JURNAL REKAYASA PROSES

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber energi fosil yang semakin menipis, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Peruraian anaerobik (anaerobic digestion) merupakan salah satu metode

BAB I. PENDAHULUAN. bioetanol berbasis tebu, baik yang berbahan baku dari ampas tebu (baggase), nira

HASIL DAN PEMBAHASAN

Degradasi Substrat Volatile Solid pada Produksi Biogas dari Limbah Pembuatan Tahu dan Kotoran Sapi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BIOGAS FROM SOLID WASTE OF TOFU PRODUCTION AND COW MANURE MIXTURE: COMPOSITION EFFECT

DAFTAR ISI. PERNYATAAN KATA PENGANTAR...

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. Statistik (2015), penduduk Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,4 %

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

LAPORAN PENELITIAN BIOGAS DARI CAMPURAN AMPAS TAHU DAN KOTORAN SAPI : EFEK KOMPOSISI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan salah satu produk

Keywords : Anaerobic process, biogas, tofu wastewater, cow dung, inoculum

Pengaruh Penambahan Vermiculite Termodifikasi Cu 2+ sebagai Media Imobilisasi Bakteri Anaerob pada Produksi Biogas terhadap Parameter Kinetika

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR INDUSTRI BIOETANOL MELALUI PROSES ANAEROB (FERMENTASI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

Evaluasi Waktu Start Up pada Proses Peruraian Stillage secara Anaerobik Menggunakan Reaktor Fixed Bed dengan Zeolit sebagai Media Imobilisasi

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGARUH HRT DAN BEBAN COD TERHADAP PEMBENTUKAN GAS METHAN PADA PROSES ANAEROBIC DIGESTION MENGGUNAKAN LIMBAH PADAT TEPUNG TAPIOKA

SCIENTIFIC CONFERENCE OF ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY IX

SKRIPSI PERFORMANSI DIGESTER BIOGAS DENGAN CO SUBSTRAT LIMBAH KELAPA MUDA DAN INOKULUM KOTORAN SAPI. Oleh : Kadek Leo Adi Guna

Studi Atas Kinerja Biopan dalam Reduksi Bahan Organik: Kasus Aliran Sirkulasi dan Proses Sinambung

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PEMBUATAN ETANOL DARI SAMPAH PASAR MELALUI PROSES PEMANASAN DAN FERMENTASI BAKTERI Zymomonas mobilis

PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Penambahan Kotoran Sapi Perah Terhadap Nilai ph

Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam

Pengolahan Limbah Cair Tahu secara Anaerob menggunakan Sistem Batch

LAMPIRAN A METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

PRAKATA. Semarang, Januari Penyusun. iii

Seeding dan Aklimatisasi pada Proses Anaerob Two Stage System menggunakan Reaktor Fixed Bed

PRODUKSI BIOGAS DARI LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DENGAN BIOKATALIS EFFECTIVE MICROORGANISMS 4 (EM-4)

LAPORAN AKHIR MODIFIKASI DIGESTER UNTUK PRODUKSI BIOGAS DARI AIR LIMBAH INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT SECARA BATCH

APLIKASI THERMAL PRE-TREATMENT LIMBAH TANAMAN JAGUNG (Zea mays) SEBAGAI CO-SUBSTRAT PADA PROSES ANAEROBIK DIGESTI UNTUK PRODUKSI BIOGAS

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik. Oleh: DWI RAMADHANI D

PENGARUH PENGADUKAN DAN VARIASI FEEDING

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF

ANALISA KINETIKA PERTUMBUHAN BAKTERI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DARI MOLASES PADA CONTINUOUS REACTOR 3000 L

LAMPIRAN A DATA HASIL ANALISA

SISTEM DAN METODE UNTUK MEMPERCEPAT LAJU PRODUKSI BIOGAS DARI LIMBAH TAPIOKA DAN LIMBAH PETERNAKAN

Potensi Biogas dari Pemanfaatan Janur dengan Penambahan Inokulum Kotoran Sapi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kita pada krisis energi dan masalah lingkungan. Menipisnya cadangan bahan

Pencernaan Campuran Limbah Vinase dan Limbah Cair Tahu untuk Meningkatkan Produksi Biogas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KINERJA DIGESTER BIOGAS BERDASARKAN PARAMETER OKSIGEN BIOGAS DIGESTER PERFORMANCE ANALYSIS BASED ON OXYGEN PARAMETER

ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

JURNAL REKAYASA PROSES. Pengaruh Kadar Air Umpan dan Rasio C/N pada Produksi Biogas dari Sampah Organik Pasar

Penyisihan Kandungan Padatan Limbah Cair Pabrik Sagu Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Pada Kondisi Start-up

Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob

PENGARUH PENAMBAHAN LEACHATE PADA PROSES PENGOMPOSAN DOMESTIC BIOWASTE SECARA ANAEROB

Presentasi Tugas Akhir. Hubungan antara Hydraulic Retention Time (HRT) dan Solid Retention Time (SRT) pada Reaktor Anaerob dari Limbah sayuran.

SNTMUT ISBN:

PEMBUATAN BIOGAS dari LIMBAH PETERNAKAN

1. Limbah Cair Tahu. Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output. Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg. Tahu 80 kg. manusia. Proses. Ampas tahu 70 kg Ternak

DEGRADASI BAHAN ORGANIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN DENGAN VARIASI WAKTU TINGGAL

STUDI KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DARI RUMAH MAKAN SEBAGAI PRODUKSI ENERGI DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA

Adelia Zelika ( ) Lulu Mahmuda ( )

ASIDOGENESIS LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT PADA KONDISI AMBIENT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengelolaan Limbah Hasil Pertanian

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

PENGARUH PERBANDINGAN PERSENTASE VOLUME STARTER DALAM PEMANFAATAN POME MENJADI BIOGAS PADA DIGESTER LIMAS TERPACUNG SECARA BATCH

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

PENGARUH SIRKULASI TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DARI KOTORAN SAPI DENGAN BIOREAKTOR LITER

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

HASIL DAN PEMBAHASAN

I Putu Gde Suhartana Kajian Proses Fermentasi Sludge

3. METODE PENELITIAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

LAMPIRAN A PROSEDUR PENELITIAN

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah

Irawati, M. D. F., Sudarno )*, Hadiwidodo, M )* * Dosen Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro

PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

PROSES SEEDING DAN AKLIMATISASI UNTUK PENGOLAHAN ANAEROB LIMBAH CAIR PRODUKSI MINYAK SAWIT Alfi Syahrin 1) ; David Andrio 2) ; Nina Veronika 3)

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR)

Arif Hidayat, Khamdan Cahyari, dan Dyah Retno Sawitri

Evaluasi Waktu Start Up pada Proses Peruraian Limbah Stillage secara Anaerobik Menggunakan Reaktor Fluidized Bed

I. PENDAHULUAN. tanaman yang mengandung mono/disakarida (tetes tebu dan gula tebu), bahan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

PENGARUH PENAMBAHAN AMPAS KELAPA DAN KULIT PISANG TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

Pengaruh Laju Pembebanan Organik terhadap Produksi Biogas dari Limbah Cair Sagu Menggunakan Bioreaktor Hibrid Anaerob

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah perlunya usaha untuk mengendalikan akibat dari peningkatan timbulan

Transkripsi:

JURNAL REKAYASA PROSES Volume 11 No.1, 2017, hal.36-42 Journal homepage: http://journal.ugm.ac.id/jrekpros Pengaruh Penambahan Zeolit Alam Termodifikasi sebagai Media Imobilisasi Bakteri terhadap Dekomposisi Material Organik secara Anaerob Melly Mellyanawaty 1, Chandra Wahyu Purnomo 2 dan Wiratni Budhijanto 2, * 1 Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya Jl. Tamansari Km. 2,5, Mulyasari, Tasikmalaya 46196 2 Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2 Kampus UGM, Yogyakarta, 55283 *Alamat korespondensi: wiratni@ugm.ac.id Submisi: 23 Juni 2017; Penerimaan: 10 Juli 2017 A B S T R A C T This study aims to determine the effect of modified natural zeolite as microbial immobilization medium for anaerobic decomposition of organic materials. The modification was Fe 2+ impregnation into the ring-shaped zeolite. Three different concentrations of Fe 2+ solution were used to impregnate the zeolite, i.e. 10 mg/l, 100 mg/l and 2000 mg/l. The wet impregnation process was conducted. Four variations of Fe 2+ concentration deposited into zeolite were prepared, i.e. 0 mgfe 2+ /gzeo (as control), 0.0016 mgfe 2+ /gzeo, 0.0156 mgfe 2+ /gzeo and 0.3125 mgfe 2+ /gzeo. The modified zeolite was added to the batch anaerobic reactor, which filled with the volume ratio of liquid substrate and zeolite of 1:1 for all variations of media. Distillery spent wash was used as the substrate in this study. The soluble Chemical Oxygen Demand (scod) value of the substrate was homogenized at 10000 mg/l. Effluent digester of cow manure bio digester was added as inoculum. The volume ratio of distillery spent wash to the inoculum was 2:1. The anaerobic process was conducted for 28 days.the performance of four media in the anaerobic digestion of distillation spent wash was measured in terms of scod, total solid (TS), and volatile solid (VS). The comparison among media was more accurately and conclusively represented by scod value. The visual analysis of scod trend during 28 days indicated that zeolite with 0.0156 mgfe/gzeo resulted in the highest scod removal of 66.73%. Meanwhile, zeolite with 0.3125 mgfe/gzeo increased the production of biogas by the highest percentage of 43% to be compared to control. Generally speaking, the addition of Fe 2+ into zeolit led to higher removal of scod and produced more biogas than control. Keywords: anaerobic digestion, distillery spent wash, iron impregnation, zeolite, immobilization medium. 36

37 A B S T R A K Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan zeolit alam termodifikasi sebagai media imobilisasi terhadap dekomposisi material organik pada proses peruraian anaerobik. Modifikasi yang dilakukan adalah dengan cara mengimpregnasi ion besi (Fe 2+ ) ke dalam zeolit yang telah dibentuk menjadi cincin Raschig. Impregnasi yang dilakukan adalah impregnasi basah. Penelitian ini menggunakan 3 variasi konsentrasi larutan Fe 2+ yang berbeda yaitu 10 mg/l, 100 mg/l dan 2000 mg/l. Dari hasil impregnasi zeolit menggunakan ketiga konsentrasi tersebut, kadar Fe 2+ yang terdeposit ke dalam zeolit berturut-turut adalah 0.0016 mgfe 2+ /gzeo, 0.0156 mgfe 2+ /gzeo, 0.3125 mgfe 2+ /gzeo. Kadar 0 mgfe 2+ /gzeo digunakan sebagai kontrol. Zeolit termodifikasi Fe 2+ kemudian ditambahkan ke dalam reaktor anaerobik yang dijalankan secara batch. Perbandingan volume media zeolit dan cairan adalah 1:1. Substrat yang digunakan berupa campuran limbah distillery spent wash dengan konsentrasi soluble Chemical Oxygen Demand (scod) 10000 mg/l dan keluaran dari digester aktif kotoran sapi sebagai inokulum. Perbandingan volume distillery spent wash terhadap inokulum sebesar 2:1. Proses anaerobik dijalankan selama 28 hari. Jika dibandingkan dengan data Total Solid (TS) dan Volatile Solid (VS), hasil percobaan menunjukkan bahwa data analisis scod memberikan data yang lebih akurat dan konklusif untuk mengukur perubahan material organik dalam proses peruraian anaerobik menggunakan media imobilisasi. Dari keempat variasi kadar Fe 2+ yang digunakan dalam penelitian ini, Fe 2+ dengan kadar 0.0156 mgfe/gzeo memberikan efisiensi penurunan material organik (scod) tertinggi yaitu 66.73%. Sedangkan Fe 2+ dengan kadar 0.3125 mgfe/gzeo mampu meningkatkan produksi biogas sebesar 43%. Namun secara keseluruhan proses peruraian anaerobik yang menggunakan zeolit termodifikasi Fe 2+ menghasilkan biogas lebih banyak daripada kontrol (zeolit tanpa Fe 2+ ). Kata kunci: anaerobic digestion, distillery spent wash, impregnasi Fe, media imobilisasi, zeolit. 1. Pendahuluan Peruraian anaerobik merupakan proses peruraian atau dekomposisi material organik oleh mikroorganisme dalam kondisi tanpa oksigen. Proses peruraian anaerobik terdiri dari 3 tahapan proses yang melibatkan beberapa kelompok bakteri berbeda yaitu : tahap peruraian atau hidrolisis material organik yang tidak larut seperti karbohidrat, protein, dan lemak; tahap asidogenesis dan tahap metanogenesis (Ziemiński dan Frąc, 2012). Keuntungan proses peruraian anaerobik ini adalah menghasilkan sedikit lumpur biomassa, biaya operasional relatif lebih rendah daripada proses aerob, dan menghasilkan energi dalam bentuk gas metana. Namun di sisi lain, pertumbuhan bakteri anaerob yang berjalan lambat menyebabkan proses ini memerlukan waktu lebih lama sehingga diperlukan volume reaktor yang lebih besar. Selain itu, pada laju alir tinggi mikroorganisme dapat terbawa keluar bersama aliran limbah (washout). Penambahan media imobilisasi ke dalam reaktor dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi pada proses peruraian anaerobik. Keberadaan media imobilisasi dapat mencegah bakteri washout sehingga reaktor diharapkan dapat dioperasikan pada kecepatan aliran yang lebih tinggi dengan volume reaktor yang lebih kecil. Media imobilisasi akan membatasi gerak bakteri, dengan demikian bakteri akan saling berdekatan dan menyebabkan mekanisme saling melindungi. Hal ini dapat mengakselerasi pertumbuhan bakteri yang memiliki laju pertumbuhan lambat secara individual. Selain itu, imobilisasi mikroorganisme juga dapat meningkatkan waktu tinggal lumpur atau sludge retention time (SRT) yang digunakan sebagai

38 indikator waktu tinggal mikroorganisme di dalam reaktor (Bitton 2005). Pertumbuhan bakteri yang lebih cepat menyebabkan konsentrasi sel di dalam reaktor meningkat sehingga memperpendek waktu proses peruraian organik (Shuler dan Kargi 2002, Anderson dkk, 2003). Dengan demikian, penambahan media imobilisasi diharapkan dapat menurunkan waktu tinggal substrat sehingga memperkecil volume reaktor. Zeolit sebagai media imobilisasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bahan penjerap (adsorben) dengan kemampuan tinggi karena sifatnya memiliki banyak pori dan luas permukaan yang cukup tinggi serta kemampuan tukar kation yang baik. Sifat ini dapat dimanfaatkan untuk menyimpan kation-kation yang disukai mikroorganisme di dalam zeolit. Salah satu kation yang sangat diperlukan sebagai mikronutrien mikroorganisme adalah Fe 2+ (Deublein dan Steinhauser 2008). Melalui mekanisme pertukaran atau penambahan kation Fe 2+ pada zeolit diharapkan akan tersedia mikronutrien Fe 2+ yang diperlukan bakteri, sehingga bakteri asidogen dan metanogen cenderung lebih tertarik untuk menempel (terimobilisasi). Dalam penelitian ini, media zeolit yang telah dimodifikasi dengan penambahan kation Fe 2+ diaplikasikan ke dalam digester dengan substrat distillery spent wash. Distillery spent wash atau disebut juga stillage merupakan limbah cair berwarna coklat yang dihasilkan dari proses distilasi bioetanol. Setiap satu liter bioetanol yang diproduksi menghasilkan sekitar 15 liter distillery spent wash. Limbah ini bersifat asam dengan ph sekitar 3 4 dan kandungan organik yang sangat tinggi dengan nilai Chemical Oxygen Demand (COD) 100000 120000 mg/l (Chavan dkk, 2006; Pant dan Adholeya 2007; Prakash dkk, 2014) Proses peruraian anaerobik pada distillery spent wash tidak mudah karena limbah ini mengandung inhibitor yang dapat mengganggu selama proses. Beberapa inhibitor yang terdapat dalam distillery spent wash adalah amonia, sulfida, dan senyawa organik. Sejumlah senyawa organik seperti fenol juga merupakan inhibitor yang dapat menghambat proses anaerobik. Polutan ini mengikat dan merusak membran sel bakteri sehingga menyebabkan sel tidak mampu melakukan metabolisme. Pertumbuhan sel pun terhambat dan dapat mengakibatkan kematian. Setelah bakteri melewati masa adaptasi, beberapa polutan organik dapat dipecah oleh bakteri dalam proses anaerobik (Schnürer dan Jarvis, 2010). Akibat keberadaan inhibitor tersebut, pertumbuhan bakteri menjadi lebih lambat sehingga penambahan media imobilisasi untuk mengakselerasi pertumbuhan bakteri dan menciptakan perlindungan bagi bakteri menjadi sangat relevan dalam kasus ini. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan kation Fe 2+ pada zeolit terhadap dekomposisi material organik dalam proses peruraian anaerobik limbah distillery spent wash. 2. Metodologi Penelitian 2.1. Alat dan Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah distillery spent wash yang diperoleh dari PT. Energi Agro Nusantara yang berlokasi di Desa Gempolkrep, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Distillery spent wash segar ini memiliki kadar scod sebesar 100000-150000 mg/l; ph 5; konsentrasi volatile fatty acid (VFA) sebesar 5749.4 mg asam asetat/l; kadar Fe 2+ berkisar antara 14 32 mg/l dan kandungan fenol 26 mg/l atau 0.50%. Lumpur dari keluaran digester aktif kotoran sapi digunakan sebagai inokulum. Inokulum diperoleh dari instalasi reaktor biogas Pusat Inovasi Agro Teknologi (PIAT) UGM di Berbah, Sleman, Yogyakarta. Zeolit alam yang digunakan merupakan zeolit komersial yang dijual untuk keperluan campuran pupuk dengan kandungan sebagian besar struktur mordenite dan sedikit klinoptilolite. Reaktor batch anaerobik yang digunakan dalam penelitian ini berupa erlenmeyer 1 liter. Erlenmeyer dimodifikasi dengan sumbat karet dan pipa kaca pada bagian atas untuk mengukur tekanan, sedangkan bagian bawah diberi pipa kaca sebagai titik pengambilan sampel. Skema alat yang digunakan disajikan pada Gambar 1.

7 2 P 6 5 3 1 4 Gambar 1. Skema Reaktor Peruraian Anaerobik 2.2 Pembuatan Media Imobilisasi Pembuatan media imobilisasi zeolit dilakukan dengan mencampur zeolit:bentonit (1:1) dan air lalu diaduk hingga terbentuk adonan yang bisa dicetak. Selanjutnya adonan dibentuk cincin silinder (raschig ring) menggunakan mesin pencetak di Laboratorium Teknologi Keramik dan Komposit, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Cincin yang terbentuk dikeringkan pada suhu ruang selama 24-48 jam, lalu dipanaskan pada suhu 60 o C selama 12 jam menggunakan oven. Selanjutnya media berbentuk cincin ini dikalsinasi menggunakan chamber furnace Carbalite RHF 1600 pada suhu 700 o C selama 1 jam. Tabel 1. Fe 2+ Terdeposit dalam Zeolit pada Berbagai Konsentrasi FeCl 2 (awal) Konsentrasi FeCl 2 (awal) (mg/l) Keterangan: 1. Reaktor (erlenmeyer 1 L) 2. Pipa pengambilan cairan 3. Pipa pengambilan gas 4. Pipa kaca 5. Jarum suntik 6. Pressure gauge (0 15 psi) 7. Katup rilis gas Fe 2+ terdeposit (mg Fe/g Zeo) 10 0.0016 100 0.0156 2000 0.3125 Impregnasi kation Fe 2+ pada zeolit dilakukan dengan terlebih dahulu merendam zeolit yang telah dikalsinasi ke dalam larutan NaCl 1M selama 24 jam untuk membentuk homo-ion. Selanjutnya dilakukan pencucian dengan cara merendam zeolit ke dalam aqua bidestilata selama 24 jam. Setelah melalui proses pencucian, media zeolit direndam di dalam larutan FeCl 2 dengan variasi konsentrasi 10, 100, dan 2000 mg/l selama 24 jam. Zeolit hasil impregnasi larutan FeCl 2, dihitung kadar kation Fe 2+ yang terimpregnasi pada zeolit dengan mengukur konsentrasi awal dan akhir larutan FeCl 2 dengan alat analisis ICP Perkin Elmer Optima 8300. Jumlah Fe 2+ yang terdeposit dalam setiap gram zeolit hasil impregnasi pada berbagai konsentrasi larutan FeCl 2 ditunjukkan Tabel 1. 2.3 Proses Peruraian Anaerobik Substrat yang digunakan adalah campuran distillery spent wash dan effluent digester aktif dengan perbandingan volume 2:1. Jumlah media zeolit yang digunakan didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Halim (2015), yaitu perbandingan volume media dan cairan terbaik adalah 1:1. Untuk mencapai perbandingan volume ini digunakan media zeolit sebanyak 225 gram yang mengisi volume reaktor kurang lebih 400 ml dan substrat sebanyak kurang lebih 400 ml sehingga volume total mencapai 800 ml. Ketiga variasi kadar Fe 2+ dalam zeolit seperti yang ditunjukkan Tabel. 1 dan zeolit tanpa Fe 2+ sebagai kontrol, diaplikasikan ke dalam reakor peruraian anaerobik dengan konsentrasi scod distillery spent wash sebesar 10000 mg/l. 2.4. Metode Eksperimen Pengamatan yang dilakukan selama eksperimen adalah pengukuran kadar TS, VS dan scod (APHA 1998), sebanyak satu kali dalam seminggu selama proses berlangsung. Sebelum dilakukan analisis scod, terlebih dahulu sampel disentrifugasi selama kurang lebih 10 menit atau hingga partikel padat terendapkan semua. Pengukuran biogas menggunakan pressure gauge (Wiebrock dengan skala 1 kg/cm 2 ) lalu dihitung dan dikonversi ke dalam suhu ruang dan tekanan atmosfer. Pada penelitian ini penamaan reaktor berdasarkan konsentrasi scod awal yang digunakan yaitu 10000 mg/l (diberi kode 10 pada awal penamaan) diikuti dengan kadar Fe 2+ yang terdeposit pada zeolit. Sebagai contoh 10Z- Fe0 untuk reaktor kontrol, sedangkan untuk kadar 0.0016, 0.0156 dan 0.3125 mgfe/gzeo berturutturut adalah ;.0156 dan.3125. 39

VS (mg/l) TS (mg/l) Volume Biogas Kumulatif (ml) 40 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Pengaruh Penambahan Fe 2+ pada Zeolit terhadap Perubahan Konsentrasi TS dan VS Menurut Schnürer & Jarvis (2010), Total Solids (TS) merupakan jumlah material organik dan anorganik yang terkandung di dalam limbah atau substrat. Sedangkan Volatile Solids (VS) merupakan jumlah material organik di dalam substrat yang dikonversi menjadi biogas. Pembentukan biogas dipengaruhi oleh konsentrasi TS dan VS selama proses fermentasi berlangsung. Gambar 2 dan Gambar 3 menunjukkan profil perubahan konsentrasi TS dan VS selama proses peruraian anaerobik. Dari kedua gambar tersebut tampak perubahan konsentrasi TS dan VS memiliki profil yang hampir sama yaitu mengalami kenaikan setelah hari ke-7. 55000 50000 45000 40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0.0156 0 4 11 18 28 Waktu, hari.3125 Gambar 2. Konsentrasi Total Solid selama Proses Wash 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 0 4 11 18 28 Waktu, hari Gambar 3. Konsentrasi Volatile Solid selama Proses Wash Konsentrasi TS dan VS di dalam reaktor cukup tinggi yaitu berkisar antara 25000 mg/l 35000 mg/l. Sedangkan pada tujuh hari pertama, konsentrasi TS dan VS berada pada level 10000 mg/l 15000 mg/l dan merupakan konsentrasi terendah selama proses berlangsung. Ini menunjukkan bahwa proses pembentukan biogas telah berlangsung sejak tujuh hari pertama. Hal ini diperkuat dengan volume biogas yang mengalami peningkatan cukup signifikan pada minggu pertama (Gambar. 4). 3000 2500 2000 1500 1000 500 0.0156.3125 0 7 14 21 28 Waktu, hari Gambar 4. Volume Kumulatif Biogas dalam Proses Wash pada Suhu Ruang dan Tekanan Atmosfer Namun setelah hari ke-7, konsentrasi TS dan VS di seluruh reaktor cenderung mengalami peningkatan. Kemudian konsentrasi TS dan VS relatif konstan hingga hari ke-28 dan berada pada kisaran 20000 mg/l 40000 mg/l. Peningkatan konsentrasi TS dan VS ini diduga kinerja mikroorganisme dalam proses dekomposisi material organik mulai menurun dikarenakan kandungan organik di dalam substrat relatif tinggi yaitu berada di atas 10000 mg/l sehingga bisa jadi memberikan efek inhibisi pada mikroorganisme. Meskipun batasan konsentrasi senyawa organik sebagai inhibitor tergantung pada beberapa faktor seperti kandungan inheren substrat, temperatur proses dan frekuensi loading, namun beberapa material organik bersifat sulit larut di dalam air (Chen dkk, 2008). Material organik jenis ini akan berikatan satu sama lain dan melekat pada permukaan padatan lalu terakumulasi menyebabkan peningkatan

Efisiensi Penurunan scod (%) konsentrasi di dalam reaktor. Polutan jenis ini mampu berikatan dan merusak membran sel menyebabkan sel tidak mampu melakukan metabolisme. Pertumbuhan mikroorganisme menjadi terhambat bahkan bisa mati dan terjadi lisis. Peningkatan konsentrasi sebagai akibat material organik yang berikatan satu sama lain dan jasad mikroorganisme yang mati akan terbaca sebagai konsentrasi TS dan VS sehingga menyebabkan konsentrasi TS/VS meningkat. Sedangkan konsentrasi TS dan VS yang konstan kemungkinan disebabkan karena aktivitas bakteri metanogen mulai terganggu sehingga tidak terjadi pembentukan biogas yang signifikan, Hal ini dikonfirmasi dengan volume kumulatif biogas setelah hari ke-7 yang tidak menunjukkan peningkatan secara signifikan (Gambar 4). Pada periode tersebut kemungkinan aktivitas bakteri asidogen masih berlangsung namun terbaca sebagai TS dan VS. Dengan demikian data TS dan VS menjadi kurang akurat dan sulit disimpulkan jika digunakan untuk mengetahui perubahan atau penurunan kandungan organik selama proses peruraian anaerobik yang menggunakan media imobilisasi. 3.2 Pengaruh Penambahan Fe2+ pada Zeolit terhadap Efisiensi Penurunan scod Efisiensi penurunan scod selama proses peruraian anaerobik ini berada pada kisaran 56 67% (Gambar 5). Efisiensi penurunan scod tertinggi diperoleh dari reaktor.0156. Meskipun reaktor.0156 memiliki efisiensi penurunan scod tertinggi (66.73%) namun produksi biogas yang dihasilkan lebih rendah dari reaktor.3125 yang memiliki efisiensi penurunan scod 56.25%. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kadar Fe 2+ pada reaktor.0156 belum cukup untuk menstimulasi aktivitas bakteri metanogen secara maksimal. Namun secara umum, reaktor dengan zeolit terimpregnasi Fe 2+ menghasilkan biogas yang lebih banyak daripada reaktor kontrol. Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa keberadaan Fe 2+ dalam proses peruraian anaerobik mampu menstimulasi dan meningkatkan aktivitas bakteri metanogen (Jackson-Moss dan Duncan, 1990; Anderson dkk, 2003). Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Gambar 2, Gambar 3 dan Gambar 5, data konsentrasi scod (Gambar 5) memberikan hasil yang lebih konklusif daripada data TS (Gambar 2) dan VS (Gambar 3). Hal ini disebabkan karena pada analisis scod yang diukur adalah zat organik terlarut yang benar-benar dikonsumsi oleh mikroorganisme. Pada analisis TS dan VS, zat organik diukur secara keseluruhan dan terdapat kemungkinan jasad mikroorganisme yang mati atau lisis terukur di dalamnya. Hal ini dapat mengganggu data yang diperoleh sehingga menjadi sulit untuk disimpulkan jika digunakan untuk mengetahui proses penurunan material organik pada proses peruraian anaerobik yang menggunakan media imobilisasi. 68 66 64 62 60 58 56 54 52 50 Gambar 5. Efisiensi Penuruan scod dalam Proses Wash 4. Kesimpulan 57,39 57,68 Digester 66,73 56,25.0156.3125 Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis TS, VS dan scod dapat disimpulkan bahwa data scod lebih akurat dan konklusif untuk mengukur perubahan material organik pada proses peruraian anaerobik menggunakan media imobilisasi. Dari variasi kadar Fe 2+ terimpregnasi dalam zeolit yang digunakan dalam penelitian ini, Fe 2+ dengan kadar 0.0156 mgfe/gzeo memberikan efisiensi penurunan material organik (scod) tertinggi yaitu 66.73%. Sedangkan Fe 2+ dengan kadar 0.3125 mgfe/gzeo mampu meningkatkan produksi biogas sebesar 43%. Namun secara keseluruhan proses peruraian anaerobik yang menggunakan zeolit 41

42 termodifikasi Fe 2+ menghasilkan biogas lebih banyak daripada kontrol (zeolit tanpa Fe 2+ ). 5. Daftar Pustaka Anderson, K., Sallis, P. & Uyanik, S., 2003. Anaerobic Treatment Processes. In Handbook of Water and Wastewater Microbiology, Elsevier, Turkey, pp. 391 426. APHA, 1998. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater, 20th Edition, APHA American Public Health Association. Bitton, G., 2005. Wastewater Microbiology 3rd ed., A John Wiley & Sons, Inc., Publication, New Jersey. Chavan, M.N. et al., 2006. Microbial degradation of melanoidins in distillery spent wash by an indigenous isolate. Indian Journal of Biotechnology, 5(July), pp.416 421. Chen, Y., Cheng, J.J. & Creamer, K.S., 2008. Inhibition of anaerobic digestion process: a review. Bioresource technology, 99(10), pp.4044 4064. Deublein, D. & Steinhauser, A., 2008. Biogas from Waste and Renewable Resources, Wiley- VCH Verlag GmbH $ Co. KGaA, Germany. Halim, L., 2015. Peningkatan Produksi Biogas dari Stillage dengan Imobilisasi Bakteri Anaerobik pada Media Padatan Berpori, Thesis, Universitas Gadjah Mada. Jackson-Moss, C.A. & Duncan, J.R., 1990. The effect of iron on anaerobic digestion. Biotechnology letters, 154(2), pp.149 154. Pant, D. & Adholeya, A., 2007. Biological approaches for treatment of distillery wastewater: A review. Bioresource Technology, 98(12), pp.2321 2334. Prakash, N.B., Sockan, V. & Raju, V.S., 2014. Anaerobic Digestion of Distillery Spent Wash. ARPN Journal of Science and Technology, 4(3), pp.134 140. Schnürer, A. & Jarvis, Å., 2010. Microbiological Handbook for Biogas Plants, Swedish. Shuler, M.L. & Kargi, F., 2002. Bioprocess Engineering 2nd ed., Prentice-Hall, Inc, USA. Ziemiński, K. & Frąc, M., 2012. Methane fermentation process as anaerobic digestion of biomass: Transformations, stages and microorganisms. African Journal of Biotechnology, 11(18), pp.4127 4139.