGAN PROSES ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC)

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF

WASTEWATER TREATMENT AT PT. X BY ACTIVE SLUDGE ( Pengolahan Limbah Cair PT. X Secara Lumpur Aktif )

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN IPLT KOTA SEMARANG ABSTRAK

PENGGUNAAN MEMBRAN BIOREAKTOR (MBR) PADA ACTIVATED SLUDGE DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI

UJI KINERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PARTIKEL BOARD SECARA AEROBIK

PENGOLAHAN AIR LIMBAH KADAR GARAM TINGGI DENGAN SISTEM LUMPUR AKTIF

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

RBC (Rotating Biological Contractor) Marisa Handajani. Pendahuluan

PENGARUH RESIRKULASI LINDI BERSALINITAS TERHADAP LAJU DEGRADASI SAMPAH TPA BENOWO, SURABAYA

Studi Atas Kinerja Biopan dalam Reduksi Bahan Organik: Kasus Aliran Sirkulasi dan Proses Sinambung

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 4 (2015)

ANALISA KINETIKA PERTUMBUHAN BAKTERI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DARI MOLASES PADA CONTINUOUS REACTOR 3000 L

Nurandani Hardyanti *), Sudarno *), Fikroh Amali *) Keywords : ammonia, THMs, biofilter, bioreactor, honey tube, ultrafiltration, hollow fiber

UJI PERFORMANCE BIOFILTER ANAEROBIK UNGGUN TETAP MENGGUNAKAN MEDIA BIOFILTER SARANG TAWON UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH POTONG AYAM

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

Transkripsi:

31 PENGARUH RASIO MEDIA, RESIRKULASI DAN UMUR LUMPUR PADA REAKTOR HIBRID AEROBIK DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK THE EFFECT OF MEDIA RATIO, RECIRCULATION AND SLUDGE AGE AT AEROBIC HYBRID REACTOR IN ORGANIC WASTEWATER TREATMENT M. Irfa i*, Gogh Yoedihanto** dan Bowo Djoko Marsono** *Politeknik Kesehatan Banjarbaru *Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Surabaya Abstrak Untuk mendapatkan desain reaktor hibrid secara optimal perlu dilakukan pengujian dan pengkajian. Oleh karena itu dilakukan upaya optimalisasi kinerja reaktor hibrid aerobik dengan pengaturan rasio media, umur lumpur dan rasio resirkulasi. Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium. Untuk mendapatkan penyisihan bahan organik secara optimal dilakukan dengan pengaturan rasio media (%, 15%, 3% dan 45%), rasio resirkulasi (%, 25%, 5% dan 75%) serta pengaturan umur lumpur ( 1 hari dan 2 hari). Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh rasio media, rasio resirkulasi dan umur lumpur terhadap penyisihan bahan organik. Penyisihan Chemical Oxygen Demand (COD) sebesar 78,19% terjadi pada rasio media 3%, rasio resirkulasi 75% dengan umur lumpur 2 hari. Kata kunci: reaktor hibrid aerobik, rasio media, resirkulasi, umur lumpur, bahan organik. Abstract The research was aimed to obtain optimized performance of aerobic hybrid reactor. This research was performed in laboratory-scale. In order to obtain an optimal reduction of organic content, variations of media ratio (%, 15%, 3% and 45%), recirculation ratio (%, 25%, 5% and 75%) and sludge age (1 days and 2 days) were made. The result showed that media ratio, resirculation ratio and sludge age gave significant effect to organic removal. The Chemical Oxygen Demand (COD) removal rate was 78,19% which occurred at 3% media ratio, 75% recirculation ratio and sludge age of 2 day. Key word: aerobic hybrid reactor, media ratio, recirculation, sludge age, organic matters. 1. PENDAHULUAN Pengolahan air limbah secara biologis merupakan bentuk pengolahan kedua. Proses pengolahan limbah dengan cara biologis diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu pertumbuhan tersuspensi (suspended growth) dan pertumbuhan melekat (attached growth). Kedua jenis pengolahan tersebut umumnya dilakukan secara terpisah sehingga hasilnya bervariasi dan kurang memuaskan. Untuk itu perlu diupayakan pengolahan limbah secara biologis dengan menggabungkan kedua jenis pengolahan tersebut yang dinamakan reaktor hibrid. Reaktor ini mampu mereduksi bahan organik lebih tinggi dalam waktu relatif singkat. Reaktor ini juga mampu mengolah bahan organik yang sulit diolah dengan reaktor konvensional serta kemungkinan terjadi nitrifikasi sangat besar. Komposisi bakteri suspended growth maupun attached growth dalam reaktor baik jumlah maupun jenis sangat berpengaruh dalam mereduksi bahan organik air limbah. Dengan pengaturan rasio media terhadap volume reaktor, rasio resirkulasi dan pengaturan umur lumpur akan didapatkan komposisi bakteri baik jumlah maupun jenis secara tepat sesuai dengan air limbah yang diolah. Reaktor hibrid saat ini menjadi alternatif pilihan dalam mengolah limbah karena mempunyai kinerja yang lebih tinggi dan mampu menyisihkan bahan organik yang tidak mudah terurai (Chen dkk.,1997). Dengan luas permukaan biofilm 33,6 Pengaruh Rasio Media, Resirkulasi Dan Umur Lumpur Pada Reaktor Hibrid Aerobik Dalam Pengolahan Limbah Organik (M. Irfa I, Gogh Yoedihanto Dan Bowo Djoko Marsono)

32 m 2 /m 3 dan resirkulasi 1%, di dalam reaktor ini akan terjadi removal BOD overall di atas 94% dan efisiensi removal COD 65 sampai 76,8% dalam Hydraulic Retention Time (HRT) 2, 4, 6 dan 8 jam. Selain itu juga memungkinkan terjadinya proses nitrifikasi dan dihasilkan lumpur yang sedikit (Hamoda dkk., 2). Selain itu lumpur efluen reaktor hibrid dapat mudah diendapkan dan diolah, karena fraksi organik dalam lumpur lebih kecil (Muller, N. 1998). Penelitian yang dilakukan dalam reaktor dengan HRT 2 jam pada rasio resirkulasi 75% dapat menurunkan BOD 5 terlarut sebesar 8 sampai 9% dan COD sebesar 6 sampai 7% serta penyisihan NH + 4 sebesar 3 sampai 55% (Irene, 21). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh rasio media, resirkulasi dan umur lumpur pada pengoperasian reaktor hibrid aerobik fluidized media dalam mereduksi bahan organik (COD) pada air limbah. 2. METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium. Limbah buatan yang sudah diketahui kandungan COD-nya diuji coba pada reaktor hibrid aerobik. Untuk mendapatkan penyisihan secara optimal dilakukan pengaturan rasio media (%, 15%, 3% dan 45%), rasio resirkulasi (%, 25%, 5% dan 75%) serta pengaturan umur lumpur (1 hari dan 2 hari). Sedangkan parameter yang diukur adalah COD, Biological Oxygen Demand (BOD), Dissolved Oxygen (DO), Mixed Liquor Suspended Solids (MLSS), Mixed Liquor Volatile Suspended Solids (MLVSS), SVI, ph, suhu dan massa biofilm. Analisis data hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk grafik dan tabel serta dilakukan analisis statistik. Reaktor yang digunakan terdiri dari bak aerasi yang di lengkapi dengan variasi rasio media dan bak pengendap (clarifier) (Gambar 1). Media terbuat dari bahan stereo foam dan dibuat serupa bijian berbentuk dadu dengan luas permukaan 1,5 cm 2. Kriteria media dengan analisis pendahuluan didapatkan sebagai berikut: Spesifik area media 3.277,5 cm 2 /l atau 327,7 m 2 /m 3. Kapasitas air media 37 ml/l atau 37 l/m 3. Berat jenis media lebih ringan dibanding air. Berat kering media 39,99 gr/l atau 399,9 kg/m 3. Gambar 1. Skema Reaktor Penelitian Untuk rasio media 15%, diperoleh butiran sebanyak 2.164 butir dengan luas permukaan 3.246 cm 2, untuk rasio media 3% diperoleh butiran media sebanyak 4.327 butir dengan luas permukaan 6.49 cm 2 sedangkan untuk rasio media 45% didapatkan butiran sebanyak 6.491 butir dengan luas permukaan 9.736 cm 2. Reaktor ini direncanakan memiliki waktu tinggal (hydrolic loading) sekitar 2 jam, sludge loading (SL),5 m/jam dengan beban 6 mg COD/l serta debit 2,5 l/jam. Umur lumpur diatur dengan cara membuang cairan (limbah + MLSS) dari reaktor. Penetapan umur lumpur 1 hari dan 2 hari didasarkan atas kriteria dasar untuk umur lumpur Jurnal Purifikasi, Vol.4, No.1, Januari 23 : 31-36

33 activated sludge konvensional antara 4 sampai 15 hari. Pada umur lumpur 1 hari dilakukan pembuangan sebesar,25 l/jam, sedangkan umur lumpur 2 hari sebesar,125 l/jam. Untuk pengaturan resirkulasi dilakukan dengan jalan mengatur daya listrik yang diberikan pada pompa peristaltik yang sebelumnya telah dikalibrasi. Seeding dilakukan secara batch dengan memasukkan limbah simulasi ke dalam reaktor serta menambahkan lumpur aktif sebagai starter bakteri yang berasal dari instalasi pengolahan limbah PT SIER. Pada tahap ini mikroorganisme diaklimatisasi dengan konsentrasi COD 2 mg/l, 4 mg/l, 5 mg/l dan 6 mg/l. Perbandingan antara limbah dengan lumpur 1:2, kemudian diaerasi selama 1 minggu. Setiap hari, mikroorganisme diberi limbah simulasi 3 sampai 4 kali. Ketika seeding selesai dilakukan akan diperoleh kondisi steady state yaitu kondisi dimana dihasilkan efluen yang stabil. Pada media dilakukan seeding pada reaktor batch dengan tujuan menumbuhkan biofilm yang melekat pada media. Proses penumbuhan biofilm diperlukan waktu 1 sampai 2 minggu. Media ditambahkan pada reaktor dan diaerasi selama 3 hari. Setelah bakteri tumbuh pada kondisi steady state maka diteruskan proses kontinyu. Setelah kondisi reaktor stabil dimana nilai COD efluen relatif stabil, maka alat dioperasikan selama 1 sampai 12 hari. Operasional ini juga berlaku untuk semua rasio media dan rasio resirkulasi pada umur lumpur 1 hari. Setelah selesai dilanjutkan pada umur lumpur 2 hari, dengan terlebih dahulu mengganti media yang baru. Selanjutnya dilakukan pengukuran penyisihan COD. Pada saat operasi dilakukan pengukuran indikator operasi yaitu DO, ph dan suhu serta dilakukan pengukuran MLSS, MLVSS dan SVI dengan rancangan eksperimen seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rancangan Eksperimen RR A B C D c RM X Y X Y X Y X Y 1 1AX 1AY 1BX 1BY 1CX 1CY 1DX 1DY 2 2AX 2AY 2BX 2BY 2CX 2CY 2DX 2DY 3 3AX 3AY 3BX 3BY 3CX 3CY 3DX 3DY 4 4AX 4AY 4BX 4BY 4CX 4CY 4DX 4DY Keterangan : RR : Rasio Resirkulasi A:%, B:25%, C:5%, D:75% RM : Rasio Media 1:%, 2:15%, 3:3 %, 4:45%. c : Umur lumpur X: 1 hari, Y: 2 hari. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan penyisihan COD pada penambahan media dalam reaktor. Penambahan media yang berlebihan tidak menyebabkan efisiensi penyisihan menjadi baik. Peningkatan penyisihan yang optimal terjadi pada rasio media 3%, yaitu sebesar 52,45%, 55,83%, 74,44%, 77,9% dengan rasio resirkulasi berturutturut adalah %, 25%, 5%, 75% pada umur lumpur 1 hari. Pada rasio media 45% terjadi penurunan penyisihan, walaupun tidak signifikan, penyisihan terjadi sebesar 5,24%, 51,45%, 71,39%, 72,62% dengan rasio resirkulasi %, 25%, 5%, 75% pada umur lumpur yang sama, seperti terlihat pada gambar 2. Gambar 2. Pengaruh Rasio Media Dan Resirkulasi Terhadap Penyisihan COD Pada Umur Lumpur1 Hari Hal serupa juga terjadi pada pengoperasian rektor pada umur lumpur 2 hari. Penyisihan COD secara optimal terjadi pada rasio media 3% sebesar 57,26%, 62,41%, 73,94%, 78,19% dengan rasio resirkulasi %, 25%, 5%, 75%. Pada rasio media 45% terjadi juga penurunan penyisihan sebesar 57,11%, 57,92%, 69,34%, 71,95% dengan rasio resirkulasi yang sama. Hal ini terlihat pada Gambar 3. Gambar 3. Pengaruh Rasio Media Dan Resirkulasi Terhadap Penyisihan COD Pada Umur Lumpur 2 Hari Pengaruh Rasio Media, Resirkulasi Dan Umur Lumpur Pada Reaktor Hibrid Aerobik Dalam Pengolahan Limbah Organik (M. Irfa I, Gogh Yoedihanto Dan Bowo Djoko Marsono)

34 Fenomena di atas menunjukkan bahwa, penambahan media pada reaktor akan memberikan kesempatan tumbuhnya biofilm lebih banyak, sehingga akan meningkatkan jumlah MLVSS pada reaktor dan menyebabkan semakin banyak bahan organik yang terdegradasi. Meningkatnya rasio media pada reaktor juga akan berpengaruh pada Food/Microorganism (F/M) rasio. Semakin besar rasio media ditingkatkan akan berakibat pada semakin kecil F/M Rasio. Untuk melihat gambaran pengaruh media terhadap F/M rasio dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5 sebagai berikut: Gambar 4. Pengaruh Rasio Media Dan Resirkulasi Terhadap F/M Rasio Pada Umur Lumpur 1 Hari Gambar 5. Pengaruh Rasio Media Terhadap F/M Rasio Pada Umur Lumpur 2 Hari Pada gambar di atas terlihat adanya peningkatan rasio media akan diikuti dengan penurunan F/M rasio. Penurunan F/M rasio terbesar terjadi pada rasio media 3%, sedangkan penambahan media menjadi 45% tidak memberikan perubahan yang berarti pada F/M rasio. Pengaruh tersebut mengakibatkan semakin rendahnya penyisihan COD pada media 45%. Hal lain yang menyebabkan semakin rendahnya penyisihan pada media 45% adalah adanya keterbatasan oksigen terlarut yang tidak sebanding dengan jumlah mikrorganisme dan substrat yang ada. Kondisi ini mengakibatkan aktifitas biofilm dalam mendegradasi bahan organik menjadi terbatas. Banyaknya media akan memperbanyak mikroorganisme slow growing, sedangkan mikroorganisme fast growing akan berkurang. Kondisi ini juga menyebabkan kemampuan penyisihan bahan organik (COD) menurun. Hasil ini sebanding dengan penelitian lain (Muller N., 1998) yang menyatakan bahwa rasio media terhadap reaktor berkisar pada 18% sampai 28% dan dari beberapa test menunjukkan bahwa apabila rasio ditingkatkan maka purifikasi tidak berjalan dengan baik. Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa rasio media terhadap reaktor berkisar pada 16% sampai 26% (Eberhardt dkk., 1984). Efisiensi penyisihan COD ini sebanding dengan penelitian Hamoda dkk. pada tahun 1998 yang menggunakan reaktor HASFF (hybrid aerobic submerged fixed-film), dimana diperoleh efisiensi penyisihan COD sebesar 65,7% sampai 76% dengan HRT 2 sampai 8 jam. Penelitian Ouyang dkk. pada tahun 1999 menunjukkan bahwa efisiensi COD lebih kecil, yaitu sebesar 85%. Hal ini dikarenakan HRT yang digunakan lebih lama yaitu 1 sampai 12 jam dan proses biofilm dilakukan secara staging. Penelitian yang dilakukan Irene. pada tahun 2 dengan beban dan HRT yang sama diperoleh penyisihan COD sebesar 36% sampai 61,7% dengan rasio resirkulasi 25% sampai 75%. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa adanya resirkulasi akan meningkatkan penyisihan COD. Pada pengoperasian reaktor, ketika rasio resirkulasi ditingkatkan akan diikuti dengan peningkatan penyisihan COD. Pengaruh resirkulasi terhadap penyisihan COD yang dicapai pada rasio resirkulasi 75% adalah sebesar 61,35%, 68,25%, 77,9% dan 72,62% dengan rasio media secara berurutan adalah %, 15%, 3% dan 45% pada umur lumpur 1 hari. Pada umur 2 hari dengan rasio media dan rasio resirkulasi yang sama terjadi kenaikan penyisihan COD yang tidak berarti. Peningkatan rasio resirkulasi yang diikuti dengan peningkatan penyisihan COD disebabkan karena rasio resirkulasi memberikan pengaruh terhadap jumlah biomassa dalam bak aerasi. Resirkulasi juga memberikan pengaruh pada pengenceran bahan organik yang akan diolah pada reaktor. Semakin besar resirkulasi diberikan maka semakin banyak biomassa yang dikembalikan ke reaktor. Demikian pula semakin besar rasio resirkulasi semakin besar pengenceran beban yang diberikan. Jurnal Purifikasi, Vol.4, No.1, Januari 23 : 31-36

%PENYISIHAN COD %PENYISIHAN COD F/M rasio 35 Rendahnya F/M rasio disebabkan meningkatnya jumlah biomassa dalam reaktor, sedangkan konsentrasi bahan organik limbah tetap. Keadaan ini menyebabkan rasio F/M menjadi turun. Dengan jumlah biomassa yang bertambah, maka jumlah bahan organik yang didegradasi semakin banyak sehingga efisiensi penyisihan meningkat. Efisiensi penyisihan BOD lebih tinggi ± 1% dari efisiensi penyisihan COD. BOD yang dianalisis merupakan BOD soluble dari efluen reaktor. Rasio BOD/COD mengalami penurunan dari,67 untuk influen dan,16 sampai,5 untuk efluen. Umumnya rasio resirkulasi yang tinggi memberikan rasio BOD/COD efluen yang kecil. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat peningkatan penyisihan bahan organik apabila umur lumpur ditingkatkan. Namun peningkatan yang terjadi tidak berarti (Gambar 6). 9 8 7 6 5 4 3 2 1 UL1 H R.% R25% R.5% R.75% UL 2 H R % R 25% R 5% R 75% RM % RM 15% RM 3% RM 45% Gambar 6. Pengaruh Umur Lumpur Terhadap Penyisihan COD Tidak meningkatnya penyisihan bahan organik dikarenakan rendahnya kandungan oksigen terlarut (DO) yang mempunyai titik terendah,7 mg/l. Kondisi ini mengakibatkan mikroorganisme mengkonsumsi bahan organik secara terbatas. Peningkatan umur lumpur menyebabkan jumlah MLVSS dalam reaktor meningkat. Peningkatan umur lumpur akan diikuti dengan menurunnya F/M rasio (Gambar 7). 7 6 5 4 3 2 1 UL 1H R.% R 25% R 5% R 75% UL 2H R.% R 25% R 5% R 75% RM % RM 15% RM 3% RM 45% Gambar 7. Pengaruh Umur Lumpur Terhadap F/M Rasio. Penurunan F/M rasio berakibat pada peningkatan efisiensi penyisihan COD, sehingga peningkatan umur lumpur yang dilakukan juga akan menaikkan efisiensi penyisihan. Pengaruh F/M rasio terhadap bahan organik terlihat pada Gambar 8 dan 9. 85 8 75 7 65 6 55 5 45 4 35 3 25 2 15 1 5 y = -4,9196x + 71,169 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 F/M RASIO Y Predicted Y Linear (Y) Linear (Y) Gambar 8. Pengaruh F/M Rasio Terhadap Penyisihan COD Pada Umur Lumpur 1 Hari 9 8 7 6 5 4 3 2 1 y = -5,776x + 73,11 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 F/M RASIO Y Predicted Y Linear (Y) Linear (Y) Linear (Y) Gambar 9. Pengaruh F/M Rasio Terhadap Penyisihan COD Pada Umur Lumpur 2 Hari F/M rasio terendah sebesar 1,2 memberikan pengaruh penyisihan COD sebesar 77%. Sedangkan F/M rasio tertinggi terjadi pada reaktor tanpa media sebesar 6,2 yang memberikan pengaruh penyisihan sebesar 34%. Pengaruh F/M Pengaruh Rasio Media, Resirkulasi Dan Umur Lumpur Pada Reaktor Hibrid Aerobik Dalam Pengolahan Limbah Organik (M. Irfa I, Gogh Yoedihanto Dan Bowo Djoko Marsono)

36 rasio terhadap penyisihan COD pada umur lumpur 2 hari juga mengikuti pola yang sama. Hubungan antara F/M rasio terhadap persen penyisihan COD pada umur lumpur 1 hari secara matematis dapat dirumuskan Y = -4,92x + 71,17. Sedangkan untuk umur lumpur 2 hari hubungan antara F/M rasio terhadap persen penyisihan COD secara matematis dapat dirumuskan Y = -5,71x + 73,1 Soedjono, E.S. (1994). Kebutuhan Oksigen Dan Penguraian Material Organik Oleh Mikroorganisme Di Dalam CFSTR. Laporan Penelitian Teknik Lingkungan Pusat Penelitian ITS. Surabaya. 4. KESIMPULAN 1. Rasio media, rasio resirkulasi dan umur lumpur pada reaktor hibrid aerobik memberikan pengaruh sangat nyata terhadap penyisihan COD pada reaktor hibrid aerobik dengan tingkat kepercayaan 95% maupun 99%. 2. Peningkatan rasio media, resirkulasi dan umur lumpur secara optimal dicapai pada rasio media 3% dengan penyisihan COD sebesar 77,9% (R 75%, Θc 1 hari) dan 78,19% (R 75%, Θc 2 hari) pada pembebanan COD influen 6 mg/l. DAFTAR PUSTAKA. Chen, Guang-Hao, Huang, Irene M.C. dan Ju- Chang. (1997). Removal Of Rate-Limiting Organic Substance In A Hybrid Biological Reactor. Water Science And Technology, Vol. 35 (6). pp. 81-89. Irene, A.A.S. (21). Pengaruh Rasio Resirkulasi Dan Konsentrasi COD Influen Terhadap Kinerja Reaktor Hibrid Aerobik. Tesis Program Pascasarjana Teknik Lingkungan. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. Metcalf dan Eddy. (1991). Wastewater Engineering Treatment, Reuse, Disposal. Mcgraw-Hill Series In Water Resources And Environmental Engineering. Muller, N. (1998). Implementing Biofilm Carriers Into Activated Sludge Processes 15 Years Of Experience. J. Water Science And Technology. Vol. 37 (9). pp. 167-174. Ouyang, Chaio-Feui, Chuang, Shun-Hsing, Su dan Jau-Lang. (1999). Nitrogen And Phosphorus Removal In A Combined Activated Sludge- RBC Processes. ROC (A). Vol. 23 (2). pp. 181-24. Jurnal Purifikasi, Vol.4, No.1, Januari 23 : 31-36