PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PEMBUATAN SABUN BELERANG MENURUNKAN JUMLAH KASUS SKABIES SANTRI NURUL QARNAIN SUKOWONO JEMBER

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab

Vol. 3 No. 3 (2017) Journal of Agromedicine and Medical Sciences

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia,

dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah

gatal-gatal (Yulianus, 2005). Walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat penularannya yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dan berat dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya (Golant dikutip

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisa

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang. disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var.

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3 Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Depkes, 2002).

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR NGRUKEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 : PEMBAHASAN. penelitian ini menggunakan desain penelitian case control study sehingga kemungkinan

I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes

PERILAKU SANTRI DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN ULUMU QUR AN STABAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei varietas hominis

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. sebagai salah satu kegiatan penelitian Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI KAMAR PADAT DAN KAMAR TIDAK PADATDI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM PPMI ASSALAAM SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain:

Nanda Intan Windi Hapsari Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro Semarang, 2014 ABSTRAK

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental.

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

HUBUNGAN PENGETAHUAN SANTRIWATI TENTANG PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. mencegah kesakitan dan mencegah terjangkitnya penyakit terutama penyakit yang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pesantren Rhoudlotul Quran di Kauman. Semarang dan waktu penelitian bulan Maret sampai Mei 2014.

Prevalensi dan Gambaran Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Skabies di Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Medan Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya. Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN

LEMBAR INFORMASI. D III Keperawatan Malang, oleh karena itu mohon kesediaan untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, di antaranya adalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERILAKU PENCEGAHAN SKABIES DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SISWI KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 15 LAMONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRACT. Key words: scabies, environment, behavior ABSTRAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. tungau Sarcoptes scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN prevalensi scabies di Indonesia sebesar 5,60-12,95 % dan scabies

II. TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN MLANGI NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364

6. Laporan Hasil Uji Laboratorium Kimia Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) Kelas 1 Medan...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

ABSTRAK PROFIL PENYAKIT PIODERMA PADA ANAK-ANAK SMP DI YAYASAN AL ISLAM HIDAYATULLAH KOTA DENPASAR, BALI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota

FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN DERMATITIS PADA SANTRI DI PESANTREN MODERN AL MUKHLISHIN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014

HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN, SANITASI LINGKUNGAN DANRIWAYAT KONTAK DENGAN KEJADIAN SKABIES

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh tungau yaitu Sarcoptes scabiei yang berada di liang bawah

BAB I PENDAHULUAN. Kakimantan Tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo

ANALISIS FAKTOR RISIKO SCABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL HIKMAH DESA KEBONAGUNG KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG ABSTRAK

PENGARUH SANITASI LINGKUNGAN DAN PERILAKU SEHAT SANTRI TERHADAP KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN KABUPATEN PASURUAN JAWA TIMUR.

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Predileksi awal penyakit

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN CIPASUNG KABUPATEN TASIKMALAYA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SCABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AS AD OLAK KEMANG SEBERANG KOTA JAMBI TAHUN

KUESIONER. A. Data Umum. No. : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Pendidikan : Alamat : : Kasus/Kontrol **(coret yang tidak perlu) B.

BAB I PENDAHULUAN. M. Federspiel, salah seorang pengkaji ke-islaman di Indonesia, menjelang

MEDICINE (Medis Cilik Excellent) DI PONDOK PESANTREN NURUL JADID SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN SKABIES (KUDIS)

BAB 1 PENDAHULUAN. usus yang masih tinggi angka kejadian infeksinya di masyarakat. Penyakit ini

PENGARUH KEBIASAAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN SKABIES

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

Jl. Karimata No. 49 Telp. (0331) Fax Kotak Pos 104 Jember

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infestasi Pediculus (kutu) ke manusia sebenarnya. sudah ada sejak ribuan tahun lalu, salah satunya adalah

SKRIPSI. Disusun guna mencapai derajat Sarjana. Disusun oleh : Nama : Ratna Kartika Sari NIM :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Skabies berasal dari bahasa Perancis yaitu scabo, menggaruk (Beth, 1998)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

EKARINA MARIANA

All about Tinea pedis

A. Pendahuluan. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis (2015). Buku Pendidikan Skabies dan Upaya Pencegahannya

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

Tingkat Pengetahuan Mengenai Penyebab Skabies dan Hubungannya dengan Karakteristik Demografi Pesantren X, Jakarta Timur

Maria Jita Iba Badu¹, Tedy Candra Lesmana², Siti Aspuah³ ABSTRACT

DEFINISI Ketombe (juga disebut sindap dan kelemumur; dengan nama ilmiah Pityriasis capitis) adalah pengelupasan kulit mati berlebihan di kulit

HUBUNGAN ANTARA KEBERSIHAN DIRI DAN LAMA TINGGAL DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES DI PON-PES AL- HAMDULILLAH REMBANG

Transkripsi:

PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PEMBUATAN SABUN BELERANG MENURUNKAN JUMLAH KASUS SKABIES SANTRI NURUL QARNAIN SUKOWONO JEMBER The Trainning of Sulfursoap-Making Technique Lowers the Number of Scabies Cases in Islamic Boarding School Nurul Qarnain Sukowono Jember Ika Rahmawati Sutejo 1, Viddi Agustian Rosyidi 2 1 Fakultas Kedokteran Universitas Jember 2 Fakultas Farmasi Universitas Jember email: ikarahmawati.fk@unej.ac.id Abstract Background: Scabies is still become one of the primary skin disease of students of Nurul Qarnain Islamic boarding schools, Baletbaru Sukowono Jember. This disease disrupts the learning process led to reduced productivity of students. Factorsthat affect disease progression arelack of sanitation and personal hygiene. Environmental and hygiene facilities of Nurul Qarnain Islamic Boarding Schoolhave been very adequate so that the main role of the factors that causingthe disease is bad personal hygiene because of lack of knowledge about this disease, as well as slowly and appropriately treatment. Objective: One of the essential thing for the prevention and treatment of this desease is sulfur soap. This soap is expensive for students, so they don't buy this kind of soap. So it is necessary to give training in the sulfur soap-making technique. Method: The methods were detect and record number of students with scabies, train of making an antiskabies sulfur soap, alsoselect and coach some students(cadre) of early handling of skabies patients. A whole series of activities implemented in August-October 2016. Result: The results showed 151 students suffer from skabies (13,48%), with prevalence of complications as much as 72 students (47,68%). Own-made scabies soaps are as effective as factory-made and have no side effects. A number of students suffering from scabies very much reduced and left as many as 15 students. Keywords: scabies,trainning technology, sulfur soap, boarding schools Abstrak Latar Belakang: Skabies masih menjadi salah satu penyakit kulit utama santri pondok pesantren Nurul Qarnain desa Baletbaru kecamatan Sukowono. Penyakit ini mengganggu proses belajar santri & menyebabkan produktivitas berkurang. Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit adalah lingkungan kurang bersih dan personal higiene yang jelek. Kebersihan lingkungan dan fasilitas ponpes sudah sangat memadai sehingga faktor yang berperan utama menyebabkan penyakit adalah personal higiene yang jelek akibat tidakpahamnya santri terhadap penyakit ini serta pengobatan awal yang kurang cepat dan tepat. Tujuan Penelitian: Salah satu bahan penting untuk pencegahan dan pengobatan yaitu sabun belerang harganya mahal, sehingga santri tidak membeli sabun jenis ini. Sehingga diperlukan penerapan teknologi tepat guna berupa pelatihan pembuatan sabun belerang antiskabies. Metode Penelitian: Metode kegiatan berupa pendataan jumlah santri penderita skabies, penyuluhan tentang penyakit skabies dan pencegahannya, pelatihan pembuatan sabun belerang antiskabies, dan pengkaderan santri untuk penanganan awal penyakit skabies. Seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2016 di pondok pesantren Nurul Qarnain Kecamatan Sukowono. 1. Ika Rahmawati Sutejo Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas 2. Viddi Agustian Rosyidi Staf Pengajar Fakultas Farmasi Universitas Jember 98

99 Jurnal IKESMA Volume 12 Nomor 1 Maret 2016 Hasil Penelitian: Hasil penelitian awal menunjukkan 151 santri menderita skabies (prevalensi 13,48%) dan setelah kegiatan berakhir jumlah santri yang menderita skabies jauh berkurang dan tersisa sebanyak 15 santri. Kata kunci: skabies, teknologi tepat guna, sabun belerang, pondok pesantren PENDAHULUAN mengganggu, timbul lesi (plenting) berisi Pondok pesantren (Ponpes) Nurul Qarnain berdiri di atas tanah seluas 3 hektar di desa Baletbaru kecamatan Sukowono yang berjarak 23 km dari pusat kabupaten Jember. Terdapat 32 kamar asrama yang menampung 1415 santri menetap. Santri yang menetap adalah santri tingkat madrasah tsanawiyah (MTs) dan aliyah (MA). Yayasan ponpes menyelenggarakan pendidikan formal dan nonformal, mulai PAUD sampai dengan madrasah aliyah, sehingga jumlah seluruh santri yang melakukan kegiatan di lingkungan ponpes mencapai 1700 orang. Ponpes mempunyai fasilitas yang lengkap. Untuk kegiatan MCK terdapat 58 unit kamar mandi dan 1 tandon air permanen penampung air dalam jumlah berlimpah untuk kebutuhan seluruh warga ponpes. Air wudhu santri dialirkan melalui pipapipa paralon ke tempat wudhu berupa deretan pancuran. Dengan kondisi sanitasi lingkungan yang bersih dan memadai tersebut, Skabies masih menjadi salah satu penyakitkulit utama santri ponpes Nurul Qarnain. Skabies sendiri merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infeksi parasit Sarcoptes scabei. Penyakit ini menyebabkan rasa gatal yang sangat air pada kulit tipis terutama di sela-sela jari tangan dan kaki. Bila terjadi komplikasi, lesi menyebar ke seluruh tubuh dan timbul infeksi bernanah. 1 Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit ini adalah lingkungan kurang bersih dan personal higiene yang jelek, meliputi frekuensi mandi jarang, tidak memakai sabun, memakai pakaian dan handuk bergantian, tidak memperhatikan kebersihan alas tidur, dan tidur berdempetan. 2 Prevalensi skabies di suatu pesantren yang higiene santrinya buruk mencapai 78,7%, tetapi pada kelompok yang higienenya baik hanya 3,8%. 3 Hal ini menunjukkan personal higiene berperan sangat penting pada penyakit ini. Hasil penelitian awal menunjukkan prevalensi skabies pada santri ponpes Nurul Qarnain sebesar 13,48% (laki-laki 24,89% dan perempuan 5,82%; tsanawiyah 15,14% dan aliyah 10,85%) dengan lokasi lesi skabies terbanyak di sela jari tangan (40,40%). 4 Keluhan gatal karena skabies sering diabaikan karena tidak mengancam jiwa. Namun skabies kronis dan berat dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya serta gatal yang dirasakan terutama saat malam hari menurunkan

Ika Rahmawati Sutejo: Penerapan Tekologi... 100 kualitas hidup, mengganggu proses belajar dan prestasi akademik santri. 3 Lingkungan ponpes sudah sangat bersih dan fasilitas MCK cukup, jumlah air untuk kegiatan MCK berlimpah, ponpes juga merupakan juara pertama lomba kebersihan antar pesantren se-jember yang diselenggarakan oleh salah satu BUMN tahun 2015. Hal ini menunjukkan faktor penyebab sakit skabies santri adalah kurangnya personal higiene akibat ketidakfahaman tentang perilaku sehat untuk menghindari penyakit ini serta penanganan awal penyakit yang kurang cepat dan tepat. Karena belum tersedia fasilitas pengobatan khusus dalam asrama, santri sering ijin pulang beberapa hari sampai 2 minggu untuk berobat di luar ponpes. Pengasuh ponpes berharap ada kader dari santri sendiri yang dilatih mengenali dan melakukan penanganan awal penyakit ini. Serta jika penanganan awal dilakukan kader santri yang dilatih, maka pengobatan harus dibuat sederhana, misalnya berupa paket obat yang isinya sudah ditentukan sebelumnya. Penderita skabies dengan komplikasi infeksi memerlukan antibiotik, penderita skabies tanpa komplikasi membutuhkan terapi antiskabies dan antipritus, 5 sedangkan santri yang beresiko kontak dengan penderita, terutama yang tinggal dalam satu kamar asrama, harus melakukan pecegahan agar tidak tertular. Salah satu bahan penting yang diperlukan santri untuk pencegahan maupun pengobatan penyakit skabies adalah sabun belerang. Penggunaan sabun belerang dengan kandungan sulfur 10% selama 6 bulan terbukti efektif menyembuhkan skabies. 6 Harga sabun belerang ini relatif mahal dibanding sabun biasa sehingga santri hampir tidak mungkin memilih membeli sabun ini, sehingga diperlukan upaya mengadakan sabun belerang dengan harga murah melalui produksi sendiri oleh santri. Berdasarkan beberapa alasan tersebut, diperlukan suatu pemecahan masalah yang komprehensif untuk menurunkan jumlah kasus penyakit skabies di ponpes Nurul Qarnain kabupaten Sukowono. METODE PENELITIAN Kegiatan ini menggunakan beberapa metode, dengan menekankan kemandirian santri dan ponpes untuk mengatasi kasus skabies. Metode yang dilakukan berupa tahapan: 1) Identifikasi dan pendataan jumlah santri yang menderita penyakit skabies dan skabies dengan komplikasi, 2) Penyuluhan personal higiene pada santri untuk meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit dan cara pencegahannya, 3) pembentukan dan pelatihan kader sadar skabies dari perwakilan santri, serta pembagian paket obat dan barang oleh

101 Jurnal IKESMA Volume 12 Nomor 1 Maret 2016 kader pada santri untuk pencegahan, pengobatan rutin dan pengobatan komplikasi skabies, 4) pelatihan dan pendampingan produksi sabun belerang antiskabies mandiri oleh santri ponpes. Kegiatan ini dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2016. Kegiatan utama ditekankan pada pelatihan pembuatan sabun belerang antiskabies dengan konsentrasi 10%. Komposisi bahan yang dibutuhkan dalam membuat sabun dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan tahapan pembuatan sabun mengikuti prosedur yang ditampilkan pada Gambar 1. Tabel 1. Formula untuk Membuat 1 Kg Sabun Belerang Antiskabies Namabahan Jumlah Sulfur 100 g Minyakkelapa 175 g Minyakzaitun 275 g Minyaksawit 115 g NaOH 85 g Pengaromadanpewarna 10 g Air 240 g Sumber:The United States Pharmacopeia, 2007 Gambar 1. Prosedur Pembuatan Sabun Belerang HASIL DAN PEMBAHASAN hanya memerlukan pencegahan saja. Data Data jumlah kasus/penyakit ini juga dibutuhkan untuk evaluasi dibutuhkan untuk menentukan berapa keberhasilan program di tahap akhir nanti. jumlah santri yang memerlukan terapi Pengumpulan data membutuhkan waktu 1 antiskabies rutin, komplikasi atau yang

Ika Rahmawati Sutejo: Penerapan Tekologi... 102 minggu karena jumlah santri keseluruhan lebih dari 1000 orang. ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel. Keempat, ditemukannya tungau. Untuk melakukan diagnosis Untuk menegakkan diagnosis dibutuhkan terdapat 4 cardinal signs yang minimal 2 dari 4 cardinal sign tersebut. 7 diperhatikan. Pertama, adanya pruritus nocturna atau gatal di malam hari, hal ini disebabkan peningkatan aktivitas tungau di Ponpes Nurul Qarnain Kabupaten Jember mempunyai 1154 santri, namun yang diikutsertakan sebagai sampel adalah malam hari karena peningkatan 1120 orang, karena 34 santri tidak hadir kelembaban. Kedua, serangan yang terjadi bersifat kelompok, atau menyerang lebih saat pemeriksaan dan pengambilan data. Hasil pemeriksaan kulit menunjukkan dari 1 individu, khususnya orang-orang bahwa 151 santri menderita skabies yang tinggal tempat tinggal. Ketiga, (13,48%) (Tabel 2), dengan komplikasi ditemukkannya terowongan berwarna lesi skabies berupah pus/nanah sebanyak putih atau keabu-abuan pada tempattempat predileksi, berupa garis-garis lurus 72 santri (47,68%). Lokasi lesi terbanyak adalah di sela jari tangan (40,40%). 4 namun dapat pula berkelok-kelok dan di Tabel 2. Jumlah Kasus Skabies Karakteristik Positif Negatif Jenis Kelamin Laki-Laki 112 (24,89%) 338 (75,11%) Perempuan 39 (5,82%) 631 (94,18%) Tingkat Pendidikan Tsanawiyah 91 (15,61%) 492 (84,39%) Aliyah 60 (11,17%) 477 (88,83%) Sumber: Sutejo & Rosyidi, 2016 Salah satu bahan utama yang Optimasi formula dilakukan beberapa kali diperlukan pada pencegahan dan sehingga menghasilkan konsistensi sabun pengobatan skabies adalah sabun sulfur, sehingga dirasa perlu untuk memberikan yang padat dan kandungan sulfur/belerang sesuai standart untuk dapat digunakan pelatihan pembuatan sabun tersebut. dalam pengobatan skabies. Pelatihan Formulasi/komposisi bahan sabun yang dibutuhkan telah diuji di laboratorium. pembuatan sabun ini diikuti oleh 20 orang santri. Peralatan yang digunakan dalam

103 Jurnal IKESMA Volume 12 Nomor 1 Maret 2016 pembuatan sabun, yaitu blender, alat gelas (pyrex), timbangan digital, alat pengukur/penakar volume, dan alat cetak sabun. Pelatihan pembuatan sabun meliputi praktek pencampuran bahan sabun yang memerlukan waktu kurang lebih 1 jam (Gambar 2),sedangkan memadatkan sabun memerlukan waktu 3 hari. Sabun tidak dapat langsung digunakan untuk menetralisir efek bahan kimia yang berbahaya untuk kulit, sehingga harus menunggu 3 minggu-1 bulan untuk dapat digunakan sebagai sabun mandi (Gambar 3). skabies buatan pabrik, harga sabun ini relatif murah dan rencana akan dipasarkan degan harga Rp. 2000/batang, tidak ada efek samping sabun yang dikeluhkan santri, hanya saja kepadatan sabun skabies 10% dirasakan kurang, bagian tengah sabun masih agak lembek dan bau belerang yang cukup menyengat pada sabun. Masalah ini dapat diatasi dengan memperbaiki formulasi sabun, terutama merubah komposisi bahan sulfur.sulfur atau belerang sendiri merupakan serbuk berwarna kuning, praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam minyak sayur, dan cukup larut dalam minyak zaitun (1:100). 8 Sulfur memiliki aktifitas keratolitik, antiseptik, antifungi, dan parasitisida. Sulfur digunakan secara luas dalam formula lotion, krim, dan salep pada konsentrasi hingga 10% untuk mengobati jerawat, ketombe, infeksi jamur, dan skabies. Gambar 2. Pelatihan Pembuatan Sabun Evaluasi pasca pembuatan dan penggunaan sabun ini mendapatkan data: dari 1 kg resep bahan diperoleh 20 potong sabun berukuran 5x4x2,5 cm 3, dengan berat 50 gram. Sabun skabies produksi sendiri efektivitasnya sama dengan sabun Gambar 3. Sabun Belerang Antiskabies

Ika Rahmawati Sutejo: Penerapan Tekologi... 104 Belerang sebagai bahan utama yang diperlukan dalam pembuatan sabun bisa didapat dengan mudah. Lokasi ponpes di wilayah utara kabupaten Jember berbatasan dengan kabupaten Bondowoso, relatif dekat dengan sumber penghasil belerang utama daerah tapal kuda, yaitu kawah Ijen. Beberapa santri ponpes berasal dari daerah tersebut. Belerang dari kawah Ijen dijual dengan harga relatif murah yaitu 1000/kg. Setelah diolah menjadi sabun, nilai jual ekonomisnya akan lebih meningkat. Selain untuk mencukupi kebutuhan santri ponpes sendiri, hasil produksi sabun belerang ini juga akan didistribusikan ke daerah sekitar sampai ke luar Jember. Skabies identik dengan penyakit anak pondok pesantren yang disebabkan oleh kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kesadaran higiene personal kurang, dan kondisi ruangan terlalu lembab atau kurang mendapat sinar matahari secara langsung. 9 Penyakit ini menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang skabies. 10 Pengobatan tidak akan berhasil tanpa peningkatan pengetahuan dan kesadaran penderita, oleh karena itu dilakukan penyuluhan pada santri, sebanyak 73 orang, terdiri dari kader, perwakilan santri MTs dan Aliyah (gambar 4a). Materi yang disampaikan dalam penyuluhan adalah bahwa penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan dan lingkungan yang kurang baik, oleh sebab itu untuk mencegah penyebaran penyakit ini dapat dilakukan dengan cara: 11 a. mandi secara teratur dengan menggunakan sabun sulfur, b. mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut, dan lainnya secara teratur minimal 2 kali dalam seminggu, c. menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali, d. tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain, e. hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang dicurigai terinfeksi tungau skabies, f. menjaga kebersihan lingkungan tinggal dan berventilasi cukup, Kader sadar skabies juga dibentuk dari perwakilan santri, Terdapat 20 orang kader, masing-masing 10 orang dari santri putra dan 10 orang dari santri putri (Gambar 4b). Kader ini dipilih dari santri pengurus pondok yang membidangi kesehatan & kebersihan. Kader bertugas melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan skabies meski program pengabdian selesai dilaksanakan. Kader juga dilatih untuk menyiapkan dan

105 Jurnal IKESMA Volume 12 Nomor 1 Maret 2016 memberikan 3 macam paket, yaitu paket pengobatan skabies rutin, skabies dengan komplikasi infeksi, dan paket pencegahan untuk santri yang mempunyai resiko tinggi tertular. Paket tersebut terdiri dari kombinasi obat antiskabies, antibiotik, antigatal, leaflet informasi penyakit, handuk, dan sabun belerang sesuai kebutuhan penderita (Gambar 4c).Paket pencegahan terdiri dari leaflet informasi penyakit, handuk dan sabun belerang. Paket terapi rutin skabies terdiri dari leaflet informasi penyakit, scabicid topikal, antihistamin, handuk, dan sabun belerang. Sedangkan paket pengobatan skabies dengan infeksi terdiri dari dari leaflet informasi penyakit, scabicid topikal, antihistamin, kortikosteroid, antibiotik, handuk, dan sabun belerang. 12 (a) (b) (c) Gambar 4. (a) Kader Putri, (b) Penyuluhan Penyakit Skabies, dan (c) Paket Pengobatan berisi Sabun Sulfur yang dibuat Sendiri. Jumlah santri penderita skabies pengobatan konvensional hingga terbaru, pada akhir kegiatan juga sangat jauh namun untuk penggunaannya perlu berkurang, yaitu tersisa 15 orang. dilakukan pertimbangan mengingat Beberapa dari jumlah ini merupakan kasus berbagai macam faktor seperti efektifitas, yang baru muncul dan masih terus toksisitas, efek samping, harga dan dilakukan terapi untuk mengupayakan kenyamanan pemakaian. 5 Pengobatan kesembuhan. Pengobatan skabies saat ini konvensional untuk penyakit ini tersedia dalam berbagai variasi, mulai dari diantaranya yaitu dengan menggunakan

Ika Rahmawati Sutejo: Penerapan Tekologi... 106 salep dan sabun belerang/sulfur. Penggunaan sulfur bermanfaat karena sulfur mempunyai sifat antiseptik dan antiparasit. 5 Preparat sulfur digunakan jika penderita tidak dapat mentoleransi lindane, permetrin atau ivermectin dan direkomendasikan bagi bayi, anak-anak dan ibu hamil. Kelebihan dari sulfur diantaranya murah, merupakan pilihan sebagai terapi massal, dan dalam bentuk sabun mandi pemakaiannya tidak merepotkan, sedangkan kekurangan dari sulfur ini adalah kurang efektif, menodai pakaian, berbau dan pada keadaan yang panas atau lembab dapat menyebabkan dermatitis iritan. 5 Sabun sulfur merupakan metode pengobatan penyakit kulit yang sudah digunakan sejak 2500 tahun yang lalu. Sabun sulfur yang tersedia di pasaran dalam konsentrasi 1-10%. Sabun sulfur berguna untuk mengatasi infeksi kulit, mengurangi rasa gatal pada kulit dan mengangkat sel kulit kering. 6 Penelitian membuktikan penggunaan sabun sulfur yang efektif menyembuhkan skabies adalah dua kali sehari selama 3 hingga 6 minggu. Sabun sulfur hanya membunuh tungau namun tidak dapat membunuh telur, sehingga pengobatan dengan menggunakan sabun sulfur harus dilakukan terus menerus. 6 Penelitian ini juga membandingkan efektivitas salep sulfur 2-4 dengan sabun sulfur 10% sebagai pengobatan skabies danmenyimpulkan salep sulfur 2-4 lebih efektif dibanding sabun sulfur 10% dilihat dari angka kesembuhan klinis. Oleh karena itu penggunaan sabun sulfur tunggal tidak direkomendasikan pada skabies berat dan atau dengan komplikasi, sabun sulfur harus dikombinasikan dengan preparat antiskabies lainnya. SIMPULAN DAN SARAN Penerapan teknologi tepat guna melalui pelatihan pembuatan sabun belerang antiskabies menghasilkan 20 potong sabun berukuran 5x4x2,5 cm 3, dengan berat 50 gram dari 1 kg campuran bahan baku. Penggunaan sabun ini secara tunggal maupun dikombinasi dengan obat antiskabies lain terbukti efektif menyembuhkan skabies. Tidak ada efek samping sabun yang dikeluhkan santri, hanya saja kepadatan sabun skabies 10% dirasakan kurang/ tidak terlalu padat dan bau belerang sedikit menyengat pada sabun. Masalah ini dapat diatasi dengan memperbaiki formulasi sabun, terutama merubah kandungan campuran sulfur. Jumlah santri penderita skabies pada akhir kegiatan juga sangat jauh berkurang, yaitu dari 151 santri yang menderita skabies menjadi tersisa 15 santri yang masih mendapatkan pengobatan lanjutan. Keberlanjutan kegiatan ini perlu diupayakan dengan sungguh-sungguh

107 Jurnal IKESMA Volume 12 Nomor 1 Maret 2016 sehingga pemberantasan skabies maupun usaha pembuatan sabun tetap berjalan. Kegiatan ini menjadi upaya meningkatkan kesehatan dan perekonomian ponpes. Perlu dikembangkan pengemasan produk sabun sehingga menarik dan layak dipasarkan ke luar ponpes. Kegiatan ini juga diharapkan dapat menjadi inisiasi dan percontohan untuk dilaksanakan oleh ponpes lain di Kabupaten Jember. Ucapan Terima Kasih Terima kasih kepada Universitas Jember yang telah mendanai penelitian ini melalui Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Teknologi Tepat Guna dengan pendanaa DIPA Universitas Jember tahun anggaran 2016. DAFTAR RUJUKAN 1. Hay, R.J., Steer, A.C., Engelman, D.,dan Walton, S. 2012. Scabies in the Developing World Its Prevalence, Complications, and Management. Clinical Microbiology and Infection,Volume 18, Issue 4, 10.1111/j.1469-0691.2012.03798.x. 2. Setyowati, D., dan Wahyuni. 2104. Hubungan Pengetahuan Santriwati Tentang Penyakit Skabies dengan Perilaku Pencegahan Penyakit Skabies di Ponpes. Gaster,Vol. 11 No. 2. 3. Setyaningrum, Y.I. 2014. Skabies Penyakit Kulit yang Terabaikan: Prevalensi, Tantangan dan Pendidikan Sebagai Solusi Pencegahan. ProsidingSeminar Nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS. 4. Sutejo, I. R. dan Rosyidi, V. A. 2016. Pesantren Sadar Skabies. Jember: Laporan Pengabdian Masyarakat (tidak Terpublikasi). 5. Peter, A., L. 2007. Scabies and Pediculosis Pubis: An Update of Treatment Regimens and General Review. Journal from Department of Medicine, University of North California: America. 2007 6. Arif, A. 2015. Perbandingan Efektivitas Salep Sulfur 2-4 dengan Sabun Sulfur 10% sebagai Pengobatan Skabies. Laporan Penelitian. FK UIN Syarif Hidayatullah. 7. Depkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan Primer. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 232. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia 8. The United States Pharmacopeia: USP 31: The National Formulary: NF 26: By Authority of the United States Pharmacopeial Convention, Meeting at Washington, D.C., 2007. United States Pharmacopeial Convention Incorporated.

Ika Rahmawati Sutejo: Penerapan Tekologi... 108 9. Johnstone, P., dan Strong, M. 2008. Scabies. BMJ (8):1707. 10. Ratnasari, A.F. dan Sungkar, S. 2014. Prevalensi Skabies dan Faktor-faktor yang Berhubungan di Pesantren X Jakarta Timur. ejki Vol 2 No 1. 11. Sriwinarti, I. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014. Skripsi. FK Universitas Jember. 12. Sweetman, S.C. 2009. Martindale: The Complete Drug Reference. Pharmaceutical Press.