NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

dokumen-dokumen yang mirip
PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

HUBUNGAN KEPEMILIKAN JAMBAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA JATISOBO KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh : JONATHAN EKO A J FAKULTAS KEDOKTERAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENATALAKSANAAN DIARE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUCANGSAWIT SURAKARTA

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA RANOWANGKO KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA TAHUN

Predictor Factors Related Diarrhea Incidence on Children Age 0-3 Years

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN INFEKSI RESPIRATORIK AKUT (IRA) BAGIAN BAWAH PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI RSUD SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR

HUBUNGAN KOMPONEN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS NIKI-NIKI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan berpotensial untuk mempengaruhi kesehatan (WHO, 1948)

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh : Ratna Diani Kusumasari J

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE DI KELURAHAN GOGAGOMAN KECAMATAN KOTAMOBAGU BARAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI KELUARGA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA ANAK BALITA DI PUSKESMAS KARTASURA SKRIPSI

ANALISIS DISTRIBUSI PENYAKIT DIARE DAN FAKTOR RESIKO TAHUN 2011 DENGAN PEMETAAN WILAYAH DI PUSKESMAS KAGOK SEMARANG

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

Dewiarti AN, Wahyuni A, Dewi AM Faculty of Medicine Lampung University. Keywords: Diarrhea, education, knowledge, mother, prevention

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

Bela Bagus Setiawan 1 Rochman Basuki 2

PERBEDAAN. NASKAH an. Diajukan oleh : J FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

PERBEDAAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA YANG MENGKONSUMSI AIR SUMUR MASAK DENGAN AIR MINUM DALAM KEMASAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUCANGSAWIT SURAKARTA


*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

Analisis Sarana Dasar Kesehatan Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

KEJADIAN DIARE PADA BALITA DITINJAU DARI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN RUMAH TANGGA DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN KARANG TENGAH KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN FREKUENSI TERJADINYA DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAJAH I KABUPATEN DEMAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dan tempat umum, air dan udara bersih, teknologi, pendidikan, perilaku terhadap upaya kesehatan (Depkes RI, 2009).

Riki Nur Pratama. Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro

Reni Halimah Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Lampung

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

Diajukan Oleh : PUTRI RAHMITASARI J

FAKTOR LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA SUMBER BENING KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN NGAWI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

UNIVERSITAS UDAYANA PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 6 12 BULAN DI PUSKESMAS KUTA SELATAN TAHUN 2012

HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH DAN PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA BENA NUSA TENGGARA TIMUR

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 2-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN SIKAP PEMBERIAN ASI EKSLKLUSIF DI WILAYAH PUSKESMAS KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Campak merupakan penyakit pernafasan yang mudah menular yang

Keywords: Diarrhea, Defecate, Kuningan Village

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KECAMATAN BELAWA KABUPATEN WAJO TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. dihuni. Kualitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan melihat aspek-spek

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PROGRAM ODF (OPEN DEFECATION FREE) DENGAN PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

: DESI SETIYANI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyakit yang sangat umum dijumpai di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

Identitas Responden 1. Nomor Responden : 2. Nama : 3. Jenis Kelamin : 4. Umur : 5. Pendidikan Terakhir : 6. Pekerjaan :

HUBUNGAN ANTARA USIA AWAL PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI 0-12 BULAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI

HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA IBU BEKERJA DI KELURAHAN WIROGUNAN KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KARAKTERISTIK IBU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

Transkripsi:

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN DIARE BALITA PADA KELOMPOK MASYARAKAT YANG SUDAH MEMILIKI JAMBAN KELUARGA DENGAN KELOMPOK MASYARAKAT YANG BELUM MEMILIKI JAMBAN KELUARGA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J500110039 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

ABSTRAK PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN DIARE BALITA PADA KELOMPOK MASYARAKAT YANG SUDAH MEMILIKI JAMBAN KELUARGA DENGAN KELOMPOK MASYARAKAT YANG BELUM MEMILIKI JAMBAN KELUARGA Januariska Dwi Yanottama Anggitasari, Bambang Soebagyo, Yusuf Alam Romadhon Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Latar Belakang: Diare masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada balita. Rendahnya angka kepemilikan jamban keluarga yang memenuhi syarat sehat adalah salah satu risiko penyebab diare. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan angka kejadian diare balita pada kelompok masyarakat yang sudah memiliki jamban keluarga dengan kelompok masyarakat yang belum memiliki jamban keluarga. Metode: Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan menggunakan metode cross sectional di wilayah kerja Puskesmas Grogol Kabupaten Sukoharjo. Besar sampel adalah 60 responden. Data Kepemilikan jamban dan kejadian diare diperoleh dari kuesioner. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square. Hasil: Proporsi balita yang mengalami diare pada kelompok masyarakat yang sudah memiliki jamban yaitu 10 balita dan pada kelompok masyarakat belum memiliki jamban yaitu 18 balita. Analisis statistik menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai X 2 = 4,286 dan nilai p=0,038 (p<0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna angka kejadian diare balita pada kelompok masyarakat yang sudah memiliki jamban keluarga dengan yang kelompok masyarakat yang belum memiliki jamban keluarga. Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang bermakna antara angka kejadian diare balita pada kelompok masyarakat yang sudah memiliki jamban keluarga dengan kelompok masyarakat yang belum memiliki jamban keluarga. Kata Kunci: Kepemilikan jamban keluarga, angka kejadian diare balita

ABSTRACT THE DIFFERENCE OF DIARRHEA INCIDENT AMONG CHILDREN UNDER FIVE YEARS IN THE COMMUNITY WHO HAVE FAMILY TOILET WITH COMMUNITY WHO DO NOT HAVE FAMILY TOILET Januariska Dwi Yanottama Anggitasari, Bambang Soebagyo, Yusuf Alam Romadhon Medical Faculty of Muhammadiyah University of Surakarta Background: Diarrhea is a major cause of morbidity and mortality in infants. The low number of healthy family toilet is a risk of causing diarrhea. Objective: To determine the difference of diarrhea incident among children under five years in the community who have family toilet with community who do not have family toilet. Methods: This study is an analytical observational research using cross-sectional approach in public health service working area of Grogol Sukoharjo with 60 samples. Family toilet ownership data and diarrhea incidence data got from questionnaire. Analytic statistic used Chi-Square test. Results: The proportion of children who had diarrhea in the community who have family toilet is 10 and in the community who do not have family toilet is 18. Based on Chi-Square analytical statistic is obtained X 2 value = 4,286 and p value = 0,038 (p<0,05) that means there is a difference of diarrhea incident among children under five years in the community who have family toilet with community who do not have family toilet. Conclusion: There is a difference of diarrhea incident among children under five years in the community who have family toilet with community who do not have family toilet. Key Words: Family toilet ownership, diarrhea incidence among children

PENDAHULUAN Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita diare apabila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Irawan, 2013). Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian. Hampir seluruh daerah geografis dunia dan semua kelompok usia diserang diare, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama didapatkan pada bayi dan anak balita (Umiati et al., 2010). Di Indonesia, pada tahun 2013 insiden diare pada balita masih cukup tinggi yaitu 5,2 persen. Lima provinsi tertinggi yang memiliki insiden diare pada balita adalah Aceh (9%), Papua (6,8%), DKI Jakarta (6,7%), Banten (6,3%) dan Jawa Barat (6,1%). Jawa Tengah masih termasuk provinsi yang memiliki insiden tinggi diare pada balita yaitu 5,4 persen dengan cakupan penemuan dan penanganan diare tahun 2012 sebesar 42,66 persen (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), 2014; Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (Dinkes Jateng), 2013). Faktor risiko yang sangat berpengaruh untuk terjadinya diare pada balita yaitu faktor lingkungan dan perilaku hidup sehat dalam keluarga. Salah satu unsur faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia adalah rumah, oleh karena itu rumah harus memenuhi kriteria sebagai rumah sehat (Sinthamurniwaty, 2006; Putranti & Sulistyorini, 2013). Di antara syarat rumah sehat adalah harus memenuhi sarana kesehatan lingkungan yaitu penyediaan air bersih, pembuangan kotoran, pembuangan air limbah, dan pembuangan sampah. Pembuangan kotoran dalam hal ini pembuangan tinja atau ekskreta manusia merupakan bagian yang penting dari sanitasi lingkungan (Putranti & Sulistyorini, 2013). Pembuangan tinja harus memenuhi persyaratan sanitasi untuk mengisolir tinja. Tujuannya adalah mencegah terjadinya hubungan langsung maupun tidak langsung antara tinja dengan manusia dan mencegah terjadinya penularan Faecal

Borne Diseases dari penderita kepada orang sehat maupun pencemaran lingkungan pada umumnya. Maka dari itu, kepemilikan jamban sendiri dalam keluarga menjadi hal yang penting diperhatikan (Putranti & Sulistyorini, 2013). Proporsi rumah tangga di Indonesia yang menggunakan fasilitas buang air besar (BAB) atau jamban milik sendiri didapati 76,2%, milik bersama sebanyak 6,7% dan fasilitas umum 4,2%. Masih terdapat rumah tangga yang tidak memiliki jamban atau BAB sembarangan sebesar 12,9% (Riskesdas, 2013). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo menyebutkan bahwa pada tahun 2010 kepemilikan jamban sendiri dalam rumah tangga masih sebesar 66% dari total keseluruhan rumah tangga. Kecamatan yang masih banyak rumah tangga belum memiliki jamban sendiri adalah kecamatan Gatak (49,2%), Polokarto (41,5%), Grogol (41,3%), Bulu (41,3%), dan Sukoharjo (41,1%) (Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo (DKK Sukoharjo), 2011). Berdasarkan hasil penelitian Umiati et al. (2010) tentang hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita, diketahui bahwa ada hubungan bermakna antara terjadinya diare pada balita dengan sumber air bersih, kepemilikan jamban dan jenis lantai rumah. Keluarga yang memiliki sumber air bersih tidak terlindungi, jenis lantai rumah yang tidak kedap air dan belum memiliki jamban sendiri akan meningkatkan terjadinya diare pada balita. Hasil penelitian lain dari Putranti dan Sulistyorini (2013) tentang hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare di kabupaten Tuban didapatkan adanya hubungan antara pemanfaatan jamban dengan kejadian diare, yaitu pemanfaatan jamban berpotensi untuk menurunkan risiko terjadinya diare. Dengan memperhatikan data-data tersebut diatas dimana angka kepemilikan jamban keluarga masih rendah dan insiden diare balita masih tinggi, peneliti ingin melakukan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan angka kejadian diare balita pada kelompok masyarakat yang sudah memiliki jamban keluarga dengan angka kejadian diare balita pada kelompok masyarakat yang belum memiliki jamban keluarga.

Rumusan Masalah Apakah ada perbedaan angka kejadian diare balita pada kelompok masyarakat yang sudah memiliki jamban keluarga dengan angka kejadian diare balita pada kelompok masyarakat yang belum memiliki jamban keluarga? Tujuan Penelitian Untuk mengetahui perbedaan angka kejadian diare balita pada kelompok masyarakat yang sudah memiliki jamban keluarga dengan angka kejadian diare pada kelompok masyarakat yang belum memiliki jamban keluarga. METODE PENELITIAN Penelitian analitik observasional secara cross sectional dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Grogol Sukoharjo pada bulan Januari 2015. Subjek penelitian adalah seluruh balita di wilayah kerja Puskesmas Grogol Sukoharjo. Kriteria inklusi: 1) Semua balita yang berrtempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Grogol Sukoharjo. 2) Semua balita yang datang ke Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Grogol Sukoharjo selama pelaksanaan penelitian. 3) Balita dengan status gizi baik. 4) Balita yang tidak sedang menjalani ASI Eksklusif. 5) Bersedia menjadi subjek penelitian. Kriteria eksklusi: 1) Balita yang bertempat tinggal di rumah yang bukan merupakan rumah tinggal menetap di wilayah kerja Puskesmas Grogol sukoharjo. 2) Bayi (0-6 bulan) yang sedang menjalani ASI Eksklusif. 3) Balita dengan status gizi buruk. 4) Tidak bersedia menjadi subjek penelitian. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL 1. Kejadian diare balita Diare yang dialami oleh balita dengan buang air besar lembek, cair lebih dari tiga kali sehari dengan atau tidak disertai lendir darah dalam 3 bulan terakhir. 2. Kepemilikan jamban Sarana yang digunakan untuk buang air besar yang dimiliki oleh subjek penelitian, lubang leher angsa dan dilengkapi tangki septik yang terpendam.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan Januari 2015 didapatkan data sebanyak 60 responden sebagai subjek penelitian dengan 30 responden memiliki jamban dan 30 responden tidak memiliki jamban. Hasil penelitian selengkapnya adalah sebagai berikut: Karakteristik Subjek Penelitian Tabel 1. Frekuensi balita berdasarkan umur Umur balita Balita n % 0,5-1,5 tahun 12 20 1,6-3,5 tahun 38 63,3 >3,5 tahun 10 16,7 Total 60 100 Berdasarkan Tabel 1, didapatkan balita pada kelompok umur 0,5-1,5 tahun sebanyak 12 balita, kelompok umur 1,6-3,5 tahun sebanyak 38 balita dan kelompok umur >3,5 tahun sebanyak 10 balita. Tabel 2. Frekuensi balita berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin Balita n % 1. Laki-laki 26 43,3 2. Perempuan 34 56,7 Total 60 100 Pada Tabel 2, ditunjukkan bahwa balita yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 26 balita dan balita yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 34 balita.

Tabel 3. Frekuensi balita berdasarkan kepemilikan jamban Kepemilikan jamban Balita n % Ya 30 50 Tidak 30 50 Total 60 100 Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa balita yang berada dalam keluarga yang memiliki jamban dan keluarga yang belum memiliki jamban masing-masing sebanyak 30 balita. Presentase masing-masing berdasarkan kepemilikan jamban adalah 50%. Tabel 4. Frekuensi balita berdasarkan kejadian diare Kejadian diare Balita N % 1. Diare 28 46,7 2. Tidak diare 32 53,3 Total 60 100 Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa kejadian diare pada balita, yaitu dari 60 balita sebanyak 28 balita mengalami diare dan 32 balita tidak mengalami diare. Analisis Statistik Kepemilikan jamban Tabel 5. Hasil Uji Chi-Square Kejadian diare Diare Tidak diare n % n % Memiliki 10 35,7 20 62,5 4,286 0,038 Tidak 18 64,3 12 37,5 memiliki Total 28 100,0 32 100,0 X 2 p

Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa dari 30 orang responden yang memiliki jamban ada 10 balita yang terkena diare dan 20 balita yang tidak terkena diare, sedangkan dari 30 orang responden yang tidak memiliki jamban ada 18 balita yang terkena diare dan 12 balita yang tidak terkena diare. Hasil pengujian dengan Chi-Square menunjukkan nilai X 2 = 4,286 dan nilai p = 0,038. Nilai p tersebut adalah lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka kesimpulannya adalah ada perbedaan yang bermakna antara angka kejadian diare balita pada kelompok masyarakat yang sudah memiliki jamban keluarga dengan kelompok masyarakat yang belum memiliki jamban keluarga di wilayah kerja Puskesmas Grogol Kabupaten Sukoharjo. PEMBAHASAN Pada kelompok masyarakat yang belum memiliki jamban keluarga jelas terlihat banyak balita yang mengalami diare. Kejadian diare timbul pada balita responden karena responden belum memiliki jamban keluarga yang dipakai oleh keluarga responden tersebut. Kebanyakan responden menggunakan jamban secara bersama-sama dengan keluarga lain atau memiliki jamban namun tidak memiliki tangki septik yang dipendam, dengan kata lain pembuangan langsung dialirkan ke sungai. Hal ini sangat bertentangan dengan syarat jamban yang sehat, yaitu tidak mencemari sumber air minum, tidak mencemari tanah di sekitarnya, tidak mengotori air permukaan di sekitarnya, serta kotoran tidak terbuka sehingga mudah dijamah serangga dan tikus (Notoatmodjo, 2003; Depkes RI, 2007). Pembuangan kotoran atau tinja tidak pada tangki septik atau dialirkan langsung ke sungai akan membuat kotoran menjadi terbuka dan mudah dijamah oleh serangga. Sebagaimana diketahui, serangga merupakan salah satu faktor penularan diare. Jika kotoran atau tinja terjamah serangga dan serangga akan kontak langsung dengan makanan dan minuman atau kontak tidak langsung dengan benda-benda lain, akan memicu terjadinya penularan secara faecal-oral diare (Soebagyo, 2008). Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya diare balita adalah kebiasaan ibu dalam berperilaku bersih dan sehat. Kebiasaan ibu mencuci tangan sebelum

menyiapkan makanan untuk balita berpengaruh terhadap kejadian diare. Ibu yang tidak mencuci tangannya sebelum menyiapkan makanan balita akan menyebabkan adanya kontak langsung kotoran-kotoran dan agen infeksius yang ada pada tangan kepada makanan untuk balita, sehingga diare dapat menular sesuai dengan prinsip penularan faecal-oral (Tsusu and Azizah, 2013). KESIMPULAN Ada perbedaan yang bermakna antara angka kejadian diare balita pada kelompok masyarakat yang sudah memiliki jamban keluarga dengan kelompok masyarakat yang belum memiliki jamban keluarga. SARAN 1. Diharapkan Puskesmas dapat melakukan peningkatan program pengadaan jamban keluarga pada semua kelompok masyarakat guna mengurangi risiko terjadinya penularan diare pada balita. 2. Diharapkan masyarakat dapat merubah kebiasaan menggunakan jamban bersama-sama keluarga lain, yaitu dengan membangun jamban keluarga sendiri yang memiliki tangki septik yang dipendam sehingga pembuangan tidak dialirkan langsung ke sungai 3. Diharapkan jika peneliti selanjutnya melakukan penelitian dengan tema yang sama dengan penelitian ini hendaknya mempertimbangkan metode penelitian dengan menggunakan cohort untuk lebih menyingkirkan adanya faktor-faktor perancu penelitian serta diharapkan penelitian dilakukan pada populasi yang lebih luas. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI, 2007. Rumah tangga sehat dengan PHBS. Surabaya: Dinas Kesehatan Jawa Timur. Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, 2011. Profil Kabupaten Sukoharjo 2011.http://dkk.sukoharjokab.go.id/download/profil/PROFIL%20KAB%2 0SUKOHARJO%202011.pdf

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KES_PROVINSI_2 012/13_Profil_Kes.Prov.JawaTengah_2012.pdf. Diakses : 5 Agustus 2014 Irawan, Alfa Yosi, 2013. Hubungan antara Aspek Kesehatan Lingkungan dalam PHBS Rumah Tangga dengan Kejadian Penyakit Diare di Kecamatan Karangreja Tahun 2012. Unnes Journal of Public Health. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/view/3537/3178 Diakses : 8 Agustus 2014 Kementerian Kesehatan RI, 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Putranti, Dya CMS dan Sulityorini L., 2013. Hubungan antara Kepemilikan Jamban dengan Kejadian Diare di Desa Karangagung Kecamatan Palang Kabupaten Tuban. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 7(1):54-63 Sinthamurniwaty, 2006. Faktor-faktor Risiko Kejadian Diare Akut pada Balita (Studi Kasus di Kabupaten Semarang. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Thesis Soebagyo, B., 2008. Diare Akut Pada Anak. Surakarta : UNS Press. Tsusu, S. A. and Azizah, R., 2013. Hbungan Sanitasi Dasar Rumah Tangga dan Perilaku Ibu Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Bena Nusa Tenggara Timur. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 7(1):1-6. Umiati, Badar K., Dwi A., 2010. Hubungan antara Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Balita. http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitsream/handle/123456789/2310/5.%20u MIATI.pdf?sequence=1