BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBAHASAN. A. Praktek Dan Pemahaman Masyarakat Desa Pinggirsari Kecamatan Ngantru tentang Kafa ah Dalam Perkawinan

BAB II KAFA AH DALAM HUKUM ISLAM

BAB III KAFA AH DALAM PERNIKAHAN DI KELURAHAN SIDOSERMO KECAMATAN WONOCOLO SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

BAB IV. A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemberian Izin Poligami Dalam Putusan No. 913/Pdt.P/2003/PA. Mlg

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

Munakahat ZULKIFLI, MA

BAB I PENDAHULUAN. tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Dengan demikian hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Makna dari mahar pernikahan yang kadang kala disebut dengan belis oleh

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan cinta lawan jenis dan hubungan seksual sudah tertanam di dalamnya

Rasulullah SAW suri teladan yang baik (ke-86)

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN KAFA AH DALAM PERKAWINAN ISLAM DI KELURAHAN AMPEL KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan penelitian penyusun sebagaimana pembahasan pada bab. sebelumnya, selanjutnya penyusun memaparkan beberapa kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

BAB III PANDANGAN KAFA< AH DALAM PERKAWINAN MENURUT MAHASISWA FAKULTAS SYARI AH IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Poligami merupakan masalah yang kontroversial dalam Islam. Para ulama ortodoks

APAKAH ITU MAHRAM. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Menyoal Poligami dan Kendalanya Jumat, 26 Nopember 04

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB III DEFINISI IJBAR, DASAR HUKUM DAN SYARAT IJBAR. Kata ijbar juga bisa mewajibkan untuk mengerjakan. 2 Sedangkan Ijbar

Rasulullah saw. memotong tangan pencuri dalam (pencurian) sebanyak seperempat dinar ke atas. (Shahih Muslim No.3189)

BABA V PENUTUP A. KESIMPULAN. Dari beberapa penjelasan yang diuraikan di muka terhadap

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP METODE PENETAPAN KAFAAH DALAM JUKLAK NOMOR 1/II/1986

Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar FIQIH, (Jakarta:KENCANA. 2003), Hal-141. Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Ushul Fiqih, (Jakarta: AMZAH.

Barangsiapa yang dikaruniai seorang anak, lalu ia menyukai hendak membaktikannya (mengaqiqahinya), maka hendaklah ia melakukannya.

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. perkawinan, tujuan hak dan kewajiban dalam perkawinan.

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

BAB III ANALISIS. Pada dasarnya hukum islam tidak memberatkan umatnya. Akan tetapi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy-

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

Istri-Istri Rasulullah? Adalah Ibunya Orang-Orang Beriman

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. poligami yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta selama tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, sebuah tindakan yang telah disyari atkan oleh Allah SWT

SATUAN KEGIATAN LAYANAN DASAR UMUM BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA

BAB IV ANALISIS DATA. Pengetahuan tentang peran wanita. Oleh karena perbedaan fisik dan psikis, maka

BAB IV ANALISIS TENTANG PANDANGAN MAHASISWA FAKULTAS SYARI AH IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA TERHADAP KONSEP KAFA< AH DALAM PERKAWINAN

BAB V PENUTUP. A. Simpulan Perkawinan menurut Pasal 1 UU 1/1974 adalah ikatan lahir bathin

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

WASIAT WAJIBAH DAN PENERAPANNYA (Analisis Pasal 209 Kompilasi Hukum Islam)

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN WALI BAGI MEMPELAI PEREMPUAN YANG LAHIR KURANG DARI 6 BULAN DI KUA GAJAH MUNGKUR

BAB III KERANGKA TEORITIS. serangkaian kebiasaan dan nilai-nilai dari satu generasi kepada generasi

BAB IV KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MANHAJ. sama, pengambilan hukum yang dilakukan oleh lembaga Dewan Hisbah yang

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

MACAM-MACAM MAHRAM 1. MAHRAM KARENA NASAB Allah berfirman:

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP STATUS ANAK DARI PEMBATALAN PERKAWINAN

Apakah Kawin Kontrak Itu?

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG TRADISI MELARANG ISTRI MENJUAL MAHAR DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan yang bernilai ibadah adalah perkawinan. Shahihah, dari Anas bin Malik RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW

Kitab Tentang Sumpah (Qosamah), Kelompok Penyamun, Kisas Dan Diyat 1. Qasamah (sumpah)

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Allah SWT. Perkawinan adalah cara yang dipilih oleh. sebagaimana tercantum didalam Al-Qur an surat An-nur ayat 32 :

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB V PENUTUP. dapat dijerat dengan pasal-pasal : (1) Pasal 285 Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan kehidupan manusia dalam rangka menuju hidup sejahtera.

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

Tanya Jawab Edisi 3: Warisan Anak Perempuan: Syari'at "Satu Banding Satu"?

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

yuslimu-islaman. Bukti ketundukan kepada Allah SWT itu harus dinyatakan dengan syahadat sebagai sebuah pengakuan dalam diri secara sadar akan

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. poligami dalam bentuknya yang beragam telah ada dalam tahap-tahap awal dari

MBAREP DI DESA KETEGAN KECAMATAN TANGGULANGIN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1988, hlm. 104

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

992. Abdullah bin Umar r.a. berkata, "Rasulullah biasa melakukan i'tikaf pada sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan."

Perkawinan dengan Wali Muhakkam

BAB V PENUTUP. mengambil kesimpulan bahwa:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

ra>hmatan lil alami>n (rahmat bagi alam semesta). Dan salah satu benuk rahmat

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PEMAKSAAN MENIKAH MENURUT HUKUM ISLAM

HUBUNGAN SEKSUAL SUAMI-ISTRI Dr. Yusuf Al-Qardhawi. Pertanyaan:

BAB III Rukun dan Syarat Perkawinan

BAB IV. A. Analisis Tentang Kriteria Memilih Calon Menantu di Kalangan Warga. Muhammadiyah Kelurahan Semolowaru Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya

HIBAH, FUNGSI DAN KORELASINYA DENGAN KEWARISAN. O l e h : Drs. Dede Ibin, SH. (Wkl. Ketua PA Rangkasbitung)

PEMBAHASAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

BAB V PENUTUP. pertolongan sehingga berjaya menyelesaikan disertasi ini. Disertasi ini akan ditutup

SIAPAKAH MAHRAMMU? 1

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA PENDAPAT MAŻHAB ANAK LUAR NIKAH

2. Barang siapa bersumpah dengan Laata dan Uzzaa, maka hendaknya dia segera mengucapkan "laa ilaaha illallah"

BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERNIKAHAN SIRRI SEORANG ISTRI YANG MASIH DALAM PROSES PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan

Transkripsi:

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM A. Hal-Hal Yang Melatarbelakangi Paradigma Sekufu di dalam Keluarga Mas Kata kufu atau kafa ah dalam perkawinan mengandung arti bahwa perempuan harus sama atau setara dengan laki-laki. Sifat kafa ah mengandung arti sifat yang terdapat pada perempuan yang dalam perkawinan, sifat tersebut diperhitungkan harus ada pada laki-laki yang mengawininya. Kafa ah itu disyariatkan atau diatur dalam perkawinan Islami. Namun karena dalil yang mengaturnya tidak ada yang jelas dan spesifik baik dalam Al- Qur an maupun hadits nabi, maka kafa ah menjadi pembicaraan di kalangan ulama baik mengenai kedudukannya dalam perkawinan maupun kriteria apa yang digunakan dalam penentuan kafa ah itu. Oleh karena itu Rasulullah SAW. memberikan alternatif pilihan bagi seseorang yang akan melakukan perkawinan atau berumah tangga, dan agama menjadi pilihan yang dominan, di samping adanya pilihan-pilihan lain, yaitu nasab, harta, dan kecantikannya. 55

56 Dari beberapa alternatif di atas merupakan elemen-elemen yang bersifat normatif yang harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh di saat akan memilih calon suami atau calon isteri. Dengan begitu akan lebih mampu menjadikan rumah tangga sebagai sebuah surga yang dapat dinikmati anak-anak, tempat bersenang-senang bagi suami dan tempat lahan bagi anak-anak untuk menjadi orang yang baik dan utuh sehingga nantinya masyarakat dapat hidup dengan baik dan terhormat. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, dapat dinyatakan bahwa sebagian besar keluarga Mas di kelurahan Sidosermo Kecamatan Wonocolo Surabaya sangat mempertimbangkan kekufu an calon suami dan calon isteri dalam hal nasab. Menjadikan nasab sebagai kriteria kafa ah bagi keluarga Mas berarti seseorang yang dari keluarga Mas tidak diperbolehkan menikah dengan orang ajam. Perasaan menjadi anggota atau bagian warga yang berstatus tinggi dari golongan Bani Hasyim mengakibatkan adanya harapan untuk pemurnian nasab Rasulullah SAW. Dan pada umumnya kaluarga Mas ( sayyid, sayyidah) di tabuhkan menerima zakat, sodaqah maupun hadiah lain karena beranggapan bahwa bentuk pemberian tersebut merupakan harta kotor.

57 Berkaitan dengan tidak inginnya keluarga Mas ( Sayyid, Sayyidah) penerima pemberian seperti tersebut di atas, maka mereka selalu berusaha untuk menjaga keturunan secara murni melalui perkawinan keluarga Mas itu sendiri. Namun penerapan nasab atau keturunan sebagai kriteria kafa ah sebagaimana tersebut di atas hanyalah ditekankan pada wanitanya ( sayyidah). Sedangkan para laki-laki mendapatkan keleluasaan untuk mencari calon isteri dari golongan manapun tanpa memandang apakah calon isteri tersebut sekufu atau tidak dengan mereka. Karena mereka mempergunakan garis keturunan bapak (patrilineal) yaitu prinsip keturunan darah berdasarkan pihak laki-laki, sebab pihak laki-laki yang menjadi penerus famili atau pembawa nama keluarga. Bagi laki-laki yang berasal dari keluarga Mas ( sayyid) diperbolehkan menikah dengan perempuan yang bukan dari keluarga Mas, dikarenakan yang akan membawa nama keluarga adalah laki-laki (bukan yang perempuan). Sedangkan bagi seorang perempuan yang berasal dari keluarga Mas ( sayyidah) menikah dengan laki-laki yang bukan dari keluarga Mas, mereka akan menentangnya. Tetapi ada syarat-syarat tertentu bagi seorang laki-laki yang bukan dari keluarga Mas menikah dengan perempuan dari keluarga Mas (sayyidah), antara lain : 1. Seorang laki-laki itu mempunyai agama yang kuat. 2. Mempunyai pekerjaan sebagai mata pencaharian yang dimiliki seseorang untuk dapat menjamin nafkah isterinya.

58 3. Seorang laki-laki mempunyai harta sehingga harta dianggap penting bekal dikemudian hari. Adapun ulama yang menjadikan nasab dan keturunan sebagai salah salah satu satru kriteria kafa ah adalah ulama empat mazhab selain Malikiyah, karena menurut mereka kebanyakan orang Islam terutama orang Islam arab sangat fanatik dalam menjaga keturunan dan golongan mereka. Menurut ulama Hanafiyah, nasab dalam kafa ah hanya dikhususkan pada orang-orang Arab. Orang Arab terbagi atas bangsa Quraisy yang lebih tinggi kedudukannya dan Arab selain Quraisy. Maka seorang wanita Quraisy hanya sekufu dengan laki-laki Quraisy. Wanita Arab selain dari golongan Quraisy sekufu dengan laki-laki Quraisy dan laki-laki Arab selain dari golongan Quraisy. Sedangkan laki-laki ajam (selain Arab) tidak sekufu dengan wanita Arab baik dari golongan Quraisy dan golongan Quraisy. Adapun menurut ulama Syafi iyah, orang Quraisy sekufu dengan orang Quraisy lainnya kecuali dari Bani Hasyim dan Bani Muthalib karena tidak ada orang Quraisy yang sebanding dengan Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Sedangkan ulama Malikiyah berpendapat bahwa hadits yang digunakan oleh jumhur ulama tentang nasab sebagai salah satu kriteria kafa ah dianggap sebagai hadits dhaif yang bertentangan dengan hadits fi li Nabi SAW., karena beliau menikahkan kedua putrinya dengan Usman ra., menikahkan Abu al-as bin Rabi dengan Zainab, padahal Usman ra. Dan Abu al-as bin Rabi dari Bani Abdi

59 Syam, dan menikahkan anak perempuan bibinya, Zainab yang berbangsa Quraisy dengan Zaid bin Harisah seorang budak. Pada dasarnya islam mengajarkan bahwa manusia itu sama derajatnya di dunia ini. Orang kulit putih tidaklah mulia dari orang kulit hitam. Tidak ada keistimewaan khusus karena warna kulit, bangsa dan tanah air, seorang muslim tidak diperkenankan membela golongannya karena keseimbangannya dalam hal baik atau buruk dalam Al-Qur an sendiri tidak pernah mengajarkan untuk melihat seseorang calon suami atau istri dari segi nasab, kekayaan, pekerjaan, atau lainnya, hanya Allah yang membedakannya dengan nilai ketakwaan seseorang. B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Paradigma Sekufu Di Dalam Keluarga Mas Pada dasarnya dalam agama Islam tidak ada konsep kafa ah. Karena konsep tersebut tidak sesuai dengan spirit Islam. Sebab agama Islam sangat membenci adanya perbedaan antara si kaya dan si miskin, majikan dengan pekerja serta orang Arab dengan orang ajam. Konsep kafa ah ini muncul sejak zaman pra-islam. Hal ini dibuktikan dengan perkawinan tidak sekufu antara Bilal bin Rabah dengan saudara perempuan Abdurrahman bin Auf. Namun konsep tersebut dipatahkan oleh Islam, karena Islam adalah agama yang berprinsip atas persamaan diantara sesama manusia.

60 Rasulullah SAW. senantiasa mengajak pada persamaan bagi segenap umat manusia dan tidak ada seorang pun yang berhak untuk lebih istimewa dari yang lainnya. Oleh karena itu perlu adanya telaah kritis terhadap fiqh oleh generasi Islam sehingga tercermin prinsip-prinsip Islam yang diantaranya adalah persamaan dan keadilan. Adapun alasan-alasan yang menyebabkan timbulnya paradigma sekufu di dalam keluarga Mas di kelurahan Sidosermo Kecamatan Wonocolo Surabaya antara lain : 1. Menjaga kemurnian nasab Dari hasil wawancara yang diperoleh menurut mereka orang-orang Arab yang berasal dari Bani Quraisy yang merupakan Bani Nabi Muhammad SAW. (Bani Hasyim) itu lebih mulia dan terhormat kedudukannya daripada orang ajam karena mereka adalah keturunan Rasulullah SAW, manusia yang paling mulia di muka bumi ini. Dan kehormatan ini harus dijaga dan dilestarikan agar tidak bercampur dengan orang-orang ajam sehingga kemurnian nasab Rasulullah SAW. Akan terjaga sampai kiamat. Dalam Islam kehormatan seseorang dinilai dari ketakwaannya kepada Allah SWT. dan Rasulullah SAW., tidak dinilai dari nasab. Karena masyarakat sendirilah yang membedakan seseorang itu dilihat dalam hal nasab.

61 2. Mentaati ajaran agama Dari hasil wawancara yang diperoleh mereka menyetujui dan menerapkan konsep kafa ah karena untuk mentaati ajaran agama. Karena menurut mereka taat dan menjalankan agama adalah kewajiban bagi semua manusia. Taat atas ajaran agama Islam adalah merupakan suatu kewajiban bagi semua manusia jika memang beragama Islam yang ajaran-ajarannya terdapat dalam Al-Qur an dan hadits benar-benar memerintahkan hal tersebut. Namun jangan sampai seseorang salah dalam memperoleh pengetahuan tentang ajaran-ajaran Islam dan hendaklah ia dapat memilih antara yang benar-benar ajaran Islam dan yang bukan. Untuk itu perlu adanya kajian yang terus-menerus terhadap ajaranajaran Islam sehingga pengetahuan, pemahaman dan tindakan itu benar-benar mencerminkan ajaran Islam yang dikehendaki oleh syari ah. Agama Islam sangat menganjurkan umatnya untuk melakukan perkawinan karena banyaknya keutamaan yang diperoleh baik oleh orang yang melakukannya, keluarganya dan masyarakat. Diantara keutamaan tersebut adalah adanya pemenuhan dan penyaluran hasrat seksual sehingga menghindarkan seseorang tersebut berbuat zina dan perkawinan menjadi wajib hukumnya bila seseorang itu menjadi khawatir terjerumus dalam perbuatan yang sangat dilarang oleh syari at seperti melakukan zina.

62 Oleh karena itu keluarga Mas di kelurahan Sidosermo kecamatan Wonocolo Surabaya perlu mengkaji ulang paradigma mereka tentang penggunaan nasab sebagai kriteria kafa ah dalam perkawinan. Hal ini dapat mengakibatkan renggangnya hubungan antara keluarga Mas dengan orang ajam yang berada disekitar mereka, sebab keluarga Mas menganggap bahwa mereka adalah keturunan orang suci yang kedudukannya di masyarakat lebih tinggi daripada orang ajam. Sah-sah saja kalau mereka menganggap dirinya sebagai orang yang berasal dari benih pilihan, tetapi di hadapan Allah SWT tidak ada perbedaan yang menonjol kecuali karena takwanya.