BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang kompleks dan memiliki

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. harus diselesaikan atas hukum yang berlaku. Hukum diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. mahluk sosial dan sebagai mahluk individu. Dalam kehidupan sehari-harinya

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERBANDINGAN PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERTAMA DAN RESIDIVIS.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan diterapkannya sebuah hukum atau peraturan. Bangsa Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtstaat) seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan terhadap. korban kejahatan dengan perlindungan terhadap pelaku, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Dengan di undangakannya Undang-Undang No. 3 tahun Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN YANG MENIMBULKAN CACAT TETAP. ( Studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN DAN PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DOMESTIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari segi kualitas dan kuantitas. Kualitas kejahatan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan hukum yang berkaitan dengannya. Anak yang secara harfiah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

KEKUATAN VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM MENGUNGKAP TERJADINYA TINDAK PIDANA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. atributif dan peraturan normatif. Peraturan hukum atributif

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

Kajian yuridis terhadap putusan hakim dalam tindak pidana pencurian tanaman jenis anthurium (studi kasus di Pengadilan Negeri Karanganyar)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan sampai meninggal dunia selalu hidup bersama-sama. 1 Untuk itu. menurut Roeslan Saleh, adalah Hukum Pidana.

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

BAB I PENDAHULUAN. hukum tidak berdasar kekuasaan belaka. 1 Permasalahan besar dalam. perkembangan psikologi dan masa depan pada anak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

I. PENDAHULUAN. Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu. mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan kepada setiap anggota masyarakat yang terkait dengan. penipuan, dan lain sebagainya yang ditengah masyarakat dipandang

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagaimana tersirat di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

FUNGSI DAN KEDUDUKAN SAKSI A DE CHARGE DALAM PERADILAN PIDANA

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, sering terjadi tindak

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

REHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 22/PID.B/2014/PN.

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.

BAB I PENDAHULUAN. ciptaan makhluk hidup lainnya, Hal tersebut dikarenakan manusia diciptakan dengan disertai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan hukum yang diterapkan di Indonesia saat ini kurang memperhatikan kepentingan korban yang sangat membutuhkan perlindungan hukum. Bisa dilihat dari banyaknya kasus saat ini yang terjadi di dalam masyarakat mengenai perlindungan hukum terhadap korban sangat lemah. Kasus-kasus yang sering terjadi dalam masyarakat terutama dalam kasus tindak pidana kekerasan sangat memerlukan perlindungan hukum bagi korbannya. Aparat penegak hukum kurang memperhatikan kepentingan korban yang telah menderita akibat tindak pidana yang telah menimpanya. Pentingnya perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana bisa meringankan kondisi bagi korbannya yang sudah menderita. Indonesia adalah Negara yang berdasarkan hukum, hal tersebut tertuang dalam Undang-Undang Dasar Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Dengan tercapainya ketertiban di dalam masyarakat diharapkan kepetingan manusia akan terlindungi. 2 Oleh karena itu hukum mengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat 1 Undang-Undang Dasar 1945 Pasca Amandemen. 2 Sudikno Mertokusumo, 2005, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta: Liberty, hal 77. 1

2 saat beraktivitas dan berinteraksi dengan orang lain. Penerapan hukum merupakan salah satu usaha untuk menciptakan tata tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat sebagai pencegahan terjadinya pelanggaran hukum. Dengan penerapan hukum yang baik diharapkan kepentingan manusia dapat terlindungi dari suatu perbuatan tindak pidana. Menurut Moeljatno, bahwa tindak pidana ialah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa, tindak pidana itu adalah suatu perbuatan yang dilarang dan diancam pidana. 3 Untuk mewujudkan Negara Indonesia dengan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan, serta melindungi masyarakat dari perbuatan kekerasan. Perbuatan tindak pidana kekerasan dapat mengakibatkan penderitaan, kerugian kepada korbannya. Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental dan/atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana. 4 Korban juga bisa dijadikan saksi dalam proses penyelesaian perkara pidana, Saksi perlu dilindungi melalui ketentuan hukum acara pidana dengan mengatur hak-hak saksi secara tegas dan memadai, dan dengan membatasi kewenangan aparat penegak hukum secara tegas dan ketat, saksi juga perlu dilindungi dengan hukum pidana materiil, yang memiliki sifat lebih tegas dan keras, dengan melakukan kriminalisasi terhadap perbuatan-perbuatan 3 Moeljatno, 1987, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Bima Aksara, hal 54. 4 Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban.

3 yang mengancam keselamatan dan kepentingan saksi. 5 Kejahatan kekerasan masih banyak terjadi di dalam kehidupan masyarakat dan tempat yang tersembunyi. Bentuk kekerasan fisik cukup sering terjadi di dalam masyarakat banyak kasus tersebut lolos dari jeratan hukum yang berlaku. Lembaga penegak hukum memiliki tugas untuk mengemban tujuan hukum atau mewujudkan fungsi hukum. Sebagaimana dikemukakan I. S. Susanto bahwa fungsi primer negara hukum dapat dikemukakan dalam tiga hal, yaitu perlindungan, keadilan, dan pembangunan. 6 Tindak Pidana kekerasan di dalam KUHP, pengaturannya tidak satukan dalam satu bab khusus, akan tetapi terpisah-pisah dalam bab tertentu. Di dalam KUHP kejahatan kekerasan dapat digolongkan sebagai berikut: 7 1. Kejahatan terhadap nyawa orang lain Pasal 338-358 KUHP. 2. Kejahatan penganiayaan Pasal 351-358 KUHP. 3. Kejahatan seperti pencurian, penodongan, perampokan Pasal 365 KUHP. 4. Kejahatan terhadap kesusilaan, khususnya Pasal 285 KUHP. 5. Kejahatan yang menyebabkan kematian atau luka karena kealpaan, Pasal 359-367 KUHP. 5 Muchamad Iksan, 2012, Hukum Perlindungan Saksi Dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Surakarta: Muhammadiyah University Press, hal 108. 6 I. S. Susanto, 1999, Orasi Kejahatan Korporasi di Indonesia Produk Kebijakan Rezim Orde Baru, Semarang: UNDIP, hal 17-18. 7 Moeljatno, 2009, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Jakarta: Bumi Aksara, hal 35.

4 Bahkan ada kasus terhadap korban kekerasan yang mengalami luka berat dapat menimbulkan cacat tetap. Menurut Pasal 351 KUHP ayat (2) jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama lima tahun, Bahwa luka berat sebagaimana disebut dalam pasal 90 KUHP, diartikan sebagai luka yang menimbulkan cacat tetap. Berdasarkan derajat kesalahannya korban dibedakan menjadi 5 macam yaitu: 8 1. Yang sama sekali tidak bersalah. 2. Yang jadi korban karena kelalainnya. 3. Yang sama salahnya dengan pelaku. 4. Yang lebih bersalah daripada pelaku. 5. Yang korban adalah satu-satunya yang bersalah (dalam hal ini pelaku dibebaskan). Korban yang mengalami cacat tetap perlu adanya perlindungan hukum atas tindak pidana yang mengakibatkan penderitaan dan kerugian bagi korban. Perlu diketahui sejauh mana korban memperoleh perlindungan hukum seperti yang diharapkan akibat perbuatan orang lain. Segala sesuatu yang dapat meringankan penderitaan yang telah dialami seseorang akibat menjadi korban yang dimaksud dengan perlindungan korban. Paradigma perlindungan korban dikonstruksikan oleh hukum dan perundang-undangan yang berlaku, yaitu KUHP dan KUHAP termasuk 8 Arif Gosita, 2004, Masalah Korban Kejahatan, Jakarta: Bhuana Ilmu Popular, hal 72.

5 kebijakan instansional birokrasi penegakan hukum. Oleh karena itu, bentuk perlindungan korban pun telah dikonstruksikan dalam perundangundangan. Dalam hal ini berarti bahwa realitas sosial perlindungan korban dimungkinkan mengalami pendegradasian karena adanya kekurangan atau hambatan dalam perundang-undangan, sehingga kurang mengakomodasi respon terhadap korban. 9 Aturan hukum seringkali fokus untuk menghukum pelaku kejahatan tetapi korban juga perlu diperhatikan karena korban merupakan pihak yang cukup dirugikan dan menderita. Setiap orang menggangap bahwa jalan terbaik untuk menolong korban adalah dengan menangkap sipenjahat, seakan-akan penjahat merupakan satu-satunya sumber kesulitan bagi korban. 10 Kerugian terhadap korban yang harus dipulihkan tidak saja dari kerugian fisik tetapi juga kerugian non fisik. Maka penjatuhan pidana bukan sekedar memenuhi hak korban, pertimbangan akal dan logika tetapi juga harus melihat kepentingan korban. Dari uraian di atas penulis tertarik melaksanakan penelitian dan mengangkat sebagai karya ilmiah dengan judul PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN YANG MENIMBULKAN CACAT TETAP (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta). 9 C. Indah, Maya, S, 2014, Perlindungan Korban Suatu Perspektif Viktimologi dan Kriminologi, Jakarta: Kencana, hal 113. 10 Mulyana W. Kusumah, 1981, Aneka Permasalahan Dalam Ruang Lingkup Kriminologi, Bandung: Alumni, hal 2.

6 B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah Pembatasan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam suatu rangkaian penelitian, perumusan masalah yang jelas akan menghindari pengumpulan data yang tidak perlu, dapat menghemat biaya, waktu, tenaga, penelitian akan lebih terarah pada tujuan yang akan di capai. Maka penulis merumuskan permasalahan dalam penulisan sebagai berikut: 1. Bagaimana upaya perlindungan hukum terhadap korban kejahatan dalam hal restitusi di Kota Surakarta? 2. Apa kendala yang dihadapi dalam upaya pemberian restitusi bagi korban kejahatan di Kota Surakarta? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan yang ingin di capai penulis dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Obyektif Mendeskripsikan upaya perlindungan hukum terhadap korban kejahatan dalam hal restitusi di Kota Surakarta serta kendala yang dihadapi dalam upaya pemberian restitusi bagi korban kejahatan di Kota Surakarta. 2. Tujuan Subyektif. Menambah wawasan pengetahuan serta pemahaman penulis terhadap penerapan teori-teori yang penulis peroleh selama menempuh

7 kuliah dalam mengatasi masalah hukum yang terjadi dalam masyarakat. Manfaat yang diharapkan dan di ambil oleh penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Mengembangkan pengetahuan dibidang hukum pidana. b. Memberikan sumbangan referensi bagi pengembangan ilmu hukum yaitu hukum pidana dan hukum acara pidana. 2. Manfaat Praktis a. Mengembangkan penalaran. b. Membentuk pola pikir. c. Dinamis sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menetapkan ilmu yang diperoleh. D. Metode Penelitian Adapun metode dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam dalam penulisan ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian Deskriptif adalah menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan ada

8 tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. 11 2. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian skripsi ini yaitu pendekatan Yuridis Empiris. Yuridis Empiris adalah pendekatan dari sudut kaidah-kaidah dan pelaksanaan peraturan yang berlaku di masyarakat dalam sistem kehidupan yang mempola atau penelitian yang bersifat kualitatif berdasarkan data primer yang diperoleh langsung dari obyeknya. 3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dalam pembuatan skripsi ini dilakukan di Pengadilan Negeri Surakarta sesuai dengan penelitian yang penulis susun sehingga memudahkan penulis dalam pencarian data. 4. Jenis dan pengumpulan data. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang terdiri dari beberapa sumber bahan hukum meliputi: a. Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai otoritas. Bahan hukum primer terdiri dari wawancara, catatancatatan resmi, perundang-undagan, dan dari putusan hakim. b. Bahan Hukum Sekunder 11 Amirudin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Grafindo Persada, hal 25.

9 Bahan hukum sekunder adalah semua yang diketaui masyarakat tentang hukum yang bukan merupakan dokumen resmi, meliputi buku-buku, kamus-kamus hukum, dan jurnal-jurnal hukum. 12 5. Metode Pengumpulan Data Penulis dalam melakukan penelitian ini metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mencari dan mengumpulkan serta mempelajari bahan-bahan yang berupa bukubuku, makalah-makalah, peraturan perundang-undangan serta dokumen lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian tersebut dan kemudian melakukan analisis data. b. Wawancara Wawancara, merupakan suatu cara mengumpulkan data dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pihak yang terkait guna memperoleh data baik itu lisan maupun tulisan. 6. Metode Analis Data Berdasarkan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif, yaitu data yang di peroleh dari rekaman, wawancara, atau bahan hukum tertulis (Undang-undang, dokumen, buku dan sebagainya), maka teknik data yang digunakan oleh penulis berupa analisis kualitatif yaitu penyajian data yang 12 Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media, hal 141.

10 dideskripsikan dalam bentuk essay dengan kalimat yang cukup panjang bersifat membahas dan menguraikan permsalahan yang penting. Dari bahan data tersebut selanjutnya dilakukan analisis yang berkaitan dengan perlindungan hukum bagi korban tindak pidana kekerasan yang menimbulkan cacat tetap. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini untuk memberikan gambaran agar memudahkan dalam mempelajari isinya. Bab Pendahuluan, yang berisikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat, dan metode penelitian. Bab Tinjauan pustaka, dalam penulisan hukum ini akan memberikan kajian-kajian teoritis mengenai tinjauan umum mengenai kekerasan, korban kekerasan, perlindungan hukum, wewenang Pengadilan dalam memberikan perlindungan hukum bagi korban kekerasan. Bab hasil penelitian dan pembahasan, di mana dalam bab ini akan menjabarkan hasil penelitian dan menjelaskan tentang upaya perlindungan hukum terhadap korban kejahatan dan kendala yang dihadapi dalam pemberian restitusi di Kota Surakarta. Bab Penutup, dalam bab ini berisikan kesimpulan dan saran.