KEPAILITAN DEBITUR YANG TERIKAT PERKAWINAN YANG SAH DAN TIDAK MEMBUAT PERJANJIAN PERKAWINAN ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
AKIBAT HUKUM KEPAILITAN SUAMI/ISTRI TERHADAP HARTA BERSAMA SUAMI-ISTRI TANPA PERJANJIAN KAWIN. Oleh Putu Indi Apriyani I Wayan Parsa

AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP DEBITOR YANG MELAKUKAN PERJANJIAN PEMISAHAAN HARTA PERKAWINAN

PENGARUH KEPAILITAN TERHADAP HARTA BERSAMA SUAMI ISTRI DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM KEPAILITAN

ABSTRACT. Bankruptcy is a general confiscation of all property and the administration

AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP HARTA KEKAYAAN DEBITOR

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

KEPAILITAN PERUSAHAAN INDUK TERHADAP PERUSAHAAN ANAK DALAM GRUP

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK KETIGA (NATUURLIJKE PERSOON) DALAM HUKUM KEPAILITAN TERKAIT ADANYA ACTIO PAULIANA

AKIBAT HUKUM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG TERHADAP STATUS SITA DAN EKSEKUSI JAMINAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004

AKIBAT KEPAILITAN TERHADAP ADANYA PERJANJIAN HIBAH

Vol 3 No 2 Oktober 2017 ISSN: E-ISSN : X

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN... HALAMAN SAMPUL DALAM... ii. HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA... iii. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...

TANGGUNG JAWAB KURATOR DALAM PENGURUSAN DAN PEMBERESAN HARTA PAILIT DI KABUPATEN BADUNG

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DALAM HAL TERJADI KEPAILITAN SUATU PERUSAHAAN ASURANSI

PERTANGGUNGJAWABAN SEKUTU DALAM PERSEKUTUAN KOMANDITER YANG MENGALAMI KEPAILITAN

KEDUDUKAN HUKUM SUAMI ISTRI DALAM HAL JUAL BELI DENGAN ADANYA PERJANJIAN KAWIN (KAJIAN UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN)

Oleh : A.A. Nandhi Larasati Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA KEPAILITAN YANG DALAM PERJANJIANNYA TERCANTUM KLAUSUL ARBITRASE

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan dalam rangka pengembangan usahanya dimungkinkan

AKIBAT HUKUM KEPAILITAN SUAMI TERHADAP HARTA BERSAMA MENURUT UNDANG-UNDANG KEPAILITAN

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN PERKARA HUTANG PIUTANG ANTARA BANK CIMB NIAGA DENGAN PT. EXELINDO CELULLAR UTAMA

KEWAJIBAN PERSEROAN TERBATAS YANG DINYATAKAN PAILIT TERHADAP HUTANG PAJAK YANG BELUM DIBAYAR (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG

PENGARUH UNDANG-UNDANG KEPAILITAN DAN UNDANG- UNDANG HAK TANGGUNGAN TERHADAP KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN APABILA DEBITUR PAILIT

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEPENTINGAN PARA KREDITOR AKIBAT ACTIO PAULIANA DALAM HUKUM KEPAILITAN

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKIBAT HUKUM JAMINAN FIDUSIA YANG BELUM DI DAFTARKAN TERHADAP PEMINJAMAN KREDIT PADA BANK

PENGATURAN DAN PENERAPAN PRINSIP PARITAS CREDITORIUM DALAM HUKUM KEPAILITAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi menjadi salah satu pilar penting dalam mendorong dan. meningkatkan pembangunan serta perekonomian nasional.

JURNAL PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KURATOR TERHADAP PELAKSANAAN PENGURUSAN DAN PEMBERESAN HARTA PAILIT ABSTRACT

TINJAUAN TENTANG KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN APABILA ADA PERLAWANAN DARI DEBITUR WANPRESTASI

PEMBATALAN PUTUSAN PENGADILAN NIAGA PADA PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT OLEH MAHKAMAH AGUNG TERKAIT DENGAN PUTUSAN PAILIT PT. DIRGANTARA INDONESIA

KEDUDUKAN KREDITUR SEPARATIS DALAM HUKUM KEPAILITAN

PERBEDAAN WANPRESTASI DENGAN PENIPUAN DALAM PERJANJIAN HUTANG PIUTANG

Oleh Gede Irwan Mahardika Ngakan Ketut Dunia Dewa Gede Rudy Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

Universitas Kristen Maranatha

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN DAN KEPAILITAN. Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan sejumlah uang misalnya, dapat meminjam dari orang

BAB I PENDAHULUAN. yang melanda dunia usaha dewasa ini, dan mengingat modal yang dimiliki oleh

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HARTA SUAMI - ISTRI DENGAN ADANYA PERJANJIAN KAWIN

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

Penundaan Pembayaran Utang bagi Debitor yang dinyatakan Pailit dalam Kasus Kepailitan Oleh : Umar Haris Sanjaya 1 ABSTRAKSI

PENGATURAN DAN MANFAAT PEMBUATAN POST-MARITAL AGREEMENT DALAM PERKAWINAN CAMPURAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

TANGGUNG JAWAB SEKUTU TERHADAP COMMANDITAIRE VENNOOTSCHAP ( CV ) YANG MENGALAMI PAILIT

MEKANISME PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT MELALUI PENGADILAN NIAGA I Gede Yudhi Ariyadi A.A.G.A Dharmakusuma Suatra Putrawan

Oleh: Arga Jongguran Tio Debora Sitinjak. Ngakan Ketut Dunia Marwanto Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN MODAL VENTURA (VENTURE CAPITAL COMPANY) DALAM HAL PERUSAHAAN PASANGAN USAHA MENGALAMI PAILIT

PERAN PENGADILAN NIAGA SEBAGAI LEMBAGA PENYELESAIAN PERKARA KEPAILITAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KURATOR DALAM MENJALANKAN TUGAS PENGURUSAN DAN PEMBERESAN HARTA PAILIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Krisis ekonomi yang telah berlangsung mulai dari tahun 1997, cukup

TANGGUNG JAWAB KURATOR ATAS PENJUALAN ASET MILIK DEBITOR YANG TELAH DINYATAKAN PAILIT DIHUBUNGKAN DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA KREDITOR ABSTRAK

Hak Paten Sebagai Objek Jaminan Kebendaan

KEDUDUKAN HAK RETENSI BENDA GADAI OLEH PT. PEGADAIAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM-MEMINJAM DENGAN JAMINAN BENDA TIDAK BERGERAK PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) SRINADI DI KABUPATEN KLUNGKUNG

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

EKSEKUSI KREDIT MACET TERHADAP HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa sehingga mengakibatkan banyak sekali debitor tidak mampu membayar utangutangnya.

PRINSIP DEBT FORGIVENESS DALAM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU)

ABSTRAK. Kata Kunci : Asas Pembuktian Sederhana, Kepailitan, Alternatif Penyelesaian Sengketa.

HAK EKSEKUSI KREDITOR SEPARATIS TERHADAP OBJEK HAK TANGGUNGAN DALAM HAL DEBITOR PAILIT (STUDY KASUS PUTUSAN NO.06/PLW/PAILIT/2015/PN.NIAGA.SBY JO.

BAB III PEMBAHASAN. A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan.

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN PERKAWINAN YANG TIDAK DIDAFTARKAN

BAB II AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP HARTA KEKAYAAN DEBITUR. 1. Akibat kepailitan terhadap harta kekayaan debitur pailit

TANGGUNG JAWAB KURATOR PADA TENAGA KERJA YANG DI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) AKIBAT DARI PERSEROAN TERBATAS YANG DINYATAKAN PAILIT

BAB I PENDAHULUAN. kepentingannya dalam masyarakat dapat hidup dan berkembang secara. elemen tidak dapat hidup sendiri-sendiri, tetapi

PIDANA PENGAWASAN DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA. Oleh : I Made Ardian Prima Putra Marwanto

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

kemungkinan pihak debitor tidak dapat melunasi utang-utangnya sehingga ada

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang maupun jasa agar menghasilkan keuntungan.

Aspek Hukum Perjanjian Sewa Beli

AKIBAT HUKUM KREDIT TANPA JAMINAN BAGI PIHAK DEBITUR

JENIS SITA. Sita Jaminan thdp barang milik Debitur/Tergugat (Conservatoir Beslag) Sita Jaminan thdp barang bergerak milik Penggugat :

AKIBAT HUKUM PUTUSAN PERNYATAAN PAILIT. Saryana * ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang berarti bahwa manusia

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang TUJUAN KEPAILITAN TUJUAN KEPAILITAN. 22-Nov-17

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam

BENTUK PERALIHAN HAK ATAS TANAH YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH WARGA NEGARA ASING AKIBAT PERCAMPURAN HARTA DALAM PERKAWINAN

BAB II KEDUDUKAN KREDITUR PREFEREN DALAM KEPAILITAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap debitur yang berada dalam keadaan berhenti membayar dapat dijatuhi

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan kecanggihan teknologi dan sumber informasi semakin menunjang

KEGIATAN USAHA FOTOKOPI DALAM KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA

Apakah Pailit = Insolvensi? Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS)

ANALISIS PENCABUTAN PUTUSAN PERNYATAAN PAILIT TANPA MELAKUKAN PENJUALAN HARTA PAILIT DIKAITKAN DENGAN PERLINDUNGAN YANG SEIMBANG

Penyelesaian Kredit Macet bagi Debitur Di Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Desa Pakraman Kaba Kaba Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan

ASAS TANGGUNG RENTENG PADA BENTUK USAHA BUKAN BADAN HUKUM DAN AKIBAT HUKUM BAGI HARTA PERKAWINAN

Disusun Oleh : Anugrah Adiastuti, S.H., M.H

BAB III AKIBAT HUKUM PERGESERAN TUGAS DAN WEWENANG BANK INDONESIA KE OJK TERHADAP KETENTUAN PASAL 2 AYAT (3) UU NO. 37

BAB VIII KEPAILITAN. Latar Belakang Masalah

PENGURUSAN HARTA PAILIT PEMBERESAN HARTA PAILIT TUGAS KURATOR. Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS)

KEDUDUKAN RISALAH LELANG SEBAGAI UPAYA HUKUM PENEGAKAN HAK-HAK KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Istilah Kepailitan 9/4/2014

Oleh : I Made Hengki Permadi Dewa Gde Rudy I Wayan Novy Purwanto. Program Kekhususan Hukum Perdata, Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. mengenai segala jenis usaha dan bentuk usaha. Rumusan pengertian

ASPEK HUKUM PERLINDUNGAN TENAGA KERJA ASING DI PERUSAHAAN INDONESIA YANG BERADA DALAM KEADAAN PAILIT ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi yang melanda dunia usaha dewasa ini telah menimbulkan banyak

Kedudukan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Suatu Perseroan Terbatas Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia

Transkripsi:

KEPAILITAN DEBITUR YANG TERIKAT PERKAWINAN YANG SAH DAN TIDAK MEMBUAT PERJANJIAN PERKAWINAN Oleh A.A Ngr Bagus Surya Arditha I Made Udiana Marwanto Program Kekhususan Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Bankrupt issa situationswhere a debtorsisunableeto makeethe paymentson theedebts of the creditors. Things are not able to pay the usual difficult due to the financials conditionnof the debtor's business that has suffered aasetback. While bankruptcyyis a court decision that resulteddin a general confiscationnof the entire wealth of insolvent debtors, either existing or that will exist in the future. Handling bankruptcy and settlement conducted by the Receiver under the supervision of the Supervisory Judge main purpose of using such property sale proceeds proportionately (prorate parte) and in accordance with the structure of creditors. The purpose of this paper to describe and analyze in depth on Bankruptcy Debtor Tied Legal Marriage and Marital Agreements Not Doing This type of research used in this paper is a normative law research. Normative legal research consists of some norms are norms blurred, empty norms and norms of conflict. This research use approach of legislation, approach the fact, and the approach of the legal concept analysis. basically a treasure unity is not only the union of wealth alone, but also the burden of payment. This is in accordance with Article 64 paragraph (1) the Bankruptcy Law, which regulates: "Bankruptcy couple who married in unity property, is treated as the bankruptcy of unity property" and the process of a bankruptcy petition for the Debtor in the bonds of marriage are legitimate and do not make a covenant marriage in the same principle as the bankruptcy process in general, ie through a petition filed by creditors and also through initiatives themselves, on the condition that a minimum of two creditors and one debt has matured and could be 1

charged and not paid off. In particular if the debtor himself who sought the bankruptcy, then it requires the consent of the couple in marriage (both wife and husband). Keywords: Bankruptcy, Legal Marriage, Marriage Agreement. ABSTRAK Pailit adalahnkeadaanndimanaudebitor tidak mampu lagiuuntuk melakukan pembayaran terhadap hutang-hutang dari para kreditornya. Keadaan ini biasanya disebabkan karena kesulitan keuangan dari usaha debitor yang mengalami kemunduran. Sedangkan kepailitan adalah putusan pengadilan yang menyebabkan sita umum atas seluruh kekayaan debitor pailit, baik yang sudah ada ataupun yang akan ada dikemudian hari. Kurator dibawah pengawasan Hakim Pengawas bertugas untuk melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit dengan tujuan utama menggunakan hasil penjualan harta kekayaan tersebut secaraaproposional (prorate parte) dan sesuai dengan stuktur kreditor. Tujuan dari penulisan ini untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara mendalam tentang Kepailitan Debitur yang Terikat Perkawinan yang Sah dan Tidak Melakukan Perjanjian Perkawinan. dalam penulisan ini digunakan jenis penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif ini terdiri dari beberapa norma yaitu norma kabur, norma kosong dan norma konflik. Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan perundang-undangan, pendekatan fakta, dan pendekatan analisis konsep hukum. padaadasarnya persatuan harta tersebut bukan hanya penyatuan harta kekayaan semata namun juga beban pembayaran. Hal ini sesuai dengan Pasall64 ayat (1) UU Kepailitan, yang mengatur: Kepailitan terhadap suami istri yang kawin dalam persatuan harta, diperlakukan sebagai kepailitan persatuanhharta dan Proses permohonan pailit bagi Debitur yang dalam ikatan perkawinan yang sah dan tidak membuat perjanjian perkawinan pada prinsipnya sama seperti proses kepailitan pada umumnya yaitu melalui permohonan yang diajukan oleh Kreditur dan juga melalui prakarsa dari diri sendiri, dengan syarat minimal memiliki dua krediturrdan salah satu utang telahhjatuh tempo dan dapat ditagih dan belum lunas. Secara khusus apabila debitur sendiri yang memohonkan pailit, maka membutuhkan persetujuan dari pasangan dalam perkawinan (baik istri maupun suami). Kata Kunci: Kepailitan, Perkawinan Sah, Perjanjian Kawin. 2

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hukum kepailitan telah ada sejak zaman Romawi. Kata pailit berasal dari bahasa Inggris yaitu bankrupt. Situasi kebangkrutan terjadi di negara Eropa pada abad pertengahan yang dimana saat itu para pedagang dan bangkir tidak membayar utangnya kepada para kreditor. Pailit adalah suatu keadaan dimana debitor tidak memenuhi tanggung jawabnya untuk membayar utang-utang terhadap kreditornya karena mengalami kesulitan keuangan karena usaha debitor yang mengalamiakemunduran. Sedangkan kepailitan merupakan sita umum atas seluruh kekayaan debitor pailit, yang pengurusan dan pemberesannyaadilakukan oleh kurator dan berada dibawah pengawasan Hakim Pengawas. 1 Lembaga kepailitan merupakan sebuah lembaga yang memberikan solusi kepada para pihak apabila debitur terkena kepailitan. Lembaga kepailitan juga memiliki dua fungsi yaitu: 2 1. Lembaga yang memberikan jaminan bahwa debitur akan tetap bertanggung jawab atas semua hutang-hutangnya kepada para kreditornya. 2. Lembaga yang juga melindungi debitur terhadap eksekusi massal yang dilakukan oleh krediturnya. Pada umumnya perkawinan akan menimbulkan sebuah persatuan harta yang disebut dengan harta bersama. Konsep harta bersama ini terdapat di dalam pasal 64 Undang-Undang 1 M.Hadi Subhan, 2008, Hukum kepailitan : Prinsip, Norma dan Praktik Di Peradilan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hal.1 2 Rahayu Hartini, 2008, Hukum Kepailitan,UMM Press, Malang, hal.15 3

Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan pasal 35 ayat (2) Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, namun dalam kedua peraturan perundang-undangan tersebut terdapat perbedaan konsep, sehingga perlu untuk dikaji lebih dalam mengenai konsep harta bersama dalam kedua peraturan perundang-undangan tersebut. Harta bersama memiliki peran yang besar dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup suami dan istri dalam perkawinan karena dalam kehidupan perkawinannya suami istri tentu memiliki kebutuhan yang harus dipenuhinya, baik itu sandang, pangan dan papan, yang tidak akan lepas dari aspek ekonomi, untuk memenuhi kebutuhannya tersebut suami istri tidak ragu untuk melakukan peminjaman sejumlah dana kepada pihak lain. Banyaknya jumlah pinjaman yang dilakukan namun harta bersama yang dimilikinya tak cukup untuk membayar segala utang-utangnya kepada para kreditornya, dalam hal ini akan terjadi ketidakmampuan suami istri dalam melunasi berbagai kewajiban pembayarannya. Atas keadaan ini suami istri dapat dihadapkan pada situasi mereka terancam dipailitkan. Kepailitan sendiri merupakan suatu penyitaan yang berdasarkan hukum atas seluruh harta kekayaan debitor guna kepentingannya bersama para kreditornya. 3 Kepailitan seorang debitur yang berada dalam ikatan perkawinan tentunya menjadi suatu permasalahan hukum tersendiri terkait apakah akibat hukum kepailitan tersebut dapat mempengaruhi harta bersama dalam perkawinan. Untuk memahami pengertian harta bersama maka perlu untuk melihat lebih jauh ketentuan dalam Pasal 35 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan memuat aturan yang menyatakan: 3 R. Suryatin, 1983, Hukum Dagang I dan II, Pradnya Paramita, Jakarta, Hal. 264. 4

1. Harta benda yang didapat selama perkawinan otomatis menjadi harta bersama. 2. Harta bawaan dari masing-masing suami istri dan harta benda yang diperoleh baik sebagai hadiah atau warisan adalah di bawah penguasaan masing-masing pihak sepanjang para pihak tidak menentukan lain. Dengan demikian, jika harta diperoleh suami dan/atau istri selama perkawinan maka harta tersebut merupakan harta bersama sepanjang tidak membuat perjanjian pemisahan harta.perjanjian perkawinan adalah perjanjian yang dibuat sebelum perkawinan dilangsungkan dan tidak melanggar batasbatas hukum, agama dan kesusilaan sebagaimana diatur dalam Pasal 29 UUP. Selain itu timbul permasalahan tersendiri mengenai apabila dihadapkan pada kepailitan, bagaimanakah kedudukan hukum debitur yang terikat perkawinan yang sah dan tidak melakukan perjanjian kawin serta proses kepailitan tersebut bagi debitur, terkait kedudukannya dalam perkawinan yang tidak melakukan perjanjian kawin (pemisahan harta). Tanpa memperhatikan hal ini tentunya saja dapat mencederai keadilan terutama bagi pasangan kawin (suami/istri). Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian serta menuangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul : Kepailitan Debitur yang Terikat Perkawinan yang Sah dan Tidak Membuat Perjanjian Perkawinan. 1.2 Tujuan Penelitian Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan secara mendalam tentang Kepailitan Debitur 5

yang Terikat Perkawinan yang Sah dan Tidak Membuat Perjanjian Perkawinan. II. ISI MAKALAH 2.1 Metode Penelitian Dalam penulisan ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif ini terdiri dari beberapa norma yaitu norma kabur, norma kosong dan norma konflik. 4 Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan perundangundangan dan pendekatan analisis konsep hukum. 2.2 Hasil dan Pembahasan 2.2.1 Akibat Hukum Kepailitan Suami Istri Yang Tidak Membuat Perjanjian Kawin Akibat hukum kepailitan terhadap pasangan suami-istri dalam kepailitan tidak lepas dari kedudukan mereka yang terikat perkawinan yang dimana di dalam perkawinan tersebut tidak melakukan pemisahan harta. Berdasarkan hal ini, debitur suamiistri merupakan orang-perorangan, dapat di pailitkan, baik suami maupun istri. Berdasarkan penjelasan di atas, debitur dapat di pailitkan baik atas kemauannya sendiri maupun melalui gugatan pailit oleh krediturnya. Apabila debitur yang terikat perkawinan yang sah mengajukan pailit, maka sesuai pasal 4 ayat (1) UU kepailitan dan PKPU disebutkan dalam hal permohonan pailit di ajukan oleh debitor yang masih terikat perkawinan yang sah, permohonannya hanya dapat diajukan atas persetujuan suami atau istrinya. 4 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, h. 15. 6

Akibat putusan pailit atas debitur yang terikat perkawinan yang sah dan adanya persatuan harta, kepailitan juga memberikan akibat hukum terhadap pasangan kawinnya, baik suami ataupun istri. Dalam pasal 64 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU disebutkan kepailitan suami istri yang kawin dalam persatuan harta, di perlakukan sebagai kepailitan persatuan harta tersebut. Ketika suami atau istri yang dinyatakan pailit, istri atau suami berhak mengambil kembali harta bawaan, baik berupa hadiah maupun warisan. Jika benda milik istri atau suami telah dijual oleh istri atau suami dan belum dibayar atau hasil penjualan harta bawaan belum tercampur kedalam harta pailit maka istri atau suami dapat mengambil kembali uang dari hasil penjualan tersebut yang diatur di dalam Pasal 62 UU Kepailitan dan PKPU. 2.2.2 Pengaturan Permohonan Pernyataan Pailit apabila Debitur terikat Perkawinan yang Sah dan Tidak Membuat Perjanjian Perkawinan. Debitur yang ada dalam ikatan perkawinan (Suami istri) dapat dinyatakan pailit bila mereka berhenti atau tidak mampu membayar sedikitnya satu utang yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih sesuai dengan yang diperjanjikan kepada para kreditornya. Setelah putusan pailit dijatuhkan oleh Pengadilan Niaga, maka debitur tidak memiliki hak untuk mengurus dan menguasai harta kekayaannya sejak putusan kepailitan diucapkan. Kepailitan mengakibatkan seluruh harta kekayaan debitur berada dalam sitaan umum, kecuali benda-benda yang benar benar di butuhkan debitor yang berhubungan dengan pekerjaannya alat medis dan 7

perlengkapan yang di gunakan keluarganya serta bahan makanan yang sebagaimana di atur dalam Pasal 22 UU. Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU Mengenai hal ini tentu saja tidak jauh berbeda dengan debitur perorangan yang tidak terikat perkawinan yang sah. Yang berbeda adalah mengenai akibat hukum atas putusan kepailitan yang dijatuhkan kepada suami istri yaitu terhadap harta bersamanya melalui Putusan Pengadilan akan dinilai sebagai kepailitan bersama, sesuai dengan ketentuan UU Kepailitan. Hal ini berarti bahwa suami istri yang terikat pernikahan yang sah dan tidak melakukan perjanjian perkawinan (pisah harta) menanggung secara bersama sama atas kepailitan salah satu pasangannya dengan harta bersamanya sebagai sita jaminan. Mengenai proses permohonan pailit bagi debitur yang terikat perkawinan yang sah dan tidak melakukan perjanjian perkawinan, permohonan pailit dapat dimohonkan oleh kreditur terhadap debitur atau atas prakarsa debitur sendiri. Permohonan pailit yang dimohonkan oleh pihak kreditur diajukan dengan syarat debitur memiliki dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat di tagih sebagaimana di atur dalam pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU, namun untuk permohonan pailit atas prakarsa sendiri dari debitur maka berlaku ketentuan Pasal 4 UU Kepailitan dan PKPU yaitu: (1) Dalam permohonan pernyataan pailit yang diajukan sendiri oleh Debitor yang terikat dalam perkawinan yang sah, permohonan harus diajukan atas persetujuan dari pasangan kawinnya. (2) Ketentuan pada ayat (1) tidak berlaku apabila tidak ada persatuan harta. 8

Menurut ketentuan tersebut jelas diatur bahwa apabila debitur yang terikat perkawinan yang sah ingin untuk mengajukan permohonan pailit atas dirinya maka perlu persetujuan dari pasangan kawinnya. Ini erat kaitannya dengan sifat harta yang akan dijadikan sita jaminan merupakan harta bersama yang dimiliki debitur dengan pasangan kawinnya. Pasal 64 ayat 1 UU Kepailitan yang menyatakan bahwa, Kepailitan terhadap suami istri yang kawin dalam persatuan harta, diperlakukan sebagai kepailitan persatuan harta tersebut. Hal ini memiliki arti bahwa dalam ketentuan kepailitan pada harta bersama baik pada konsep KUHPerdata dan Undang-Undang Perkawinan tidak memiliki perbedaan yang mendasar. Intinya adalah kedua ketentuan tersebut sejalan dan memiliki makna yang sama. Mengenai hal ini, kepailitan suami menyebabkan juga pailitnya sang istri yang kawin dalam persatuan harta kekayaan atau dengan kata lain atas harta kekayaan yang dimilikinya tidak didasarkan atas perjanjian kawin atau pisah harta dalam perkawinan mereka. 5 Berdasarkan ketentuan ini maka suami istri akan secara bersama-sama mempertanggungjawabkan beban pembayarannya terhadap para kreditornya. Debitur yang pada saat dinyatakan pailit terikat perkawinan yang sah dan adanya persatuan harta, kepailitannya juga dapat memberikan akibat hukum terhadap pasangan (suami istri). 6 Pasal 23 UU Kepailitan menentukan bahwa apabila seseorang terkena pailit, maka yang pailit termasuk juga pasangan kawinnya atas dasar harta bersama atau persatuan harta. Ketentuan pasal ini 5 Adrian Sutedi, 2009, Hukum Kepailitan, Ghalia Indonesia, Bogor, hal.53 6 Joni, Op. Cit. hal. 107 9

membawa konsekuensi yang cukup berat terhadap harta kekayaan suami istri yang kawin dalam persatuan harta. Artinya bahwa seluruh harta yang telah menjadi harta bersama yang di dapat selama perkawinan juga terkena sita kepailitan dan otomatis masuk dalam boedel pailit. 7 Suami atau istri yang telah pailit, dapat mengambil kembali hartanya apabila harta tersebut merupakan hadiah atau warisan. Jika harta bawaan yang berupa hadiah atau warisan istri atau suami telah dijual dan belum dibayar atau hasil dari penjualan harta bawaan tersebut belum tercampur dalam harta pailit maka uang hasil penjualan tersebut dapat di ambil kembali, yang diatur di dalam Pasal 62 ayat (1) dan ayat (2) UU Kepailitan dan PKPU. III. KESIMPULAN Akibat kepailitan pada debitur yang dalam ikatan perkawinan yang sah dan tidak melakukan perjanjian perkawinan diberlakukan sebagai kepailitan bersama. Hal ini sesuai dengan Pasal 64 ayat (1) UU Kepailitan, yang mengatur: Kepailitan terhadap suami istri yang kawin dalam persatuan harta, diperlakukan sebagai kepailitan persatuan harta. 7 Sunarmi, 2009, Hukum Kepailitan, USU Press, Medan., hal. 106. 10

DAFTAR PUSTAKA Buku: Adrian Sutedi, 2009, Hukum Kepailitan, Ghalia Indonesia, Bogor. Joni, 2008, Hukum Kepailitan, Sinar Grafika, Jakarta M.Hadi Subhan, 2008, Hukum kepailitan : Prinsip, Norma dan Praktik Di Peradilan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Rahayu Hartini, 2008, Hukum Kepailitan,UMM Press, Malang. R. Suryatin, 1983, Hukum Dagang I dan II, Pradnya Paramita, Jakarta. Soekanto, Soerjono 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta. Sunarmi, 2009, Hukum Kepailitan, USU Press, Medan 11